You are on page 1of 54

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan
pesat pada umur 1 5 minggu beratnya 1,63 kg. Murtidjo (1987) menyatakan
bahwa daging broiler dipilih sebagai salah satu alternatif, karena diketahui bahwa
broiler sangat efisien berproduksi yaitu dalam waktu 5-7 minggu, ayam tersebut
sanggup mencapai berat hidup 1,3-1,8 kg. Keunggulan broiler tersebut
didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi
makanan, temperatur lingkungan dan pemeliharaan.
Konsumen produk ayam kini semakin selektif dalam memilih karkas
khususnya karkas dengan kadar rendah lemak dan kolesterol. Kadar kolesterol
dalam daging broiler dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia
seperti menyebabkan jantung koroner, obesitas dan hipertensi. Melihat fenomena
tersebut maka konsumen cenderung untuk mengkonsumsi suatu produk pangan
yang aman untuk dikonsumsi atau dengan kata lain suatu produk hewani yang
rendah kadar lemak dan kolesterol.
Upaya menurunkan kolesterol pada ternak terutama pada broiler perlu
mendapat perhatian. Ramuan herbal juga diyakini memiliki zat bioaktif yang
dapat menurunkan kolesterol. Penelitian Agustina, dkk (2006), menunjukkan
penggunaan 12 macam ramuan herbal dalam bentuk cair dengan pemberian 2,5
ml/l air minum, dapat menurunkan lemak abdominal dan kolesterol darah.
Namun, dari 12 bahan ramuan herbal tersebut, terdapat beberapa bahan yang
memiliki kandungan zat bioaktif yang sama. Oleh karena itu perlu penelitian
1

pengurangan jenis bahan ramuan herbal dalam meningkatkan bobot karkas dan
menurunkan kadar lemak serta kolesterol. Menurut Liang et al. (1985) dalam
Rahayu dan Budiman (2008) menyatakan bahwa kandungan minyak atsiri
temulawak sekitar 4,6-11% yang berkhasiat sebagai kolagoga yaitu meningkatkan
produksi sekresi empedu, menurunkan kadar kolesterol dan mengaktifkan enzim
pemecah lemak.
Ramuan herbal memiliki zat bioaktif yang dapat meningkatkan bobot
karkas, menurunkan lemak dan kolesterol broiler. Namun beberapa bahan ramuan
herbal memiliki zat bioaktif yang sama sehingga untuk efisiensi perlu mengurangi
jumlah bahan tersebut. Penggunaan ramuan herbal dalam bentuk serbuk secara
logika akan lebih stabil dan higenis dibanding bila diberikan dalam air minum
unggas. Ramuan herbal berbentuk cair dengan beberapa kelemahannya seperti
mudah terkontaminasi lendir yang dikeluarkan dari air liur ayam, yang terdapat
banyak sumber penyakit.
Permasalahan
Ramuan herbal yang terdiri dari 12 jenis bahan dan 7 jenis bahan berbentuk
serbuk dan cair, beberapa bahan diantaranya memiliki kandungan zat bioaktif
yang sama, sehingga perlu mengurangi jenis bahan yang sama tersebut, untuk
mengefisiensi zat bioaktif ramuan herbal dalam meningkatkan bobot karkas dan
menurunkan kadar lemak dan kolesterol broiler.

Hipotesis
Diduga bahwa pemberian ramuan herbal dalam bentuk cair maupun
serbuk dengan jumlah bahan tertentu dapat meningkatkan persentase bobot karkas
dan menurunkan lemak serta kadar kolesterol broiler.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah dan
bentuk ramuan herbal sebagai imbuhan pakan terhadap bobot karkas, lemak dan
kolesterol broiler.
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai ramuan herbal yang diberikan dalam bentuk cair pada air minum dan
serbuk sebagai imbuhan pakan baik 7 bahan herbal maupun 12 bahan herbal pada
ransum broiler. Sebagai alternatif pengganti antibiotik sintetik terhadap bobot
karkas, lemak abdominal dan kolesterol broiler.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Broiler
Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri
khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan
rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada umumnya broiler ini
siap panen pada usia 28-45 hari dengan berat badan 1,2-1,9 kg/ekor. Broiler
adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki
karakteristik ekonomis, dengan cirri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil
daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada usia relatif muda, serta
menghasilkan kualitas daging berserat lunak (Murtidjo, 1987).
Broiler merupakan hasil rekayasa genetika dihasilkan dengan cara
menyilangkan strain. Kebanyakan induknya (parent stock) diambil dari Amerika
prosesnya sendiri diawali dengan mengawinkan sekelompok ayam dalam satu
keluarga, kemudian dipilihlah turunan yang tumbuh paling cepat. Diantara mereka
disilangkan kembali. Keturunannya diseleksi lagi, yang cepat tumbuh kemudian
dikawinkan dengan sesamanya. Demikian seterusnya hingga diperoleh ayam yang
paling cepat tumbuh disebut broiler. Ayam ini mampu membentuk 1 kg daging
atau lebih dalam tempo 30 hari, dan bisa mencapai 1,5 kg dalam waktu 40 hari
(Indro, 2004).
B. Ramuan Herbal
Ramuan Herbal adalah media pengobatan yang menggunakan tanaman
dengan kandungan bahanbahan alamiah sebagai bahan bakunya. Penggunaan
4

ramuan tradisional memiliki efek samping negatif yang sangat kecil jika
dibandingkan dengan obatobatan medis modern. Hal ini dikarenakan, bahan
baku ramuan tradisional sangat alami atau tidak bersifat sintetik. Meskipun
demikian, obat herbal tetap harus melewati uji klinis yang sama dengan obatobatan sintetik. Selama mengikuti takaran yang dianjurkan, proses pembuatannya
higienis, cara penyimpanan yang baik, maka efek samping negatif ramuan herbal
tradisional ini tidak perlu dikhawatirkan (Anonim, 2012a). Berdasarkan hasil
penelitian Agustina (2006) menunjukkan pemberian ramuan herbal (jamu) pada
pakan broiler dengan level 2,5 ml/liter air minum, dapat dilihat pada Tabel 1
berikut:
Tabel 1. Pemberian Ramuan Herbal dengan level 2,5 ml/liter air minum
NO Sebelum diberikan ramuan
1.
2.
3.
4.

Konsumsi pakan sebesar


419,0 g/ekor/minggu.
Berat
badan
256,0
g/ekor/minggu.
Konversi pakan ayam 1,63
g/ekor/minggu.
Kolesterol ayam 140 mg/dl.

Setelah diberikan ramuan


Adanya penurunan pada konsumsi pakan
menjadi 404,5 g/ekor/minggu
Berat badan meningkat menjadi 278,8
g/ekor/minggu.
Konversi pakan menjadi 1,59
g/ekor/minggu.
Kolesterol menurun menjadi 125 mg/dl
untuk dosis 2,5 ml/dl air minum dan 111
mg/dl untuk dosis 5 ml/dl air minum.

Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa pemberian ramuan herbal (jamu)


pada pakan broiler dengan level 2,5 ml/liter air minum dapat menurunkan
konsumsi pakan dan meningkatkan berat badan serta konversi pakan menjadi
lebih baik. Semakin tinggi level penggunaan ramuan herbal akan menurunkan
kadar kolesterol broiler.

Zat bioaktif yang umumnya terdapat dalam tanaman herbal yang bersifat
antibakteri diantaranya fenol, flavonoid, terpenoid dan alicin. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Cowan (1999), bahwa fenol, flavonoid dan terpenoid dapat
merusak dinding sel bakteri. Secara umum, mekanisme kerja zat bioaktif dalam
herbal sama dengan mekanisme kerja dari antibiotik. Pelczar dan Chan, (1988),
melaporkan bahwa mekanisme kerja fenol dalam membunuh mikroorganisme
yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak atau menghambat
sintesis membran sel. Begitu pula alicin yang terkandung bawang putih dan
bawang merah memiliki kerja yang sama dengan fenol yaitu dapat menekan
bakteri patogen dengan merusak membran sel bakteri dan menghambat sintesis
protein.
Ramuan herbal terdiri atas beberapa tanaman herbal yaitu :
a. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang termasuk salah satu
jenis temu-temuan atau jahe-jahean. Kandungan kimia rimpang temu lawak
dibedakan atas tiga komponen besar, yaitu fraksi pati, fraksi kurkuminoid dan
fraksi minyak atsiri (Sidik et. al., 1995 dalam Rahayu dan Budiman 2008).
Kandungan minyak atsiri temulawak sekitar 4,6-11% yang berkhasiat sebagai
kolagoga yaitu meningkatkan produksi sekresi empedu, menurunkan kadar
kolesterol dan mengaktifkan enzim pemecah lemak. Fraksi kurkuminoid yang
terkandung dalam tepung temulawak berjumlah 3,16%. Kurkuminoid pada
rimpang temulawak terdiri dari dua jenis yaitu kurkumin dan desmetoksikurkumin,
mempunyai warna kuning, berbentuk serbuk dengan aroma yang khas, rasa sedikit

pahit, tidak bersifat toksik, serta larut dalam aseton, alkohol, asam asetat dan
alkali hidroksida (Purseglove et al, 1981).
Selain itu, berdasarkan penelitian, manfaat temulawak kini diketahui juga
dapat mengatasi penyakit anemia, menurunkan kolesterol, melancarkan peredaran
darah, mengatasi gumpalan darah, mengobati demam, malaria, penyakit campak,
mengatasi pegal linu, sakit pinggang, reumatik, mengobati keputihan, ambeien,
sembelit, batuk, asma, radang tenggorokan, hingga radang saluran pernapasan,
mengobati eksim, jerawat, radang empedu, serta meningkatkan stamina (Anonim,
2012b).
b. Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih (Allium sativum) termasuk genus afilum atau di Indonesia
lazim disebut bawang putih. Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan terna
berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun
dan berdiri tegak sampai setinggi 30 -75 cm, mempunyai batang semu yang
terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih
dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang
bejumlah banyak. Selain alisin, bawang putih juga memiliki senyawa lain yang
berkhasiat obat, yaitu alil. Senyawa alil paling banyak terdapat dalam bentuk
dialil-trisulfida yang berkhasiat memerangi penyakit-penyakit degeneratif dan
mengaktifkan pertumbuhan sel-sel baru (Syukur, 2005).
Pemberian bawang putih hingga 2,5% dalam ransum ayam broiler dapat
meningkatkan konversi pakan, meningkatkan karkas, menurunkan koloni bakteri
S. Typhimurium dalam feses dengan tidak mempengaruhi kadar immunoglobulin

dalam darah. Dengan demikian, bawang putih ini cukup potensial menjadi
alternative suplemen zat antimikroba. Namun, masih perlu dilakukan penelitian
lagi sampai sejauh mana bawang putih effektif digunakan dalam pakan broiler
(Anonim, 2011c).
Rismunandar (1986) menambahkan beberapa komponen kimia lainnya
yaitu antihemolitik sebagai antilesu darah, selenium yaitu mikromineral yang
dapat menghindarkan penggumpalan darah, antitoksin pembersih darah dan
scordinin untuk mempercepat pertumbuhan sel.
Manfaat bawang putih antara lain membantu menurunkan kadar
kolesterol. Hal ini disebabkan karena adanya zat ajoene yang terkandung di
dalamnya, yaitu suatu senyawa yang bersifat antikolesterol dan membantu
mencegah penggumpalan darah. Pemberian bawang putih hingga 2,5% dalam
pakan ayam broiler dapat meningkatkan konversi pakan, meningkatkan karkas,
menurunkan koloni bakteri S. typhimurium dalam feses dengan tidak
mempengaruhi kadar immunoglobulin dalam darah (Anonim, 2012d).
c. Bawang Merah (Allium Cepa L)
Bawang merah sama dengan bawang putih termasuk dalam herba semusim
dengan tinggi sekitar 40-60 cm. Tanaman ini tidak memiliki batang, berumbi
lapis, berwarna merah keputih-putihan, berlubang, bentuknya lurus, ujungnya
lurus tetapi rata, panjangnya sekitar 50 cm, lebar 0,5 cm, menebal dan berdaging,
serta mengandung persediaan yang dilapisi daun sehingga menjadi umbi lapis,
daunnya tunggal dan bunga majemuk serta bijinya berbentuk segitiga, berwarna
hitam, dan akarnya merupakan akar serabut dan putih. Efek farmakologis yang

dihasilkan adalah menurunkan panas, antibakteri, perut kembung, flu, dan panas
dingin (Syukur, 2005).
Bawang merah mengandung protein serta kaya akan kalsium dan
ribovlafin. Bawang merah dewasa mengandung protein 1,2%, lemak 0,1%, serat
0,6%, mineral 0,4%, dan karbohidrat 11,1% per 100 gram (Ahira, 2011). Bawang
merah berfungsi membunuh bakteri penyebab penyakit Entamuba coli dan
Salmonella. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bawang merah mampu
menurunkan kadar kadar gula dan kolesterol dalam darah. Selain itu bawang
merah dapat meningkatkan aktivitas fibriolitik sehingga memperlancar aliran
darah. Tidak kalah pentingnya bawang merah dapat memobilisasi kolesterol dari
tempat penimbunannya (Anonim, 2012d).
d. Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit dapat meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang dinding
kantong empedu mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah
pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase, dan protease yang berguna
untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan seperti karbohidrat, lemak, dan
protein. Kunyit atau Curcuma domestica termasuk salah satu tanaman rempah
yang berasal dari wilayah Asia khususnya Asia Tenggara (Anonim, 2012d).
Klasifikasi tanaman kunyit berdasarkan penggolongan dan tata nama
tumbuhan adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Plantarum

Divisio

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledone

Ordo

: Zingiberaces

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Curcuma

Spesies

: Curcuma domestica

Senyawa yang terkandung dalam tanaman kunyit adalah senyawa


kurkuminoid yang memberi warna kuning padan kunyit. Kurkuminoid ini
kebanyakan berupa kurkumin yang mempunyai kegunaan sebagai anti oksidan,
anti inflamasi, efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung.
Kunyit termasuk tanaman yang mempunyai banyak kegunaan, terutama bagian
rimpangnya banyak dimanfaatkan untuk keperluan ramuan obat tradisional, bahan
pewarna tekstil dan makanan serta kerajinan tangan, penyedap masakan, bumbu,
rempah-rempah, dan bahan kosmetik (Anonim, 2012d).
Winarto (2003) mengatakan bahwa zat warna kuning (kurkumin)
dimanfaatkan untuk menambah cerah atau warna kuning kemerahan pada kuning
telur. Kunyit jika dicampurkan pada pakan ayam, dapat menghilangkan bau
kotoran ayam dan menambah berat badan ayam, juga minyak atsiri kunyit bersifat
antimikroba. Kandungan kimia minyak atsiri kunyit terdiri dari ar-tumeron, dan
-tumeron, tumerol, -atlanton, -kariofilen, linalol, 1,8 sineol (Rahardjo dan
Rostiana 2005).
Kunyit dalam bentuk tepung dapat digunakan untuk mengoptimalkan kerja
organ pencernaan karena kunyit yang termasuk tanaman famili Zingiberaceae
yang sering digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan nafsu makan dan

10

mengobati kelainan organ tubuh khususnya pencernaan. Jika ditambahkan dalam


pakan, kunyit diharapkan dapat meningkatkan kerja organ pencernaan, dan
akhirnya berpengaruh terhadap kualitas karkas ayam pedaging. Fungsi kunyit
dalam meningkatkan kerja organ pencernaan unggas adalah merangsang dinding
kantong empedu mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah
pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase, dan protease yang berguna
untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan seperti karbohidrat, lemak, dan
protein. Disamping itu minyak atsiri yang dikandung kunyit dapat mempercepat
pengosongan isi lambung (Anonim, 2012d).
e. Jahe (Zingiber officinale)
Jahe (Zingiber officinale) adalah tanaman herbal tahunan yang tergolong
famili Zingiberaceae, dengan daun berpasang pasangan dua-duanya berbentuk
pedang, rimpang seperti tanduk, beraroma. Selama ini di Indonesia, berdasarkan
bentuk, warna, dan aroma rimpang serta komposisi kimianya dikenal 3 tipe jahe,
yaitu jahe putih besar, jahe emprit dan jahe merah (Rostiana dkk., 2005).
Menurut Nursal et. al., (2006) bahwa jehe mengandung senyawa
flavonoid, fenol, terpenoid. Khasiat jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan.
Minyak astiri yang terkandung dalam jahe bermanfaat untuk menghilangkan
nyeri, antiinflamasi dan antibakteri. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Mahendra (2005) bahwa rimpang jahe memiliki efek farmakologi seperti
melancarkan peredaran darah, anti inflamasi, anti bakteri, melancarkan
pengeluaran empedu dan antipiretik.

11

f. Kencur(Kaempferia galangal L)
Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran
rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air.
Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar (jarang) dengan susunan
berhadapan, tumbuh menggeletak di atas permukaan tanah. Bunga majemuk
tersusun setengah duduk dengan kuntum bunga berjumlah antara 4 sampai 12
buah, bibir bunga (labellum) berwarna lembayung dengan warna putih lebih
dominan (Anonim, 2012e). Kencur merupakan tanaman yang telah dikenal dalam
khasanah tradisional masyarakat Indonesia. Sebagai bumbu dapur, urap dan
karedok merupakan contoh masakan yang menggunakan kencur sebagai bumbu
Nugroho (2011). Selanjutnya dijelaskan bahwa rimpang kencur mengandung pati
(4,14 %), mineral (13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil
kanil dan penta dekaan, asam cinnamic, ethyl aster, asam sinamic, borneol,
kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom. Kencur segar
mengandung antibakteri walau cuma sedikit.
g. Temu Hitam (Curcuma aeruginoas ROXB)
Temu hitam merupakan salah satu obat tradisional yang telah lama
dikenal dan dibudidayakan secara luas sebagai bahan baku obat. Curcuma
aeruginosa roxburg mengandung curcumin dan minyak atsiri yang dapat
digunakan untuk menambah nafsu makan dan memacu pertumbuhan. Bahanbahan yang terkandung di dalam temu hitam dapat digunakan sebagai feed
suplement (feed additif) dalam pakan ayam buras (Gallus domesticus), tepung

12

temu hitam berpengaruh terhadap kesehatan ternak, pertumbuhan, produktivitas,


meningkatkan efisiensi pakan dan memperbaiki daya cerna (Anonim, 2012f).
Menurut Rukmana (2005), di dalam tepung temu hitam terkandung zat-zat
aktif berupa minyak atsiri dan curcumin yang mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menimbulkan keseimbangan antara peristaltik usus dengan aktivitas
absorbsi nutrisi, serta meningkatkan kemampuan metabolisme tubuh ayam
sehingga dapat mempengaruhi peningkatan pertumbuhan.
h. Temu Kunci (Boesenbergia pandurata ROBX)
Temu kunci adalah tanaman sejenis temu- temuan, yang rimpangnya
digunakan untuk bumbu masak orang Asia Tenggara. Tanaman herbal temu kunci
ini berbeda dengan tanaman herbal temu-temuan yang lain, sebab tumbuhnya
vertikal kebawah. Rimpang tanaman herbal ini berguna untuk mengatasi
gangguan pencernaan. Zat yang terkandung didalam hebal ini adalah sebagai
berikut : Minyak asiri (sineol, kamfer, d-borneol, d-pinen, seskuiterpene,
zingiberen, kurkumin, zedoarin), rhisoma ; pati (hanya ada sesudah musim
kemarau) (Faris, 2011).
i. Kemangi (Ocimum sanctum)
Kemangi (Ocimum sanctum) merupakan tanaman dengan tinggi 60-70 cm,
batang halus dengan daun pada setiap ruas daun berwarna hijau muda, bentuk
oval, dengan panjang 3-4 cm, berambut halus dipermukaan bagian bawah
bunganya berwarna putih, kurang menarik, tersusun dalam tandan, bila dibiarkan
berbunga, maka pertumbuhan daun lebih sedikit dan tanaman cenderung cepat
menua dan mati, Zat flavonoid seperti orientin dan vicenin di dalam kemangi

13

mampu melindungi struktur sel tubuh. Sedangkan Flavonoid seperti cineole,


myrcene dan eugenol mempunyai manfaat sebagai antibiotik alami dan anti
inflamasi ( Hayati, 2008).
j. Daun Sirih (Piper betle)
Tanaman sirih tumbuh memanjat dengan tinggi tanaman mencapai 2-4 m
batang sirih berkayu lunak, berbentuk bulat, beruas-ruas, beralur-alur, dan
berwarna hijau abu-abu. Daun sirih tunggal dan letaknya berseling. Bentuk daun
bervariasi, dari bundar oval. Ujung daun runcing, bagian pangkal berbentuk
jantung atau agak bundar asimetris, tepi dan permukaan rata, dan pertulangan
menyirip. Daun sirih berbau aromatis, dan warnanya bervariasi, dari kuning, hijau
sampai hijau tua. Bunganya majemuk, berbentuk bulir, dan berwarna kuning atau
hijau. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol),
seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya
mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat
menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih
juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan
saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak,
meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan (Mahendra, 2005).
k. Sereh (Adropogon nardus)
Menurut Sastroamidjojo (2001), tanaman sereh dapat tumbuh diberbagai
tempat, hidp lama, kuat, akar panjang, semacam rumput, mengumpul banyak dan
bergerombol. Daunnya panjang, tidak lebar, biru hijau, tepi kasar dan berbau
wangi. Tanaman ini juga memiliki bunga yaitu banyak bulir, melengkung dan

14

berkembang. Zat yang terkandung didalamnya Citrol (aldehyda), geraniol,


dihydrokuninalkohol, phellandren, d-limonen, dipeten, i-carvon dan citronellae.
Bagian tanaman yang digunakan adalah daun. Bahan aktif yang
terkandung dalam daun antara lain minyak atsiri sitronelol, geraniol, fenol dan
asam organik bebas. Minyak sereh dikenal dengan minyak atsiri berkhasiat
sebagai antibakteri dan antijamur (Sarwono, 2010).
l. Lengkuas (Alpinia galanga)
Lengkuas (Alpinia galanga) merupakan tanaman semak berumur tahunan.
Lengkuas yang tumbuh subur dan dapat mencapai ketinggian 1,5-2,5 m. Lengkuas
mengandung minyak atsiri berwarna hijau kekuningan dan berbau khas. Rasanya
pahit dan mendinginkan lidah. Minyak atsiri ini terdiri atas bahan metal sinamat
48 %, cineol 20 %-30 %, kamfer, d-alfa-pinen, galangin, dan eugenol 3 %-4 %.
Khasiat lengkuas dapat menguatkan lambung dan isi perut, memperbaiki
pencernaan, mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan, mengobati sakit kepala,
nyeri dada dan meningkatkan nafsu makan. Biji lengkuas juga dapat meredakan
kolik atau perut mulas, diare, dan antimual (Muhlizah, 1999).
Lengkuas merupakan tanaman herbal yang berkhasiat menyembuhkan
berbagai penyakit dari tubuh manusia. Khasiat dan kegunaan tanaman herbal
lengkuas ini banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Untuk itu pelestarian
dan budidaya tanaman lengkuas harus dipertahankan (Anonim, 2012g).

15

Tabel 2. Kandungan Zat Bioaktif Berbagai Jenis Herbal (Agustina, dkk, 2009) :
Jenis Herbal
Temulawak
Kunyit
Daun Sirih
Jahe
Sereh Dapur
Kencur
Kemangi

Lengkuas
Temu hitam
Temu kunci
Bawang putih*
Bawang merah*

Jenis Zat Bioaktif


Kadar minyak atsiri
Kadar Kurkumin
Kadar minyak atsiri
Kadar Kurkumin
Kadar minyak atsiri
Kadar Metil caviol*
Kadar minyak atsiri
Kadar gingerol*
Kadar minyak atsiri
Kadar minyak atsiri
Kadar Kurkumin
Kadar minyak atsiri
Kadar eugenol*
Kadar sitral A*
Kadar sitral B*
Kadar flavonoid*
sebagai Quersetin
Kadar minyak atsiri
Kadar minyak atsiri
Kadar minyak atsiri
Kadar kurkumin
Kadar Alicin
Kadar Alicin

Kandungan (%)
6,55
2,33
6,18
8,6
0,91
2,68
2,49
0,799
1,33
3,35
0,006
1,11
27,98
14,07
10,9
0,47
0,81
1,89
3,42
0,02

Analisis : Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Balittro


Bogor (2009)
* Laboratorium Kimia Organik FMIPA-UGM (2009)
Ket : Tulisan bold merupakan bahan yang dikeluarkan (12 bahan menjadi 7 bahan)

16

C. Kandungan Zat Bioaktif Ramuan Herbal


Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan jumlah kandungan zat
bioaktif yang terdapat pada ramuan herbal terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbedaan Jumlah zat bioaktif pada 12 bahan dan 7 bahan.
Jenis Zat Bioaktif

12 ramuan Herbal (%)

7 Ramuan Herbal (%)

Minyak atsiri

2,33

2,64

Kurkumin

0,91

1,5

Metil cavinol

0,22

0,38

Gingerol

0,06

0,11

Eugenol

2,33

3,99

Sitral A

1,17

2,0

Sitral B

0,90

1,55

Flavonoid

0,03

0,06

Alisin

Sumber : Berdasarkan Perhitungan Zat Bioaktif bahan Ramuan Herbal (Agustina dkk, 2009).

Tabel 3 menunjukkan kandungan zat bioaktif pada ramuan herbal berupa


kurkumin, minyak atsiri, metal cavicol, gingerol, eugenol, sitral A, sitral B,
flavonoid sebagai quersetin dan alisin. Jumlah kandungan zat bioaktif pada
ramuan herbal terdapat perbedaan antara 12 bahan maupun 7 bahan. Kandungan
minyak atsiri pada 12 ramuan herbal adalah sebanyak 2,33% dan pada 7 ramuan
herbal hanya terdapat 2,64% minyak atsiri. Sedangkan kandungan kurkumin pada
12 dan 7 ramuan masing-masing sebesar 0,91%dan 1,5%. Tujuh kandungan Zat
bioaktif yang lain pada 12 bahan maupun 7 bahan ramuan herbal memiliki kadar
yang berbeda. Pada perhitungan diatas terlihat bahwa kandungan zat bioaktif pada
12 bahan ramuan herbal lebih sedikit dibandingkan 7 bahan ramuan herbal. Hal
ini disebabkan karena jumlah ramuan 7 bahan mensubtitusi 5 bahan yang

17

dihilangkan, dan ke 5 bahan tersebut memiliki sedikit kandungan zat bioaktif.


Sehingga meskipun 12 bahan lebih banyak macamnya tidak menjamin kandungan
zat bioaktifnya lebih banyak. Jumlah bahan ramuan herbal pada 12 macam bahan
adalah sama dengan yang menggunakan 7 macam bahan ramuan herbal.
Minyak atsiri dan kurkumin merupakan zat bioaktif yang paling banyak
didapatkan pada ramuan herbal utamanya pada bahan temu-temuan. Jumlah
kandungan alicin tidak terdeteksi dalam hasil analisis (Agustina dkk, 2009) hanya
dinyatakan bahwa bawang putih dan bawang merah mengandung alicin.
D. Bobot Karkas
Karkas merupakan berat tubuh ternak potong setelah pemotongan
dikurangi kepala, darah serta organ-prgan internal yaitu kaki dan bulu (Soeparno,
1992). Menurut Murtidjo (2003), karkas broiler adalah daging bersama tulang
ayam setelah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher, dari kaki sampai
lutut serta isi rongga perut.
Pertumbuhan komponen karkas diawali dengan pertumbuhan tulang, lalu
pertumbuhan otot yang akan menurun setelah mencapai pubertas selanjutnya
diikuti pertumbuhan lemak yang meningkat (Soeparno, 1992). Pembentukan
tubuh yang terjadi akibat tingkat pertumbuhan jaringan, kemudian akan
membentuk karkas yang terdiri dari 3 jaringan utama yang tumbuh secara teratur
dan serasi: Jaringan tulang yang akan membentuk kerangka, selanjutnya
pertumbuhan otot atau urat yang akan membentuk daging, yang menyelubungi
seluruh kerangka, kemudian sesuai dengan pertumbuhan jaringan tersebut, lemak

18

(fat) tumbuh dan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya bobot badan
(Anggorodi, 1990).
Soeparno (1992) menjelaskan faktor yang mempengaruhi bobot karkas
broiler adalah genetik, jenis kelamin, fisiologi, umur, berat tubuh dan nutrisi
ransum. Sedangkan Menurut Murtidjo (2003), faktor yang mempengaruhi kualitas
karkas yaitu pengaruh rasa dan aroma, cacat karkas, cara pemeliharaan, cara
pemotongan dan penanganan lepas potong.
Hasil penelitian Saenab et. al., (2006) menunjukkan pemberian jamu
cenderung meningkatkan persentase karkas akibat pembentukan daging dada pada
ayam yang diberi jamu lebih tinggi dari pada perlakuan kontrol.
E. Lemak Abdominal
Lemak abdominal adalah lemak yang terdapat disekitar usus membentang
sampai ischium, disekitar fabricus dan rongga perut. Lemak abdominal
merupakan bagian yang biasa diamati untuk menilai kandungan lemak yang
berhubungan dengan selera konsumen (Griffiths et al., 1997). Lemak yang berasal
dari hewan mempunyai lebih rendah nilai yodium dan lebih tinggi penyerapannya
jika dibandingkan dengan minyak yang berasal dari tumbuhan. Menurut Ramdani
(2005) penambahan kunyit 0,6% dan temulawak 0,4 serta 0,6% dalam ransum
sangat nyata menurunkan kadar lemak abdominal broiler.
Faktor-faktor yang mempengaruhi lemak abdominal adalah untuk
memberikan tingkat komsumsi yang optimum terhadap kalori dan protein dengan
harapan daging yang dihasilkan tidak berkurang, malah lebih meningkat baik
kuantitas maupun kualitasnya serta tidak menyebabkan terjadinya penimbunan

19

lemak tubuh terutama lemak abdominal. Karena lemak tersebut dikaitkan dengan
aspek yang merugikan antara lain pemborosan energi, mengalami perubahan berat
setelah prosessing, banyak yang hilang pada saat dimasak dan kolesterol dapat
mengganggu kesehatan. Dikatakan pula, biasanya berat lemak abdominal berkisar
2-2,5% dari berat karkas, bahkan dapat mencapai 5-6%, lemak ditimbun dalam
tiga bagian pertama dalam rongga abdomen terutama sekeliling tembolok, kedua
pada kulit terutama pada pangkal bulu dan bagian belakang dekat pangkal ekor
dan ketiga pada organ tubuh lainnya (Waskito, 1981).
F. Kolesterol Darah
Kolesterol adalah suatu substansi seperti lilin yang berwarna putih, secara
alami ditemukan di dalam tubuh kita. Kolesterol diproduksi di hati, fungsinya
untuk membangun dinding sel dan membuat hormon-hormon tertentu (Anonim,
2012e).
Kolestrol merupakan salah satu sterol hewani dan menyusun 17% bahan
kering otak. Namun, fungsinya dalam tubuh hewan tidak dapat diketahui dengan
pasti. Kolestrol dapat disintesa dari asetat dalam bahan asal dari asam kolat,
penyusun

asam

empedu.

Kolestrol

berhubungan

erat

dengan

keadaan

aterosklerosis, dimana terdapat penimbunan bahan-bahan mengandung kolestrol


pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyakit jantung. Namun
demikian, penting untuk memperkenalkan bahwa kolestrol juga mempunyai
peranan yang berguna (amat vital) untuk mempertahankan fungsi tubuh (Tillman,
dkk, 1986). Dimana kadar kolesterol darah normal broiler berkisar antara 125-200
mg/dl (Mangisah, 2003).

20

Kolesterol karkas broiler dapat diturunkan dengan penambahan kunyit


0,6% dan temulawak 0,6% dalam ransum. Penelitian bawang putih berhasil
menemukan dan mengisolasi sejumlah komponen aktif dari bawang putih antara
lain allisin; zat aktif yang mempunyai daya bunuh pada bakteri gram positif
maupun gram negative dan antiradang; alliin; suatu asam amino antibakteri, dan
menurunkan kolesterol darah dan daging broiler (Jaya, 1997).
Mekanisme penurunan kolesterol oleh alisin terjadi melalui penghambatan
secara langsung aktivitas enzim HMG-CoA reduktase oleh alisin, penghambatan
aktivitas enzim ini menyebabkan tidak terbentuknya mevalonat dari HMG-CoA,
mevalonat akan diubah menjadi skualen, lanosterol, dihidrolanosterol, D 8dimetilsterol, 7-dihidrokolesterol dan akhirnya menjadi kolesterol (Wahyono,
1999).
Pada dasarnya kolesterol disintesis dari asetil koenzim A melalui beberapa
tahapan reaksi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa asetil koenzim A diubah
menjadi isopentenil piroposfat dan dimetil pirofosfat bereaksi yang melibatkan
beberapa enzim. Selanjutnya isopentenil pirofosfat dan dimetil pirofosfat bereaksi
membentuk kolesterol (Poedjiadi, 2007).

21

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2012 di
Laboratorium Omnivora/ Non Ruminansia Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat-alat yaitu timbangan, kandang baterai yang
terbuat dari besi, tempat makan, tempat air minum, ember, gayung, surat kabar
dan lampu pijar 40 watt.
Bahan yang digunakan yaitu broiler umur 1 hari atau day old chik (DOC)
sebanyak 100 ekor dengan jenis kelamin campuran (unsexed) 38gram/ekor,
molases, EM4, air sumur, 12 ramuan herbal yang terdiri atas temulawak, jahe,
sirih, kunyit, bawang putih, kemangi, sereh, bawang merah, kencur, lengkuas,
temu hitam dan temu kunci, 7 ramuan herbal yang dikurangi terdiri dari :
temulawak, jahe, sirih, kunyit, bawang putih, kemangi dan sereh. Pakan basal
terdiri dari jagung kuning, dedak, tepung ikan, tepung bulu, bungkil kelapa,
bungkil kedelai, minyak nabati, premix, mineral mix, CaCO3, NaCl.
Jenis bahan yang digunakan dan komposisi ransum yang disusun
berdasarkan hasil perhitungan tertera pada Tabel 3 dan kandungan nutrisi
berdasarkan perhitungan disajikan pada Tabel 4.

22

Tabel 4. Komposisi Ransum dan Kandungan Nutrisinya yang Digunakan


dalam Percobaan Berdasarkan Hitungan
Komposisi Ransum (%)
Jenis Pakan
Fase Starter

Fase Finisher

Jagung Kuning

55

54

Dedak ***

6,5

Bungkil Kedele*

13

17

Bungkil Kelapa*

10

Tepung Ikan**

T. Bulu Unggas*

Minyak Kelapa*

1,5

Tepung Udang**

Premix*

Protein (%)

22,4

20,27

Energi Metabolisme (Kkal/kg)

3074,5

3121,1

Lemak (%)

4,9

6,265

Serat Kasar (%)

4,5

4,831

Kalsium (%)

0,90

0,4005

Posfor (%)

0,6

0,53

Sumber : * :Ichwan (2003)


** :Hasil Analisa Proksimat (2012)
*** :Wahyu (1985)

Metode Penelitian
Ramuan Herbal
Ramuan herbal yang digunakan adalah ramuan herbal labio-1 yang
terdiri dari 12 macam bahan baik sediaan serbuk dan cair (Agustina dkk,
2012).

23

Cara Pemeliharaan
Broiler dipelihara dari DOC (strain PT 707) sampai umur 6 minggu
diatas kandang panggung yang terbuat dari besi dengan ukuran 60 x 70 cm/
unit. Perlakuan diberi pada ayam sejak umur 1 hari sampai panen. Sebelum
diberi perlakuan, broiler ditimbang untuk mendapatkan berat awal yang
homongen sebanyak 100 ekor dan secara acak dimasukkan kedalam petak
masing-masing 5 ekor.
Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum. Ransum basal yang
digunakan disusun menurut ransum broiler fase starter Standar SNI (2006).
Parameter yang diamati
Setelah proses pemeliharaan, pada akhir penelitian dilakukan penimbangan
bobot karkas dan mengamati lemak abdominal tiap objek penelitian (broiler)
untuk diamati:
1.

Persentase Bobot Karkas


Persentase bobot karkas diperoleh dengan cara melakukan penimbangan

berat badan akhir ayam pada akhir penelitian dengan mengambil sampel sebanyak
1 ekor dari tiap kandang. Ayam tersebut kemudian dipotong pada vena jugularis
dan darah dikeluarkan pada posisi kaki diatas dan kepala dibawah. Setelah darah
berhenti mengalir dan ayam tidak bergerak lagi, maka dilakukan perendaman
dengan air panas suhu 52-550, Selama 45 detik (metode semiscalding), sehingga
bulu ayam dengan mudah dapat dicabut (Murtidjo, 2003).
Bulu dicabut, bagian isi rongga perut dikeluarkan serta kepala dan kaki
dipotong, karkas yang diperoleh kemudian untuk mengetahui barat karkas.

24

Persentase karkas dihitung dengan rumus menurut Buddy dan Diggins (1960)
berikut ini :
%

2.

Berat Karkas g
x 100
Berat Hidup g

Persentase lemak abdominal


Persentase lemak abdominal diketahui dengan cara memisahkan organ di

sekitar gizzard/ rempela, usus membentang sampai ischium disektar fabricus dan
rongga perut) diperoleh dengan cara memisahkan dari karkas kemudian
ditimbang. Penentuan lemak abdominal dihitung menurut Waskito (1981) sebagai
berikut :
! "

# $ "%

& %

Berat lemak Abdominal g


X 100
Berat Karkas g

3. Pengukuran Kolestrol Total


Menurut Dachriyanus,

dkk (2007), pengukuran kadar kolesterol total

dilakukan dengan menggunakan metode Enzimatik CHOD-PAP dengan cara


sebagai berikut :
Darah diambil dengan memotong pembuluh darah leher ayam dan
ditampung dengan tabung sentrifus. Darah didiamkan selama 15 menit dan
disentrifus selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
Serum darah dipipet dengan pipet mikro sebanyak 10 l dimasukkan
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol sebanyak
1000 l lalu dicampur dengan menggunakan vortex, dan dibiarkan selama 20

25

menit pada suhu kamar. Ukur serapan pada panjang gelombang 500 nm terhadap
blanko. Sebagai blanko digunakan pereaksi kolesterol 1000 l dan aquadest 10 l.
Untuk larutan standar dipipet 10 l larutan standar kolesterol, dimasukkan
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan laruran pereaksi kolesterol (reagen)
sebanyak 1000 l. Diamkan selama 20 menit pada suhu kamar. Ukur serapan
pada panjang gelombang 500 nm.
Kadar kolesterol total dihitung dengan rumus sebagai berikut :
C

#/ " &
01
#/
$

Dimana : C = kadar kolesterol (mg/dl)


A = serapan
Cst = kadar kolesterol standar (200 mg/dl)
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gasperz,
1991) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan dimana setiap unit percobaan terdiri dari
5 ekor ayam. Perlakuaannya sebagai berikut :
A1 = Pemberian 12 bahan ramuan herbal cair
A2 = Pemberian 7 bahan ramuan herbal cair
A3 = Pemberian 12 bahan serbuk ramuan herbal
A4 = Pemberian 7 bahan serbuk ramuan herbal
Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan sidik ragam sesuai dengan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan bantuan software SPSS versi 16. Adapun model
matematikanya (Gaspersz, 1991) adalah :

26

Yij =

+ i

ij

Keterangan :
Yij

= Hasil pengamatan dari peubah pada penggunaan ramuan herbal ke-i


dengan ke-j
= Rata-rata pengamatan

= Pengaruh perlakuan ke-i

ij

= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

dimana:
i = 1,2,3, 4
j = 1,2,3, 4, dan 5

27

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Bobot karkas, Lemak abdominal dan kolesterol darah broiler
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil rataan
bobot karkas, lemak abdominal dan kolesterol darah broiler dengan penambahan
ramuan herbal tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan bobot karkas, lemak abdominal dan kolesterol darah broiler
dengan pemberian ramuan herbal selama penelitian.
Perlakuan
Parameter
Bobot karkas (%)

Lemak abdominal (%)

Kolesterol (mg/dl)

A1

79,32 8.12

2,59 0,98

106.6 8,96

A2

79,21 3,39

2,21 0,84

103

A3

73,22 10,56

2,44 1,26

112.8 6,98

A4

82,05 5,34

2,01 1,12

103 17,87

Keteranagan :

A1
A2
A3
A4

9,56

: Pemberian Herbal cair 12 bahan


: Pemberian Herbal cair 7 bahan
: Pemberian Herbal serbuk 12 bahan
: Pemberian Herbal serbuk 7 bahan

Persentase Bobot Karkas


Analisis ragam menunjukan bahwa pemberian ramuan herbal cair dan
serbuk tidak memberi pengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot karkas pada ayam
broiler. Berdasarkan perhitungan secara stastistik tidak memperlihatkan adanya
perbedaan, namun perhitungan secara numerik memperlihatkan (A4) cenderung
lebih baik dalam meningkatkan presentase bobot karkas.
Hasil penilitian yang dilakukan oleh Marwandana (2012) pada perlakuan
yang sama terhadap pertambahan berat badan menunjukkan bahwa perlakuan

28

tidak berpengaruh nyata, hal ini disebabkan karena tidak adanya perbedaan pada
bobot badan menyebabkan bobot karkas juga tidak berbeda karena bobot badan
berbanding lurus dengan pertambahan bobot karkas. Hal ini sesuai dengan Ichwan
(2003) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas yaitu
pertambahan bobot badan, komsumsi pakan yang dimakan dan kandungan nutrisi
yang terdapat dalam pakan. Karkas erat hubungannya dengan bobot badan,
apabila bobot badan meningkat, karkas juga meningkat (Anonim, 2012h).
Lemak Abdominal
Analisis ragam menunjukan bahwa pemberian ramuan herbal tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap lemak abdominal. Persentase lemak
abdominal pada penelitian ini tergolong normal yaitu berkisar 2,01% - 2,59%. Hal
ini sesuai dengan pendapat waskito (1983) bahwa berat lemak abdominal berkisar
2%-2,5% dari bobot karkas, bahkan dapat mencapai 5-6%.
Rumantyo (1989) menyatakan bahwa temulawak dan kunyit dapat
menurunkan lemak abdominal. Pakan yang mengandung ramuan herbal
menghasilkan aroma yang wangi karena mengandung zat bioaktif yaitu kurkumin
dan minyak atsiri yang dapat merangsang keluarnya getah pankreas dimana getah
pankreas mengeluarkan enzim lipase yang dapat memecah asam lemak griserol
sehingga lemak yang terbentuk berkurang. Tidak adanya pengaruh perlakuan
terhadap lemak abdominal kemungkinaan disebabkan karena jumlah pakan yang
dikonsumsi pada perlakuan yang sama pada penelitian Marwandana (2012) tidak
berpengaruh

nyata.

Hal

ini

sesuai

dengan

pendapat

Waskito

(1981)

29

mengemukakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi lemak abdominal yaitu


tingkat komsumsi, kandungan energi dan protein pakan basal yang digunakan.
Selain itu, kandungan energi dan protein ransum basal (protein 22-23%
dan EM 3000 Kkal) yang digunakan dalam penelitian adalah sama dan disusun
sesuai dengan kebutuhan nutrisi ayam. Soeparno (1994) menyatakan bahwa jika
seekor ternak mengkonsumsi energi melebihi kebutuhannya untuk pemeliharaan
tubuh, maka dapat diharapkan ternak tersebut akan menimbun energi dalam
bentuk lemak didalam tubuhnya. Selanjutnya Beaton dan Marylin (1974) bahwa
kandungan energi ransum cenderung mempengaruhi lemak abdomen pada ayam
broiler selain itu meningkatnya umur dan bobot ayam.
Kolesterol Darah
Analisis ragam menunjukan bahwa pada pemberian ramuan herbal cair
dan serbuk tidak memberi pengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar kolesterol
dalam darah broiler. Hal ini dapat dilihat pada kadar kolesterol untuk A1 =106,6
mg/dl, A2 = 103 mg/dl, A3 = 112,8 mg/dl, dan A4 = 103 mg/dl. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena kandungan zat bioaktif antara 12 dan tujuh
bahan ramuan herbal tidak berbeda jauh (hampir sama). Jumlah bahan ramuan
herbal serbuk dan cair penggunaanya telah diekuevalenkan dalam jumlah yang
sama. Zat bioaktif antara 12 dan tujuh bahan ramuan herbal serbuk maupun cair
mempunyai kandungan zat bioaktif yaitu kurkumin sebagai antioksidan yang
mampu mencegah pembentukan kolesterol. Selain kurkumin, alisin juga
merupakan zat bioaktif yang terkandung dalam ramuan herbal. Senyawa alisin
berperan langsung dalam menurunkan kolesterol, senyawa alisin yang terdapat

30

pada bawang putih dan bawang merah selain sebagai anti oksidant, anti bakteri
juga berperan dalam metabolisme kolesterol. Mekanisme penurunan kolesterol
oleh alisin terjadi melalui penghambatan secara langsung aktivitas enzim HMGCoA yang berperan

dalam pembentukan kolesterol (Wahyono, 1999).

Ditambahkan Candra (2011), bahwa flavonoid dan eugenol berperan sebagai


antioksidan, yang dapat menetralkan radikal bebas, menetralkan kolesterol dan
bersifat antikanker.
Mangisah (2003), menyatakan bahwa penurunan kadar kolesterol darah
pada broiler disebabkan karena adanya kandungan zat bioaktif kurkumin dan
minyak atsiri dalam ramuan herbal yang dapat meningkatkan produksi dan sekresi
empedu. Meningkatnya sekresi empedu ke dalam duodenum serta banyaknya
ekskresi asam empedu dan kolesterol dalam feses menyebabkan kolesterol dalam
darah dan tubuh berkurang.
Hasil penelitian di atas masih lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar
kolesterol darah ayam normal, dimana kadar kolesterol darah normal broiler
berkisar antara 125-200 mg/dl (Mangisah, 2003). Kolestrol adalah termasuk
keluarga lemak yang disimpan dalam jaringan hati atau dinding pembuluh darah.
Kolesterol berhubungan erat dengan keadaan aterosklerosis, dimana terdapat
penimbunan bahan-bahan mengandung kolesterol pada dinding pembuluh darah
yang menyebabkan penyakit jantung (Tillman, dkk, 1986).
Purwanti (2009) menduga senyawa allisin pada serbuk bawang putih dapat
menurunkan kadar kolesterol karkas. Sejauh ini hanya diketahui satu jenis
senyawa dalam bawang putih yang mempunyai aktifitas farmakologi yaitu

31

senyawa thiosulfinat dimana alisin sebagai kandungan utamanya (70%). Senyawa


thiosulfinat dalam bawang putih terbentuk karena aktivitas enzim alliinase
terhadap allisin (asam amino yang mengandung atom sulfur).
Alicin pada bawang merah berfungsi sebagai pengawet bakterisida dan
fungisida untuk bakteri cendawan tertentu. Mampu menurunkan kandungan gula
dan kolesterol tubuh. Rahayu dan Berliana (2007) mengemukakan bahwa alicin
mampu memobilisasi kolesterol dari tempat penimbunannya dan dapat membuat
vitamin B1 menjadi lebih efisien dimanfaatkan tubuh.

32

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ramuan
herbal dalam bentuk serbuk dan cair tidak memberikan pengaruh terhadap
persentase bobot karkas, penurunan lemak abdominal dan kolesterol broiler.
Pemberian 7 bahan ramuan herbal serbuk maupun cair cenderung lebih baik
dalam pertambahan bobot karkas, menurunkan lemak abdominal dan menurunkan
kolesterol.
Saran
Penggunaan 7 bahan ramuan herbal cenderung lebih efisien bila diberikan
pada broiler. Sebaiknya menggunakan 7 bahan ramuan herbal baik serbuk
maupun cair dalam meningkatkan bobot karkas, menurunkan kadar lemak
abdominal dan kolesterol darah pada ayam broiler.

33

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 2006. Penggunaan Ramuan Herbal Sebagai Feed Additive Untuk
Meningkatkan Performans Broiler. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi
Teknologi dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
________., M. Hatta dan S. Purwanti. 2009. Penggunaan ramuan herbal untuk
meningkatkan produktifitas dan kualitas broiler. 1. Analisis zat bioaktif
dan uji aktifitas antibakteri ramuan herbal dalam menghambat bakteri
gram positif dan gram negatif. Pengembangan Sistem Produksi dan
Pemanfaatan Sumber Daya Lokal untuk Kemandirian Pangan Asal
Ternak.Prosiding Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan. Fakultas
Peternakan Universitas Padjajaran, Jatinangor, 21-22 September 2009.
Hal. 60-75
Ahira, A., 2011. Klasifikasi Bawang Merah. http://www.anneahira.com/klasifikasi
-bawang-merah.htm. diakses pada tanggal 3 Maret 2012.
Anonim, 2012a.Ramuan Herbal. http://www.multiherbal.net/artikel/arti-ramuanherbal. Diakses pada Tanggal 3 Maret 2012.Makassar.
________, 2012b.Khasiat Temulawak. http://turunberatbadan.com/2228/manfaattemulawak/. Diakses pada Tanggal 3 Maret 2012.Makassar.
________, 2012c. Manfaat Bawang Putih Untuk Mencegah dan Mengobati
Penyakit.http://www.forumsains.com/artikel/manfaat-bawang-putihuntuk-mencegah-dan-mengobati-penyakit/. Diakses pada Tanggal 5 Maret
2012.Makassar.
, 2012d. Kunyit dan Jahe Baik Untuk Ayam Broiler. http://slamet riyadi0
3.blogspot.com/2009/04/kunyit/dan/jahe/baik/untuk/ayam/broiler.html. Di
akses pada Tanggal 5 Maret 2012.Makassar.
________, 2012e. Khasiat Tanaman Kencur. http://safuan.wordpress.com/2007/11
/07/khasiat-tanaman-kencur/. Diakses pada Tanggal 5 Maret
2012.Makassar.
________, 2012f. Menjaga Tingkat Hidup 100% Peternakan Ayam Potong. http://
morindatetra.blogspot.com/.
Diakses
pada
Tanggal
3
Maret
2012.Makassar.
________, 2012g. Lengkuas Sebagai Pengganti Formalin. http://anekaplanta.word
press.com/2007/12/25/lengkuas pengganti formalin/. Diakses pada Tangga
l 3 Maret 2012. Makassar.

34

________,
2012h.
Prosessing
Broiler.
http://hendro-sinichikudo.blogspot.com/2012/06/laporan-pratikum-menajemen-ternak.html.
Diakses pada Tanggal 7 Agustus 2012. Makassar.
Anggorodi, H.R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbitan PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Beaton, W.L., Austin and A.C Marylin. 1974. Effect of dietary energy,
environment temperature and sex marker broiler on lipoprotein
composition. Poultry science, 60: 1282-1286.
Buddy, C.E and R.V. Diggins. 1960. Poultry Production. Prentice Hall Inc
Englewood Cliffs. New Jersey. USA.
Candra, 2011. Kemangi Menjaga Kesehatan Reproduksi. http://www.tribunnews.
Com /2011/09/28/kemangi-menjaga-kesehatan-reproduksi. (11 Desember
2011).
Cowan, M.M., 1999. Plant Product as Antimcrobial Agent. Clinical Microbiology
Reviews, p 564-582.
Dachriyanus, D.O. Katrin, R. Oktarina, O. Ernas, Suhatri, dan M. H. Mukhtar.
2007. Uji Efek A-Mangostin Terhadap Kadar Kolesterol Total,
Trigliserida, Kolesterol HDL, dan Kolesterol LDL Darah. Jurusan
Farmasi Fakultas MIPA Universitas Andalas. Padang.
Faris,

A.,
2011.
Manfaat
dan
Khasiat
Kunci.http://aghifaris.blogspot.com/2012/02/manfaat-dan-khasiattanaman-herbal-temu.html.Diakses pada tanggal 3 Maret 2012.

Temu

Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung.


Griffiths, L,.S.Leeson and J.D Summers. 1997. Fat deposition in broiler effect of
dietary energy to protein balance and early life carolic restriction
productive performance and abdominal fat pad size. Poultry science 5: 638646.
Hayati, I. 2008. Manfaat Kemangi. www.blogger.com. Diakses pada Tanggal 3
Maret 2012.Makassar.
Ichwan, W.M., 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Angromedia Pustaka.
Jakarta.
Indro, 2004. Serba-serbi Ayam Broiler.www. Republik_on Line ( 3 Maret 2012).
Jaya, I.N.S. 1997. Pengaruh penambahan bawangputih (Allium sativum L.) dalam
pakan pada kadar kolesterol ayam broiler. Tesis.Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.

35

Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh.Cetakan 1. Penebar Swadaya,


Jakarta.
Mangisah, I. 2003. Pemanfaatan Kunyit dan Temulawak Sebagai Upaya
Menurunkan Kadar Kolesterol Broiler. File//A//Curcuma/kunyit/htm. (!7
Maret 2012).
Marwandana, Z. 2012. Efektifitas Kombinasi Jumlah dan Bentuk Ramuan Herbal
sebagai Imbuhan Pakan Terhadap Performa Broiler. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin.
Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Cetakan Pertama.
Kanisius, Yoyakarta.
Murtidjo, B.A. 2003. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yoyakarta.
Muslizah, F. 1999. Temu-Temuan dan Empon-Empon Budidaya dan Manfaatnya.
Kanisius,Yogyakarta.
Nugroho, A. 2011. Khasiat Kencur. http://aryonugroho.blogspot.com/2011/0
5/khasiat-kencur.html. (18 Maret 2012)
Nursal, Wulandari S., dan Juwita W.S. 2006. Bioaktivitas Ekstrak Jahe (Zingiber
officinale Roxb.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Esche
richiacoli Dan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis Vol. 2 (2) : 64-66.
Pelczar, M. J., dan E. S. Chan. 1988. Dasar- Dasar Microbiologi. Edisi ke-2.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Purwanti, S. 2009. Pemberian Kunyit, Bawang Putih dan Mineral Zink Terhadap
Persentase Karkas, Lemak Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Broiler.
Prosiding Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan, Jatinangor, 21-22
September 2009. Hal. 420-423.
Poedjiadi, A. dan Titin, S. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Purseglove, J. W., E. G. Brown, C. L. Green dan S. R. J. Robbins. 1981. Spices.
Vol. 2. Longman Inc., New York.
Rahayu dan Berliana. 2007. Bawang Merah. Cetakan XIV. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Rahayu dan Budiman, 2008. Pemanfaatan Tanaman Tradisional Sebagai Feed
Additive dalam Upaya Menciptakan Budidaya Ayam Lokal Ramah
Lingkungan. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam
Lokal.

36

Rahardjo M dan Rostiana, O. 2005. Budidaya Tanaman Kunyit. Balai Penelitian


Tanaman
Obat
dan
Aromatika.
Sirkuler
No.
11,
2005.http://www.balittro.go.id/includes/Kunyit.pdf. (21 Februari 2012).
Ramdani, D. 2005. Penambahan kunyit (Curcuma domestica, Val.) atau
temulawak (Curcuma xanthorriza, Roxb) dalam ransum untukmenurunkan
kadar lemak dan kolesterolkarkas broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.
Rismunndar. 1986. Membudidayakan Lima Jenis Bawang. Bandung: Sinar Baru.
Rostiana, O. Nurliani B dan R. Mono. 2005. Budidaya Tanaman Jahe. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatika. Sirkuler No. 11.
Rukmana, R. 2005. Temu Hitam. Yogyakarta: Kanisius.
Saenab, A. B. Bakrie, T. Ramadhan dan Nasrullah. 2006. Pengaruh pemberian
jamu terhadap kualitas karkas ayam buras. Buletin Ilmu Peternakan dan
Perikanan. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Vol
X(2) :133 143.
Sangat, H. dan Rumantyo. 1989. Etnobotani Kunyit (Curcuma domestica Val).
Kongres Nasional Biologi lX. Universitas Andalas, Padang.
Sarwono. 2010. Jamu untuk Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sastroamidjojo, S. 2001. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat, Jakarta.
Soeparno.1992. Ilmu Teknologi daginng. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
_______. 1994. Ilmu Teknologi daginng. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Syukur, C. 2005. Pembibitan Tanaman Obat. Penebar Swadaya.
Tillman, Hartadi, Reksohadiprodjo, Prawirakusumo, dan Lebdosoekodjo. 1986.
Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Wahyono, S. 1999. Bawang putih sebagai penurun kolesterol darah. BulPiogama
1:1-2
Wahyu, J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Waskito, W. M. 1981. Pengaruh berbagai factor lingkungan terhadap gala
tumbuh ayam broiler. Disertasi. Universitas Padjajaran. Bandung.
Waskito, W. M. 1983. Pengaruh berbagai factor lingkungan terhadap gala
tumbuh ayam broiler. Disertasi. Universitas Padjajaran. Bandung.

37

Winarto, W. P. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

38

LAMPIRAN LAMPIRAN

39

Lampiran 1. Persentase Karkas Broiler Selama 35 Hari


Ulangan

Perlakuan
A1

A2

A3

A4

74,96

77,90

77,58

82,21

92,53

82,38

66,62

73,22

71,13

75,42

67,04

83,68

80,21

77,18

89,88

83,47

77,77

83,18

64,96

87,65

Total

396,6

396,06

336,08

410,23

Rata-Rata

79,32

79,21

73,22

82,05

Lampiran 2. Persentase Lemak Abdominal Selama 35 Hari


Ulangan

Perlakuan
A1

A2

A3

A4

1,03

2,75

3,34

1,58

3,27

2,16

0,92

3,89

2,83

3,31

3,67

1,29

3,48

1,23

1,24

2,11

2,30

1,58

3,0

1,14

Total

12,91

11,03

12,17

10,01

Rata-Rata

2,58

2,20

2,44

2,00

40

Lampiran 3. Kolesterol Darah Broiler Selama 35 Hari


Ulangan

Perlakuan
A1

A2

A3

A4

113

115

114

117

104

101

115

105

111

91

122

109

92

110

103

112

113

98

110

72

553

515

564

515

106,6

103

112,80

103

Total
Rata-Rata

41

Lampiran 4. Perhitungan Rancangan Acak Lengkap Uji SPSS Versi 16


Jumlah dan Bentuk Ramuan Herbal sebagai Imbuhan Pakan
Terhadap Bobot Karkas, Lemak Abdominal dan Kolesterol
Darah Broiler.
A. Persentase Bobot Karkas
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Bobot_Karkas
Type III Sum
Source

of Squares

Df

Mean Square

Sig.

Corrected
208.318a

123083.343

Perlakuan

208.318

69.439

Error

870.368

16

54.398

Total

124162.029

20

1078.686

19

69.439

1.277

.316

123083.343 2.263E3

.000

Model
Intercept

Corrected Total

1.277

.316

a. R Squared = ,193 (Adjusted R Squared = ,042)

42

B. Persentase Lemak Abdominal


Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Lemak
Type III Sum
Source

of Squares

df

Mean Square

Sig.

Corrected
.996a

.332

.294

.829

106.676

106.676

94.339

.000

.996

.332

.294

.829

Error

18.092

16

1.131

Total

125.764

20

19.088

19

Model
Intercept
Perlakuan

Corrected Total

a. R Squared = ,052 (Adjusted R Squared = -,126)

43

4. Kolesterol Darah Broiler


Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Kolesterol
Type III Sum
Source

of Squares

df

Mean Square

Sig.

Corrected
320.550a

226206.450

320.550

106.850

Error

2160.000

16

135.000

Total

228687.000

20

2480.550

19

106.850

.791

.516

226206.450 1.676E3

.000

Model
Intercept
Perlakuan

Corrected Total

.791

.516

a. R Squared = ,129 (Adjusted R Squared = -,034)

44

Lampiran 5. Perhitungan Jumlah Zat Bioaktif pada 12 Bahan dan 7 Bahan


Ramuan Herbal.
Minyak Atsiri Bahan Ramuan Herbal 12
Temulawak

: 6,55 x 125 / 100 = 8,18 gram

Kunyit

: 6,18 x 125 / 100 = 7,72 gram

Daun Sirih

: 0,91 x 125 / 100 = 1,13 gram

Jahe

: 2,49 x 125 / 100 = 3,11 gram

Sereh Dapur

: 1,33 x 125 / 100 = 1,66 gram

Kencur

: 3,35 x 125 / 100 = 4,18 gram

Kemangi

: 1,11 x 125 / 100 = 1,38 gram

Lengkuas

: 0,81 x 125 / 100 = 1,01 gram

Temu Hitam

: 1,89 x 125 / 100 = 2,36 gram

Temu Kunci

: 3,42 x 125 / 100 = 4,27 gram

Bawang Merah

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 125 / 100 = 0

gram+

35 gram
: 35/1500x 100

= 2,33%

Minyak Atsiri Bahan Ramuan Herbal 7


Temulawak

: 6,55 x 214,2 / 100 = 14,03 gram

Kunyit

: 6,18 x 214,2 / 100 = 13,23 gram

Daun Sirih

: 0,91 x 214,2 / 100 = 1,94 gram

Jahe

: 2,49 x 214,2 / 100 = 5,33 gram

Sereh Dapur

: 1,33 x 214,2 / 100 = 2,84 gram

Kemangi

: 1,11 x 214,2 / 100 = 2,37 gram

Bawang putih

:0

x 214,2 / 100 = 0 gram

39, 74 gram
: 39,74/1500 x 100 = 2,64%
Kurkumin Bahan Ramuan Herbal 12
Temulawak

: 2,33 x 125 / 100 = 2,91 gram

Kunyit

: 8,6 x 125 / 100

Kencur

: 0,006 x 125 / 100 = 0,0075 gram

= 10,75gram

45

Daun Sirih

:0

x 125 / 100 = 0 gram

Jahe

:0

x 125 / 100 = 0 gram

Sereh Dapur

:0

x 125 / 100 = 0 gram

Kemangi

:0

x 125 / 100 = 0 gram

Lengkuas

:0

x 125 / 100 = 0 gram

Temu Hitam

:0

x 125 / 100 = 0 gram

Temu Kunci

:0

x 125 / 100 = 0 gram

Bawang Merah

:0

x 125 / 100 = 0 gram

Bawang Putih

:0

x 125 / 100 = 0 gram

13, 67 gram
: 13, 67/ 1500 x 100 = 0,91%
Kurkumin Bahan Ramuan Herbal 7
Temulawak

: 2,33 x 214,2 / 100 = 4,99 gram

Kunyit

: 8,6 x 214,2 / 100 = 18,42 gram

Daun Sirih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Jahe

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Sereh Dapur

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Kemangi

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram +

23,41 gram
: 23,41/ 1500 x 100 = 1,5%
Metil caviol Bahan Ramuan Herbal 12
Daun Sirih

: 2,68 x 125 / 100 = 3,35 gram

Temulawak

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kunyit

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kencur

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Jahe

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Sereh Dapur

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kemangi

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Lengkuas

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temu Hitam

:0

x 125 / 100 = 0

gram

46

Temu Kunci

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Merah

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 125 / 100 = 0

gram +

3,35gram
: 3,35/1500 x 100 = 0,22%
Metil caviol Bahan Ramuan Herbal 7
Daun Sirih

: 2,68 x 214,2 / 100 = 5,74 gram

Temulawak

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Kunyit

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Jahe

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Sereh Dapur

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Kemangi

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram +

5,74 gram
: 5,74 / 1500 x 100 = 0,38%
Gingerol Bahan Ramuan Herbal 12
Jahe

: 0,799 x 125 / 100 = 0,998gram

Daun Sirih

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temulawak

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kunyit

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kencur

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Sereh Dapur

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kemangi

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Lengkuas

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temu Hitam

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temu Kunci

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Merah

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 125 / 100 = 0

gram +

0,998 gram
: 0,998/1500 x 100 = 0,06%

47

Gingerol Bahan Ramuan Herbal 7


Jahe

: 0,799 x 214,2 / 100 = 1,71 gram

Daun Sirih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Temulawak

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Kunyit

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Sereh Dapur

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Kemangi

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram +

1,71 gram
: 1,71 /1500 x 100

= 0,11%

Eugenol Bahan Ramuan Herbal 12


Kemangi

: 27,98 x 125 / 100 = 34,97 gram

Jahe

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Daun Sirih

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temulawak

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kunyit

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kencur

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Sereh Dapur

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Lengkuas

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temu Hitam

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temu Kunci

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Merah

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 125 / 100 = 0

gram +

34,97gram
: 34,97/ 1500 x 100 = 2,33%
Eugenol Bahan Ramuan Herbal 7
Kemangi

: 27,98 x 214,2 / 100 = 59,93 gram

Jahe

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Daun Sirih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Temulawak

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Kunyit

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

48

Sereh Dapur

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram +

59,93gram
: 59,93 /1500 x 100 = 3,99%
Sitral A Bahan Ramuan Herbal 12
Kemangi

: 14,07 x 125 / 100 = 17,58 gram

Jahe

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Daun Sirih

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temulawak

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kunyit

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kencur

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Sereh Dapur

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Lengkuas

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temu Hitam

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temu Kunci

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Merah

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 125 / 100 = 0

gram +

17,58gram
: 17,58/1500 x 100 = 1,17%
Sitral A Bahan Ramuan Herbal 7
Kemangi

: 14,07 x 214,2 / 100 = 30,13 gram

Jahe

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Daun Sirih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Temulawak

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Kunyit

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Sereh Dapur

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram +

30,13gram
: 30,13 /1500 x 100 = 2,0%
Sitral B Bahan Ramuan Herbal 12
Kemangi

: 10,9 x 125 / 100 = 13,62 gram

49

Jahe

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Daun Sirih

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temulawak

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kunyit

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kencur

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Sereh Dapur

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Lengkuas

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temu Hitam

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temu Kunci

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Merah

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 125 / 100 = 0

gram +

13,62gram
: 13,62/1500 x 100= 0,90%
Sitral B Bahan Ramuan Herbal 7
Kemangi

: 10,9 x 214,2 /100 = 23,34 gram

Jahe

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Daun Sirih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Temulawak

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Kunyit

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Sereh Dapur

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram +

23,34 gram
: 23,34/1500 x 100 = 1,55%
Flavonoid Bahan Ramuan Herbal 12
Kemangi

: 0,47 x 125 / 100 = 0,58 gram

Jahe

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Daun Sirih

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temulawak

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kunyit

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Kencur

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Sereh Dapur

:0

x 125 / 100 = 0

gram

50

Lengkuas

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temu Hitam

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Temu Kunci

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Merah

:0

x 125 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 125 / 100 = 0

gram +

0,58 gram
: 0,58/ 1500 x 100 = 0,3%
Flavonoid Bahan Ramuan Herbal 7
Kemangi

: 0,47 x 214,2 / 100 = 1,0 gram

Jahe

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Daun Sirih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Temulawak

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Kunyit

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Sereh Dapur

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram

Bawang Putih

:0

x 214,2 / 100 = 0

gram +

1,0 gram
: 1,0 /1500 x 100

= 0,06%

51

Lampiran 7. Dokumentasi penelitian

Kemangi

Temu Kunci

Kunyit

Bawang Putih

Temu Ireng

Kencur

Bawang Merah

Sereh

Jahe

Daun Sirih

Lengkuas

Temulawak

Bahan Bahan Ramuan Herbal

52

Pembuatan Ramuan Herbal Cair Sebelum Fermentasi

Pembuatan Ramuan Herbal Cair Sesudah Fermentasi

53

RIWAYAT HIDUP

RIRIN FAUZIAH HARLIN, Lahir pada tanggal 5 Oktober


1990 di Raha. Anak ke-2 dari Empat bersaudara. Jenjang
Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SDN 9
Katobu, lulus pada tahun 2002, Kemudian lanjut di SMPN
1 Raha dan lulus pada tahun 2005. Kemudian masuk di
SMAN 1 Raha pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008, penulis diterima di
Universitas Hasanuddin melalui jalur SNPTN sebagai mahasiswa program Strata
1 (S1) Pada Fakultas Peternakan, Jurusan Nutrisi dan makanan Ternak,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

54

You might also like