You are on page 1of 8

Penyakit batuk rejan atau disebut juga sebagai pertusis adalah

satu penyakit infeksi menular, yang angka kejadiannya diketahui


lebih tinggi pada Negara yang sedang berkembang di daerah tropis
dan padat penduduk seperti di Negara kita, Indonesia. Penyakit ini
di Indonesia masih merupakan penyakit endemik dan menjadi
masalah kesehatan yang serius, dan erat hubunganya dengan hygiene
perseorangan dan sanitasi lingkungan.
Berdasarkan dari data WHO memperkirakan jumlah kasus
batuk rejan (pertusis) di seluruh dunia mencapai 30-50 juta kasus
pertahun dan menyebabkan kematian pada 3000 kasus. Penyakit ini
dapat menyerang semua usia, baik bayi, remaja maupun dewasa.
Akan tetapi 60 % menyerang pada anak-anak yang berumur kurang
dari 5 tahun dan penyakit ini akan menjadi lebih serius jika
menyerang bayi berumur kurang dari 1 tahun, biasanya pada bayi
yang baru lahir dan biasanya keadaannya lebih parah.
Gejala yang timbul dari batuk rejan pada remaja dan orang
dewasa biasanya lebih ringan, akibatnya mereka memutuskan untuk
tidak mengobatinya. Sehingga mereka dapat menularkan penyakit
itu kepada orang lain, termasuk anak-anak yang belum diimunisasi.
Oleh karena itu imunisasi sangat efekif untuk mencegah penularan
penyakit ini.

BATUK REJAN (PERTUSIS) PADA ANAK


I. Pengertian Batuk Rejan (pertusis)
Nama lain dari Batuk Rejan yaitu pertusis, batuk 100 hari,
batuk anjing, whooping cough dan tussis quinta. Batuk Rejan yaitu

merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan yang


sangat menular, ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk
yang bersifat spasmodik (penyempitan saluran pernapasan) dan
paroksimal (kekambuhan/parahnya gejala secara tiba-tiba) yang
disertai nada yang meninggi, karena penderita berupaya keras untuk
menarik napas sehingga pada akhir batuk sering disertai bunyi khas
(whoop) sehingga penyakit ini disebut whooping cough. Penyakit ini
terutama menyerang pada anak-anak yang berusia dibawah umur 5
tahun, akan tetapi bisa menyerang pada semua umur, mulai dari bayi
sampai dewasa. Batuk ini sifatnya lama dan khas, selain itu biasanya
disertai suara batuk gonggong atau suara melengking dan dapat
berlangsung cukup lama sekitar 6 minggu atau lebih.
2. Penyebab (etiologi)
Batuk Rejan (pertusis) disebabkan oleh bakteri bordetella
pertussis (haemophilus pertussis), yang merupakan suatu batang
gram-negatif
dan
terkadang
disebabkan
oleh
bordetella
parapertussis. Bakteri bordetella parapertusis menyebabkan
parapertusis, yaitu penyakit sejenis batuk rejan (pertusis) yang
gejalanya lebih ringan dan biasanya menyerang pada anak usia
sekolah dan relatif jarang terjadi. Perbedaan kedua penyakit
tersebut adalah dalam hal pemeriksaan kultur, biokimia, dan tes
imunologi. Bakteri inilah yang akan menempel pada silia epitel
saluran pernapasan, sehingga akan fungsi silia menjadi terganggu
sehingga aliran mukus atau lendir atau sekret terhambat dan terjadi
pengumpulan sekret. Hal inilah yang mengganggu / menyumbat
saluran pernapasan.
3. Penyebaran
Batuk rejan dapat ditularkan melalui udara secara :

a.
Droplet (percikan) dari orang ke orang ketika batuk, bersin,
atau berbicara.
b.
Bahan droplet
c.
Memegang benda-benda yang terkontaminasi dengan sekret
atau riak.
4. Tanda dan gejala
Batuk
rejan
merupakan
toxin-mediated
disease,
yaitu
toksinnya/racun melekat dan melumpuhkan bulu getar saluran nafas
(silia). Hal ini akan mengganggu aliran sekret/riak. Sehingga akan
terjadi batuk terus-menerus yang diakhiri dengan whoop
(inspirasi/menghirup nafas panjang dan melengking) yang bisa
berlangsung 1-10 minggu. Gejala dan tanda pertama dari batuk rejan
muncul sesudah 7-14 hari atau disebut juga masa inkubasi/masa
tunas. Batuk rejan berlangsung dalam 3 stadium dengan masingmasing stadium berakhir 2 minggu, yang meliputi:
a.
Stadium kataralis, lamanya 1-2 minggu
Pada permulaan hanya batuk-batuk ringan, terutama pada malam
hari dimana batuk ini semakin lama semakin bertambah berat dan
terjadi serangan pada malam hari. Gejala lainnya adalah flu/pilek
serak dan anoreksia. Stadium ini menyerupai influenza.
b.
Stadium spasmodic, lamanya 2-4 minggu
Batuk semakin bertambah berat dan terjadi paroksimal ditandai
batuk yang berbunyi nyaringdan terdengar menarik nafas pada akhir
serangan batuk. Penderita tampak berkeringat, pembuluh darah
leher dan muka melebar. Batuk yang sedemikian beratnya sehingga
penderita tampak gelisah. Pada awalnya anak yang terinfeksi terlihat
seperi terkena flu biasa dengan hidung mengeluarkan lender. Mata
berair, bersin, demam dan batuk ringan. Batuk inilah yang menjadi

parah dan sering. Batuk akan semakin panjang dan seringkali


berakhir
dengan
suara
seperti
orang
menarik
nafas
(melengking).penderita akan berubah menjadi biru karena tidak
mendapatkan oksigen yang cukup selama rangkaian batuk. Pada
waktu serangan batuk, anak-anak bisa terkencing-kencing, mata
terlihat seperti perdarahan sub konjungtiva dan epistaksis
(perdarahan pada hidung). Selama masa penyembuhan, batuk akan
berkurang secara bertahap.
c.
Stadium konvalesensi/penyembuhan, lamanya kira-kira 4-6
minggu
Beratnya serangan batuk berkurang, begitu juga muntah. Dan nafsu
makan pun timbul kembali. Infeksi semacam common cold dapat
menimbulkan serangan batuk lagi.
5. Komplikasi
a. Pneumonia, terkadang sebagian lendir yang kental menyumbat
salah satu bronkus kecil pada anak sehingga dapat menyebabkan
pneumonia. Jika tidak diobati dengan tepat, dapat terjadi kerusakan
paru yang menetap.
b. Malnutrisi, lamanya penyakit ini disertai muntah-muntah akan
menyebabkan penurunan berat badan anak. Jika anak sudah mulai
kurang gizi ketika terserang batuk rejan, mungkin menjadi sangat
kurang gizi setelah 2-3 bulan menderita penyakit ini.
c. Kejang, terkadang anak menjadi kejang pada akhir rangkaian batuk
tersebut. Jika terjadi kejang, berikan paraldehid. Hal ini terjadi
akibat ketidakseimbangan cairan elektrolit akibat muntah-muntah
dan kadang-kadang terdapat kongesti dan edema otak, mungkin
dapat pula terjadi perdarahan otak. Bisa juga diakibatkan karena
hipoksia dan anoksia akibat penghentian pernapasan yang lama.

d. Gagal jantung, terkadang dapat terjadi gagal jantung pada batuk


rejan yang berat.
e. Batuk
yang
hebat(berhubungan
dengan
tekanan)
dapat
menyebabkan perdarahan hidung (epistaksis), ulkus di bawah lidah/
ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada waktu
serangan batuk , perdarahan subkonjungtiva, edema pada kelopak
mata, prolaps rectum akibat dari diare.
f. Batuk rejan akan memperburuk tuberkulosis primer karena daya
tahan tubuhnya terhadap tuberkulosisn sangat menurun, sehingga
akan memperburuk.
6. Pencegahan
Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran batuk
rejan (pertusis) :
a. Pencegahan utama dari pertusis (batuk rejan) yaitu Imunisasi pada
usia 2, 4, 6, dan 18 bulan dan 4-6 tahun. Vaksin yang
direkomendasikan adalah 3 dosis vaksin yang mengandung suspensi
bakteri yang telh dimatikan, biasanya dikombinasikan dengan
diphtheriadan tetanus toxoid yang diserap dalam garam aluminium
(vaksin absorbs diphtheria dan tetanus toxoid dan pertusis, USP, DPT,
DTwP atau DTaP). Pada bayi usia 2 minggu diberikan imunisasi
sebanyak tiga kali, dengan interval empat minggu. Vaksinasi tidak
boleh diberikan kepada anak-anak berumur 6 tahun ke atas karena
dapat menyebabakan demam yang parah. Sehingga diharapkan
kemingkinan terinfeksi pertusis akan semakin rendah dengan
diberikannya imunisasi, dan gejala penyakit pun tidak akan seberat
kalau tanpa diberikan imunisasi.

b. Isolasi, jagalah penderita batuk rejan jauh dari anak-anak. Anak


yang baru sembuh dari batuk rejan, tidak boleh kembali bersekolah
sampai 3 minggu setelah dimulai batuk dengan whoop.
c. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama orangtua bayi,
meliputi pendidikan bahayanya penyakit ini serta keuntungan
imunisasi pertama pada anak berusia tidak lebih dari dua bulan.
7. Pengobatan
Pengobatan untuk menghentikan gejala adalah :
a. Pemberian Antibiotik :
1. eritromisin dengan dosis 50 mg / kgBB / hari dibagi dalam 4
dosis, obat ini menghilangkan bordetella pertusis dari nasofaring
dalam 2-7 tahun (rata-rata 3-6) dan dengan demikian memperpendek
kemungkinan penyebaran infeksi. Eritromisin juga menggugurkan
atau menyembuhkan pertusis bila diberikan dalam stadium kataralis.
Selain itu juga menyembuhkan pneumonia dan oleh karena itu
sangat penting dalam pengobatan pertusis khususnya pada bayi
muda.
2. Ampisilin dengan dosis 100 mg /kg BB/hari dibagi dalam 4
3. lain-lain : rovamisin, kontrimoksazol, kloramfenikol dan
tetrasiklin.
b. Pengobatan Suportif : pengencer dahak, pembersihan jalan napas,
oksigen bila perlu, dan ciptakan lingkungan perawatan yang tenang.
c. Memaksimalkan nutrisi, hindari makanan yang banyak mengandung
gula pasir, pemanis buatan, gorengan dan makanan/minuman dingin.
d. Pemberian ekspektoransia dan mukolitik.
e. Pemberian kodein, bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali
f. Pemberian luminal sebagai sedative.

g. Batuk rejan yang terjadi pada bayi dan balita harus segera diperiksa
ke dokter. Sebagai anti infeksi, anti bakteri, anti biotik, anti
batuk(antitussive),
h. Tumbuhan obat / herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan
batuk rejan karena berkhasiat, peluruh dahak (ekspektorant).
Beberapa tumbuhan tersebut antara lain :
1. Sambiloto, berkhasiat : sebagai anti radang, antibiotic, menurunkan
panas, menghilangkan sakit (analgetik), menghilangkan bengkak,
antitoksik, menstimulasi system imun.
2. Pegagan, berkhasiat sebagai anti infeksi, antitoksik, penurun nafas
3. Lidah buaya, berkhasiat sebagai anti radang, meredakan sakit
(analgetik), parasitiside, pencahar.
4. Bawang putih, berkhasiat sebagai antibiotic, peluruh dahak,
antiseptik, menstimulasi system imun, membunuh parasit.
5. Kencur, berkhasiat : antibatuk, peluruh dahak, anti bakteri,
menghilangkan sakit.
6. Buah mengkudu, berkhasiat sebagai antiseptik dan anti radang.
7. Kulit jeruk mandarin, berkhasiat untuk meredakan batuk,
antiasma, peluruh dahak, antiradang
Berikut beberapa contoh resep yang dapat digunakan untuk
membantu pengobatan batuk rejan, diantaranya sebagai berikut:
a. Resep 1
50-70 gram daun lidah buaya dikupas kulitnya dan diambil bagian
dalamnya, ditambah 1 buah mengkudu matang dicuci bersih dan
dipotong-potong, dijus, dipanaskan airnya hingga mendidih,
tambahkan gula batu, hangat-hangat diminum 2 kali sehari.
b. Resep 2

5 gram daun sambiloto ditambah 1 siung bawang putih, direbus


dengan 300 cc air hingga tersisa 150 cc, tambahkan madu kemudian
minum 2 kali sehari.

c. Resep 3
15 gram pegagan ditambah 10 gram kencur, dicuci bersih dan
ditumbuk, lalu direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc,
disaring, airnya diminum 2 kali sehari.
Catatan : pilih salah satu resep dan dilakukan secara teratur,
disarankan untuk tetap konsultasi ke dokter. Untuk perebusan
gunakan periuk tanah, panicenamel/panicpyrex.

You might also like