You are on page 1of 8

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Lansia
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia lansia disebutkan adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Sofia, 2014). Sedangkan
menurut Adilah (2014) menua atau lanjut usia didefinisikan sebagai proses yang
mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang lemah atau rentan dengan
berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya
kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian secara eksponensial.
B. Teori Menua
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori biologi, teori
psikologis, teori sosial dan teori psikososial.
1. Teori Biologi
a. Teori Genetik
Teori ini menyebutkan bahwa manusia dan hewan terlahir dengan
program genetik yang mengatur proses menua selam rentan hidupnya.
b. Teori Nutrisi
Proses menua dan kualitas proses menua dipengaruhi intake nutrisi
seseorang sepanjang hidupnya.
c. Teori Stress
Teori stress mengungkapkan bahwa proses menua terjadi akibat
kehilangan sel-sel yang digunakan tubuh.
2. Teori Psikologis
a. Teori kebutuhan dasar manusia
Dalam pemenuhan kebutuhannya, setiap individu memiliki prioritas seorang
individu akan berusaha memenuhi kebutuhan piramida lebih atas ketika
kebutuhan di tingkat piramida dibawahnya telah terpenuhi. Kebutuhan pada
piramida tertinggi adalah aktualisasi diri. Ketika individu mengalami proses
menua ia akan berusaha memenuhi kebutuhan di paramida tertinggi yaitu
aktualisasi diri.
b. Teori individualisme Jung
Menurut teori ini, kepribadian seseorang tidak hanya berorientasi pada dunia
luar namun juga pengalaman pribadi. Keseimbangan merupakan faktor yang
sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Menurut teori ini proses
menua dikatakan berhasil apabila seorang individu melihat kedalam dan nilai
dirinya lebih dari sekedar kehilangan atau pembatasan fisiknya.

c. Teori tugas dan perkembangan


Menurut tugas dan perkembangan ego Ericson, tugas perkembangan lansia
adalah integrity versus depair. Jika lansia dapat menemukan arti hidup yang
dijalani, maka lansia akan memiliki integritas ego untuk menyesuaikan dan
mengatur proses menua yang dialaminya.
3. Teori Sosiologi
a. Teori interaksi sosial
Menurut teori ini, pada lansia terjadi penurunan kekuasaan dan prestise
sehingga interaksi sosial mereka mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah
harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah
b. Teori penarikan diri
Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan
disekitarnya. Lansia mengalami kehilangan ganda yang meliputi: kehilangan
peran, hambatan kontak sosial, berkurangnya komitmen.
c. Teori berkesinambungan
Menurut teori ini setiap orang pasti berubah menjadi tua namun kepribadian
dasar dan pola perilaku individu tidak akan mengalami perubahan. Pengalaman
hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat
menjadi lansia.
C. Perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia
1.
Perubahan Fisik
Perubahan organ akibat proses menuadijelaskan sesuai dengan sistem organ tubuh
dalam hal ini perbahan yang dapat terjadi pada lansia pada kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) dan aktivitas sehari-hari independen
(IADL) yang berpengaruh terhadap kualitas kehidupan individu lansia
Adapun perubahan-perubahan yang dialami lansia yaitu:
a. Sistem cardiovaskuler
Sistem cardiovaskuler mengalami penurunan efisiensi sejalan dengan proses
menua ataupun penyakit kardiovaskular pada populasi lansia membuatnya sulit
untuk dibedakan antara proses menua ataupun penyakit. Perubahan yang terjadi
akibat proses menua:
1). Jantung
Kekuatan otot jantung menurun
Katup jantung mengalami penebalan
Nodus sinoatrial yang bertanggung jawab terhadap kelistrikan jantung
menjadi kurang efektif dalam menjalankan tugasnya dan impuls yang
dihasilkan melemah

2). Pembuluh Darah


Dinding arteri menjadi elastis
Dinding kapiler menebal sehingga menyebabkan melambatnya pertukaran
nutrisi dan zat sisa metabolisme
3). Darah
Volume darah menurun sejalan penurunan cairan tubuh akibat proses
menua
Aktivitas sumsum tulang mengalami penurunan sehingga terjadi
penurunan sel darah merah.
b. Sistem pernafasan
Perubahan yang terjadi akibat proses menua
1). Cavum thorax
Cavum thorax menjadi kaku sering dengan proses klasifikasi kartilago
Vertebrae thorakalis mengalami pemendekan dan osteoporosis
menyebabkan postur bungkuk yang akan menurunkan ekspansi paru dan
membatasi pergerakan thorak
2). Otot bantu pernafasan
Otot abdomen melemah sehingga menurunkan usaha nafas baik inspirasi
maupun ekspirasi
3). Perubahan intrapulmonal
Daya recoil paru semakin menurun seiring bertambahnya usia
Alveoli melar dan menjadi lebih tipis dan walaupun jumlahnya konstan.
Jumlah alveoli yang berfungsi menurun secara keseluruhan\
Peningkatan ketebalan membran alveoli kapiler menurunkan area
permukaan fungsional untuk terjadinya pertukaran gas.
c. Sistem Muskuluskeletal
Sebagian besar lansia mengalami perubahan postur, penurunan rentang gerak,
dan gerakan yang melambat. Perubahan ini merupakan conroh dari banyak
karakteristik normal lansia yang berhubungan dengan proses menua.
1). Struktur tulang
Penurunan massa tulang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan lemah\
Penurunan massa tulang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan lemah
Columna vertebralis mengalami kompresi sehingga menyebabkan
penurunan tinggi badan.
2). Kekuatan otot
Regenerasi jaringan otot berjalan lambat dan massa
D. Masalah yang dialami oleh lansia
1. Perubahan mobilitas

Proses menua yang diikuti oleh adanya penyakit kronis, menempatkan lansia
berisiko mengalami gangguan mobilitas. Imobilisasi merupakan masalah tersering
yang dialami lansia. Masalah yang dialami oleh lansia terutama pada mobilitas
fisik diantaranya:
a. Sistem muskuluskeletal
Proses menua yang terjadi pada sistem muskuluskeletalmeningkatkan risiko
imobilitas. Tulang lansia mengalami penurunan densitas dan menjadi rapuh.
Hal ini terjadi karena perubahan formasi tulang pada tingkat seluler. Akibatnya
lansia berisiko mengalami osteoporosis dan berisiko mengalami komplikasi
lain dari faraktur
b. Sistem kardiovaskuler
Perubahan akibat menua pada sistem kardiovaskuler berhubungan dengan
kondisi inaktivitas. Perubahan yang terjadi akibat proses menua dapat menjadi
lebih parah jika diikuti dengan kondidi imobilitas
c. Sistem pernafasan
Perubahan akibat menua pada sistem pernafasan menyebabkan lansia lebih
berisiko terhadap berbagai komplikasi. Ketika terjadi proses menua, terjadi
proses menua, terjadi perubahan anatomis yang mempengaruhi fungsi pulmo.
Peningkata kekuatan costae, kifosis dan osteoporosis mengurangi komplience
dinding dada menyebabkan lansia kesulitan untuk mempertahankan
aktivitasnya dan menigkatkan risiko komplikasi yang ditimbulkan oleh
mobilisasi.
d. Respon terhadap penyakit
Masalah kesehatan kronik akan menyebabkan lansi membatasi aktivitasnya.
Selain itu, penurunan penglihatan akan membatasi lansia karena takut risiko
jatuh. Nyeri pada ekstremitas juga membatasi lansia membatasi aktivitasnya.
2. Risiko jatuh
Sejalan dengan penurunan mobilitas, potensi jatuh pada lansia meningkat seiring
dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada sistem tubuh. Proses menua pada
sistem muskuluskeletal yang dapat mengakibatkan gangguan mobilisasi juga
meningkatkan risiko jatuh pada lansia.
3. Perubahan psikososial dan sipritual
a. Kehilangan pasangan, kehilngan hubungan dengan orang lain disekitarnya
dapat menyebabkan lansia berduka
b. Penurunan pendapatan menyebabkan penurunan status ekonomi lansis
c. Distress spiritual dapat menyebabkan dampak kesehatan fisik dan mental

Pathway Proses Menua

Teori proses menua


1. Faktor biologi
2. Faktor psikologi
3. Faktor sosial

Perubahan-perubahan
terjadi pada lansia

yang

1. Terganggunya
pembentukan sel
2. Penurunan fungsi sel
3. Penurunan
fungsi
imunitas
4. Penurunan semua fungsi
organ tubuh
5. Perubahan psikologis
6. Perubahan mental
7. Perubahan spiritual

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2. Risiko tinggi terjadinya infeksi
3. Keterbatan mobilitas fisik
4. Risiko terjadinya cidera
5. Gangguan pemenuhan ADL
E. Konsep Penyakit

Penurunan berbagai fungsi


sistem dan organ tubuh: paru,
jantung, ginjal, penglihatan,
perencanaan, muskuluskeletal

1. Definisi Osteoartritis
Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif diman terjadi kerusakan tulang dan
sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut, terutama
pada sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
2. Etiologi
Penyakit ini tidak diketahui secara pasti penyebabnya, namun ada beberapa faktor
risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain:
a. Usia > 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah
yang terkuat, selain itu perubahan sendi pada penuaan berbeda dengan
perubahan pada osteoartritis
b. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena penyakit osteortritis lutut dan sendi, sedangkan
laki-laki sering terkena pada paha, pergelangan tangan dan leher
c. Cidera
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan risiko osteoartritis tertentu
3. Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak, umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula
terasa kaku kemudian timbul rasa nyeri terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi, perubahan gaya berjalan.
4. Patofisologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan sinovial menjadi menebal,
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus atau penutup kartilago. Pannus masuk ke tulang sub khondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago estiknes sehingga kartilago menjadi nekrosis.
5. Pemeriksaan Diagnosis
a. Tes serologi
Sedimentasi eritrosit meningkat
b. Pemeriksaan radiologi
Periartikular osteoporosis
c. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi
dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik

6. Penatalaksanaan
a. Medika mentosa
Tidak ada pengobatan medika mentosa yang spesifik, hanya bersifat
simptomatik. Obat antiinflamasi non steroid (OAINS) bekerja sebagai
analgesik hanya mampu mengurangi peradangan
b. Menghindari aktifitas yang berlebih
c. Fisioterapi
Seperti pemberian kompres hangat dan dingin
d. Diit rendah purin
F. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan atau pada tungkai. Perasaan
tidak nyaman dalam beberapa periode atau wakru sebelum pasien mengetahui
dan merasakan adayna perubahan.
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral). Amati
warna kulit, dan pembengkakan. Catat apabila ada deviasi (keterbatasan gerak
sendi) dan nyeri saat sensi digerakkan
c. Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan osteoartritis yang
dialami oleh pasien dengan menggunakan pemeriksaan diagnostik, maka
diagnosa keperawatan yang muncul:
1). Diagnosa I
: Gangguan rasa nyaman: nyeri ybd proses inflamasi, destruksi sendi
Tujuan: Nyeri dapat berkurang dalam waktu 2x24 jam
Kriteria Hasil: Skala nyeri 0-3, ekspresi wajah rileks, vital sign TD: 100140/70-90 mmHg, N: 60-80 x/mnt, RR: 18-24 x/mnt
Intervensi:
a). Observasi vital sign
R/ untuk mengetahui intensitas nyeri dari perubahan vital sign
b). Kaji intensitas nyeri dan lokasi nyeri
R/ Nyeri merupakan pengalan subyektif yang dapat dinilai dari lokasi
dan skala nyeri.
c). Modifikasi lingkungan untuk klien
R/ Memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri
d). Anjurkan pada klien untuk mengkompres sendi yang mengalami nyeri
dengan kompres hangat.
R/ memberikan raa nyaman pada klien untuk mengurangi nyeri
e). Kolaborasi pemberian obat-obatan analgetik
R/ mengurangi rasa nyeri
2). Diagnosa II: Hambatan mobilitas fisik ybd gangguan muskuluskeletal
Tujuan: Gangguan mobilitas dapat berkurang dalam waktu 3x24 jam

Kriteria Hasil: kekuatan otot 5, aktivitas klien dapat dilakukan secara


mandiri
Intervensi:
a). Kaji kekuatan otot klien
R/ Untuk mengetahui kekuatan otot klien berhubungan dengan
pemenuhan aktivitas klien
b). Bantu klien untuk melakukan ROM aktif/pasif
R/Agar klien mampu menggerkkan tubuh terutama sendi yang
mengalami kekakuan atau nyeri
c). Berikan alat bantu misalnya tongkat
R/ Untuk membantu melakukan aktivitas sehari-hari

You might also like