You are on page 1of 10

9

Tes Kepribadian (Proyektif)

Diah Widiawati, M.Psi

Kita telah membahas mengenai metode pengukuran kepribadian. Dalam melakukan


pengukuran kepribadian, kita membutuhkan alat ukur kepribadian. Alat ukur tersebut dapat
berupa panduan wawancara, panduan observasi, inventori ataupun tes proyeksi kepribadian.
Pada pertemuan yang lalu, kita sudah belajar mengenai berbagai jenis alat ukur kepribadian
berbentuk inventori. Pada pertemuan kali ini, kita akan membahas mengenai alat ukur
kepribadian berbentuk proyektif.
Alat Ukur Kepribadian
Bentuk Inventori

Bentuk Proyektif

Woodworth
Personal, Beck
Inventories, MBTI,
MMPI, 16 PF,
MCMI, EPPS

TAT, CAT, Rorschach,


DAM, DAT, HTP, Wartegg,
SSCT

Dalam mengungkap kepribadian seorang manusia, menggunakan alat ukur kepribadian


berbentuk inventori akan sangat memudahkan dan efisien dari segi waktu. Namun,
inventori memiliki salah satu kelemahan, bahwa pada individu tertentu ada kecurangan
atau ketidakjujuran dalam memberikan respon atau jawaban. Oleh karena itu, muncullah
alat ukur kepribadian berbentuk proyektif. Dalam alat ukur kepribadian berbentuk
proyektif, aspek kepribadian yang ingin diungkap tidak ditanyakan secara langsung
kepada testee, karena : (1) Tidak semua orang dapat mengkomunikasikan dengan jelas
ide dan sikap yang ada dalam kesadaran ; (2) Banyak hal yang tidak disadari oleh
seseorang, yang tidak mampu untuk dikemukakannya.
Oleh karena itu, untuk mengungkap kepribadian, diperlukan stimulus sebagai sarana
proyeksi. Asumsinya dari penggunaan stimulus tersebut adalah : (a) Testee akan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan pengalaman masa lalu dan kebutuhan masa
kini ; (b) Testee membuat cerita dengan mengingat pengalaman dan mengekspresikan
kesenangan/ketidaksenangan, kebutuhan secara sadar/tidak sadar.

Tes Kepribadian (Proyektif)

Diah Widiawati, M.Psi

Proyeksi memiliki dua arti, yaitu : (1) Secara umum, kata proyeksi dikaitkan dengan alat
yang bernama proyektor, sehingga proyeksi artinya mengeluarkan gambar dari
proyektor ke suatu layar proyeksi ; (2) Menurut Freud, proyeksi adalah suatu proses
psikopatologis. Proyeksi merupakan satu di antara mekanisme pertahanan diri yang
banyak terjadi pada individu, yaitu kecenderungan melakukan eksternalisasi dari
dorongan yang tidak dapat diterima dan tidak disadari oleh diri sendiri.
Pada tahun 1939, Frank memperkenalkan istilah teknik proyeksi untuk prosedur
pemeriksaan psikologi. Dalam teknik proyeksi ini, stimulus yang diberikan adalah
stimulus ambigu atau tidak jelas. Asumsi diberikannya stimulus yang ambigu adalah
bahwa cara individu mempersepsikan stimulus ambigu akan tergantung pada proses
berpikir, kebutuhan, kecemasan, konflik, atau perasaan yang terjadi dalam diri mereka.
Selain ambigu, stimulus yang diberikan kepada subjek merupakan stimulus tidak
berstruktur. Stimulus tidak berstruktur ini menuntut subjek untuk mendeskripsikan,
melengkapi, menceritakan, atau merespon dengan beberapa cara yang berbeda.
Stimulus tidak berstruktur menyebabkan semakin luasnya kemungkinan jawaban yang
diberikan subyek dan jawaban ini mengandung hal penting dari kepribadian subyek.
Untuk mencapai tujuan ini, maka instruksi yang diberikan kepada subjek, hanyalah
instruksi yang umum dan singkat. Stimulus ambigu dan tidak berstruktur inilah yang
menjadi sifat khas dari pengukuran kepribadian dengan teknik proyektif. Sebuah
stimulus yang semakin ambigu dan tidak berstruktur, maka semakin kecil kemungkinan
subjek untuk bersikap defensif dalam memaparkan dirinya secara tidak sadar.
Kekuatan dari teknik proyeksi adalah dapat menjangkau lapisan-lapisan yang lebih
dalam dari kepribadian, yaitu yang tidak disadari subjek. Artinya, teknik ini sangat efektif
untuk mengungkapkan aspek kepribadian yang tertutup, laten, atau tak sadar.
Sedangkan kelemahan teknik proyeksi adalah : (1) Tidak seobyektif dan seakurat tes
kognitif ; (2) Stimulus yang tidak terstruktur menyebabkan kesulitan dalam membuat
penilaian ; (3) Akibat masalah penilaian, kebanyakan tehnik proyeksi tidak memenuhi
standar konvensional dari validitas dan reliabilitas.
Perkembangan teknik proyeksi pada tahun 1930 1960 ini sangat dipengaruhi oleh teori
psikoanalisa. Hal ini disebabkan karena pada masa itu, teori psikoanalisa merupakan
teori yang sangat kuat pada bidang psikologi dan psikiatri. Pada awalnya, penggunaan
teknik proyeksi hanya terbatas di bidang klinis dan dilakukan secara individual. Namun,

Tes Kepribadian (Proyektif)

Diah Widiawati, M.Psi

dengan berkembangnya ilmu psikologi, ilmu lain, dan teknologi yang pesat, maka teknik
ini dapat diterapkan pada bidang lain dan dilakukan secara klasikal atau kelompok.
Menurut Bellak, tes proyeksi terbagi atas lima kategori, yaitu : (1) Metode yang
didasarkan pada isi. Metode ini berkaitan dengan apa yang dikatakan oleh subjek.
Contohnya adalah TAT, CAT, inquiri dari Rorschach ; (2) Studi terhadap aspek
ekspresif, yaitu bagaimana subjek mengatakan atau melakukan sesuatu. Contohnya
adalah Rorschach dan Grafologi ; (3) Fungsi Gestalt, fungsi ini terlihat apakah subjek
dapat melihat gambar sebagai suatu keseluruhan atau mengabaikan bagian tertentu
dari gambar. Contoh, TAT, CAT, Rorschach, Bender Gestalt ; (4) Body image atau self
image, yaitu bagaimana subjek melihat dirinya. Contoh, DAP, DAT, TAT, CAT,
Rorschach ; (5) Metode memilih (preference), jika sesuatu yang dipilih oleh subjek,
maka itu adalah indikator dari kepribadian dirinya. Contoh, Tes Szondi.
Menurut Anastasi (2007), teknik proyeksi terbagi atas : Pertama, Teknik Noda Tinta,
yaitu teknik proyeksi yang menggunakan noda tinta. Misalnya Tes Rorschach, Sistem
Komprehensif Exner, Teknik Noda Tinta Holtzman. Kedua, Teknik Gambar (Pictorial),
yaitu teknik yang menggunakan gambar orang atau hewan sebagai stimulus. Misalnya
TAT, CAT, Tell Me A Story, Gerontological Apperception Test, Rosenzweig Picture
Frustration Study. Ketiga, Teknik Verbal, yaitu teknik yang menggunakan kata-kata
secara keseluruhan sebagai sebuah stimulus. Misalnya, SSCT, FSCT. Keempat, Teknik
Kinerja,

yaitu

sebuah

teknik

yang

memberikan

kesempatan

subjek

untuk

mengungkapkan diri melalui sebuah aktivitas tertentu. Misalnya, DAM, DAT, Wartegg.

Teknik Proyeksi

Noda Tinta

Pictorial

Teknik Verbal

Teknik Kinerja

Rorschach, Sistem
Komprehensif
Exner, Holtzman

TAT, CAT, GAT,


Tell Me A Story,
Rosenzweig
Picture

SSCT, FSCT

Tes Grafis : DAM,


DAT, HTP,
Wartegg

Teknik ini tidak akan dipelajari dalam satu pertemuan.


Dalam pertemuan ini, kita akan membahas Teknik Kinerja
(Draw A Man, Draw A Tree, HouseTreePerson, Wartegg).

Tes Kepribadian (Proyektif)

Diah Widiawati, M.Psi

SEJARAH PERKEMBANGAN TES GRAFIS


Pada akhir abad 19, Fechne, Wundt dan Ebbinghaus merupakan psikiater di bidang
gangguan mental, yang mempengaruhi teknik untuk melakukan asesmen klinis terhadap
para pasiennya. Dalam pengukuran kepribadian, Tes Grafis muncul sebagai salah satu
jenis tes kepribadian bentuk proyektif. Tes Grafis ini berkembang pada awal abad 20,
walaupun pada beberapa dekade sebelumnya sudah terdapat berbagai aplikasi
grafologi berupa pembacaan tulisan tangan, tanda tangan dan coretan manusia yang
dapat diintepretasikan. Dalam bidang Grafologi, muncul tokoh penting seperti
Goodenough, Machover, Moch, Kinget, Wartegg dan yang lainnya. Bidang Grafologi ini
terus berkembang hingga saat ini, untuk mengungkap proyeksi dari grafis, baik dengan
metode kualitatif maupun kuantitatif.

DRAW A MAN / DRAW A PERSON


Ada dua jenis utama tes grafis menggambar orang, yaitu :
a. Berdasarkan Teori Goodenough-Harris. Tes Goodenough-Harris mengungkap

kemampuan IQ, dengan dasar bahwa sebelum orang dapat membaca dan menulis,
maka yang dilakukan adalah menggambar atau melakukan coretan. Tes ini meminta
subjek untuk menggambar figur manusia, karena adanya asumsi bahwa gambar yang
mudah dikenali dari suatu objek adalah bentuk manusia dan semenjak dini individu
sudah seringkali menggambar orang dibandingkan menggambar bentuk atau objek
lain. Menurut Florence Laura Goodenough, individu melakukan coretan karena
adanya proses mental berdasarkan perkembangan intelektual. Menurut Goodenough,
gambaran anak kecil terkait erat antara konsep perkembangan mental dan
kemampuan

intelegensi

secara

umum.

Goresan

atau

coretan

anak

lebih

menunjukkan ekspresi diri dibandingkan keindahan. Gambar yang dibuat cenderung


apa yang diketahui dan bukan apa yang dilihat. Dasar tersebut merupakan landasan
perkembangan intelegensi dan mental anak yang dapat diamati mengacu pada
standar normatif yang harus dibuat. Pada versi Goodenough, subjek diminta
menggambar satu figur manusia dan dinilai dalam 53 aspek. Aspek yang muncul
akan diberi nilai 1, jika tidak muncul diberi nilai 0. Nilai total yang diperoleh akan

Tes Kepribadian (Proyektif)

Diah Widiawati, M.Psi

dikonversikan ke norma sesuai usia dan menghasilkan nilai IQ. Harris merevisi tes
menjadi tes Goodenough-Harris. Harris menguatkan aspek penting yang belum
selesai dikembangkan oleh Goodenough. Skala penting yang ditambahkan oleh
Harris adalah tema yang dapat diamati pada fase remaja. Pada versi ini, subjek
diminta menggambar tiga gambar yaitu : laki-laki, perempuan dan diri sendiri. Aspek
yang dinilai berjumlah 73. Nilai total dikonversikan ke norma sesuai usia. Tes ini
dipakai untuk melihat perkembangan mental anak dan mengukur IQ remaja. Tes ini
mudah digunakan dibandingkan Binet atau tes Weschler. Aspek-aspek yang ada
pada tes ini antara lain adalah : kepala, kaki, tangan, tubuh, bahu, leher, muka,
telinga, kening, mata, bulu mata, pupil, dagu, hidung, mulut, bibir, lubang hidung,
rambut, pakaian, bagian-bagian pakaian, jari, lengan, tumit, dll. Gambar di bawah ini
merupakan Proses perkembangan goresan dari 2 tahun sampai 6 tahun

b. Berdasarkan teori Machover (1949). Versi Machover lebih mengungkap kondisi


psikis berdasarkan teori psikoanalisa. Machover berasumsi bahwa individu
menggambar orang adalah cerminan atau persepsi diri dengan berbagai atribut yang
melatarbelakangi. Ada aspek yang dapat diintepretasikan dari hasil coretan, yaitu : (i)
bagaimana cara subjek menggambar ; (ii) bagaimana posisi gambar ; (iii) ruang yang
dipakai subjek, apakah figur ditempatkan di bagian atas, bawah, kanan atau kiri dari
kertas ; (iv) gerak, apakah subjek menggambar dengan tekanan, arsiran, atau
bayangan ; (v) bentuk gambar, yaitu seberapa berkualitas proporsi figur yang
digambar, detil, penyimpangan objek dan penggabungan berbagai objek dalam satu
kesatuan objek manusia ; (vi) ukuran gambar, ukuran gambar proporsional
menunjukkan refleksi langsung dari penilaian diri subjek, sehingga gambar yang
terlalu besar menunjukkan agresi atau dominasi, sedangkan figur yang terlalu kecil
terkait erat dengan ketidakpercayaan diri, rasa rendah diri dengan lingkungan sosial.
Namun, perlu diperhatikan, bahwa representasi gambar terlalu besar bukan hanya
aktualitas dari keinginan dominasi atau agresi, tetapi dapat terjadi karena ada faktor
tidak adekuat yang muncul yaitu kompensasi dari rendah diri. Selanjutnya, kita akan
membahas detil mengenai bagian objek manusia itu.

Tes Kepribadian (Proyektif)

Diah Widiawati, M.Psi

Kepala. Dalam psikoanalisa, kepala diartikan sebagai super-ego, pusat kendali diri terhadap
aturan agama, sosial, keluarga, atau hukum. Simbolisasi kepala dapat melihat bagaimana
individu menghadapi atau membawa diri dalam lingkungan. Kepala dianggap sebagai simbol
intelektualitas, fantasi, kematangan, dan eksistensi diri. Jika orang menarik diri dari sosial
cenderung mengabaikan kepala. Hidung yang tidak proporsional dapat dikatakan memiliki
simtom waham grande. Penguatan di bagian mata menunjukkan subjek mencoba mendapat
perhatian lebih dari lingkungan. Penekanan pada bibir menunjukkan kebutuhan berkomunikasi
atau keinginan menonjol di lingkungan. Hidung dan mulut adalah fase perkembangan awal pada
tahap oral dan anal. Ketidakadekuatan hidung dan mulut menunjukkan kecemasan karena pada
fase akhir oral dan anal, individu mulai mengenal rasa cemas.
Leher. Leher diartikan sebagai penghubung super-ego dengan ego dan id. Gambar leher yang
kokoh menunjukkan adanya kontrol diri antara super-ego dan dorongan diri. Penekanan pada
leher menunjukkan subjek merasa cemas atau terkekang terhadap hal-hal yang belum
diselesaikan. Objek kecemasan perlu dihubungkan dengan objek lain dari keseluruhan gambar.
Badan. Badan menunjukkan pusat kesadaran diri. Pada coretan subjek dewasa akan terdapat
aksesoris seperti, kancing baju, saku, sabuk, dasi. Aksesoris menunjukkan adanya kebutuhan
berbeda. Dasi menunjukkan subjek ingin sukses bekerja atau menunjukkan status sosial lebih
tinggi dibandingkan saat ini. Cincin, jam, kalung, gelang menunjukkan kebutuhan akan harta.
Bahu. Bahu menunjukkan kekuatan fisik. Ketiadaan bahu berarti adanya ketidakberdayaan
subjek terhadap hal yang terkait dengan kondisi fisik. Selain itu, ketiadaan bahu menunjukkan
gejala gangguan otak (namun hal ini perlu didukung dengan sumber data lain).
Lengan dan tangan. Lengan dan tangan yang terbuka atau tertutup menunjukkan keterbukaan
atau ketertutupan dalam menghadapi lingkungan. Tangan yang memegang benda tertentu dan
terjadi penguatan pada benda menunjukkan dorongan untuk menguasai. Kepalan tangan
menunjukkan dendam atau dorongan untuk menyelesaikan sesuatu. Tangan disembunyikan atau
disimpan dalam saku menunjukkan ketertutupan.
Kaki dan Tungkai. Kaki menunjukkan kestabilan dalam membawa diri. Ketiadaan tungkai atau
kaki menunjukkan subjek tidak aman atau nyaman dengan kondisi. Kaki dengan aktivitas
menunjukkan subjek memiliki dorongan untuk berubah terhadap beragam situasi.
Gambar

stick-man.

Gambar

stick-man

menunjukkan

regresi

atau

ketidakmatangan

perkembangan mental tertentu. Tidak adanya representasi super-ego dan ego menjadikan subjek
membuat figur dasar berupa coretan-coretan yang merepresentasikan id.

Tes Kepribadian (Proyektif)

Diah Widiawati, M.Psi

DRAW A TREE
Draw a Tree dikembangkan oleh Karl Koch. Materi yang digunakan dalam tes ini
adalah kertas A4 80gr, pensil HB, alas menggambar yang licin dan keras. Instruksi yang
diberikan pada tes ini adalah Gambarlah pohon, kecuali pohon cemara, randu,
kelompok palma, bambu. Mengapa subjek diminta menggambarkan pohon? Tanaman
memiliki sistem terbuka, yaitu pertumbuhan yang menuju keluar. Segala sesuatu terjadi di
permukaan, dibentuk dibawah kulit dan ujung-ujung tunasnya. Keberadaan tanaman adalah
gerakan hidup keluar, usaha menjauhi zone pertumbuhan pusat. Hanya pohon yang
memperlihatkan kondisi ini. Pohon tidak pernah berhenti berkembang, melainkan tumbuh
sempurna, berbunga, berbuah kemudian mati. --- Manusia merupakan sistem tertutup. Hidup fisik
diarahkan kedalam. Semua organ sudah ada sejak awal. Dalam tubuh semua organ diberi
makanan (darah), sepanjang hidup. Dalam eksistensi manusia, segala sesuatu bergerak ke
dalam dan dikendalikan organ pusat. --- Gambar pohon yang dibuat manusia merupakan sekresi
dari yang ada di dalam. Gerak keluar menjadi bentuk yang menyerupai manusia, namun dengan
sifat yang berbeda. Ini yang dikatakan sebagai proyeksi dari psyche. Dalam melakukan

interpretasi gambar, perlu diperhatikan usia dan latar belakang subjek. Kematangan usia
menentukan bentuk objek yang digambar. Latar belakang subjek cenderung
berpengaruh dengan jenis pohon yang digambar.
Ukuran terkait dengan kertas. Ukuran gambar kecil menunjukkan kecenderungan berhati-hati
dan teliti. Sedangkan ukuran gambar besar menunjukkan ambisi yang besar.
Kualitas garis. Goresan kuat menunjukkan sisi agresi dan pemenuhan diri. Goresan lembut
menunjukkan kehalusan, ketertutupan, dan ketenangan diri. Goresan berulang-ulang,
menunjukkan keraguan atau kecemasan.
Penempatan objek. Objek ditempatkan di bagian atas menunjukkan adanya dorongan dalam
hidup. Objek ditempatkan di bagian bawah menunjukkan pribadi yang realistis dan praktis. Objek
ditempatkan di bagian tengah menunjukkan pribadi yang dapat mengatur diri sesuai kemampuan
dengan situasi sekitar.
Detil objek. Gambar memiliki sedikit garis atau hanya garis utama menunjukkan subjek berpikir
secara konseptual dan memandang secara keseluruhan. Gambar memiliki banyak garis
menunjukkan subjek memiliki perhatian terhadap detil.
Penampakan gambar. Gambar yang tinggi menunjukkan harapan yang tinggi. Gambar yang
menguat di bagian atas menunjukkan ambisius atau energik. Gambar yang pendek lebar
menunjukkan adanya kestabilan dan konsistensi. Gambar yang tertiup angin menunjukkan
dorongan untuk bergerak.

Tes Kepribadian (Proyektif)

Diah Widiawati, M.Psi

Dasar. Munculnya dasar tanah menunjukkan rasa aman dan perencanaan. Adanya tanah
menunjukkan kebahagiaan. Dasar pohon digambarkan pada pot menunjukkan keinginan untuk
berubah. Dasar pohon digambarkan di lembah menunjukkan dorongan untuk diperhatikan.
Akar. Kuatnya akar menunjukkan dorongan id yang kuat dan harus dihadapi. Munculnya akar
yang kuat menunjukkan konflik atau kecemasan, karena subjek harus mengekang dorongan itu
yang direpresentasikan dengan kuatnya gambar batang pohon.
Pangkal Batang. Kemiringan dalam pangkal batang menunjukkan hambatan pada fase awal
perkembangan pribadi.
Batang. Adanya gambar batang menunjukkan dorongan menonjolkan diri. Terlalu kuatnya garis
atau tekanan pada batang menunjukkan agresi atau kecenderungan untuk mendominasi sosial.
Bayangan objek. Bayangan terhadap objek menunjukkan keadaan emosional yang ingin
disampaikan. Kualitas bayangan yang lembut menunjukkan kepekaan terhadap sosial, namun
bayangan cenderung gelap menunjukkan kecemasan.
Dahan. Dahan menunjukkan perkembangan yang belum sempurna terhadap sikap sehari-hari
subjek dengan lingkungan.
Mahkota. Mahkota menunjukkan adanya penerimaan individu terhadap norma dan aturan.
Mahkota juga menggambarkan keterbukaan atau ketertutupan dalam menghadapi lingkungan.

HOUSE TREE PERSON (1948) dan KINETIC DRAWING SYSTEM FOR FAMILY AND
SCHOOL
House Tree Person dikembangkan oleh JN, Buck dan WL Warren dari Western
Psychological Services. Tes ini variasi dari tes DAP. Buck berasumsi bahwa, selain
manusia, pohon dan rumah juga memiliki arti simbolis. Pada tes ini, subjek diminta untuk
membuat gambar bebas tanpa ukuran berupa rumah, pohon, dan orang.
Kinetic Drawing System for Family and School dikembangkan oleh HM. Knoff dan HT
Prout dari Western Psychological Services. Tes ini ditujukan untuk anak-anak dan
remaja. Pada tes ini, subjek diminta menggambar keluarganya yang sedang
mengerjakan

sesuatu.

Setelah

gambar

selesai,

subjek

diminta

untuk

(1)

mengidentifikasi tiap anggota keluarga pada gambar itu ; (2) mendeskripsikan apa yang
dilakukan anggota keluarga dalam gambar itu dan mengapa mereka melakukannya ; (3)
menjelaskan hubungan antar anggota keluarga itu. Prosedur ini dapat diterapkan juga
pada konteks sekolah.

Tes Kepribadian (Proyektif)

Diah Widiawati, M.Psi

WARTEGG (Drawing Completion Test)


Pada awalnya, tes ini dikembangkan oleh Krueger dan Sander dari Leipzig University
dengan paham Ganzheit Psychologie atau Wholistic Psychology atau Psikologi Gestalt.
Kemudian, pengembangan selanjutnya dilakukan oleh Ehrig Wartegg dan Kinget. Tes
Wartegg yang sering disajikan di Indonesia merupakan versi dari Kinget. Tes ini terdiri
empat deret kotak di bagian atas dan empat deret kotak di bagian bawah dengan ukuran
1,5 x 1,5 inchi. Masing-masing kotak terdiri dari pola tertentu berupa titik, garis lengkung,
garis kaku. Kinget berasumsi bahwa delapan stimulus dapat memberi sarana bagi
subjek untuk melakukan eksplorasi terhadap berbagai nilai yang relevan. Dengan
demikian, tester dapat melakukan diagnosa dari respon subjek.
Sander menyatakan bahwa goresan dapat menunjukkan empat aspek. Pertama, Emosi.
Emosi terbagi dua yaitu terbuka (outgoing) dan tertutup (seclusive). Kedua, Imajinasi.
Imajinasi Kombinasi didasarkan pada persepsi dan penerimaan berbagai hubungan
realitas yang ada. Imajinasi Kreatif didasarkan pada tidak adanya hubungan antara
realitas dengan fantasi pribadi. Ketiga, Intelektual. Inteligensi Praktis menekankan pada
pola pikir sistematis, fakta, dan realitas konkret. Inteligensi Spekulatif menekankan pada
prinsip.

Keempat,

Aktivitas.

Aktivitas

Dinamis

menunjukkan

individu

siap

mengeksplorasi dan antusias untuk pemenuhan kebutuhan diri. Aktivitas Terkontrol


menunjukkan subjek lebih stabil dalam setiap pilihan dan tindakan.
Ada tiga tahap penting untuk melakukan interpretasi dalam tes Wartegg, yaitu :
1. Stimulus Drawing Relation, yaitu melihat hubungan gambar subjek dengan stimulus
yang ada, apakah stimulus menjadi bagian dari gambar atau terlepas dari gambar.
SDR membantu tester untuk melihat persepsi dan afeksi subjek.
2. Content, yaitu melihat isi gambar subjek. Suatu gambar mempunyai isi atau makna
jika mewakili sebagian dunia fisik yang dapat dilihat. Content membantu tester
melihat kecenderungan minat dan pikiran dari subjek.
3. Execution, yaitu melihat bagaimana cara subjek membuat gambar. Hal itu dapat
dilakukan dengan melihat bagaimana ukuran gambar, kualitas garis, dll).

Tes Kepribadian (Proyektif)

Diah Widiawati, M.Psi

Stimulus Drawing Relation


1. Titik. Titik merupakan stimulus kecil dan mudah terabaikan. Munculnya respon terhadap titik
menunjukkan kepekaan, emosi stabil, spontan, dan detil. Tidak adanya respon terhadap titik
menunjukkan ketegangan, rasa tidak aman, emosi labil dan kurang perhatian.
2. Wavy line. Munculnya respon menunjukkan hubungan sosial memadai. Tidak adanya respon
menunjukkan keterasingan, ketegangan dan kecemasan, tidak aman dan hambatan afeksi.
3. Tiga garis vertikal menaik. Munculnya respon menunjukkan keinginan untuk maju, dan
stabil. Tidak adanya respon menunjukkan kurang aktif, dan rendahnya self-esteem.
4. Kotak hitam. Munculnya respon menunjukkan solid, statis, kaku dan mampu berpikir faktual.
Tidak munculnya respon menunjukkan kurang realistik dan praktis dalam berpikir.
5. Dua garis hampir menyilang. Munculnya respon menunjukkan mampu berpikir faktual,
teoritis, kompetitif dan ambisius. Tidak adanya respon menunjukkan pola pikir praktis, kurang
aktif, dan kurang konsisten.
6. Garis horisontal dan vertikal. Munculnya respon menunjukkan mampu berpikir faktual,
teoritis, kompetitif dan ambisius. Tidak adanya respon menunjukkan pola pikir praktis, kurang
aktif, dan kurang konsisten.
7. Setengah lingkaran dot. Munculnya respon menunjukkan keluwesan, detil, dan cerdas.
Tidak adanya respon menunjukkan tidak aktif secara sosial, ketegangan, kurang perhatian.
8. Kurva. Munculnya respon menunjukkan hubungan sosial yang memadai. Tidak adanya
respon menunjukkan keterasingan dan rasa tidak aman.

Daftar Pustaka
Aiken, L.R & Groth-Marnat, G (2009). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi, Jilid 2, Edisi
Kedua Belas. Jakarta : PT Indeks
Alwisol (2009). Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press
Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta : PT Indeks.
Kinget, G.M (2000). Wartegg, Tes Melengkapi Gambar (Terjemahan). Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Markam, S.S. Pengantar Psikodiagnostik. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana
Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Ingat Kode Etik Psikologi!


Tidak dibenarkan untuk menyebarluaskan data dalam modul ini
kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

10

You might also like