Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. NA
Umur
: 13 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Alamat
: Parepare
Tanggal masuk
: 27 April 2016
: 11.01.42
ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dari keluarga pasien dan pasien sendiri
(heteroanamnesis)
1. Keluhan Utama : luka robek pada punggung kaki kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk dengan luka pada punggung kaki kanan dirasakan
sejak 1 jam SMRS, setelah mengalami kecelakaan lalu lintas saat
pasien mengendarai motor saat pulang sekolah lalu menabrak motor
lain yang melaju dari arah berlawanan. Kaki pasien sebelah kanan
tertindih sepeda motor, akibatnya punggung kaki kanan bawah pasien
mengalami luka terbuka. Namun saat kejadian pasien masih sadar.
Riwayat muntah (-), luka lain pada tubuh (-).
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya
4. Riwayat pengobatan
Selama sakit pasien tdak mengkonsumsi obat-obatan
5. Riwayat operasi
Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya
6. Riwayat keluarga
Tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. PRIMARY SURVEY
Airway
: clear, patent
RR : 22x/mnt
2 detik
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium (27 April 2016)
WBC : 15,5 x103u/L
RBC : 4,27 x 103u/L
Hb : 11,6 gr/dl
Plt : 278 x103 u/L
Hemostasis
CT : 800
Bt : 100
B. Pemeriksaan Radiologi
V.RESUME
Seorang anak perempuan berumur 13 tahun datang ke UGD
RS Andi Makkasau dengan luka robek pada punggung kaki kanan
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam SMRS. Primary
survey clear. Secondary survey : status lokalis : regio pedis dextra.
Look : vulnus laceratum pada dorsal pedis. Edema (+), deformitas (+)
hematom (+) bone expose (+), tendon expose (+). Feel : nyeri tekan
setempat (+) sensibilitas (+), suhu rabaan normal, NVD dalam batas
normal. Move : gerak terbatas nyeri. Pemeriksaan penunjang foto
radiologi pedis posisi AP/Oblique : tampak garis fraktur dengan
konfigurasi community pada shaft metatarsal I, garis fraktur dengan
konfigurasi community pada base metatarsal II, garis fraktur dengan
konfigurasi oblique pada shaft metatarsal III, garis fraktur dengan
konfigurasi community pada shaft metatarsal IV dan V.
VI.
DIAGNOSA KERJA
Open Fracture metatarsal I,II,III,IV,V dextra grade IIIA
VII.
PLANNING DIAGNOSA
Planning Terapi
1. Non operatif
a. Medikamentosa
antibiotik
analgetik
TT
b. Non medikamentosa
2. Operatif
Debridement + Open Reduction Internal Fixation (ORIF) K-Wire
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
trauma langsung, misalnya sering terjadi benturan pada ekstremitas bawah yang
menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula.
3.2.2 Penyebab Fraktur
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa trauma (traumatic fracture)
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau
penarikan. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat
yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila terkena kekuatan tak
langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat
yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin
tidak ada.
2. Fraktur kelelahan atau tekanan (stress fracture)
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal,
terutama pada atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak
jauh.
3. Fraktur patologik (patologic fracture)
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada
penyakit Paget).
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam
tingkat yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik
pendek, biasanya pada tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu
dari fragmen tulang dapat menembus kulit; cedera langsung akan menembus atau
merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang
paling lazim.
Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko
komplikasinya berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak.
Grade I
Grade II
-
Grade III
-
Kontaminasi hebat
Berdasarkan Lokasi
Fraktur dapat terjadi di berbagai tempat pada tulang seperti pada diafisis,
metafisis, epifisis, atau intra artikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan
b.
3.2.4
Fraktur metatarsal
Fraktur Metatarsal merupakan kasus yang sering didapatkan. Kecelakaan
kendaraan bermotor dan kecelakaan kerja yang semakin meningkat juga
mempunyai peranan pada semakin meningkatnya jumlah kasus fraktur metatarsal.
Kelima metatarsal pada kaki mempunyai fungsi yang berbeda sehingga
membutuhkan penatalaksanaan yang berbeda pula. Metatarsal dibagi menjadi tiga
bagian Metatarsal 1,metatarsal 5 dan metatarsal 2-4.
Gejala klinis yang muncul pada fase akut diantaranya adalah nyeri,
bengkak, dan kerusakan jaringan pada kulit yang biasanya cukup dapat
teridentifikasi. Pasien dengan tipe stress fracture biasanya gejala serat tandanya
lebih lama.
Pemeriksaan
penunjnag
radiologi
regio
pedis
dengan
posisi
dideteksi dan begitu pula dengan stress fracture biasanya tidak memperlihatkan
kelainan sampai beberapa minggu setelahnya.
2.2.5
Diagnosis
Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis
lengkap dan melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk
dikonfirmasikan denganmelakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen
untuk membantu mengarahkan danmenilai secara objektif keadaan yang
sebenarnya.
A. Anamnesa
Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur), baik yang
hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk
menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat,
karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur
terjadi ditempat lain. Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh
dari ketinggian atau jatuh dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan,
tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau karena
trauma olah raga. Penderita biasanya datang karena nyeri, pembengkakan,
gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau
datang dengan gejala-gejala lain.
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
Sinar -X
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya
fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk
menentukan
keadaan,
lokasi
serta
eksistensi
fraktur.
Untuk
Dua pandangan
Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X
tunggal dan sekurang-kurangnya harus dilakukan 2 sudut
pandang (AP & Lateral/Oblique).
Dua sendi
Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami
fraktur atau angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi
kecuali kalau tulang yang lain juga patah, atau suatu sendi
Dua tungkai
Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis
fraktur. Foto pada tungkai yang tidak cedera akan bermanfaat.
Dua cedera
Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih
dari 1 tingkat. Karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau
femur perlu juga diambil foto sinar-X pada pelvis dan tulang
belakang.
Dua kesempatan
Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat,
kalau ragu-ragu, sebagai akibatresorbsi tulang, pemeriksaan
lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat memudahkan diagnosis.
Pencitraan Khusus
Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi
perlu dinyatakan apakah fraktur terbuka atau tertutup, tulang mana
yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur
serta bentuk fraktur itu sendiri. Konfigurasi fraktur dapat menentukan
prognosis serta waktu penyembuhan fraktur, misalnya penyembuhan
fraktur transversal lebihlambat dari fraktur oblik karena kontak yang
kurang. Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata
pada sinar-X biasa.Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau
fraktur kondilus tibia. CT atau MRI mungkin merupakan satu-satunya
cara yang dapat membantu, sesungguhnya potret transeksional sangat
penting untuk visualisasi fraktur secara tepat pada tempat yang sukar.
Radioisotop scanning berguna untuk mendiagnosis fraktur-tekanan
yang dicurigai atau fraktur tak bergeser yang lain.
2.2.6
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur metatarsal bergantung terhadap tipr dari
fraktur, sisi yang terkena dan derajat dari displacement.
a. Undisplaced dan displaced minimal fractures
Penanganan yang dapat dilakukan adalah aplikasi dari below-knee
cast atau removable boot plint. Dengan mengelevasi posisi kaki serta
imobilisasi pergerakan aktif yang dimulai sesegera mungkin, dengan
partial weightbearing selama sekitar 4-6 minggu. Pada akhir dari
periode terapi, latihan sangatlah penting untuk pasien sehingga pasien
dapat beraktivitas dengan normal kembali. Malunion yang minimal
jarang timbul ketika mobilitas telah dimulai.
b. Displaced fractures
Pada displaced fractures biasanya dapat di terapi tertutup (closed
treated). Elevasi dari kaki sampai pembengkakan / swelling
menghilang. Fraktur dapat di reduksi dengan traksi dan imobilisasi
pada kaki dengan menggunakan castingtanpa menggunakan beban
selama 4 minggu.
Untuk fraktur dari metatarsal ke-2 sampai dengan metatarsal ke-5,
dissplacement pada dasar corona dapat digunakan dan closed
treatment seperti yang disebutkan diatas perlu dilakukan. Namun,
untuk fraktur metatarsal 1 dan semua jenis fraktur dengan
displacement
yang
significant
pada
sagital
plane
disaranka
Komplikasi
1) Infeksi
Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant berupa
internal fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat terjadi karena
luka yang tidak steril.
2) Delayed union
Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulang
tetapi terhambat yang disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak tercukupinya
peredaran darah ke fragmen.
3) Non union
Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu setelah 5
bulan mungkin disebabkan oleh faktor seperti usia, kesehatan umum dan
pergerakan pada tempat fraktur.
4) Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan adanya
defisiensi suplay darah.
5) Mal union
Terjadi pnyambungan tulang tetapi menyambung dengan tidak benar seperti
adanya angulasi, pemendekan, deformitas atau kecacatan.
6) Trauma saraf terutama pada nervus peroneal komunis.
7) Gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki.
Gangguan ini biasanya disebakan karena adanya adhesi pada otot-otot
tungkai bawah.
2.2.8
Prognosis
Menurut Soeharso (1993), fraktur dapat disembuhkan atau disatukan
kembali fragmen-fragmen tulangnya melalui operasi. Namun ada sebagian jenis
fraktur yang sulit disatukan kembali fragmen-fragmen yaitu fraktur pada tulang
ulna, tulang radius, tulang fibula dan tulang tibia. Fraktur pada daerah elbow,
caput femur dan cruris dapat menyebabkan kematian karena pada daerah tersebut
dilewati saraf besar yang sangat berperan dalam kehidupan seseorang. Prognosis
fraktur tergantung dari jenis fraktur, usia penderita, letak, derajat keparahan, cepat
dan tidaknya penanganan. Prognosis pada pasca operasi fraktur cruris 1/3 tengah
tergantung pada jenis dan bentuk fraktur, bagaimana operasinya, dan peran dari
fisioterapi.
Prognosis dikatakan baik jika penderita secepat mungkin dibawa ke rumah
sakit sesaat setelah terjadi trauma, kemudian jenis fraktur yang diderita ringan,
bentuk dan jenis perpatahan simple, kondisis umum pasien baik, usia pasien
relative
muda, tidak terdapat infeksi pada fraktur dan peredaran darah lancar. Penanganan
yang diberikan seperti operasi dan pemberian internal fiksasi juga sangat
mempengaruhi terutama dalam memperbaiki struktur tulang yang patah. Setelah
operasi dengan pemberian internal fiksasi berupa plate and screw, diperlukan
terapi latihan untuk mengembalikan aktivitas fungsionalnya. Pemberian terapi
latihan yang tepat akan memberikan prognosis yang baik bilamana (1) quo ad
vitam baik jika pada kasus ini tidak mengancam jiwa pasien, (2) quo ad sanam
baik jika jenis perpatahan ringan, usia pasien relative muda dan tidak ada infeksi
pada fraktur, (3) quo ad fungsionam baik jika pasien dapat melakukan aktivitas
fungsional, (4) quo ad cosmeticam yang disebut juga dengan proses remodeling
baik jika tidak terjadi deformitas tulang. Dalam proses rehabilitasi, peran
fisioterapi sangat penting terutama dalam mencegah komplikasi dan melatih
aktivitas fungsionalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, C. J, 1992; Outline of Fracture Including Joint Injuries; Tenth edition,
Churchill Livingstone.
Appley, A. Graham, Louis Solomon, 1995; Terjemahan Ortopedi, dan Fraktur
Sistem Appley; Edisi Ketujuh, Widya Medika, Jakarta.
Anonymous. Fraktur Tibia Fibula. http://www.docstoc.com/docs/54980966/CaseBedah-Fraktur-Tibia-Fibula-FK-UNSRI. Diakses pada tanggal 7 November
2011.
Basmajian, John, 1978; Therapeutic Exercise.; Third edition, The William and
Wilkins, London.
Chusid, JG, 1993; Neuro Anatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional. Edisi
empat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
De Wolf, A,N, 1994; Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh. Cetakan Kedua,
Hauten Zeventen.
Data RSO Dr. Soeharso Surakarta, 2005; Jurnal Penderita Fraktur Cruris; RSO
Dr.Soeharso Surakarta.
Bucholz R.W.HJD, Brown C.C.Rockwood and Green's Fractures In Adults 6ed.
Early JS, editor.Philadelphia: Lippicott Williams and Wilkins;2006
Veillette C.Metatarsal Fracture - 1st and 5th.Orthopaedia;2010[updatedJune
06,2010; cited 20109/29/2010]
Sarrafian.Anatomy of the Foot and Ankle.Philadelphia: JB Lippincott;; 1993