Professional Documents
Culture Documents
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXX
Usman Yasin
Salah Satu Bentuk "IDE GILA" dari Sang FenomenalPembangunan
jembatan Muara II tidak didukung pengkajian kelayakan sehingga
menimbulkan
kerugian
keuangan
daerah
sebesar
Rp.
8.395.415.000,00 (Laporan BPK RI Semester II Tahun 2009)Pada TA
2007, Pemerintah Provinsi Bengkulu melaksanakan beberapa
kegiatan pembangunan fisik yang dilaksanakan secara pelelengan
umum dengan menggunakan sistem kontrak multi-years yang
membutuhkan waktu pelaksanaan dan komitmen penyediaan dana
yang melebihi satu tahun anggaran.Salah satu pembangunan yang
dilaksanakan secara multi-years adalah proyek pembangunan
jembatan Muara.Pembangunan jembatan tersebut dilaksanakan oleh
PT Jaya Sakti Konstruksi berdasarkan kontrak induk nomor
602.1/0678/B.IV/DPU/2007
tanggal
8
Juni
2007
senilai
Rp9.346.590.000,00. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama
240 hari terhitung mulai tanggal 21 Juni 2007 s.d tanggal 15 Februari
2008. Kontrak induk tersebut ditindaklanjuti dengan kontrak anak I
nomor 602.1/0678.a/B.IV/DPU/2007tanggal 8 Juni 2007 senilai
Rp2.940.800.000,00 dengan jangka waktu pelaksanaan selama 240
hari kalender terhitung mulai tanggal 21 Juni 2007 s.d 15 Februari
2008 dan kontrak anak II nomor 602.1/03135/B.IV/DPU/2008 tanggal
16 Februari 2008 senilai Rp6.910.115.000,00 dengan jangka waktu
pelaksanaan selama 480 hari kalender terhitung mulai tanggal 21
Juni 2007 s.d 14 Oktober 2008 dansisanya dialokasikan pada kontrak
anak III tahun 2009 dengan alokasi dana APBD.Dalam
pelaksanaannya, kontrak tersebut mengalami beberapa kali
addendum yaitu :1. Addendum I nomor 602.1/0759/B.IV/DPU/2008
tanggal 24 Juli 2007 yang mengatur perubahan lingkup pekerjaan
dan nilai kontrak menjadi Rp9.945.461.000,00 yang dialokasikan
pada kontrak anak I sebesar Rp2.985.400.000,00 dan pada kontrak
anak II sebesar Rp6.910.115.000,00.2. Addendum II nomor
602.1/1171/B.IV/DPU/2007 tanggal 26 November 2007 yang
mengatur perubahan target panjang jembatan yang semula 172 m
menjadi 200 m.3. Addendum III nomor 602.1/0388/B.IV/DPU/2008
tanggal 27 Maret 2008 yang mengatur perubahanlingkup pekerjaan
dan nilai kontrak menjadi Rp9.895.515.000,00 yang dialokasikan
pada kontrak anak I sebesar Rp2.985.400.000,00 dan pada kontrak
anak II sebesar Rp6.910.115.000,00 dan sisanya dialokasikan pada
kontrak anak III.4. Addendum IV nomor 602.1/1046/B.IV/DPU/2008
tanggal 9 Oktober 2008 yang mengatur perubahan lingkup
pekerjaan dan jangka waktu pelaksanaan yang semula adalah 480
hari kalender menjadi 615 hari kalender. Perubahan ini disebabkan
berubah-ubahnya kondisi alur sungai pada muara.5. Addendum V
nomor 602.1/B.IV/DPU/2008 tanggal 2 September 2009 yang
mengatur perubahan jangka waktu pelaksanaan yang semula adalah
705 hari kalender menjadi 809 hari kalender terhitung mulai 8 Juni
2007 hingga 31 Desember 2009.Pada saat pemeriksaan fisik di
lapangan pada tanggal 24 November 2009 bersama PPTK, pekerjaan
tersebut masih belum selesai, menurut penjelasan dari Dinas
Pekerjaan Umum pekerjaan tersebut tidak dapat dilanjutkan lagi
karena kondisi muara sungai yang berubah-ubah. Pelaksana
pekerjaan hanya membangun abutmen di sisi Pulau Baai, sementara
itu di sisi Pantai Panjang abutmen tidak dibuat karenapondasinya
sudah terendam air. Berdasarkan konfirmasi dengan PPTK bahwa
pada tahun 2009 tidak ada pekerjaan lanjutan pembangunan
jembatan tersebut. Sampai berakhirnya masa kontrak pada tanggal
31 Desember 2009, realisasi fisik baru mencapai 89,306 % dan
realisasi pembayaran sebesarRp8.395.415.000,00 atau 84 %.
Berdasarkan hasil reviu dokumen dan konfirmasi dari pihak terkait
mengenai perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan, diketahui halhal sebagai berikut :a. Rencana pembangunan jembatan tersebut
muncul pada tahun 2006 dalam rangka meningkatkan potensi
pariwisata di Provinsi Bengkulu khususnya di kawasan Pantai
Panjang. Rencana tersebut kemudian dituangkan dalam matriks
Rencana Induk Percepatan Pembangunan Provinsi Bengkulu.b.
Berdasarkan Perda Provinsi Bengkulu Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pengikatan Dana Anggaran Pembangunan Infrastruktur dan Sarana
Prasarana Publik dengan Pelaksanaan Pekerjaan Tahun Jamak untuk
Masa 3 (Tiga) Tahun Anggaran, akan dibangun jembatan Muara I dan
II dengan dana yang dibutuhkan masing-masing sebesar
Rp5.000.000.000,00. Sehubungan pembuatan satu jembatan
membutuhkan biaya yang lebih dari 5 milyar maka dana untuk
pembangunan jembatan Muara I dan II digabungkan dan dilelangkan
dengan nama kegiatan Pembangunan Jembatan Muara II.
Pembangunan jembatan tersebut berlokasi di kawasan Pantai
Panjang (lokasi awal Jembatan Muara I)c. Sebelum kontrak
dilaksanakan, dilakukan perencanaan teknis oleh PT Plantika Sakti
Engineer sesuai kontrak No.602/113/B.IV/DPU/2007 tanggal 27
Februari 2007 senilai Rp95.770.000,00. Salah satu hasil survey
(recognaisance survey) perencanaan menyebutkan bahwa kondisi
situasi muara sering berpindah.d. Akibat bencana alam gempa bumi
yang terjadi pada tanggal 12 September 2007 di Bengkulu,
pembangunan jembatan mengalami hambatan berupa pergeseran
alur muara sehingga menyebabkan bentang jembatan memanjang
menjadi 200 m.e. Rencana semula jembatan tersebut dapat dilalui
kendaraan roda 4 (empat) namun akibat bentang jembatan
diperpanjang maka jembatan hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki.f.
Perubahan rencana ini telah disampaikan kepada Gubernur Bengkulu
oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bengkulu berdasarkan
Surat No.630/1163/B.IV/DPU/2007 tanggal 5 November 2007.
Berdasarkan informasi diatas terlihat bahwa pembangunan jembatan
Muara tidak memperhatikan hasil studi kelayakan dan terkesan
dipaksakan. Seharusnya sebelum penetapan alokasi anggaran untuk
pembangunan jembatan Muara II tahun 2007, dilakukan studi
kelayakan atas pembangunan jembatan tersebut pada tahun-tahun
sebelumnya. Selain itu, sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 80
Tahun2003 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Pasal 3 Pengadaan barang/jasa
wajib menerapkan prinsip-prinsip :a. efisien, berarti pengadaan
barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;b.
efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat