You are on page 1of 2

Angka Kematian Ibu Tinggi, BKKBN

Serukan '4 Jangan dan 3 Terlambat'


M Reza Sulaiman - detikHealth
Rabu, 29/01/2014 17:15 WIB
Info Penyakit Info Obat
Amblyopia

Deskripsi

Penyebab

Gejala

Pengobatan

Aneurisma Aorta Abdominalis


Astigmatisma

Foto:
BKKBN
Berita Lainnya

Remaja, Kelompok yang Jadi 'Sasaran Empuk' Produk Rokok

Kampanye Anti-rokok, Komnas PT Gelar Kompetisi Amal Futsal

5 Cara Ini Bisa Cegah Komplikasi Diabetes

Lakukan Cara-cara Ini Agar Anda Terhindar dari MERS

Susu dan Ikan, Mana yang Lebih Sering Timbulkan Alergi?

Jakarta, Angka harapan hidup di Indonesia memang diprediksi akan melandai


sampai tahun 2035. Selain karena tingginya angka kematian bayi dan anak di
Indonesia, meroketnya angka kematian ibu juga merupakan salah satu faktor
penghambat pertumbuhan angka harapan hidup.
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2012, angka kematian ibu meroket dari 228 pada 2007 menjadi 359 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2013. Kepala BKKBN, Prof dr Fasli Jalal, PhD
mengatakan ada kaitan antara pertumbuhan laju penduduk dengan angka kematian
ibu.
"Bertambahnya laju pertumbuhan penduduk membuat akses kepada ekonomi,
pangan, lingkungan rumah yang higienis dengan air bersih dan jamban, menjadi
sulit. Dan yang terkena dampak langsung adalah manusia, sementara yang paling
rentan adalah bayi dan perempuan, terutama ibu melahirkan," ujarnya ketika
ditemui detikHealth seusai acara Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 dan
Pembangunan Nasional di gedung Bappenas, Jl Taman Suropati, Menteng, Jakarta
Pusat, Rabu (29/1/2014).
Menurut data yang diperoleh dari WHO, angka kematian ibu di Indonesia
mencapai 9.900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2012. Hal
itu sama dengan 66 pesawat Boeing 737 seri 400 jatuh dan seluruh penumpangnya
meninggal.
Untuk mengatasi hal tersebut, BKKBN bekerja sama dengan Kementerian
Kesehatan menelurkan petuah yang disebut dengan '4 Jangan dan 3 Terlambat'.
"Jangan kawin terlalu muda, jangan terlalu sering beranak, jangan terlalu dekat
jarak melahirkan, dan jangan terlalu tua," papar Prof Fasli.
Ia menambahkan petuah 4-Jangan tersebut harus didukung untuk mencegah
terjadinya 3-Terlambat. Yaitu jangan terlambat mendeteksi kelainan kehamilan
pada ibu, jangan terlambat untuk segera pergi ke rumah sakit ketika di deteksi ada
kelainan atau penyakit, dan jangan terlambat ditangani oleh pelayanan kesehatan.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh WHO, Indonesia berada di peringkat ketiga
tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN. Peringkat pertama
ditempati oleh Laos dengan 470 kematian ibu per 100.000 kelahiran, sementara
angka kematian paling kecil dimiliki oleh Singapura dengan 3 kematian per
100.000 kelahiran.

You might also like