Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami tentang perumusan tujuan instruksional.
2. Untuk dapat mempratikkan merumusakan tujuan instruksional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) merupakan terjemahan dari specific instructional
objective. Literatur asing menyebutkannya pula sebagai objective, atau enabling objective,
untuk membedakannya dengan general instructional objective, goal, atau terminal objective.
Yang berarti tujuan instruksional umum (TIU) atau tujuan instruksional akhir.
Dalam program applied approach (AA) yang telah digunakan di perguruan tinggi
seluruh Indonesia TIK disebut sasaran belajar (sasbel) (Suparman, 2004: 158). Sasbel
menurut Soekartawi, Suhardjono dkk (1995: 41) adalah pernyataan tujuan instruksional yang
sudah sangat rinci. sasaran belajar harus dituliskan dari segi kemampuan peserta didik.
Artinya mengungkapkan perubahan apa yang diharapkan terjadi pada diri mahasiswa setelah
mengikuti pengajaran pada satu pokok bahasan tertentu.
Dick dan Carey (1985) (dalam Suparman, 2004: 158) telah mengulas bagaimana
Robert Mager mempengaruhi dunia pendidikan khususnya di Amerika untuk merumuskan
TIK dengan sebuah kalimat yang jelas dan pasti serta dapat diukur. Perumusan tersebut
berarti TIK diungkapkan secara tertulis dan diinformasikan kepada siswa atau mahasiswa dan
pengajar mempunyai pengertian yang sama tentang apa yang tercantum dalam TIK.
Perumusan TIK harus dilakukan secara pasti artinya pengertian yang tercantum di
dalamnya hanya mengandung satu pengertian dan tidak dapat ditafsirkan kepada bentuk lain.
Untuk itu TIK harus dirumuskan ke dalam kata kerja yang dapat dilihat oleh mata.
(Suparman, 2004: 159). Menurut Soedjarwo (1995: 81) Penulisan sasaran belajar sedikitnya
menyatakan tentang: a). Isi materi dan bahasan b). Tingkat penampilan yang diharapkan c).
Prasyarat pengungkapan hasil kerja. Tentunya secara ideal diharapkan peserta didik
mendapatkan perubahan secara menyeluruh, baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif), maupun keterampilan (motorik).
Tujuan instruksional dapat menjadi arah proses pengembangan instruksional karena di
dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai
mahasiswa pada akhir proses instruksional. Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
tersebut merupakan ukuran keberhasilan sistem instruksional yang digunakan oleh pengajar.
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Tujuan Instruksional Khusus merupakan suatu rumusan yang menjelaskan apa yang ingin
dicapai, atau menjelaskan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari apa yang dipelajari oleh
siswa.
II.
Afektif adalah suatu kemampuan yang menjeaskan cara seseorang bereaksi secara
emosional dan kemampuan mereka untuk merasakan bentuk kehidupan baik sedih atau
pun senang. Tujuan afektif biasanya menargetkan pada kehati-hatian dan perkembangan
dalam sikap, emosi dan perasaan. Terdapat lima tingkatan domain aefktif dari tingkat
rendah hingga proses yang tertinggi.
1.
Receiving (Menerima): Tingkat terendah; siswa secara pasi mnerima
perhatian. Tanpa tahap ini tidak ada pembelajaran yang terjadi..
2.
Responding (Merespon): Siswa secara aktif berpartisipasi dalam proses
pembelajaran, tidak hanya mengikuti stimulus, siswa juga bereaksi dalam beberapa
cara.
3.
Valuing (Menilai): Siswa menambahkan penilaian pada suatu objek,
fenomena, atau beberapa bagian informasi.
4.
Organizing (Menggorganisasi): Siswa dapat menggabungkan secara bersama,
perbedaan penilaian, informasi dan ide dan mengakomodasi mereka dengan
rangkain sendiri; membandingkan, emnghubungkan dan menyatukan pada yang
telah dipelajarai.
5.
Characterizing (Mengkarakteristik): Siswa telah mengadakan penilaian
terpisah atau percaya yang sekarang berpengaruh pada tingkahlaku mereka yang
menjadi suatu karakteristik.
Kognitif adalah adalah domain kemampuan yang berhubugan dengan pengetahuan, dan
cara berpikir pada bagian topic. Seperti tabel Domain diatas terdapat 6 tahapan tingkatan
tujuan dari tingkat berpikir terendah hingga pada tingkat tertinggi.
1. Knowledge: Menyajikan memori-bahan yang sebelumnya belajar dengan
mengingat fakta, istilah, konsep dasar dan jawaban:
2. Comprehension: pemahaman demonstratif fakta dan ide dengan
mengorganisir, membandingkan, menerjemahkan, menafsirkan, memberi
deskripsi, dan menyatakan ide utama:
3. Application: Menggunakan pengetahuan baru. Mengatasi masalah untuk
situasi baru dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh, fakta, teknik dan
aturan dalam cara yang berbeda.
4. Analysis: Meneliti dan memecah informasi menjadi bagian-bagian dengan
mengidentifikasi motif atau penyebab. Membuat kesimpulan dan menemukan
bukti untuk mendukung generalisasi.
5. Synthesis: Mengabungkan informasi bersama-sama dengan cara yang berbeda
dengan mengkombinasikan unsur-unsur dalam pola baru atau mengajukan solusi
alternatif
6. Evaluation: Present and defend opinions by making judgments about
information, validity of ideas or quality of work based on a set of criteria
3
III.
Tujuan instruksional khusus (TIK) antara lain digunakan untuk menyusun tes oleh
karena itu TIK harus mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada
penyusun tes agar dapat mengembangkan tes yang benar-benar dapat mengukur perilaku
yang berada di dalamnya.Dalam merumuskan TIK dapat dilakukan dengan menggunakan dua
format yaitu format Merger dan ABCD format.
1. Format Merger
Merger merekomendasikan syarat-syarat untuk menentukan tujuan perilaku yang
ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
a. Mengidentifikasi tingkah laku terakhir yang ingin dicapai oleh pembelajar;
b. Menentukan dalam kondisi bagaimana tingkah laku tersebut dapat dicapai;
c. Membuat kriteria spesifik bagaimana tingkah laku tersebut dapat diterima.
Uraian di atas menunjukan bahwa Merger mengemukakan tujuan tersebut dirumuskan
dengan menentukan bagaimana pembelajar harus melakukannya, bagaimana kondisinya,
serta bagaimana mereka akan melakukannya. Dalam penjabaran TIK ini Merger melibatkan
tiga aspek yaitu begaimana kondisi pencapaian tujuan, kriteria yang ingin dicapai, serta
bagaimana tingkah laku pencapaiannya.
Merger mendiskripsikan audiense hanya sebagai murid atau pembelajar, dengan
menggunakan sebuah format kamu akan bisa untuk. Para desain pembelajaran yang
menggunakan format Marger ini biasanya menggunakan SWABAT yang berarti the
student will be able to.
2. Format ABCD
Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan
instruksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan
singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). Berikut ini penjelasan tentang
komponen perumusan TIK.pada prinsipnya format ini sama dengan yang dikemukakan oleh
Marger, namun pada bagian ini menambahkan dengan mengidentifikasi audiense, atau subjek
pembelajar. Unsur unsur tersebut dikenal dengan ABCD yang berasal dari empat kata
sebagai berikut:
A = Audience
B = Behaviour
C = Condition
D = Degree
a. Audience
Audience merupakan siswa atau mahasiswa yang akan belajar, dalam hal ini pada TIK
perlu dijelaskan siapa mahasiswa atau siswa yang akan belajar. Keterangan tentang siswa
yang akan belajar tersebut harus dijelaskan secara spesifik mungkin, agar seseorang yang
berada di luar populasi yang ingin mengikuti pelajaran tersebut dapat menempatkan diri
seperti siswa atau mahasiswa yang menjadi sasaran dalam sistim instruksional
5
b. Behavior
Merupakan perilaku atau kemampuan yang diharapkan, dikuasai siswa setelah
mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata kerja yang menunjukkan
kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari siswa. Kemampuan
tersebut dinyatakan dalam bentuk kata kerja operasional seperti menjelaskan, memberi,
contoh, menyusun, membuat, merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya:
membuat larutan oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya.
c. Condition
Condition yaitu keadaan yang dipersyaratkan ketika siswa diminta menunjukkan atau
men-demonstrasikan perilaku atau kemampuan yang diharapkan. Contohnya: diberikan
sejumlah data, siswa dapat.(ini berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan
kemampuan tersebut kita harus menyediakan data) atau dengan menggunakan rumus ABC,
siswa dapat. (ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila
siswa melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus
ABC berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut).
d. Degree
Degree adalah tingkat ukuran yang dicapai untuk menentukan keberhasilan atau
penguasaan siswa terhadap tingkah laku khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan
ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap
diterima. Contohnya: siswa dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang
demokratis (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu
menjelaskan dua atau tiga karakteristik tersebut) atau siswa dapat menjelaskan dua alasan
penting transmigrasi (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila siswa hanya
mampu menjelaskan satu alasan saja).Untuk lebih jelasnya, mari kita analisis Tujuan
Instruksional Khusus berikut ini.
Siswa dapat menunjukkan 3 gambar kelompok sosial dengan menggunakan media
koran.
Apabila kita uraikan rumusan tersebut ke dalam komponen- komponen ABCD, maka:
Siswa
: merupakan komponen Audiens (A)
menunjukkan 3 gambar kelompok sosial : merupakan komponen Behavior (B)
Dengan menggunakan koran
: merupakan komponen Condition (C)
3
: merupakan komponen Degree (D)
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa siswa dikatakan telah mencapai tujuan
apabila siswa tersebut:
1.Telah mampu menunjukkan 3 gambar kelompok sosial; apabila siswa hanya mampu
menunjukkan dua bagian saja, maka siswa tersebut belum dapat dianggap telah
menguasai tujuan tersebut;
2.Menggunakan koran, ini berati bahwa, pada saat kita menuntut siswa untuk
mendemonstrasikan kemampuan menunjukkan 3 gambar kelompok sosial, kita harus
menyediakan koran.
Memang secara ideal, rumusan Tujuan Instruksional Khusus hendaknya mengandung
keempat komponen tersebut. Namun demikian, tidak setiap Tujuan Instruksional Khusus
harus memenuhi empat komponen diatas. Adakalanya Tujuan Instruksional Khusus hanya
terdiri dari komponen A dan B, seperti contoh berikut.
No
.
1.
2.
No
.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menulis tujuan instruksional khusus adalah bagian penting dari desain instruksional
karena mereka memberikan peta jalan untuk merancang dan memberikan kurikulum. Melalui
desain dan pengembangan kurikulum, perbandingan dari isi yang akan disampaikan harus
dilakukan untuk tujuan diidentifikasi untuk program tersebut. Proses ini, disebut perjanjian
kinerja, memastikan bahwa produk akhir memenuhi tujuan keseluruhan instruksi
diidentifikasi dalam tujuan tingkat pertama.
Langkah dalam merumusakan tujuan instruksioanl khusus dapat dilakukan dengan
cara menuliskan ABCD yaitu A untuk audience atau peserta yang akan melakukan
pembelaajaran secara spesifik. B untuk Behavior yaitu menuliskan deskripsi kemampuan
pelajar yang akan miliki yang bersifat dapat diamati dan dapat diukur, perumusan behavior
berupa kata kerja. Peumusan behavior dapat mencakup demonstrasi pengetahuan atau
keterampilan dalam salah satu dari domain pembelajaran: kognitif, psikomotor, afektif, dari
teori taxonomi Bloom. C yaitu Condition merupakan peralatan atau alat yang dapat (atau
tidak mungkin) digunakan dalam penyelesaian perilaku. Kondisi lingkungan mungkin juga
akan disertakan. Unsur terakhir yaitu Degree atau tingkat merupakan pernyataan ukuran
berupa angka yang menyatakan tingkat keberhasilan setelah dapat melakukan kinerja dalam
dalam kondisi. Sifat dari degree adalah menyatakan standar kinerja yang dapat diterima
(waktu, akurasi, proporsi, kualitas, dll).
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1
Latar Belakang................................................................................................................1
1.2
1.3
Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1
2.2
I.
Afektif.................................................................................................................................3
II. Kognitif...............................................................................................................................3
III.
Psikomotor......................................................................................................................4
2.3
2.4
1.
Format Merger....................................................................................................................5
2.
Format ABCD.....................................................................................................................5
2.5
BAB III......................................................................................................................................9
PENUTUP.................................................................................................................................9
3.1
Kesimpulan.....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
10