Professional Documents
Culture Documents
yang normalnya 10% menjadi 3%. Apabila diajukan pada periode 1 Januari
hingga 30 Juni 2016 maka besaran tarifnya adalah 4%. Apabila pengajuannya 1
Juli hingga 31 Desember 2016 maka besaran tarif khusus PPh final revaluasi
menjadi 6%. Tarif khusus ini berlaku jika perusahaan menetapkan penilaian
kembali atas aset tetapnya melalui jasa penilai publik atau ahli penilaian kembali
aset tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin
pemerintah. Tapi dengan catatan wajib pajak harus melunasi pajak penghasilanya
maksimal 31 Desember 2016. Selain pengurangan tarif pajak final, peraturan ini
juga menambahkan kemudahan-kemudahan dalam revaluasi aset tetap antara lain:
Entititas dapat memilih aset tetap yang akan direvaluasi dan melakukan
revaluasi secara parsial atau keseluruhan. Hal inilah yang menguntungkan
wajib pajak, karena jika melihat peraturan sebelumnya yaitu PMK No.
79/PMK.03/2008, entitas diharuskan merevaluasi semua aset nya.
Kesempatan ini dapat digunakan oleh entitas untuk memilah aset tetap mana
yang akan direvaluasi untuk mengoptimalkan manfaat pajak.
Cukup menarik jika dilihat insentif yang diberikan pemerintah melalui PMK
No.191/PMK.010/2015 ini wajib pajak memperoleh keuntungan jika ada
revaluasi aset yaitu nilai aset nya akan naik pesat secara pajak dan ditambah
dengan adanya diskon tarif PPh menjadi lebih kecil menjadi 3%, 4%, atau 6%.
Namun yang perlu diingat perusahaan kembali mempertimbangkan dampak
akuntansi sebelum memutuskan melakukan revaluasi untuk tujuan perpajakan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah entitas harus menentukan aset mana yang
akan direvalusi untuk mengoptimalkan perpajajakan, dampak yang muncul dari
revaluasi aset terhadap perpajakan dan akuntansi, dan dampak revaluasi aset
terhadap struktur keuangan entitas misalnya dampak terhadap rasio keuangan
mengingat investor sangat melihat rasio perusahaan. Selain itu menurut
peraturan tersebut entitas diharuskan menggunakan jasa aprisal untuk
merevaluasi aset nya sedangkan jika menurut PSAK 16 tidak perlu
menggunakannya sehingga akan menimbulkan cost baru bagi perusahaan. Untuk
itulah peru pertimbangan yang matang entitas untuk memanfaatkan insentif ini
atau tidak.
C. Kesimpulan
2
Universitas Sebelas Maret
Jika melihat data diatas banyak keuntungan jika entititas melakukan revaluasi.
Namun perlu diketahu bahwa PMK No. 191 ini sedikit bertentangan dengan
PSAK 16 tentang revaluasi aset tetap yaitu aset tetap harus direvaluasi secara
teraratur serta konsisten dan mensyaratkan seluruh item dalam kelompok tertentu
untuk direvaluasi secara bersamaan bukan sebagian atau memilih aset tertentu
untuk direvaluasi sebagaimana tertuang dalam PMK No. 191/PMK.010/2015. Jika
seperti itu, Untuk apa perusahaan atau wajib pajak melakukan revaluasi aset untuk
tujuan perpajakan semata tanpa dapat memetik manfaat membukukan hasil
revaluasi aset berdasarkan standar akuntansi yang berlaku terutama bagi
perusahaan-perusahaan besar yang go-public. Kemudian jika selisih lebih nilai
revaluasi aset menurut PSAK 16 itu adalah objek PPh final juga, maka untuk apa
dibuat prosedur sedemikian rupa dalam PMK No. 191/PMK.010/2015, sehingga
akan lebih baik jika PMK yang menyesuaikan diri dengan PSAK 16. Jadi cukup
PMK hanya mengatur tarif PPh finalnya dan jika PSAK 16 memungkinkan
perusahaan untuk memperbaiki posisi neracanya dengan model revaluasi aset
yang diperkanankan dan diatur PSAK 16, untuk perusahaan harus repot-repot
menggunakan basis prosedur yang ada pada PMK 191 Tahun 2015 selain itu biaya
untuk menggunakan jasa aprisal juga tidak murah.
Daftar Pustaka
Jayaparna,
Andre.
Insentif
Pajak
Revaluasi
Aset
PMK
191/PMK.010/2015 Efektifkah.19 November 2015.
http://www.kompasiana.com/andre.jayaprana/insentif-pajak-revaluasi-asetpmk-191-pmk-010-2015-efektifkah_564da6b1f07a615b09846482
Dwi, Santoso. PMK 191- Revaluasi Aset Tetap, Take it or Leave it?. 25
November 2015.
http://www.jtanzilco.com/blog/detail/278/slug/pmk-191-revaluasi-asettetap-take-it-or-leave-it
3
Universitas Sebelas Maret