Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.
dalam hal strategi yang tepat agar dapat bersaing di lingkungan industri yang
semakin ketat dan kompetitif. Keputusan tersebut menyangkut keputusan di
dalam semua bidang fungsional. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh
perusahaan dalam mengelola fungsi-fungsi manajemennya adalah, bagaimana
mengelola sumber daya manusia untuk dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja sehingga memungkinkan organisasi perusahaan akan tetap
eksis dan mampu berkompetisi dengan perusahaan lain. Untuk mampu tetap
eksis dan memenangkan kompetisi maka suatu perusahaan atau organisasi
harus mempunyai Sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai
keunggulan.
Tanpa keberadaan Sumber daya yang berkualitas atau unggul tersebut
maka keberadaan Sumber daya lain tidak akan mampu memberikan manfaat
yang optimal bagi pencapaian tujuan perusahaan. Kesuksesan dan kinerja
perusahaan bisa dilihat dari kinerja yang telah dicapai oleh karyawannya, oleh
sebab itu perusahaan menuntut agar para karyawannya mampu menampilkan
kinerja yang optimal karena baik buruknya kinerja yang dicapai oleh karyawan
akan
berpengaruh
pada
kinerja
dan
keberhasilan
perusahaan
secara
(SQ)
yang
dimiliki
para
karyawan
harus
digali
dan
Kedua,
dengan kinerja karyawan bank yang kurang memberi perhatian dalam mengelola
kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kanwil Manado merupakan bagian dari
Bank umum yang beroperasi dengan kegiatan operasionalnya yang meliputi
kegiatan mengumpulkan dana dari masyarakat maupun menyalurkan dana
tersebut pada dunia usaha, tentunya tidak dapat terlepas dari peranan para
karyawan dan staf kepegawaian mulai dari tingkat manajer sampai ke cleaning
service. Dalam menjalankan tugas, setiap hari karyawan diperhadapkan dengan
beban tugas silih berganti dan semuanya harus dikerjakan sesuai target, tak
jarang hal ini dapat menyebabkan emosi jadi tidak stabil serta menjadi kurang
bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan. Dalam hal ini, pengendalian
emosi sangat dibutuhkan untuk dapat berkinerja tinggi. Belum lagi karyawan
harus berhadapan dengan tugas-tugas yang menggunakan hitungan serta
kemampuan karyawan dalam mengatasi permasalahan yang ada, hal ini
memberi arti bahwa kecerdasan intelektual menjadi salah satu variabel yang
memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan. Selain itu, dilihat dari tugas utama
BRI Kanwil Manado yaitu mengumpulkan dana dari masyarakat maupun
menyalurkan dana tersebut pada dunia usaha, karyawan sangat dituntut untuk
bersikap jujur, karena melihat fenomena dan permasalahan tentang ketidakmampuan karyawan menahan godaan untuk mengaburkan transaksi beberapa
rekening nasabah, hal ini juga menjadi salah satu variabel yang memiliki
pengaruh terhadap kinerja karyawan.
Karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
dengan judul:
Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Kantor Wilayah Manado
4
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, yang menjadi rumusan
1.3.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
1.4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat utama, yaitu :
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan
dapat
bermanfaat
bagi
perkembangan
ilmu
Rakyat
Indonesia
Kantor
Wilayah
Manado
untuk
lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
oleh
Meirnayati
(2005)
tentang
Pengaruh
kecerdasan
dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah
analisis regresi berganda.
Penelitian menemukan bahwa seluruh hipotesis dalam penelitian ini telah
terbukti secara signifikan. Kecerdasan intelektual, komitmen organisasi dan
budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Variabel yang memiliki pengaruh paling besar adalah kecerdasan intelektual.
Implikasi pada penelitian ini adalah kecerdasan intelektual, komitmen organisasi
dan budaya organisasi memiliki peran yang sama penting baik secara individu
atau secara bersama-sama dalam meningkatkan kinerja karyawan.
KANTOR
PEMASARAN
SURABAYA.
Teknis
analisis
yang
digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik analisis jalur (path analysis).
Berdasarkan hasil analisis dihasilkan kesimpulan bahwa: (1) kecerdasan
spiritual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan (2)
kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja
karyawan melalui kecerdasan emosional.
Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian oleh
penulis dapat dilihat pada Tabel 2.1.
10
Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian
No.
1.
Nama Peneliti
Meirnayati (2005)
2.
Laras (2006)
3.
Cipta (2009)
Judul
Pengaruh
kecerdasan
intelektual,
komitmen
organisasi, dan
budaya organisasi
terhadap kinerja
karyawan Hotel
Horison Semarang
Pengaruh
kecerdasan
emosional,
kompetensi
komunikasi dan
budaya organisasi
terhadap kinerja
karyawan PT. POS
Indonesia (Persero)
Se Kota Semarang
Pengaruh
kecerdasan spiritual
terhadap kinerja
karyawan melalui
kecerdasan
Populasi
Teknik Sampling
95
Random Sampling
120
Disproportionate Stratifie
Random Sampling
43
Random Sampling
11
4.
2.2.
Alicia Sumenge
(2011)
emosional sebagai
variabel intervening
pada karyawan PT.
Asuransi Takaful
Keluarga Kantor
Pemasaran
Surabaya
Analisis Pengaruh
kecerdasan
emosional,
kecerdasan
intelektual, dan
kecerdasan spiritual
terhadap kinerja
karyawan PT. BRI
Kanwil Manado
69
Sensus
(Sampling Jenuh)
Landasan Teori
kinerja merupakan perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan
standar kerja yang ditetapkan dan kinerja itu sendiri lebih memfokuskan pada
hasil kerjanya. sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2002): kinerja pada
dasarnya adalah apa yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh karyawan.
Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan
kontribusi kepada organisasi.
Winardi (1996) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.
Faktor
intrinsik
meliputi
motivasi,
pendidikan,
kemampuan,
e. Komitmen
Komitmen berarti bahwa karyawan mempunyai tanggung jawab penuh
terhadap pekerjaannya
dibandingkan
dengan
satu
set
standar
dan
kemudian
2.2.1.1.
Keterampilan,
Kemampuan,
Keyakinan,
Pengalaman,
Harley-Davidson
(2000)
dalam
Luthans
(2006),
selain
didasarkan pada kekuatan dan kapasitas psikologis positif atau modal psikologis,
maka sebuah konstruksi perilaku organisasi positif (POB) harus memenuhi
kriteria operasional sebagai berikut :
15
a. Berdasarkan
teori
dan
penelitian.
Perilaku
organisasi
positif
2.2.2.1.
Kecerdasan Emosional
Orang yang pertama kali mengungkapkan adanya kecerdasan lain
merupakan
kemampuan
menangani
emosinya
sendiri,
kemampuan
menangani
emosi
dengan
baik
ketika
2.2.2.2.
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang
membedakan kualitas orang yang satu dengan orang yang lain (Joseph, 1978).
Kecerdasan intelektual lazim disebut dengan inteligensi. Istilah ini
dipopulerkan kembali pertama kali oleh Francis Galton, seorang ilmuwan dan ahli
matematika yang terkemuka dari Inggris (Joseph, 1978). Inteligensi adalah
kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara
efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi
oleh faktor genetik (Galton, dalam Joseph, 1978).
Intelligensi lebih difokuskan kepada kemampuannya dalam berpikir.
Wechsler seorang ilmuwan dari Anerika adalah orang yang membuat test
inteligensi WAIS dan WISC yang banyak digunakan diseluruh dunia. Ia
mengemukakan bahwa inteligensi adalah kemampuan global yang dimiliki oleh
individu agar bisa bertindak secara terarah dan berpikir secara bermakna serta
bisa berinteraksi dengan lingkungan secara efisien (dalam Anastasi dan Urbina,
1997).
18
(2003)
mengemukakan
indikator-indikator
dari
kecerdasan yang diambil dari tes inteligensi yang dikembangkan oleh Peter
Lauster, sedangkan pengukuran besarnya kemauan dengan menggunakan alat
tes Pauli dari Richard Pauli, khusus menyangkut besarnya penjumlahan. Ia
menyebutkan tiga indikator kecerdasan intelektual yang menyangkut tiga domain
kognitif. Ketiga indikator tersebut adalah :
a. Kemampuan figur yaitu merupakan pemahaman dan nalar dibidang
bentuk
b. Kemampuan verbal yaitu merupakan pemahaman dan nalar dibidang
bahasa
c. Pemahaman dan nalar dibidang numerik atau yang berkaitan dengan
angka biasa disebut dengan kemampuan numerik
2.
3.
4.
5.
6.
Baik ingatan
Mudah menangkap hubungan percakapan-percakapan
Mudah menarik kesimpulan
Cepat dalam mengamati
Cakap dalam memecahkan berbagai problem
2.2.2.3.
Kecerdasan Spiritual
Pada masa kini orang mulai mengenal istilah kecerdasan lain
cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman
sampai pada batasannya, juga memungkinkan kita bergulat dengan ihwal baik
dan jahat, membayangkan yang belum terjadi serta mengangkat kita dari
kerendahan. Kecerdasan tersebut menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup sesorang lebih bernilai dan bermakna (Zohar dan
Marshal, 2000).
Eckersley (2000) memberikan pengertian yang lain mengenai
kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual didefinisikan sebagai perasaan intuisi
yang dalam terhadap keterhubungan dengan dunia luas didalam hidup kita.
Konsep mengenai kecerdasan spiritual dalam hubungannya dengan dunia kerja,
menurut Ashmos dan Duchon (2000) memiliki tiga komponen yaitu kecerdasaan
spiritual sebagai nilai kehidupan dari dalam diri, sebagai kerja yang memiliki arti
dan komunitas.
Mccormick
(1994)
dan
Mitroff
and
Denton
(1999),
dalam
menekankan pada makna hidup dan bukan hanya terbatas pada penekanan
agama saja (Hoffman, 2002).
Agus Nggermanto (2002): sesorang yang memiliki SQ tinggi adalah
orang yang memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu memaknai setiap sisi
kehidupan serta mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan
kesakitan.
Sukidi (2002; dalam Setyawan, 2004) mengemukakan tentang nilainlai dari kecerdasan spritual berdasarkan komponen-komponen dalam SQ yang
banyak dibutuhkan dalam dunia bisnis, diantaranya adalah:
a. Mutlak Jujur
Kata kunci pertama untuk sukses di dunia bisnis selain berkata benar dan
konsisten akan kebenaran adalah mutlak bersikap jujur. Ini merupakan
hukum spiritual dalam dunia usaha
b. Keterbukaan
Keterbukaan merupakan sebuah hukum alam di dalam dunia usaha,
maka logikanya apabila sesorang bersikap fair atau terbuka maka ia telah
berpartisipasi di jalan menuju dunia yang baik
c. Pengetahuan diri
Pengetahuan diri menjadi elemen utama dan sangat dibutuhkan dalam
kesuksesan sebuah usaha karena dunia usaha sangat memperhatikan
dalam lingkungan belajar yang baik.
d. Fokus pada kontribusi
Dalam dunia usaha terdapat hukum yang lebih mengutamakan memberi
daripada menerima. Hal ini penting berhadapan dengan kecenderungan
manusia untuk menuntut hak ketimbang memenuhi kewajiban. Untuk
itulah orang harus pandai membangun kesadaran diri untuk lebih terfokus
pada kontribusi
23
2.3.
berdasarkan
penelitian
dan
pengalamannya
dalam
memajukan
intelektualnya saja tetapi juga ditentukan oleh faktor emosinya. Seseorang yang
dapat mengontrol emosinya dengan baik maka akan dapat menghasilkan kinerja
yang baik pula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Meyer (2004):
kecerdasan emosi merupakan faktor yang sama pentingnya dengan kombinasi
kemampuan teknis dan analisis untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Salah
satu aspek dalam kecerdasan emosi adalah motivasi. Salovey (dalam Goleman,
2000), seperti yang dijelaskan sebelumnya, memotivasi diri sendiri merupakan
landasan keberhasilan dan terwujudnya kinerja yang tinggi di segala bidang.
Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh Boyatzis (2001) dan
Chermiss (1998) terhadap beberapa subjek penelitian dalam beberapa
perusahaan maka hasil yang didapat menunjukan bahwa karyawan yang
memiliki skor kecerdasan emosi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang
lebih baik yang dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas yang
diberikan
karyawan
tersebut
terhadap
perusahaan.
Chermiss
juga
merupakan alat untuk memprediksi kinerja yang efektif dalam banyak industri
kerja. Hal tesebut menunjukkan bahwa orang yang memiliki skor inteligensi yang
cukup baik akan dapat berhasil dalam lingkungan kerjanya (Anastasi, 1997).
Keseimbangan yang baik antara IQ dengan EQ harus dapat dicapai.
Orang yang memiliki EQ yang baik tanpa ditunjang dengan IQ yang baik pula
belum tentu dapat berhasil dalam pekerjaannya. Hal ini karena IQ masih
memegang peranan yang penting dalam kinerja sesorang, sehingga keberadaan
IQ tidak boleh dihilangkan begitu saja (Caruso, 1999). Hal yang sama yang juga
diungkapkan oleh Gordon (fokus-online, 2004) bahwa perbaikan kemampuan
kognitif adalah cara terbaik untuk meningkatkan kinerja para pekerja.
Kemampuan kognitif dalam hal ini kecerdasan intelektual merupakan alat
peramal yang paling baik untuk melihat kinerja sesorang di masa yang akan
datang (Hunter, 1996). Penelitian Moustafa dan Miller pada tahun 2003, juga
menunjukan hasil yang sama pula. Mereka meneliti tentang validitas tes skor
kemampuan kognitif pada proses seleksi karyawan. Tes inteligensi merupakan
alat yang tepat dalam melakukan seleksi terhadap karyawan, sehingga tes
tersebut dapat memberikan keputusan bagi manajer untuk mendapatkan orang
yang tepat dalam pemilihan karyawan yang dibutuhkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa seorang karyawan yang mendapatkan skor tes IQ yang
tinggi pada saat seleksi ternyata menghasilkan kinerja yang lebih baik, terutama
apabila
dalam
masa-masa
tugasnya
tersebut
ia
sering
mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan beru dari pelatihan yang dilakukan (Moustafa dan
Miller, 2003).
yang
pernah
dilakukan
Biberman
dan
Whittey
(1997).
Mereka
spiritual
dan
leadership.
Spiritualitas
berpengaruh
terhadap
mereka yang memiliki kecerdasan spiritual yang bagus, serta dapat membawa
nilai-nilai spiritualitas dalam kepemimpinannya. Mereka yang berperilaku
demikian akan lebih dihargai oleh para bawahannya, sehingga hasil kerja yang
dihasilkan akan lebih baik karena setiap orang dapat belajar saling memahami
dan menghargai. Kecerdasan spiritual dapat dikemabangkan oleh setiap orang.
Mengingat pentingnya kecerdasan spiritual dalam dunia kerja, maka beberapa
organisasi menciptakan metode untuk mengisi dan melatih kebutuhan spiritual
agar dapat mendorong perilaku kerja karyawan mereka supaya lebih baik,
sehingga setiap karyawan dapat memunculkan kinerja yang lebih optimal. Alat
yang biasa digunakan adalah dengan enneagram.
Penelitian Kale dan Shrivasta (2003) memberikan suatu studi tentang
metode enneagram tersebut untuk meningkatkan dan mendorong spiritualitas di
dalam dunia kerja.
Pada
pertengahan
tahun
1990,
untuk
menjadi
pintar
tidaklah
2002).
Kecerdasan spritual yang dimiliki setiap orang tidaklah sama. Hal tersebut
tergantung dari masing-masing pribadi orang tersebut dalam memberikan makna
pada hidupnya. Kecerdasan spritual lebih bersifat luas dan tidak terbatas pada
agama saja. Perbedaan yang dimiliki masing-masing individu akan membuat
hasil kerja juga berbeda (Muhammad Idrus, 2002).
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESA
3.1.
Kerangka Pikir
Dasar penyusunan kerangka pikir penelitian ini diawali dari pemikiran
30
Gambar 3.1
Kerangka Proses Berpikir
Kajian Teori
1. Kinerja Karyawan
(Mohammad Asad,
1995 dan Bernadin,
1993)
2. Kecerdasan
Emosional
(Goleman, 2000)
3. Kecerdasan
Intelektual
(Galton
(dalam
Joseph), 1978 dan
Mujib/Mudzakir,
2000)
4. Kecerdasan Spiritual
(Zohar dan Marshal,
2000
dan
Sukidi
(dalam
Setyawan),
2004)
Kajian Empirik
1. Meirnayati (2005), Pengaruh
kecerdasan
intelektual,
komitmen organisasi dan
budaya organisasi terhadap
kinerja
karyawan
Hotel
Horison Semarang.
2. Laras
(2006), Pengaruh
kecerdasan
emosional,
kompetensi komunikasi dan
budaya organisasi terhadap
kinerja karyawan PT. POS
Indonesia (Persero) Se Kota
Semarang
3. Cipta
(2009),
Pengaruh
kecerdasan spiritual terhadap
kinerja karyawan melalui
kecerdasan
emosional
31
sebagai variabel intervening
pada karyawan PT. Asuransi
Takaful
Keluarga
Kantor
Pemasaran Surabaya
Hipotesis
Uji Statistik
Tesis
Kecerdasan
Emosional
Kecerdasan
Intelektual
KINERJA
Kecerdasan Spiritual
32
Gambar 3.2
Model Penelitian
3.2.
Hipotesa
Kemudian untuk menguji pengaruh antar variabel, maka hipotesa
H2 :
H3 :
H4 :
BAB
IV
METODE PENELITIAN
4.1.
Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian asosiatif.
4.2.
Lokasi Penelitian
Adapun lokasi PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Wilayah Manado,
4.3.
Tabel 4.1
MATRIK SEBARAN SAMPEL
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Bagian
Pimpinan Wilayah
Wakil Pimpinan Wilayah
Kepala Bagian
Sekertaris
Bag. BISTEL
Bag. ADK
Bag. ARK
Bag. Mikro
Bag. SDM
Bag. Jaringan
Bag. Logistik
Bag. Umum
Total
Jumlah Karyawan
1
1
8
1
12
12
4
7
6
6
6
6
70
Sampel Karyawan
(bukan sampel)
1
8
1
12
12
4
7
6
6
6
6
69
35
4.4.
berikut :
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data-data yang berkenaan
dengan identitas responden seperti : usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
dan masa kerja.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang peneliti
dapatkan secara tidak langsung dari objek penelitian, karena peneliti
mendapatkan informasi dari media perantara.
4.5.
sebagai berikut :
a. Metode Kuesioner
Metode ini digunakan untuk memperoleh data variabel kecerdasan
emosional,
kecerdasan
intelektual,
kecerdasan
spiritual,
dan
kinerja
b. Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang berhubungan
dengan data mengenai PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Wilayah Manado.
4.6.
4.7.
sebagai berikut :
4.7.1. Kecerdasan Emosional (X1)
Goleman (2000) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan
emosional adalah kemampuan mengontrol diri, memacu, tetap tekun, serta dapat
memotivasi diri sendiri. Kecakapan tersebut mencakup pengelolaan bentuk
emosi baik yang positif maupun negatif. Sedangkan indikator-indikator dari
Kecerdasan Emosional adalah :
hubungan
(Relationship
Management)
merupakan
oleh faktor genetik Sedangkan menurut Mujib dan Mudzakir (2000) indikator
kecerdasan intelektual (IQ) adalah :
a. Mudah dalam menggunakan hitungan, merupakan kemampuan karyawan
Bank Rakyat Indonesia Kanwil Manado menggunakan hitungan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan
b. Baik ingatan, merupakan kemampuan karyawan Bank Rakyat Indonesia
Kanwil Manado mengingat setiap tugas-tugas yang diberikan.
c. Mudah menangkap hubungan percakapan-percakapan, merupakan
kemampuan karyawan Bank Rakyat Indonesia Kanwil Manado dalam
memahami dan mengerti makna yang diucapkan
d. Mudah menarik kesimpulan, merupakan kemampuan karyawan Bank
Rakyat Indonesia Kanwil Manado dalam menarik kesimpulan atas suatu
hal
e. Cepat dalam mengamati, merupakan kemampuan karyawan Bank Rakyat
Indonesia Kanwil Manado dalam mengamati permasalahan yang ada
dengan cepat
f.
non
dogmatis
merupakan
kemampuan
karyawan
untuk
(1995)
menyatakan
bahwa
kinerja
merupakan
waktu
merupakan
kemampuan
karyawan
dalam
40
Kecerdasan Emosional
(X1)
a.
b.
c.
d.
e.
Indikator
Self Awareness
Self Management
Motivation
Social Awareness
Relationship
Item
1
2
3
4
5
Management
a. Mudah Dalam
6
Menggunakan Hitungan
b. Baik Ingatan
c. Mudah Menangkap
7
8
Kecerdasan Intelektual
(X2)
Hubungan Percakapan
d. Mudah Menarik
9
Kesimpulan
e. Cepat Dalam
10
f.
Kecerdasan Spiritual
(X3)
Kinerja Karyawan (Y)
Mengamati
Cakap Dalam
Memecahkan Berbagai
11
Masalah
Mutlak jujur
Keterbukaan
Pengetahuan diri
Fokus pada kontribusi
1
2
3
4
a. Kualitas Kerja
a.
b.
c.
d.
41
b. Kuantitas Kerja
c. Ketepatan waktu
2
3
d. Kemandirian
e. Komitmen
Sumber : Lampiran I Kuesioner Penelitian
4.8.
Jika koefisien alpha cronbach > 0,60 maka konstruk variabel dikatakan
reliable (Imam Ghozali : 2001). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan program SPSS.
Teknik analisis yang dipakai dalam menguji hipotesis penelitian ini adalah
dengan menggunakan multiple regression analysis (analisis regresi berganda).
Teknik ini dipakai untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen
terhadap variabel dependen. Rumus persamaan regresi tersebut adalah sebagai
berikut :
Keterangan
Y = Kinerja karyawan
= Konstanta
X1 = Kecerdasan intelektual
X2 = Kecerdasan Emosi
e = Error disturbance
X3 = Kecerdasan Spiritual
4.8.4. Uji Asumsi Klasik
Dalam analisis regresi perlu dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil
analisis regresi dapat memenuhi kriteria best, linear dan supaya variabel
independent sebagai estimator atas variabel dependent tidak bias. Uji asumsi
klasik ini terdiri atas uji autokorelasi, uji heterokesdastistas, uji multikolinearitas
dan uji normalitas.
4.8.4.1.
Uji Multikolinearitas
Dalam uji multikolinearitas dilakukan dengan uji korelasi antara
regresi yang baik tidak terjadi multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas dalam regresi adalah dengan menganalisis korelasi
variabel-variabel independent. Jika antara variebel ada korelasi yang cukup
tinggi ( > 0,90 ) maka hal ini menunjukkan indikasi multikolinearitas dengan
menunjukan nilai tolerance dan Variance Inflation Factors (VIF). Indikator adanya
multikolinearitas yang relevan dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antar
independent variabel akan tetapi tidak ada atau sangat sedikit penguji yang
signifikan. Model regresi yang bebas multikolinaritas adalah :
4.8.4.2.
Uji Heteroskedastistas
Uji Heteroskedastistas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
maka
disebut
homokedastik,
sedangkan
jika
berbeda
disebut
44
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan koreksi karena
kehadiran heteroskedastik yaitu :
-
4.8.4.3.
Uji Normalitas
Ghozali (2001) menyebutkan bahwa uji normalitas adalah untuk
untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independent dan dependent
memiliki distrik normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui normal atau tidak
maka dilakukan uji normalitas menurut Kolmogarof Smirnov satu arah dan
analisis grafik Smirnov menggunakan tingkat kepecayaan 5 %. Sebagai dasar
pengujian keputusan normal atau tidak yaitu :
45
4.8.5.1.
dilakukan unit pada tingkat 95%. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai thitung yang dibandingkan dengan t-tabel pada alpha 0,05 (5%). Apabila nilai t
hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak, hal ini berarti ada hubungan
signifikan antara masing-masing variabel independen dengan variable dependen.
Koefisien regresi bertanda negatif berarti hubungan antara variable dependen
dengan variabel independen adalah hubungan terbalik.
4.8.5.2.
4.8.5.3.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.1
KOMPISISI RESPONDEN BERDASARKAN UMUR
No. Umur
1
21 30 tahun
2
31 40 tahun
3
41 50 tahun
4
> 50 tahun
Jumlah
Sumber: Lampiran II Data Responden
Jumlah
43 Orang
8 Orang
10 Orang
8 Orang
69 Orang
Persentase
62,32%
11,59%
14,49%
11,59%
100
dan responden yang berusia lebih dari atau sama dengan 50 tahun
Jumlah
47 Orang
22 Orang
69 Orang
Persentase
68,12%
31,88%
100
48
Pendidikan
SLTA
SMK
Akademi/Diploma
Strata Satu
Strata Dua
Jumlah
Sumber: Lampiran II Data Responden
Jumlah
3 Orang
3 Orang
14 Orang
43 Orang
6 Orang
69 Orang
Persentase
4,35
4,35
20,3
62,32
8,5
100
Masa Kerja
< 2 tahun
2,1 tahun s/d 10 tahun
11 tahun s/d 20 tahun
21 tahun s/d 30 tahun
Jumlah
18 Orang
26 Orang
9 Orang
12 Orang
Persentase
26,09
37,68
13,04
17,4
49
> 30 tahun
4 Orang
Jumlah
69 Orang
Sumber: Lampiran II Data Responden
5,8
100
Tabel 5.4 menunjukan responden dengan masa kerja < 2 tahun sebanyak
18 0rang (26,09%), masa kerja 2,1 tahun s/d 10 tahun sebanyak 26 orang
(37,68%), 11 tahun s/d 20 tahun sebanyak 9 orang (13,04%), masa kerja 21
tahun s/d 30 tahun sebanyak 12 orang (17,4%), dan masa kerja > 30 tahun
sebanyak 4 orang (5,8%).
Tabel 5.5
Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel
(X1)
(X2)
Item
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
X2.1
X2.2
R
0,812
0,838
0,883
0,810
0,743
0,780
0,632
Sig
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
50
X2.3
0,741
X2.4
0,539
X2.5
0,870
X2.6
0,606
(X3)
X3.1
0,735
X3.2
0,636
X3.3
0,777
X3.4
0,702
X3.5
0,835
(Y)
Y.1
0,775
Y.2
0,638
Y.3
0,774
Y.4
0,644
Y.5
0,859
Sumber : Lampiran III Hasil Uji Validitas
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 5.6
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Item
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
Alpha
0,777
0,772
0,766
0,787
0,792
0,732
0,740
0,734
0,761
0,719
0,748
Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
51
X3.1
0,754
Reliabel
X3.2
0,763
Reliabel
X3.3
0,739
Reliabel
X3.4
0,757
Reliabel
X3.5
0,724
Reliabel
Y.1
0,750
Reliabel
Y.2
0,763
Reliabel
Y.3
0,740
Reliabel
Y.4
0,768
Reliabel
Y.5
0,718
Reliabel
Sumber : Lampiran IV Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada tabel di atas. Semua
item adalah reliabel karena memiliki nilai alpha cronbach di atas 0,6.
5.3.1.1.
Persentase (%)
40,6
56,5
2,9
0
0
100
5.3.1.2.
responden
secara
individu
terhadap
indikator
Tabel 5.8
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS PENGATURAN DIRI (X1.2)
Tanggapan
Responden
Sangat Setuju
27
Setuju
38
Netral
3
Tidak Setuju
1
Sangat Tidak Setuju
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Sebanyak 1 responden (1,4%)
Persentase (%)
39,1
55,1
4,3
1,4
0
100
yang menjawab tidak setuju, 3
besar
karyawan
(94,2%)
dapat
mengendalikan
emosi
dalam
menghadapi permasalahan.
5.3.1.3.
Tabel 5.9
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS MOTIVASI DIRI (X1.3)
Tanggapan
Responden
Sangat Setuju
31
Setuju
33
Netral
5
Tidak Setuju
0
Sangat Tidak Setuju
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
44,9
47,8
7,2
0
0
100
5.3.1.4.
Empati (X1.4)
Penilaian responden secara individu terhadap indikator empati
54
Tabel 5.10
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS EMPATI (X1.4)
Tanggapan
Responden
Sangat Memahami
36
Memahami
26
Cukup Memahami
7
Kurang Memahami
0
S. Kurang Memahami
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Sebanyak
responden
Persentase (%)
52,2
37,7
10,1
0
0
100
(10,1%)
yang
menjawab
cukup
5.3.1.5.
responden
secara
individu
terhadap
indikator
55
Tabel 5.11
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS PENGATURAN HUBUNGAN (X1.5)
Tanggapan
Responden
Sangat Setuju
33
Setuju
31
Netral
5
Kurang Setuju
0
Sangat Kurang Setuju
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
47,8
44,9
7,2
0
0
100
5.3.2.1.
Tabel 5.12
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS MUDAH DALAM MENGGUNAKAN
HITUNGAN (X2.1)
Tanggapan
Responden
Persentase (%)
56
Sangat Mudah
32
Mudah
31
Netral
6
Sulit
0
Sangat Sulit
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
46,4
44,9
8,7
0
0
100
5.3.2.2.
Tabel 5.13
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS BAIK INGATAN (X2.2)
Tanggapan
Responden
Sangat Baik
35
Baik
24
Cukup Baik
10
Kurang Baik
0
Sangat Kurang Baik
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
50,7
34,8
14,5
0
0
100
5.3.2.3.
Tabel 5.14
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS MUDAH MENANGKAP PERCAKAPAN
(X2.3)
Tanggapan
Responden
Sangat Setuju
29
Setuju
32
Netral
8
Kurang Setuju
0
Sangat Kurang Setuju
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
42,0
46,4
11,6
0
0
100
5.3.2.4.
Tabel 5.15
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS MUDAH MENARIK KESIMPULAN (X2.4)
Tanggapan
Responden
Sangat Setuju
23
Setuju
36
Netral
8
Kurang Setuju
2
Sangat Kurang Setuju
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
33,3
52,2
11,6
2,9
0
100
5.3.2.5.
Tabel 5.16
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS CEPAT DALAM MENGAMATI (X2.5)
Tanggapan
Responden
Sangat Setuju
29
Setuju
30
Netral
10
Kurang Setuju
0
Sangat Kurang Setuju
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
42,0
43,5
14,5
0
0
100
5.3.2.6.
60
Tabel 5.17
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS CAKAP DALAM MEMECAHKAN
MASALAH (X2.6)
Tanggapan
Responden
Sangat Setuju
25
Setuju
30
Netral
14
Kurang Setuju
0
Sangat Kurang Setuju
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
36,2
43,5
20,3
0
0
100
5.3.3.1.
Tabel 5.18
61
Persentase (%)
59,4
39,1
1,4
0
0
100
5.3.3.2.
Keterbukaan (X3.2)
Pernyataan responden yang berkaitan dengan keterbukaan/sifat
Tabel 5.19
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS KETERBUKAAN (X3.2)
Tanggapan
Sangat Setuju
Setuju
Netral
Kurang Setuju
Responden
46
22
0
1
Persentase (%)
66,7
31,9
0
1,4
62
0
100
5.3.3.3.
Tabel 5.20
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS PENGETAHUAN DIRI (X3.3)
Tanggapan
Responden
Sangat Setuju
54
Setuju
15
Netral
0
Kurang Setuju
0
Sangat Kurang Setuju
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
78,3
21,7
0
0
0
100
karyawan (100%) setuju bahkan sangat setuju bahwa pengetahuan diri (cara
bersikap) penting dalam pekerjaan.
5.3.3.4.
Tabel 5.21
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS FOKUS PADA KONTRIBUSI (X3.4)
Tanggapan
Responden
Sangat Setuju
50
Setuju
18
Netral
1
Kurang Setuju
0
Sangat Kurang Setuju
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
72,5
26,1
1,4
0
0
100
5.3.3.5.
Pernyataan responden yang berkaitan dengan spiritual nondogmatis dapat dijelaskan sebagai berikut
Tabel 5.22
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS SPIRITUAL NON-DOGMATIS (X3.5)
Tanggapan
Responden
Sangat Setuju
51
Setuju
17
Netral
1
Kurang Setuju
0
Sangat Kurang Setuju
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
73,9
24,6
1,4
0
0
100
5.3.4.1.
Tabel 5.23
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS KUANTITAS KERJA (Y.1)
Tanggapan
Responden
Sangat Sesuai
50
Sesuai
16
Cukup Sesuai
3
Kurang Sesuai
0
Sangat Kurang Sesuai
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
72,5
23,2
4,3
0
0
100
5.3.4.2.
66
Tabel 5.24
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS KUALITAS KERJA (Y.2)
Tanggapan
Responden
Sangat Baik
50
Baik
14
Cukup Baik
3
Kurang Baik
2
Sangat Kurang Baik
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
72,5
20,3
4,3
2,9
0
100
5.3.4.3.
Tabel 5.25
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS KETEPATAN WAKTU (Y.3)
67
Tanggapan
Responden
Sangat Tepat Waktu
27
Tepat Waktu
32
Cukup Tepat Waktu
10
Kurang Tepat Waktu
0
Sangat Kurang Tepat Waktu
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
39,1
46,4
14,5
0
0
100
5.3.4.4.
Kemandirian (Y.4)
Pernyataan responden yang berkaitan dengan kemandirian dapat
Tabel 5.26
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS KEMANDIRIAN (Y.4)
Tanggapan
Sangat Sanggup
Sanggup
Cukup Sanggup
Kurang Sanggup
Sangat Kurang Sanggup
Jumlah
Responden
30
33
6
0
0
69
Persentase (%)
43,5
47,8
8,7
0
0
100
68
5.3.4.5.
Komitmen (Y.5)
Pernyataan responden yang berkaitan dengan komitmen dapat
Tabel 5.27
PENILAIAN SECARA INDIVIDU ATAS KOMITMEN (Y.5)
Tanggapan
Responden
Sangat Bertanggung Jawab
40
Bertanggung Jawab
26
Cukup Bertanggung Jawab
3
Kurang Bertanggung Jawab
0
Sangat Kurang Bertanggung Jawab
0
Jumlah
69
Sumber : Lampiran IV Tabel Frekuensi
Persentase (%)
58,0
37,7
4,3
0
0
100
5.4.
Hasil Analisis
5.4.1.
5.4.1.1.
(VIF). Multikolinearitas tidak terjadi apabila VIF < 10 (Ghozali, 2006). Dari tabel
5.28 Nilai VIF yang didapatkan pada masing-masing variabel bebas < 10, hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas di antara 3 variabel bebas
sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada korelasi yang kuat antar variabelvariabel bebas.
Tabel 5.28
Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas
Variabel Bebas
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Spiritual
Sumber: Hasil Olah Data
VIF
1,924
1,931
1,013
Keterangan
Non-Multikolinearitas
Non-Multikolinearitas
Non-Multikolinearitas
5.4.1.2.
70
Hasil
pengujian
menunjukkan
tidak
terdapat
gejala
5.4.1.3.
71
yang
berhasil
dikumpulkan
selanjutnya
dianalisis
dengan
Beta
Sig t
Konstanta
Kecerdasan
Emosional
(X1)
Kecerdasan
Intelektual (X2)
Kecerdasan
-4,074
0,677
0.603
-1,575
6.707
0,120
0,000
Keteranga
n
Signifikan
Signifikan
0,449
0,320
3,554
0,001
Signifikan
0,269
0,313
3,134
0,004
Signifikan
72
Spiritual (X3)
R
= 0,852
R Square
= 0,727
Adjusted R Square = 0,714
Fhitung
= 57,620
Sig F
= 0,000
Sumber: Hasil Olah Data
Pada tabel 5.29 persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = - 4,074 + 0,677X1 + 0,449X2 + 0,269X3 + e
Dari tabel 5.29 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai koefisien regresi variabel kecerdasan emosional (X1), adalah sebesar
0,677. Koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan pengaruh yang
searah antara kecerdasan emosional (X1) dengan kinerja karyawan (Y).
Artinya apabila kecerdasan emosional (X1) meningkat maka kinerja karyawan
(Y) akan meningkat dan sebaliknya. Nilai signifikansi pada variabel
kecerdasan emosional (X1) sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari nilai
signifikansi yang telah ditentukan sebesar 5% (0,05) maka dapat disimpulkan
bahwa koefisien regresi untuk variabel Kecerdasan emosional (X1)
berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja karyawan (Y).
2. Nilai koefisien regresi variabel kecerdasan intelektual (X2) adalah sebesar
0,449. Koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan pengaruh yang
searah antara kecerdasan intelektual (X2) dengan kinerja karyawan (Y).
Artinya apabila kecerdasan intelektual (X2) meningkat maka kinerja karyawan
(Y) akan meningkat dan sebaliknya. Nilai signifikan pada kecerdasan
intelektual (X2) sebesar 0,001. Nilai ini lebih kecil dari nilai signifikan yang
telah ditentukan sebesar 5% (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa koefisien
regresi untuk kecerdasan intelektual (X2) berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan (Y).
3. Nilai koefisien regresi variabel kecerdasan spiritual (X3), adalah sebesar
73
bebas
(kecerdasan
emosional,
kecerdasan
intelektual,
dan
5.4.3.
5.4.3.1.
Uji Hipotesis
Uji F (Secara Serempak)
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel terikat, digunakan uji F. Apabila p>0,05 maka H 0 diterima dan
Ha ditolak. Demikian sebaliknya. Nilai signifikansi F= 0,000. Jadi p < 5% (0,000 <
0,05). Artinya bahwa secara bersama-sama variabel kecerdasan emosional (X1),
kecerdasan intelektual (X2), kecerdasan spiritual (X3) berpengaruh signifikan
74
5.4.3.2.
hipotesis
yang
menyatakan
bahwa
kecerdasan
emosional,
kecerdasan
5.4.3.3.
71,4%. Artinya bahwa variabel kinerja karyawan (Y) dipengaruhi sebesar 71,4%
oleh variabel kecerdasan emosional (X1), kecerdasan intelektual (X2), dan
75
kecerdasan spiritual (X3) sementara 28,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar 3
variabel bebas yang diteliti.
r2
0,458
Kontribusi (%)
45,80
0,202
20,20
0,072
7,20
5.4.5.1.
Pengaruh
Kecerdasan
Emosional
(X1)
Terhadap
Kinerja
Karyawan (Y)
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif pada tabel 5.29 hipotesis
terbukti bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja karyawan.
ini sangat beralasan karena pada dasarnya saat bekerja mereka dapat
menyadari kekuatan dan kelemahan mereka dalam menjalankan tugas atau
menyelesaikan pekerjaan. Begitupun dalam pengendalian emosi, setiap hari
karyawan diperhadapkan dengan beban tugas silih berganti dan semuanya
harus dikerjakan sesuai target, tak jarang hal ini dapat menyebabkan emosi jadi
tidak stabil, dan dari hasil penelitian karyawan dapat mengendalikan emosinya,
hanya ada beberapa karyawan yang kurang bisa mengendalikan emosi.
Dalam penyelesaian pekerjaan, kemauan ataupun semangat dari
karyawan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan begitu sangat
diperlukan, sehingga hal ini menjadi salah satu indikator penting dalam
peningkatan kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memahami kondisi
orang lain serta kemampuan untuk berinteraksi (bekerja sama) dengan orang
lain juga menjadi indikator penting pada variabel ini, karena apabila karyawan
tidak mampu memahami kondisi orang lain dan tidak mampu untuk berinteraksi
maupun bekerja sama dengan orang lain, yang bersangkutan akan menjadi
orang yang pasif dan tidak akan puas dengan hasil kerjanya. Namun dari hasil
penelitian karyawan dapat memahami kondisi orang lain serta mampu
berinteraksi dengan orang lain (rekan kerja).
5.4.5.2.
karyawan (Y) akan meningkat dan sebaliknya. Nilai signifikan pada kecerdasan
intelektual (X2) sebesar 0,001. Nilai ini lebih kecil dari nilai signifikan yang telah
ditentukan sebesar 5% (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi
untuk kecerdasan intelektual (X2) berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan (Y).
Hasil penelitian ini konsisten dengan bukti empiris yang dihasilkan
oleh Ree, Earles dan Teachout (1994), mereka mengatakan bahwa kinerja
seseorang dapat diprediksi berdasarkan seberapa besar orang tersebut memiliki
general factor. Seseorang yang memiliki kemampuan general cognitive yang baik
maka kinerjanya dalam melaksanakan suatu pekerjaan juga akan lebih baik,
meskipun demikian spesifik ability juga berperan penting dalam memprediksi
bagaimana kinerja seseorang yang dihasilkan.
Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Moustafa dan
Miller (2003) yang memberikan simpulan bahwa tes inteligensi merupakan alat
yang tepat dalam melakukan seleksi terhadap karyawan, sehingga tes tersebut
dapat memberikan keputusan bagi manajer untuk mendapatkan orang yang
tepat dalam pemilihan karyawan yang dibutuhkan. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa seorang karyawan yang mendapatkan skor tes IQ yang
tinggi pada saat seleksi ternyata menghasilkan kinerja yang lebih baik, terutama
apabila
dalam
masa-masa
tugasnya
tersebut
ia
sering
mendapatkan
79
5.4.5.3.
80
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian setelah menguji dan menganalisis pengaruh
kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan spiritual
81
serempak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
karyawan.
2. Kecerdasan emosional memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan.
3. Kecerdasan intelektual memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan.
4. Kecerdasan spiritual tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, selanjutnya disampaikan saran
untuk praktisi dan penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Untuk dapat meningkatkan kemampuan karyawan dalam memecahkan
berbagai macam permasalahan, maka diperlukan pelatihan Problem
Solving.
2. Untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam memahami kondisi
orang lain, diperlukan pelatihan ESQ (Emotional Spiritual Quotient)
3. Manajemen perusahaan dapat mengadakan pelatihan yang dapat
meningkatkan kesungguhan dan kejujuran, serta keterbukaan karyawan
dalam menyelesaikan tugas
4. Melakukan penelitian lebih lanjut di perusahaan perbankan dengan
jumlah sampel yang lebih besar agar ditemukan komparatif studi yang
dapat memperkaya hasil penelitian ini.
82
DAFTAR PUSTAKA
83
M,
Developing
SQ
(Spiritual
Intelligence)
Throught
ELT,
84
Takaful
Keluarga
Kantor
Pemasaran
Surabaya,
Tesis,
E,
2004,
EQ
dan
Kesuksesan
Kerja,
Focus-online,
85
86
Muhammad
Reformasi
sistem
Pendidikan
Nasional
http:/www.depdiknas.org.2001.
Yuninigsih, 2002, Membangun Komitmen dan Menciptakan Kinerja Sumber
Daya Manusia Untuk Memperoleh Keberhasilan Perusahaan, Fokus
Ekonomi Vol.1 No.1 April 2002
Zohar, D, Marshal, I, 2000, SQ (Spiritual Intelligence) : The Ultimate
Intelligence, Blomsburry Publishing, London
------------------------, 2001, The Ultimate Intelligence, Mizam Media Utama,
Bandung
88