Professional Documents
Culture Documents
Bab Iv
Bab Iv
id
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.
Pertimbangan
Hakim
dalam
Memutus
Perkara
Cerai
Nomor
350/Pdt.G/2013/Pn.Bks dihubungkan dengan Pasal 2 ayat (2) Undangundang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Sebelum membahas hasil pekara Pengadilan Negeri Bekasi No.
350/Pdt.G/2013/Pn.Bks mengenai gugatan cerai,
dahulu mengenai apa saja yang menjadi pertimbangan Majelis Hakim dalam
memutus perkara yang menyatakan:
1.
2.
b.
48
c.
d.
e.
4.
Pengugat..untuk..membuktikan.dalil..gugatannya..yang..telah..men.gajuk
an bukti surat yang diberi tanda P-1 s/d P-.8 dan dua orang saksi yang
bernama, EVRIYANA SIHOMBING dan HENYSOPIANI, sedangkan
Tergugat tidak mengajukan Duplik, bukti dan saksi karena seelah acara
persidangan dalam acara Duplik, Tergugat.sudah tidak pernah hadir di
persidangan walaupun telah dipanggil secara patut oleh Jurusita
Pengadilan Negeri Bekasi.
49
5.
6.
Penguggat
dengan
Tergugat
telah
.melangsungkan
50
8.
Menimbang,
bahwa
dihubungkan
dengan
dalil-dalil
fakta-fakta
gugatan
yang
Penguggat
ada
apabila
dipersidangan,
51
52
melihat dari segi undang-undang Perkawinan Pasal 2 ayat (1) saja, yang
berisikan Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agamanya dan kepercayaannya itu. Yang dalam penerapan
sebenarnya isi dari Pasal 2 ayat (1) dan (2) itu sudah menjadi aturan mutlak
dan tidak dapat dipisahkan (satu sistem) untuk dapat pengesahan perkawinan
di Indonesia menurut peraturan yang berlaku.
Keputusan yang dijatuhkan oleh hakim dipengadilan seharusnya
berdasarkan pertimbangan yang jelas dan juga cukup. Bilamana putusan tidak
dapat memenuhi hal demikian, maka dapat dikategorikan ke dalam putusan
yang tidak cukup untuk dijadikan pertimbangan, atau harus berdasarkan pada
pertimbangan pasal-pasal tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pada umumnya, hukum sebaiknya berdasar pada yurisprudensi
atau doktrin hukum.
Adapun asas-asas keputusan yang dikenal dalam hukum acara perdata
menurut penulis adalah :
a.
b.
Wajib menggali seluruh bagian gugatan. Putusan harus secara total dan
menyeluruh, memeriksa dan mengadili setiap segi gugatan yang
diajukan.
Karena dalam tata cara pelaksanaan perkawinan tentu mempunyai suatu
53
54
Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
..1974.
55
bagus suatu kualitas putusan yang dijatuhkan oleh hakim, jika ada pihak yang
tidak menerima atau merasa tidak adil dapat menggunakan upaya hukum
yang tersedia. Kalau dilihat dari asas hukum yang disimpulkan oleh Sudikno
Mertokusumo dalam buku Penemuan Hukum, bahwa asas hukum bukan
merupakan hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum
dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terdapat
dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan
perundang-undangan. 3
Sesuai dengan peraturan yang ada yaitu Undang-Undang No. 20 Tahun
1947 tentang Pengadilan Peradilan Ulangan. 4Sementara pandangan lain
apabila hakim yang terbukti melakukan tindak pidana misalkan menerima
suap, korupsi dan penyalahgunaan lain dalam menjalankan tugasnya sebagai
profesional penyelesai, suatu masalah menjadi persoalan yang tersendiri,
bahwa hakim yang bersangkutan bertanggung jawab secara pribadi atas
perbuatannya, tetapi hasil putusan perkara yang di tangani oleh hakim
tersebut sebelumnya tidak dapat di rubah lagi kecuali melakukan upaya
hukum, hal ini dapat menimbulkan kerugian bagi pihak yang kalah, terlebih
lagi dapat mencemarkan bagi penegakan hukum.
Hakim dianggap mempunyai wewenang dalam memutus suatu perkara karena
dalam undang-undang nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Pasal 1 yang menyatakan kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
3
4
56
Indonesia,
untuk
itu
terhadap
putusan
nomor
57
58
diterima atau ditolaknya suatu gugatan. Tidak semua dalil yang menjadi dasar
gugatan harus dibuktikan dahulu kebenarannya sebab dalil-dalil tersebut
disangkal, apalagi diakui sepenuhnya oleh pihak lawan.
Dalam menjatuhkan putusan beban pembuktian, hakim harus bertindak
arif dan bijaksana serta tidak berat sebelah. Semua peristiwa itu adalah suatu
keadaan konkret. Oleh sebab itu, pembuktian tersebut harus diperhatikan
hakim secara seksama. melihat melalui gugatan cerai yang di kabulkan
melalui perkara nomor 350/Pdt.G/2013/Pn.Bks maka dasar pertimbangan
hakim
bertentangan
dengan
beberapa
undang-undang
dan
lembaga
perkawinannya
menurut
agamanya
dan
berbagai
perundagann-undangan
mengenai
pencatatan
perkawinan.
b
59
informasi
Administrasi
Kependudukan
serta
yang
bertanggung
jawab
dan
berwenang
60
Akibat
Hukum
Terhadap
Putusan
Perceraian
Nomor
61
Umum
Mengenai
Perundang-Undangan
untuk
Indonesia,
62
dinyatakan sah menurut hukum dan yang kedua adalah tuntutan agar
perkawinan tersebut dinyatakan sah menurut hukum dan yang kedua
adalah tuntutan agar perkawinan tersebut putus karena perceraian dengan
segala akibat hukumnya termasuk mengenai hak asus anak, maka Majelis
Hakim Tingkat Banding terlebih dahulu akan mempertimbangkan tentang
sah atau tidaknya perkawinan Penggugat dengan Terguggat ditinjau dari
perspektif hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia.
2. Bahwa didalam pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) undang-undang nomor 1
tahun 1974 tentang Perkawinan pada pokoknya dikatakan bahwa suatu
perkawinan dinyatakan sah apabila memenuhi dua syarat yang bersifat
kumulatif yaitu :
a) Dilakukan
menurut
hukum
masing-masing
agama
dan
kepercayaannya;
b) Dicatatkan menurut peraturan perundang-undagan yang berlaku;
3. Bahwa perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat tersebut telah
tercatat dalam Surat Hot Ripe-Akte Nikah no.063/A.N/01-I/XXV/2010
yang dikeluarkan oleh Huria Kristen Batak Protestan Jambi Ressort Jambi
dan ditandatangani oleh Pdt. S.M.T. hutagalung selaku Pendeta Huria
Kristen Batak Protestan Ressort Jambi;
4. Bahwa Pdt. S.M.T. hutagalung selaku Pendeta Huria Kristen Batak
Protestan Ressort Jambi yang menanda tangani Surat Hot Ripe Akte
Nikah antara Penggugat dengan Tergugat
63
putusan
Pengadilan
Negeri
Bekasi
Nomor
64
Twinning & Meirs, dalam Innis Christie, Intoduction to the Common law, Amsterdam: vrije
...universiteit, 2002, hal 4.
65
perintah hakim dan keempat adanya justifikasi yang memperkuat alasanalasan yang mendasar putusan hakim. 7
Penulis berpendapat alasan perkawinan yang hanya mengacu pada Pasal 2
ayat (1) saja yang dimaksudkan perkawinan adalah sah apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, tidaklah
dapat dijadikan alasan pemutusan perkara cerai seperti perceraian pada
umumnya yang sudah menjalani sesuai dengan prosedural hukum mengenai
tata cara perkawinan agar perkawinannya secara sah diakui oleh negara
melalui administrasi.
Adapun tata cara perkawinan yang dimaksud menurut Peraturan
Pemerintah nomor 9 tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan :
1. Pasal 3 ayat (1) Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan
memberitahukan kehendaknya itu kepada Pegawai Pencatat ditempat
perkawinan akan dilangsungkan.
Pasal 3 ayat (2) Pemberitahuan tersebut dalam ayat (1) dilakukan
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum perkawinan
dilangsungkan.
Pasal 3 ayat (3) Pengecualian terhadap jangka waktu tersebut dalam ayat
(2) disebabkan sesuatu alasan yang penting, diberikan oleh Camat atas
nama Bupati Kepala Daerah.
Muhammad Syaifuddin, et al, Sumber-Sumber Hukum Perceraian, Jakarta:Sinar Grafika, hal 100
66
Pencatat
yang
menghadiri
perkawinan
dan
bagi
yang
67
68
69
10
70
71
nomor
350/Pdt.G/2013/Pn.Bks,
dapat
menimbulkan
suatu
11
Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm, 5
72
perkara cerai ini hanya terkait dengan pasal 2 ayat (1) dalam undang-undang
Perkawinan saja, adalah suatu perkawinan yang tidak tercatat (faktor agama)
di anggap sebagai perkawinan yang telah sesuai dengan peraturan
administrasi pemerintah yang di atur oleh Kantor Catatan Sipil.
Keberadaan Catatan
Sipil di
sesama
warga
berarti
negara
Indonesiadalamhal pencatatan
b.
c.
d.
e.
12
73
f.
g.
h.
Surat izin pengadilan apabila tidak ada izin dari orang tua/wali;
i.
j.
k.
l.
Surat izin Pengadilan bagi suami yang hendak beristri lebih dari seorang;
Catatan Sipil agar pernikahan juga diakui oleh negara. Untuk pernikahan
secara Kristen, umumnya petugas Catatan Sipil juga hadir saat pemberkatan
berlangsung sehingga pernikahan Anda langsung tercatat di Catatan Sipil.
Karena itu perlu juga mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan untuk
Catatan Sipil, bersamaan dengan persiapan pernikahan yang kan dilakukan di
gereja.Bagi pasangan sesama WNI :
74
75
mempunyai kepentingan, atau dengan kata lain sama dengan tercatat sesuai
dengan aturan perundang-undangan,yang bisa di anggap melalui putusan
hakim ini dapat mengajukan segala keinginan dari salah satu pihak seperti
dalam dalil-dalil yang telah disampaikan para pihak melalui Putusan
Pengadilan Nomor 350/Pdt.G/2013/Pn.Bks.
Pencatatan perkawinan yang sesuai dengan undang undang bertujuan
mejadikan peristiwa perkawinan itu menjadi jelas, baik bagi mereka yang
bersangkutan maupun bagi orang lain atau masyarakat, karena dapat dibaca
dalam suatu surat yang bersifat resmi dan termuat dalam suatu daftar yang
khusus disediakan untuk itu. Sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan bila
diperlukan, terutama sebagai alat bukti tertulis yang otentik. Dengan adanya
surat bukti, dapat dibenarkan atau dicegah perbuatan yang ada hubungannya
dengan perkawinan itu.
Bukankah hukum itu sendiri bersifat adil, seperti semboyan hukum, Fiat
Justitia Ruat Caelum, Keadilan harus ditegakkan, walau langit runtuh. Lalu
bagaimana bisa dikatakan suatu keadilan jika ada pihak di rugikan dalam
analisis perkara ini masyarakatlah yang menjadi korban, apalagi bagi
masyarakat yang telah menjadi bagian warga negara Indonesia yang baik
dengan mematuhi aturan-aturan bernegara.