You are on page 1of 24

TUGAS INDIVIDU

PROFESI KEGURUAN Cetakan keempat, Februari 2009


.Prof. Soetjipto Drs. Raflis kosasi, M.Sc.

Tanggal Pengumpulan
9 juni 2015

Mega Putri Diena

(2525133920)

PENDIDIKAN SENI TARI


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015

A. Pengertian dan syarat-syarat profesi


Ornstein dan levine (1984) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai
dengan pengertian profesi dibawah ini :
1.

Pengertian Profesi

Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak

berganti-ganti pekerjaan)
Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai

(tidak setiap orang dapat melakukannya)


Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (teori baru dikembangkan

dari hasil penelitian)


Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (tidak diatur

oleh orang luar)


Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan terhadap layanan

yang akan diberikan.


Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan

yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.


Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabatan
lainnya).
Kalau kita pakai acuan ini maka jabatan, pedagang, penyanyi, penari, serta tukang koran
yang disebut pada bagian ini jelas bukan profesi.

2.

Pengertian dan syarat-syarat profesi keguruan


National education association (NEA) (1948) menyusun kriteria profesi keguruan :
a)

Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.

b)

Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

c)

Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama

d)

Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang bersinambungan.

e)

Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.

f)

Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.


2

g)

Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.

h)

Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

Profesi kependidikan, khususnya profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani


masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan alasan tersebut, jelas kiranya bahwa
profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha
dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Lebih
khusus lagi, Sanusi et al. (1991) mengajukan 6 asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi
dalam pendidikan, yakni sebagai berikut :
a)

Subyek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi dan
perasaan, dan dapat dikembangkan segala potensinya ;sementara itu pendidikan dilandasi
oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.

b)

Pendidikan dilakukan secar internasional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka
pendidikan menjadi normatif yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik
secara universal, nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan para pendidik, peserta
didik dan pengelola pendidikan.

c)

Teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahan


pendidikan.

d)

Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai
potensi yang baik untuk berkembang.

e)

Inti pendidikan tejadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta
didik dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didiktumbuh kearah yang
dikehendaki oleh pendidik.

f)

Sering terjadi dilema antara tujuan pendidikan, yakni menjadikan manusia sebagai manusia
yang baik, dengan misi instrumental yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau
mencapai sesuatu.

3.

Perkembangan Profesi keguruan


Dalam bukunya Sejarah Pendidikan Indonesia, Nasution (1987) secara jelas melukiskan

sejarah pendidikan di Indonesia terutama dalam zaman kolonial belanda, termasuk juga sejarah
3

profesi keguruan. Guru-guru yang pada mulanya diangkat dari orang-orang yang tidak dididik
secara khusus menjadi guru, secara berangsur-angsur dilengkapi dan ditambah dengan guru-guru
yang lulus dari sekolah guru (Kweekschool) yang pertama kali didirikan di solo tahun 1852.
Karena kebutuhan guru yang mendesak maka pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima
macam guru, yakni:
a) Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh
b) Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk menjadi guru
c) Guru bantu
d) Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon guru.
e) Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak yang berasal dari warga yang pernah
mengecap pendidikan.
Selangkah demi selangkah pendidikan guru meningkatkan jenjang kuaifikasi dan mutunya,
sehingga saat ini kita hanya mempunyai lembaga pendidikan guru yang tunggal, yakni lembaga
pendidikan tenaga kependidikan (LPTK).
Dalam era teknologi yang maju sekarang, guru bukan lagi satu-satunya tempat bertanya bagi
masyarakat. Pendidikan masyarakat mungkin lebih tinggi dari guru, dan kewibawaan guru
berkurang antara lain karena status guru dianggap kalah gengsi dari jabatan lainnya yang
mempunyai pendapatan yan lebih baik.
B. Kode etik profesi keguruan
a)

Pengertian kode etik


Menurut UU nomor 8 tahun 1974 tentang pokok kepegawaian kode etik adalah pedoman

sikap dan tingkah laku dan perbuatan di dalam dan diuar kedinasan.
Dalam kongres PGRI XIII, Menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan
landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan
pengabdiannya bekerja sebagai guru.
b)

Tujuan kode etik

Secara umum tujuan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1979) :
1.

Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

2.

Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya


4

3.

Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

4.

Untuk meningkatkan mutu profesi

5.

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

c)

Sanksi pelanggaran kode etik


Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman sikap,

tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral.
Barang siapa melanggar kode etik akan mendapatkan celaan dari rekan-rekannya, sedangkan
sanksi yang dianggap berat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi.
d)

Kode etik guru Indonesia

Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma
profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat.
Fungsi kode etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap
guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik didalam maupun
diluar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
C. Organisasi Profesional keguruan
1.

Fungsi Organisasi profesional keguruan


Fungsi organisasi keguruan adalah sebagai wadah untuk menyatukan gerak langkah dan

mengendalikan keseluruhan profesi. Dan untuk mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan
kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka.
2.

Jenis-jenis organisasi keguruan

a)

PGRI (persatuan guru republik Indonesia)

b)

MGMP (Musyawarah guru mata pelajaran)

Jenis organisasi dibidang profesi pendidikan


1.

ISPI (ikatan sarjana pendidikan Indonesia)

2.

IPBI (ikatan petugas bimbingan Indonesia)

3.

HISAPIN (Himpunan sarjana Administrasi pendidikan Indonesia)


5

4.

HSPBI (Himpunan sarjana pendidikan bahasa Indonesia). dll

BAB II

A. Pengertian bimbingan dan konseling


1.

Pengertian
6

Banyak ahli yang mencoba untuk merumuskan pengertian bimbingan dan konseling dari
Jones(1963), Rochman nata widjaja(1978), Bimo walgito(1982:11). Dan dari beberapa ahli maka
dapat dirumuskan bahwa bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, suatu
proses membantu individu, bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang
bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan
kemampuannya/ potesinya, kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu
dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungan.
2.

Pengertian konseling
Berdasarkan pendapat bayak tokoh dapatlah dikatakan bahwa kegiatan konseing itu
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (a) Pada umumnya dilaksanakan secara individual.(b) Pada
umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka. (c) Untuk pelaksanaan konseling
dibutuhkan orang yang ahli. (d) Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi klien.

B. Peranan Bimbingan dan konseling daam pendidikan di sekolah


Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat
mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh (Mortensen & Schemuller,
1969).
Lundquist dn chamely yang dikutip oleh belkin, 1981 menyataan bahwa konselor ternyata
sangat membantu guru dalam hal :
1. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang
2.

mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru


Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi

proses belajar mengajar.


3. Mengembangkan sifat yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif
4. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.

C. Tujuan Bimbingan di sekolah


Dalam kurikulum SMA tahun 1975, buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan
disekolah adalah membantu siswa:
1. Mengatasi kesulitan dalam belajar, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi.

2.

Mengatasi terjadinya kebiasaan yang dilakukan baik yang dilakukan pada saat prose

belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.


3. Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
4. Mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
5. Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan memiliki jenis
pekerjaan seteah mereka tamat.
6. Mengetasi kesulitan yang berhubungan dengan maslah sosial emosional di sekolah yang
bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap
lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.
D. Peranan Bimbingan dan konseling dalam pembelajaran siswa
1. Bimbingan belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalh-masalah yang berhubungan dengan
kegiatan belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah. Bimbingan ini antara lain :
a)

Cara belajar, bak belajar secara kelompok ataupun individual.

b)

Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar.

c)

Efisien dalam menggunakan buku-buku pelajaran.

d)

Cara mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu.

e)

Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran.

2. Bimbingan sosial
Bimbingan sosia ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajarmengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk
a)

Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai

b)

Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai

c)

Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu.

itu, bimbingan sosial juga dimaksudkan agar siswa dapat melakukan penyesuaian diri terhadap
teman sebayanya baik disekolah maupun diluar sekolah.
3.

Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi


Bimbingan ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi,
yang dapat menganggu kegiatan belajarnya.

E. Landasan Bimbingan dan Konseling


Menurut Winkel (1991) landasan-landasan itu adalah sebagai berikut :

Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri

dan mempunyai potensi untuk berkembang.


Bimbingan berkisar pada dunia subyektif masing-masing individu.
Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan

yang dibimbing.
Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang

dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human right


Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-

bidang ilmu yang berkaitan denga pemberian bantuan psikologis.


Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah

saja
Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus,
berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.

A.

Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan konseling di sekolah


Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah landasan teori yang mendasari pelaksanaan
layanan bimbingan dan konselin, agar layanan tersebut dapat lebih terarah dan
berlangsung dengan baik.

1.

Prinsip-prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum antara lain :
9

Dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien, yang diperkirakan

mempengaruhi timbulnya masalah tersebut.


Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individu yang dibimbing.
Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah yang bersangkutan.

2.

Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing.

Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa


Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa tertentu.
Program bimbingan harus berpusat pada siswa. Program yang disusun harus didasarkan

atas kebutuhan siswa.


Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang

bersangkutan secara serba ragam dan serba luas.


Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing dirinya
sendiri

3.

Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan bimbingan.

Konselor disekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman,

dan kemampuannya.
Konselor harus dapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta keahliannya

melalui berbagai latihan penataran.


Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu yang

dibimbingnya.
Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan tekhnik yang tepat dalam

melakukan tugasny
Konselor hendaknya memperhatikan dan menggunakan hsil penelitian dalam bidang :
minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk kepentingan perkembangan
kurikulum sekolah yang bersangkutan.

4.

Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan.

Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan


Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi bagi setiap individu (siswa).
Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang bersangkutan
Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik.
Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan bimbingan
10

G. Asas-asas bimbingan dan konseling


Asas adalah segala hal yang seharusnya dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar
kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan dalam
kegiatan atau layanan bimbingan konseling menurut prayitno (1982) ada beberapa asa yang perlu
diperhatikan yaitu :
1.

Asas kerahasiaan

2. Asas keterbukaan
3. Asas kesukarelaan
4. Asas kekinian
5. Asas kegiatan
6. Asas kedinamisan
7. Asas keterpaduan
8. Asas kenormatifan
9. Asas keahlian
10. Asas alih tangan
11. Asas Tut Wuri Handayani
H. Orientasi layanan bimbingan dan konseling
Layanan bibingan hendaknya berfokus atau berorientasi pada perkembangan individu dari
segi lain, Prayitno (1982) menyatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling seharusnya
berorientasi pada masalah-masalah yang dihadapi oleh klienpada saat ia berkonsultasi.
Berdasarkan pendapat pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan
konseling hendaknya menekankan pada : (a). Orientasi individual,(b). Orientasi perkembangan
siswa dan(c). Orientasi permasalahan yang dihadapi siswa.
I.

Kode etik bimbingan dan konseling


Untuk menyatukan pandangan tentang kode etik jabatan berikut ini dikemukakan suatu
rumusan dari Winkel (1992):kode etik jabatan ialah pola ketentuan /aturan /tata cara yang
menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi.

11

BAB III

Program bimbingan di sekolah


Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian
layanan bimbingan dan konseling. Winkel (1991) menjelaskan bahwa program bimbingan
merupakan suatu rangkaian kegiatan terncana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode
waktu tertentu.
1.

Pengertian program bimbingan


Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell (1981) program
bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang
dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Program
bimbingan itu menyangkut 2 faktor, yaitu : 1. Faktor pelaksana yang berkaitan dengan

12

kelngkapan metode, bentuk layanan, siswa, dan sebagainya, yang mempunyai kaitan dengan
kegiatan bimbingan (Abu ahmadi,1977)
2.

Langkah langkah penyusunan program bimbingan


Langkah-angkah penyusunan program bimbingan yang urutannya cukup sederhana, yaitu :

Mengidentififikasi kebuthan kebutuhan sekolah terutama yang ada kaitannya dengan

kegiatan bimbingan.
Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan yang akan
dilakukan, dan sekaligus menyusun konsep bimbingan yang akan dilakukan dengan kurun

waktu tertentu.
Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila perlu dengan mengundang

personel sekolah untuk memperoleh balikan guna penyempurnaan program tersebut.


Penyempurnaan konsep rogram yang telah dibahas bersama kepala sekolah.
Pelaksanaan program yang telah direncanakan.
Setelah program dilaksanakan, perlu diadakan evaluasi.
Dari hasil evaluasi program tersebiu keudian dilakukan penyempurnaan revisi untuk

program berikutnya.
3. Variasi program bimbingan menurut jenjang pendidikan
Layanan bimbingan dan konseling disekolah seharusnya diaksanakan secara terus menerus,
mulai dari jenjang pendidikan terendah (taman kanan-kanak) samapai jenjand pendidikan
tertinggi (perguruan tinggi). Secara ideal kegiatan tersebut seharusnya beekesinambungan.
Meskipun demikian layanan bimbingan tersebut mempunyai penekanan yang berbeda-beda
untuk setiap jenjang pendidikan. Hal ini mengingat kebuthan dan perkembangan anak untuk
setiap jenjang pendidikan juga berbeda.
4.

Tenaga bimbingan disekolah beserta fungsi dan peranannya


Pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah menjadi tanggung jawab bersam antara
personel sekolah, yaitu : kepala sekolah, guru-guru, wali kelas. Dan petugas lainnya (Rochman
Natawidjaja dan moh. Surya 1985). Kegiatan bimbingan mencangkup banyak aspek dan saling
kait mengait, sehingga tidak memungkinkan jika layanan bimbingan dan konseling hanya
menjadi tanggung jawab konselor saja.

5.

Struktur organisasi bimbingan dan konseling di sekolah


13

Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C dinyatakn bahwa kepala sekolah berperan
langsung sebagai koordinator bimbingan dan berwenang untuk menentukan garis kebijaksanaan
bimbingan, sedangkan konselor merupakan pembantu kepala sekolah yang bertanggung jawab
kepada kepala sekolah.
6.

Mekanisme Implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah


Konselor beserta personal lainnya perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai berikut
Komponen pemrosesan data
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling meliputi bebebrapa aspek, yaitu :
1. Pengumpulan data
2. Pengklasifikasian
3. Pendokumentasian
4. Penyimpanan
5. Penyediaan data yang diperlukan
6. Penafsiran.
b)

Komponen kegiatan pemberian informasi


Kompenen ini terdiri dari
1. Pemberian orientasi kehidupan sekolah kepada siswa baru.
2. Pemberian informasi tentang program studi kepada siswa yang di pandang
memerlukannya.
3. Pemerian informasi jabatna kepada siswa yang diperkirakan tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang ke lebih tinggi.
4. Pemberian informasi lanjutan.

c)

Komponen kegiatan konseling


Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengelami masalah yang sifatnya lebih
pribadi. Jika ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh petugas yang bersangkutan, perlu
diaihkan kepada pihak lain yang lebih ahli.

d)

Komponen pelaksana

14

Pelaksanaan jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor bersama guru
bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi dan peranannya masingmasing.
e)

Komponen metode/alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan itu dapat berupa
: tes psikologi, tes hasil belajarm dokumen, angket, kartu pribadi, brosur atau poster,
konseling, dan sebagainya

f)

Komponen waktu kegiatan


Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun ajaran, secara periode,
bilamana peru (insidental), akhir masa sekolah, awal semester atau waktu lain tergantung
dari jenis atau macam kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.

g)

Komponen sumber data


Data yang diperlukan dapat diperoleh dari siswa yang bersangkutan, guru, orang tua,
teman2, sekolah, masyarakat, ataupun instansi.

B. Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah


Peranan guru dalam pelaksana bimbingan di sekolah dapat dibedakan menjadi 2 :
1. Tugas dalam layanan bimbingan dalam kelas dan
2. Diluar kelas.
1.

Tugas guru dalam layanan bimbingan di kelas


Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengemukakan beberapa hal yang harus
diperhatikan guru dalam proses belajar mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan
pembimbing, yaitu :
Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa
memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri
untuk mandiri
15

Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa


Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan.
Pemahaman siswa secara empatik
Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu
Penanpilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura di depan siswa.
Kokonretan dalam menyatakan diri.
Penerimaan siswa secara apa adanya
Perlakuan terhadap siswa secara permissive
Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk

mnyeadar persaannya itu.


Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan
pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih
dewasa.

l)

Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.


Tugas guru dalam operasional bimbingan diluar kelas
Tugas tugas bimbingan itu antara lain :
a)

Memerikan pengajaran perbaikan (remedial teaching).

b)

Memeerikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa

c)

Melakukan kunjungan rumah(home visit)

d)

Menyelenggarakan kelompok belajar, yang bermanfaat.

A. Kerja sama guru dengan konselor dalam layanan bimbingan.


Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan
konselor sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan dari kedua belah pihak
menuntut adanaya kerja sama tersebut.
Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan :
1. kurangnya waktu bertatap muka dengan muka
2. keterbatasan konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua bentuk layanan
seperti emeberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi tertentu.

16

Dilain pihak guru juga mempunyai beberapa keterbatasan:


a) Guru tidak mungkin lagi menangani masalah masalah siswa yang bermacam-macam
siswa, karena guru tidak terlatih utuk melaksanakan semua tugas itu
b) guru sendiri sudah berat tugas mengajarkan sehingga tidak mungkin lagi dtambah
tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah siswa.

BAB IV
PENGERTIAN DAN KONSEP ADMINISTRASI PENDIDIKAN
A. Pengertian administrasi pendidikan
Pengertian administrasi pendidikan akan diterangkan dengan meninjaunya dari berbagai
aspeknya.
1. Administrasi pendidikan mempunyai pengetian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan.
Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, penilaian.
3. Administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. Sistem adlah
keseluruhan yang terdiri dari bagian itu berinterksi dalam suatu untuk merubah menjadi
keluaran
4. Administrsi pendidikan juga dapat dilihat dari segi memanjemen jika administrasi dilihat dari
sudut ini, perhatian tertuju pad usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang
ada dalam mencapai tujaun pendidikan sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah
dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan.
5. Administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Administrasi pendidikan
di lihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana
kemampuan administrator pendidikan itu apakah ia dapat melaksanakan tut wuri handayani,
ing madyo mangun karso, dan ing ngarso sung tulodho dalam pencapaian tujuan pendidikan.
17

6. Administrsi pendididkan juga dapa dilihat dari proses pengambilan keputusan. Kita tahu
bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan sekelompok oranga bukanlah pekerjaan
yang mudah. Setiap kali, administrator dihadapkan kepada bermacam masalah dan ia haru
memecahkan masalah itu.
7. Administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi dapat diartikan
secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang kita maksudkan,
dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain itu.
8. Administrasi seringkali di artika dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan
yang intinya adalah kegiatan rutin catat menyatat, mendokumentasikan kegiatan,
menyelenggarakan surat menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan.
B. Fungsi Administrasi pendidikan
Pada dasrnya fungsi administrasi merupakan proses pencapaian tujuan melalui serangkaian
usaha itu (Longenecker,1964). Oleh karena itu fungsi administrasi pendidikan dibicarakan
sebagai serangkaian proses kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan itu.
1.

Tujuan pendidikan menengah


Tujuan institusional sekolah menengah adalah tujuan yang dijabarkan dari tujuan
pendidikan nasional. Di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2, disebutkan bahwa: pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan
undang-undang republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989.
Dalam peraturan pemerintah tersebut dinyatakan bahwa tujuan pendidikan menengah
adalah:
a) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian; dan
b) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan
hubungan timba balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya.

2.

Proses sebagai fungsi administrasi pendidikan menengah


Agar kegiatan dala komponen administrasi endidikan menengah dapat berjalan dengan
baik dan mencapai tujuan, kegiatan tersebut harus dikelola melalui suatu tahapan proses yang

18

merupakan

daur

(siklus),

mulai

dari

perencanaan,

pengorganisasian,

pengarahan,

pengkoordinasian, pembiayaan, pemantauan, dan penilaian seperti telah disinggung secara garis
besar pada bagian terdahulu.
C. Lingkup bidang garapan administrasi pendidikan menengah
Sekolah merupakan bentuk organisasi pendidikan. Seperti yang dijelaskan organisasi
diartikan sebagai wadah dari kumpulan manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
tertentu dengan memanfaatkan manusia itu sendiri sebagai sumber, disamping sumber yang ada
diluar dirinya, seperti uang, material, dan waktu.
Bila diamati lebih lanjut ada beberapa hal penting yang menjadi ciri organisasi sekolah,
termasuk pendidikan menengah. Ciri itu adalah :
a) Adanya interaksi (saling mempengaruhi) antara berbagai unsur sekolah. Interaksi itu
mempunyai tujuan, pola, dan aturan. Yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang ingin
dicapai sekolah melalui kerja sama antar unsur itu.
b) Adanya kegiatan. Kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah sangat banyak. Untuk
mudahnya kegiatan ini dapat ditinjau dari dua dimensi yaitu dimensi pengajaran dan
dimensi pengelolaan.
D. Peranan guru dalam administrasi pendidikan
Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar mengajar dalam suatu lingkungan
tertentu. Didalam peraturan pemerintah nomor 38 tahun 1992, pasal 20 disebutkan bahwa :
tenaga pendidikan yang akan ditugaskan utnuk bekerja sebagai pengelola satuan pendidikan dan
pengawas pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipilih dari kalangan guru. Ini berarti,
bahwa selain peranannya untuk menyukseskan kegiatan administrasi disekolah, guru perlu secara
sungguh-sungguh menimba pengalaman dalam administrasi sekolah, jika karier yang
ditempuhnya nanti adalah menjadi pengawas, kepala sekolah atau pengelola satuan pendidikan
yang lain.

19

BAB V

ADMINISTRASI KURIKULUM
Perencanaan dan pengembangan kurikulum di sekolah antara lain meliputi
1. Penyususnan kalender pendidikan untuk tingkat sekolah dasar berdasarkan kelender
pendidikan yang disusun pada tingkat kanwil
2. Penyusunan jadwal pelajaran untuk sekolah.
B. Pengembangan kurikulum
Guru Perlu mengetahui aspek-aspek yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum ini:
1. Prosedur pembahasan materi kurikulum
Seperti yang telah disinggung dimuka, di dalam UU No. 2 Tahun 1989, Maka sekolah harus
mengusahakan agar materi kurikulum itu disesuaikan dengan kebutuhan tersebut melalui
berbagai kegiatan pembahasan. Kegiatan pembahsan dapat dilakukan melalui diskusi
kelompok guru bidang studi, semua guru, dan guru dengan kepala sekolah.
2. Penambahan mata pelajaran sesuai dengan lingkungan sekolah
Sekolah dapat menambah kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional. Dasar
penambahan itu diatur dalam pasal 38 UU No 2 tahun 1989. Kurikulum dapat ditambah oleh
sekolah dengan mata pelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan serta ciri khas satuan
pendidikan yang bersangkutan.
3. Penjabaran dan penambahan bahan kajian mata pelajaran.
20

Mata pelajaran atau kajian dalam mata pelajaran dapat ditambah oleh sekolah untuk
memperkaya pelajaran tersebut dengan catatan tidak bertentangan dan mengurangi
kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional. Pemerkayaan bahan kajian ini dapat
dilakukan pada berbagai tingkat.:
a)

Dilakukan oleh guru bidang studi

b) Dilakukan oleh kelompok guru bidang studi sejenis


c)

Dilakukan oleh guru bersama kepala sekolah

d) Dilakukan oleh pengawas


e)

Dilakukan oleh lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK)

C. Pelaksanaan kurikulum
Dengan menerapkan kurikulum harus juga melakukan suatu proses kedepannya, hal hal
yang perlu diperhatikan didalam pelaksanaan kurikulum adalah :
1) Penyusunan dan pengembangan satuan pengajaran
2) Prosedur penyusunan satuan pengajaran
3) Pengembangan satuan pengajaran
4) Penggunaan satuan pengajaran bukan buatan guru sendiri
5) Pelaksanaan proses belajar mengajar
6) Pengaturan ruang belajar
7) Kegiatan kokulikuler dan ekstrakulikuler
8) Evaluasi hasil belajar dan program pengajaran
D. Administrasi kesiswaan
Kegiatan dalam administrasi kesiswaan dapat dipilih menjadi tiga bagian besar, yaitu
penerimaan siswa, pembinaan siswa, dan penamatan program siswa disekolah.
Penerimaan siswa adalah proses pencatatan dan layanan kepada siswa yang baru masuk
sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh sekolah
itu.
Pembinaan siswa adalah pemberian layanan kepada siswa di suatu lembaga pendidikan,
baik didalam maupun diluar jam belajar dikelas.

21

Dalam penamatan siswa, keterlibatan guru dalam administrasi kesiswaan tidak sebanyak
keterlibatannya dalam belajar mengajar. Dalam administrasi kesiswaan guru lebih banyak
berperan secara tidak langsung

.
E.

Administrasi prasarana dan sarana


Administrasi prasarana dan sarana pendidikan merupakan keseluruhan proses pengadaan,
pendayagunaan, dan pengawasan prasarana dan peralatan yang digunakan untuk menunjang
pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif dan efisien.
Kegiatan dalam administrasi prasarana dan sarana pendidikan meliputi : perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pemeliharaan dan penghapusan prasarana
dan sarana pendidikan

F. Administrasi keuangan sekolah menengah


Didalam kegiatan administrasi keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan,
pencatatan, pelaporan, dan pertanggung jawaban dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan
sekolah. Tujuan adinistrasi ini adalah untuk mewujudkan suatu tertib administrasi keuangan,
sehingga pengurusnya dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
G. Admnistrasi hubungan sekolah dengan masyarakat (husemas)
Husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk
meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta
mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan
sekolah. Husemas ini sebagai usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran
informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian antar sekolah, personel sekolah dengan
masyarakat.
H. Administrasi layanan khusus

22

Layanan khusus adalah suatu usaha yang tidak secara langsung berkenaan dengan proses
belajar mengajar di kelas, tetapi dengancara khusus diberikan oleh sekolah kepada para siswanya
agar mereka lebh optimal dalam melaksanakan proses belajar.Ada berbagai jenis layanan khusus,
tetapi hanya tiga jenis lebih banyak ditemui. Ketiga jenis layanan khusus itu adalah pusat sumber
belajar, usaha kesehatan sekolah(UKS), dan kafetarian/warung/kantin sekolah.

BABVI
A. Unsur dalam struktur organisasi departemen pendidikan dan kebudayaan
Dalam Bab XV pasal 49 undang-undang nomor 2 Tahun 1989 disebutkan bahwa
pengelolaan sistem pendidikan bahwa pengeloaan sistem pendidikan nasional adalah tanggung
jawab menteri P dan K. Pasal 50 menyebutkan bahwa pengelolaan satuan dan kegiatan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintahan selain oleh menteri P dan K, juga menteri
lain atau pemimpin lembaga pemerintah lain yang menyelenggarakan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
Unsur-unsur dalam struktur organisasi departemen pendidikan dan kebudayaan adalah: 1.
Menteri 2. Sekretariat Jenderal 3. Inspektorat Jenderal, 4. Direktorat pendidikan dasar dan
menengah 5. Direktorat jenderal pendidikan tinggi 6. Direktorat pendidikan luar sekolah,
pemuda dan olahraga, 7. Direktorat jenderal kebudayaan 8. Badan penelitian dan pengembangan
pendidikan dan kebudayaan, 9.pusat-pusat dibidang khusus, dan 10. Instansi vertikal di wilayah.
B. Lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK)
Tujuan dan isi program pendidikan guru
Tujuan pendidikan guru adalah membentuk kemampuan untuk :
a)

Melaksanakan

tugas,

yang

empunyai

kompenen

mengenal

apa

yang

harus

dikerjakan,menguasai cara bagaimana setiap aspek dan tahap tugas tersebut harus
dikerjakan, serta menghayati dengan rasional mengapa suatu bagian tugas dilaksanakan
denga satu cara dan tidak dengan cara lain.

23

b)

Mengetahui batas-batas kemampuannya sendiri, serta siap dan mampu menemukan sumber
yang dapat membantu mengatasi keterbatasannya itu.

Menurut T.Raka Joni (1991) tujuan pendidikan prajabatan guru adalah sebagai berikut :
a)

Penguasaan bahan ajaran

b)

Penguasaan teori dan keterampilan keguruan

c)

Pemilikan kemampuan memperagakan unjuk kerja.

d)

Pemilikan sikap, nilai, dan kepribadian.

e)

Pemilikan kemampuan melaksanakan tugas profesional alin dan tugas administratif rutin.

24

You might also like