Professional Documents
Culture Documents
DEPARTEMEN EMERGENCY
CEDERA KEPALA SEDANG (CKS)
Disusun oleh:
KELOMPOK 7A
NI WAYAN ASMA NIRA YUSTIKA
115070201111011
115070201111013
115070201111015
ETRI NURHAYATI
115070201111017
115070201111019
dapat
mengurangi
atau
mengubah
kesadaran
yang
mana
dead
space
sedangkan
pada
subcutan
terjadinya
druck
necrosis),
pada
kasus
sangat
fatal.
Pada
kasus
dengan
hematom
fragmen
tersebut,
berdasarkan
pernah
tidaknya
operatip
kecuali
bila
fraktur
tersebut
adalah mengangkat
yang
dapat
menyebabkan
apnea.
Adanya
kepala,
amnesia
retrograde/antegrade,
pada
(oleh
karena
adanya
fraktur
kalvaria),
Vena
makin
penderita
kesempatan
untuk
panjang
lucid
EDH
(karena
melakukan
interval
otak
makin
baik
mempunyai
kompensasi).
Pada
dengan
bentuk bikonvek
diantara 2 sutura.
anlgesia.
Pada
CT
Scan
jika
perdarahan
dibawah
lapisan
duramater
dengan
sumber
yang
dilakukan
adalah
evakuasi
hematom,
saat
operasi,
lamanya
penderita
datang
sampai
hipoksia)
serta
adanya
proses
metabolisme
dan
tekanan
intrakranial.
Tekanan
intrakranial
dengan
mengubah
diameter
pembuluh
darah
dalam
Hematokrit
meningkat
maka
viskositas
meningkat
TIK - oedem
- hematom
Respon biologi
Hypoxemia
Kelainan metabolisme
Cidera otak sekunder
Kerusakan Sel otak
Gangguan autoregulasi
rangsangan simpatis
tahanan vaskuler
katekolamin
Sistemik & TD sekresi asam lambung
O2 ggan metabolisme
tek. Pemb.darah
Pulmonal
Stress
Mual, muntah
Asam laktat
tek. Hidrostatik
Oedem otak
4. Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol 20%, glukosa 40%
atau gliserol.
5. Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin) atau untuk infeksi anaerob
diberikan metronidazole.
6. Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan) 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
7. Pembedahan.
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan membuatluka
mudah dibersihkan dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan benda asing
dan miminimalkan masuknya infeksi sebelumlaserasi ditutup.
1.
Menilai jalan nafas: bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan;lepaskan gigi
palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn badan dgnmemasang collar
cervikal,pasang guedel/mayo bila dpt ditolerir. Jikacedera orofasial mengganggu
jalan nafas,maka pasien harus diintubasi.
2.
3.
O2 minimum
95%.
Jika jalan
nafas
pasien
tidak
terlindung
bahkan
Menilai
sirkulasi:
otak
yg
rusak
tdk
mentolerir
hipotensi.
Hentikan
dan
EKG.Pasang
catat
frekuensidenyut
jantung
dan
tekanan
jalur
intravena
besar.Berikan
larutan
yg
Obati kejang: Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera kepala dan harusdiobati
mula-mula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-lahan dandpt diulangi 2x
jika masih kejang. Bila tidak berhasil diberikan fenitoin15mg/kgBB.
6.
perifer lengkap, trombosit, kimia darah. Lakukan CT scanPasien dgn CKR, CKS,
CKB harusn dievaluasi adanya: 1. Hematoma epidural, 2. Darah dalam sub
arachnoid dan intraventrikel, 3. Kontusio dan perdarahan jaringan otak, 4. Edema
cerebri, 5. Pergeseran garis tengah, 6. Fraktur cranium, 7.Pada pasien yg koma
(skor GCS <8) atau pasien dgn tanda-tanda herniasilakukan: Elevasi kepala 30,
Hiperventilasi, Berikan manitol 20% 1gr/kgBB intravena dlm 20-30 menit. Dosis
ulangan dapat diberikan 4-6 jam kemudian yaitu sebesar dosis semula setiap 6
jam sampai maksimal 48 jam I- Pasang kateter foley-Konsul bedah saraf bila
terdapat indikasi opoerasi (hematom epidural besar,hematom sub dural, cedera
kepala terbuka,fraktur impresi >1 diplo).
8. KOMPLIKASI CEDERA KEPALA SEDANG (CKS)
Rosjidi (2007), kemunduran pada kondisi klien diakibatkan dari perluasan hematoma
intrakranial edema serebral progresif dan herniasi otak, komplikasi dari cedera kepala
adalah;
1. Edema pulmonal
Komplikasi yang serius adalah terjadinya edema paru, etiologi mungkin berasal dari
gangguan neurologis atau akibat sindrom distress pernafasan dewasa. Edema paru
terjadi akibat refleks cushing/perlindungan yang berusaha mempertahankan tekanan
perfusi dalam keadaan konstan. Saat tekanan intrakranial meningkat tekanan darah
sistematik meningkat untuk memcoba mempertahankan aliran darah keotak, bila
keadaan semakin kritis, denyut nadi menurun bradikardi dan bahkan frekuensi respirasi
berkurang, tekanan darah semakin meningkat. Hipotensi akan memburuk keadan,
harus dipertahankan tekanan perfusi paling sedikit 70 mmHg, yang membutuhkan
tekanan sistol 100-110 mmHg, pada penderita kepala.
Peningkatan vasokonstriksi tubuh secara umum menyebabkan lebih banyak darah
dialirkan ke paru, perubahan permiabilitas pembulu darah paru berperan pada proses
berpindahnya cairan ke alveolus. Kerusakan difusi oksigen akan karbondioksida dari
darah akan menimbulkan peningkatan TIK lebih lanjut.
2. Peningkatan TIK
Tekanan intrakranial dinilai berbahaya jika peningkatan hingga 15 mmHg, dan herniasi
dapat terjadi pada tekanan diatas 25 mmHg. Tekanan darah yang mengalir dalam otak
disebut sebagai tekan perfusi rerebral. Yang merupakan komplikasi serius dengan
akibat herniasi dengan gagal pernafasan dan gagal jantung serta kematian.
3. Kejang
Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak akut selama fase akut. Perawat harus
membuat persiapan terhadap kemungkinan kejang dengan menyediakan spatel lidah
yang diberi bantalan atau jalan nafas oral disamping tempat tidur klien, juga peralatan
penghisap. Selama kejang, perawat harus memfokuskan pada upaya mempertahankan,
jalan nafas paten dan mencegah cedera lanjut. Salah satunya tindakan medis untuk
mengatasi kejang adalah pemberian obat, diazepam merupakan obat yang paling
banyak digunakan dan diberikan secara perlahan secara intavena. Hati-hati terhadap
efek pada system pernafasan, pantau selama pemberian diazepam, frekuensi dan
irama pernafasan.
4. Kebocoran cairan serebrospinalis
Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur tengkorak
basilar bagian petrosus dari tulangan temporal akan merobek meninges, sehingga CSS
akan keluar. Area drainase tidak boleh dibersihkan, diirigasi atau dihisap, cukup diberi
bantalan steril di bawah hidung atau telinga. Instruksikan klien untuk tidak memanipulasi
hidung atau telinga.
5. Infeksi
6. Herniasi Otak
DAFTAR PUSTAKA
1. (Mansjoer, Arif dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran jilid 1.Jakarta: Fakultas
Kedokteran Unifersitas Indonesia
2. Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salema Medika
3. Batticaca Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
4. Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. Ilmu Bedah.Jakarta : Erlangga
Lecture Notes,2005. Neurologi, Lionel Ginsberg : Erlangga
5. Smeltzer, Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC