You are on page 1of 6

From Wikipedia, the free encyclopedia

Bengkulu is a city on the west coast of Sumatra island in Indonesia.With a


population of 340,000 (2007), the city is capital and largest city of the Bengkulu
province. Until the 1970s the city was considered was very remote with no roads,
and due to thick forest was only accessible through the coastal shipping.
History
In the seventeenth century, the Lampung region of southern Sumatra was under
to the possession of the kingdom of Banten in western Java. It was a major
producer of pepper.
In 1682, a troup of the Dutch East India Company attacked Banten. The crown
prince, who had headed the government submitted to the Dutch, who recognize
him as Sultan. The Dutchman expelled all other Europeans present in Banten. As
a result the British withdrew and the British East India Company founded
Bengkulu as a commercial establishment (named Bengcoolen) in 1685.
In 1714, the British built Fort Marlborough. However, it was never financially
beneficial, because of its remoteness and the difficulty in procuring pepper.
Despite these difficulties, the British persisted, maintaining the presence there
for 150 years before ceding it to the Dutch as part of the Anglo-Dutch Treaty of
1824 to focus attention on Malacca. Like the rest of present-day Indonesia,
Bengkulu remained a Dutch colony until after World War II.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXX

SANG FENOMENAL (Tulisan Pertama)


Ir. Agusrin M. Najamudin, adalah seorang anak Bengkulu yang cukup
fenomenal, dari awal kemunculannya tidak terlepas dari kontroversi
dan "gagasan-gagasan GILA" untuk membangun Bengkulu.Pertama
kali bertatap muka dengan Agusrin M. Najamudin adalah ketika
diadakan Diskusi menjelang penjaringan Calon Gubernur Bengkulu
2005 - 2010 yang diselenggarakan oleh Universitas Bengkulu. Entah
atas dasar apa Universitas Bengkulu mengundang Agusrin pada saat
itu (tetapi belakangan diketahui ternyata ada seorang TIM SUKSES
terselubung atau TIM SUKSES bawah tanah yang berasal dari FISIPOL
UNIB). Disini dimulai Agusrin melontarkan gagasan-gagasan "GILA"
untuk mempercepat pembangunan Bengkulu.Masih segar dalam
ingatan saya ketika itu sang fenomenal menggagas akan
MEMBANGUN IDUSTRI RAKYAT, dengan target setiap tahun AKAN
DIBANGUN 1 (satu) INDUSTRI SETIAP TAHUNNYA DI SETIAP
KABUPATEN. Dari gagasan segar dan "Gagasan Gila" ini
menunjukkan bahwa Agusrin cukup lihai untuk mengusung issu, dan
pasti itu masukkan dari orang-orang disekitar beliau yg mencoba
sebuah pertaruhan, siapa tahun kalau beliau ini betul-betul menjadi

Gubernur mereka akan kecipratan berkah, mungkin paling tidak


akan menjadi salah satu staff AHLI atau mungkin menjadi pejabat
Esselon II (Kemudian hari terbukti cukup banyak orang-orang
kampus yg diduga adalah otak dari strategi kampanye Agusrin yang
diberi kenang-kenangan menjadi penjabat di Pemda Provinsi, bahkan
sampai sekarangpun ada yang masih menikamati hasil jerih payah
mereka).Pada saat saat sessi tanya jawab, seorang pejabat senior di
Pemda Provinsi yaitu Bapak Drs. Musiardanis, M.Sc. melontar sebuah
kritik pedas kepada sang fenomenal. Pak Danis melontarkan kiritik,
bahwa sebaiknya untuk menjadi Gubernur, Sdr Agusrin harus
instrospeksi diri dan belajar dulu yg banyak baru kemudian maju
untuk mencalonkan diri. Karena beliau menilai Agusrin belum siap,
masih anak kemaren sore.Tapi tidak kalah Garangnya, kritikan dari
Pak Danis tadi dijawab dengan keyakinan penuh oleh sang
fenomenal, bahwa menurut beliau sangat Gampang untuk menjadi
Birokrat yang hanya sekedar menghabis uang APBD saja. Dengan
yakin beliau mengatakan dia akan mendatangkan banyak investor
karena beliau adalah seorang pengusaha yang sukses. Dengan
jawaban tersebut hadirin keliatan terpolarisasi menjadi dua kutub,
yang satu kagum karena cara menyampaikan yang begitu
menyakinkan, tetapi satu kutub lagi malah sangat pesimis dengan
apa yang diucapkan oleh sang fenomenal.Pada satu kesempatan
yang lain lagi, saya sempat berada pada satu forum dengan sang
fenomenal Ir Agusrin M. Najamudin adalah ketika ada acara
silaturahim dan halal bi halal yang diselenggarakan oleh Ikatan
Keluarga Masyarakat Melayu Bengkulu yang diketuai oleh Bapak Drs.
Sofyan Baswan. Pada kesempatan kali itu beliau masih tetap
mengusung thema pembangunan Industri Rakyat, dan Bahkan
Berjanji di depan hampir 500 orang masyrakat melayu Bengkulu dan
para Undangan, dengan menyakinkan MENYATAKAN AKAN MUNDUR
DARI GUBENUR BENGKULU dalam 2.5 Tahun, jika GAGAL MERUBAH
PROVINSI BENGKULU menjadi daerah yang maju.Pertemuan tatap
muka kedua saya ini dengan sang fenomenal ini, dilaksanakan di
GEDUNG PERTEMUAN DHARMA WANITA, Padang Jati Bengkulu, yang
saat ini sudah dirobohkan menjadi puing-puing entah untuk apa.
Gedung Wanita ini menurut pengetahuan saya adalah Gedung
Pertemuan yang cukup representatif sebagai sarana publik, karena
mudah dijangkau, biaya untuk menmanfaatkan relatif terjangkau,
dan sangat vital menopang aktivitas dan juga sebagai sumber
pendanaan bagi dharma wanita Provinsi Bengkulu.Tapi saat ini
didepan bekas gedung tersebut ada sebuah baliho yang sudah
kumal dengan tulisan, akan dibangun Gedung Kantor Utama PT.
Bank Bengkulu. Kemudian kalau kita melihat dilokasi bekas gedung
tersebut, sekarang sudah ditumbuhi semak belukar karena sudah
hampir 3 tahun gedung tersebut diruntuhkan tetapi hingga saat ini
belum juga dibangun, dan sangat tidak jelas status kepemilikannya,

apakah sudah di serahkan kepada PT. Bank Bengkulu atau masih


bermasalah, karena informasi yang kami dapatkan pengalihan ini
sama sekali belum ada pembicaraan oleh kalangan DPRD Provinsi
Bengkulu (ini salah satu contoh "IDE GILA" sang fenomenal
tersebut).Pertemuan tatap muka yang ketiga adalah ketika diadakan
forum silaturahim antara unsur muspida Provinsi Bengkulu, tokoh
masyarakat dan 4 Anggota DPD RI periode 2004-2009. Pada saat
pertemuan ini sang fenomenal sudah hampir memasuki tahun kedua
menjadi Gubenur Bengkulu, kondisi saat itu memang lagi panaspanasnya protes sesepuh masyarakat Bengkulu yang dipelopori oleh
Mantan Gubenur Bengkulu, Bapak Drs. H. Razie Yahya, Ketua BMA
Provinsi Bengkulu, Drs. Hudzaifah Ismail, Mantan Bupati Rejang
Lebong, Drs. Wahidun Nurdin Djangjaya, dll. Pada pertemuan ini saat
ini, mungkin suatu moment yg sulit dilupakan dalam sejarah
kemimpinan sang fenomenal menjadi Gubernur Bengkulu, karena
ketika mendapat kritik yang sangat tajam dari mantan Gubernur
Bengkulu, Pak Razi, sang fenomenal agak sedikit slip perkataan,
sehingga membuat Pak Razi Yahya tersinggu berat bahkan sudah
menjurus debat kusir yang tidak sehat, dan menjadi sebuah
tontonan yang tidak mengenakkan, inilah gambaran seorang sang
fenomenal menggap sesutau itu dengan menggampangkan. Dan
pada saat ini juga ada pihak yang sangat Pro dengan sang
fenomenal, yaitu seorang mantan pejuang pendirian Provinsi
Bengkulu, yaitu Bapak. Syarif Safri (yang sebenarnya adalah besan
dari Pak Razie Yahya juga). Ini semakin menjadi sebuah tontonan
yang tidak kalah menariknya.Itu beberapa catatan pertemuan saya
dalam sebuah forum diskusi dengan sang fenomenal.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXX
Usman Yasin
Salah Satu Bentuk "IDE GILA" dari Sang FenomenalPembangunan
jembatan Muara II tidak didukung pengkajian kelayakan sehingga
menimbulkan
kerugian
keuangan
daerah
sebesar
Rp.
8.395.415.000,00 (Laporan BPK RI Semester II Tahun 2009)Pada TA
2007, Pemerintah Provinsi Bengkulu melaksanakan beberapa
kegiatan pembangunan fisik yang dilaksanakan secara pelelengan
umum dengan menggunakan sistem kontrak multi-years yang
membutuhkan waktu pelaksanaan dan komitmen penyediaan dana
yang melebihi satu tahun anggaran.Salah satu pembangunan yang
dilaksanakan secara multi-years adalah proyek pembangunan
jembatan Muara.Pembangunan jembatan tersebut dilaksanakan oleh
PT Jaya Sakti Konstruksi berdasarkan kontrak induk nomor

602.1/0678/B.IV/DPU/2007
tanggal
8
Juni
2007
senilai
Rp9.346.590.000,00. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama
240 hari terhitung mulai tanggal 21 Juni 2007 s.d tanggal 15 Februari
2008. Kontrak induk tersebut ditindaklanjuti dengan kontrak anak I
nomor 602.1/0678.a/B.IV/DPU/2007tanggal 8 Juni 2007 senilai
Rp2.940.800.000,00 dengan jangka waktu pelaksanaan selama 240
hari kalender terhitung mulai tanggal 21 Juni 2007 s.d 15 Februari
2008 dan kontrak anak II nomor 602.1/03135/B.IV/DPU/2008 tanggal
16 Februari 2008 senilai Rp6.910.115.000,00 dengan jangka waktu
pelaksanaan selama 480 hari kalender terhitung mulai tanggal 21
Juni 2007 s.d 14 Oktober 2008 dansisanya dialokasikan pada kontrak
anak III tahun 2009 dengan alokasi dana APBD.Dalam
pelaksanaannya, kontrak tersebut mengalami beberapa kali
addendum yaitu :1. Addendum I nomor 602.1/0759/B.IV/DPU/2008
tanggal 24 Juli 2007 yang mengatur perubahan lingkup pekerjaan
dan nilai kontrak menjadi Rp9.945.461.000,00 yang dialokasikan
pada kontrak anak I sebesar Rp2.985.400.000,00 dan pada kontrak
anak II sebesar Rp6.910.115.000,00.2. Addendum II nomor
602.1/1171/B.IV/DPU/2007 tanggal 26 November 2007 yang
mengatur perubahan target panjang jembatan yang semula 172 m
menjadi 200 m.3. Addendum III nomor 602.1/0388/B.IV/DPU/2008
tanggal 27 Maret 2008 yang mengatur perubahanlingkup pekerjaan
dan nilai kontrak menjadi Rp9.895.515.000,00 yang dialokasikan
pada kontrak anak I sebesar Rp2.985.400.000,00 dan pada kontrak
anak II sebesar Rp6.910.115.000,00 dan sisanya dialokasikan pada
kontrak anak III.4. Addendum IV nomor 602.1/1046/B.IV/DPU/2008
tanggal 9 Oktober 2008 yang mengatur perubahan lingkup
pekerjaan dan jangka waktu pelaksanaan yang semula adalah 480
hari kalender menjadi 615 hari kalender. Perubahan ini disebabkan
berubah-ubahnya kondisi alur sungai pada muara.5. Addendum V
nomor 602.1/B.IV/DPU/2008 tanggal 2 September 2009 yang
mengatur perubahan jangka waktu pelaksanaan yang semula adalah
705 hari kalender menjadi 809 hari kalender terhitung mulai 8 Juni
2007 hingga 31 Desember 2009.Pada saat pemeriksaan fisik di
lapangan pada tanggal 24 November 2009 bersama PPTK, pekerjaan
tersebut masih belum selesai, menurut penjelasan dari Dinas
Pekerjaan Umum pekerjaan tersebut tidak dapat dilanjutkan lagi
karena kondisi muara sungai yang berubah-ubah. Pelaksana
pekerjaan hanya membangun abutmen di sisi Pulau Baai, sementara
itu di sisi Pantai Panjang abutmen tidak dibuat karenapondasinya
sudah terendam air. Berdasarkan konfirmasi dengan PPTK bahwa
pada tahun 2009 tidak ada pekerjaan lanjutan pembangunan
jembatan tersebut. Sampai berakhirnya masa kontrak pada tanggal
31 Desember 2009, realisasi fisik baru mencapai 89,306 % dan
realisasi pembayaran sebesarRp8.395.415.000,00 atau 84 %.
Berdasarkan hasil reviu dokumen dan konfirmasi dari pihak terkait

mengenai perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan, diketahui halhal sebagai berikut :a. Rencana pembangunan jembatan tersebut
muncul pada tahun 2006 dalam rangka meningkatkan potensi
pariwisata di Provinsi Bengkulu khususnya di kawasan Pantai
Panjang. Rencana tersebut kemudian dituangkan dalam matriks
Rencana Induk Percepatan Pembangunan Provinsi Bengkulu.b.
Berdasarkan Perda Provinsi Bengkulu Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pengikatan Dana Anggaran Pembangunan Infrastruktur dan Sarana
Prasarana Publik dengan Pelaksanaan Pekerjaan Tahun Jamak untuk
Masa 3 (Tiga) Tahun Anggaran, akan dibangun jembatan Muara I dan
II dengan dana yang dibutuhkan masing-masing sebesar
Rp5.000.000.000,00. Sehubungan pembuatan satu jembatan
membutuhkan biaya yang lebih dari 5 milyar maka dana untuk
pembangunan jembatan Muara I dan II digabungkan dan dilelangkan
dengan nama kegiatan Pembangunan Jembatan Muara II.
Pembangunan jembatan tersebut berlokasi di kawasan Pantai
Panjang (lokasi awal Jembatan Muara I)c. Sebelum kontrak
dilaksanakan, dilakukan perencanaan teknis oleh PT Plantika Sakti
Engineer sesuai kontrak No.602/113/B.IV/DPU/2007 tanggal 27
Februari 2007 senilai Rp95.770.000,00. Salah satu hasil survey
(recognaisance survey) perencanaan menyebutkan bahwa kondisi
situasi muara sering berpindah.d. Akibat bencana alam gempa bumi
yang terjadi pada tanggal 12 September 2007 di Bengkulu,
pembangunan jembatan mengalami hambatan berupa pergeseran
alur muara sehingga menyebabkan bentang jembatan memanjang
menjadi 200 m.e. Rencana semula jembatan tersebut dapat dilalui
kendaraan roda 4 (empat) namun akibat bentang jembatan
diperpanjang maka jembatan hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki.f.
Perubahan rencana ini telah disampaikan kepada Gubernur Bengkulu
oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bengkulu berdasarkan
Surat No.630/1163/B.IV/DPU/2007 tanggal 5 November 2007.
Berdasarkan informasi diatas terlihat bahwa pembangunan jembatan
Muara tidak memperhatikan hasil studi kelayakan dan terkesan
dipaksakan. Seharusnya sebelum penetapan alokasi anggaran untuk
pembangunan jembatan Muara II tahun 2007, dilakukan studi
kelayakan atas pembangunan jembatan tersebut pada tahun-tahun
sebelumnya. Selain itu, sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 80
Tahun2003 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Pasal 3 Pengadaan barang/jasa
wajib menerapkan prinsip-prinsip :a. efisien, berarti pengadaan
barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;b.
efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat

yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Hal


tersebut
mengakibatkan
jembatan
tersebut
tidak
dapat
dimanfaatkan karena pekerjaan jembatan tersebut secara teknis
tidak dapat diselesaikan dan terjadi kerugian keuangan daerah dari
realisasi
pembayaran
pekerjaan
tersebut
sebesar
Rp8.395.415.000,00.
Hal
tersebut
disebabkan
pelaksanaan
pekerjaan tersebut terlalu dipaksakan tanpa didukung hasil kajian
kelayakan yang memadai. Sehubungan dengan masalah tersebut,
Kepala Dinas Pekerjaan Umum menyatakan bahwa terjadiperubahan
desain dan lokasi pembangunan karena kendala yang terjadi di
lapangan antara lain gempa yang terjadi pada tanggal 12 September
2007.BPK RI menyarankan kepada Gubernur Bengkulu agar:a.
Secepatnya mengambil langkah-langkah alternatif yang dapat
dilakukan untuk meminimalkan kerugian daerah dari pembangunan
jembatan tersebut, diantaranya melakukan pengkajian atas kondisi
yang ada dan cara-cara penanggulangannya oleh pihak-pihak yang
berkompeten.b. Untuk masa mendatang, Pemerintah Provinsi
Bengkulu melakukan pengkajian kelayakan sebelum pelaksanaan
pekerjaan yang tingkat kompleksitasnya tinggi dan memerlukan
pendanaan yang cukup besar.c. Memberikan teguran kepada Kepala
Dinas Pekerjaan Umum yang lalai tidakmengusulkan/merencanakan
pelaksanaan studi kelayakan sebelum pelaksanaan konstruksi fisik
pekerjaan tersebut.

You might also like