You are on page 1of 21

REFERAT

OSTEOMYELITIS

Oleh:
Ardi Yudha

1102011040

Pembimbing:

Dr. Riantono Agung, SpRad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD ARJAWINANGUN
2016

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................2

BAB III KESIMPULAN.........................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN
Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu jaringan
pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Fungsi utama
sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh karena itu, jika
terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi
muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari
sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan
membahayakan jiwa.
Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Osteomielitis akut terutama
ditemukan pada anak-anak. Tulang yang sering terkena ialah femur bagian distal, tibia bagian
proksimal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal, serta vertebra.(10)
Osteomielitis merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan struktur-struktur
disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik.(3) Staphylococcus adalah organisme yang
bertanggung jawab untuk 90% kasus osteomyelitis akut. Organisme lainnya termasuk Haemophilus
influenzae dan salmonella.(14) Pada masa anak-anak penyebab osteomyelitis yang sering terjadi ialah
Streptococcus, sedangkan pada orang dewasa ialah Staphylococcus.(17)
Diagnosis infeksi tulang dan sendi biasanya dapat dibuat dari tanda-tanda yang tampak pada
pemeriksaan fisik. Pada lokasi perifer seperti efusi sendi dan dan nyeri pada metafisis yang
terlokalisir, dengan atau tanpa pembengkakan, membuat diagnosis relatif mudah. Namun pada
panggul, pinggul, tulang belakang, tulang belikat dan bahu, penegakan diagnosis terjadinya infeksi
sulit untuk ditentukan. Sehingga, pemeriksaan penunjang, dalam hal ini, pencitraan dapat
memudahkan dan menegakkan diagnosis dari osteomielitis. Pemeriksaan pencitraan radiaografi yang
dapat dilakukan ialah foto polos, Computed Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging
(MRI) dan radionuklir. Pemeriksaan tersebut dapat memudahkan dokter dalam menegakkan diagnosis
osteomielitis. (6)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup
atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan definisi terhadap
osteomyelitis sebagai berkut :1

Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang


disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae
(Depkes RI, 1995).

Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997)

Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang
hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae,
streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adalah infeksi
lain.

Osteomyelitis keadaan inflamasi pada tulang yang diawali dengan infeksi pada rongga
medulla dan sistem havers kemudian meluas kebagian periosteum ke bagian yang mengalami
kerusakan.

Osteomyelitis jarang terjadi pada bagian endosteum dan biasanya mengenai tulang kortikal
dan periosteum.

Osteomyelitis biasanya dianggap sebagai kondisi inflamasi pada tulang yang bermula sebagai
sebuah infeksi kavitas medulla yang secara sangat cepat melibatkan sistem haversian dan
secara cepat mengalami perluasan ke periosteum.

Jika terjadi infeksi pada tulang, akan terdapat pus pada kavitas medulla dan dibawah
periosteum sehingga menyumbat suplai darah yang akan menyebabkan ischemia dan tulang
yang terinfeksi menjadi NEKROSIS

2.2 Patogenesis
Infeksi dapat terjadi secara :
1. Hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit, tenggorok.
2. Kontaminasi dari luar yaitu fraktur terbuka dan tindakan operasi pada tulang
3. Perluasan infeksi jaringan ke tulang di dekatnya. (10)
Mikroorganisme memasuki tulang bisa dengan cara penyebarluasan secara hematogen, bisa
secara penyebaran dari fokus yang berdekatan dengan infeksi, atau karena luka penetrasi. Trauma,
iskemia, dan benda asing meningkatkan kerentanan tulang akan terjadinya invasi mikroba pada lokasi
yang terbuka (terekspos) yang dapat mengikat bakteri dan menghambat pertahanan host. Fagosit
mencoba untuk menangani infeksi dan, dalam prosesnya, enzim dilepaskan sehingga melisiskan
tulang. Bakteri melarikan diri dari pertahanan host dengan menempel kuat pada tulang yang rusak,
dengan memasuki dan bertahan dalam osteoblast, dan dengan melapisi tubuh dan lapisan yang
mendasari tubuh mereka sendiri dengan pelindung biofilm yang kaya polisakarida. Nanah menyebar
ke dalam saluran pembuluh darah, meningkatkan tekanan intraosseous dan mempengaruhi aliran
darah. Disebabkan infeksi yang tidak diobati sehingga menjadi kronis, nekrosis iskemik tulang
menghasilkan pemisahan fragmen devaskularisasi yang besar (sequester). Ketika nanah menembus
korteks, subperiosteal atau membentuk abses pada jaringan lunak, dan peningkatan periosteum akan
menumpuk tulang baru (involucrum) sekitar sequester. (3)
Mikroorganisme, infiltrasi neutrofil, dan kongesti atau tersumbatnya pembuluh darah
merupakan temuan histologis utama osteomielitis akut. Fitur yang membedakan dari osteomielitis
kronis, yaitu tulang yang nekrosis, dicirikan oleh tidak adanya osteosit yang hidup. Terdapat sel
mononuklear yang dominan pada infeksi kronis, dan granulasi dan jaringan fibrosa menggantikan
tulang yang telah diserap kembali oleh osteoklas. Pada tahap kronis, organisme mungkin terlalu
sedikit untuk dilihat pada pewarnaan. (3)
2.2.1 Infeksi Secara Hematogen
3

Jumlah infeksi secara hematogen terjadi ~ 20% dari kasus osteomielitis dan terutama

menyerang anak-anak, pada tulang panjang yang terinfeksi, dan orang dewasa yang lebih tua dan
pengguna narkoba secara intavena, dan pada tulang belakang yang merupakan tempat yang paling
umum terjadinya infeksi.(3)

Infeksi sering hanya melibatkan satu tulang, paling sering tibia, femur, atau humerus pada
anak-anak dan pada badan vertebra pada pengguna narkoba suntik dan orang dewasa yang lebih tua.
Bakteri menetap pada metafisis yang memiliki perfusi yang baik, jaringan sinusoid vena
memperlambat aliran darah, dan fenestrasi dalam kapiler memungkinkan organisme untuk melarikan
diri menuju ruang extravascular. Disebabkan terjadi perubahan anatomi vaskular seiring dengan
bertambahnya usia, infeksi pada tulang panjang secara hematogen jarang terjadi pada orang dewasa
dan, ketika itu terjadi, biasanya melibatkan diafisis dari tulang. (3)
Manifestasi klinisnya, anak dengan osteomielitis biasanya muncul secara akut, dengan
demam, menggigil, nyeri lokal, dan dalam banyak kasus terjadi pembatasan gerak atau kesulitan
menopang badan. Eritema dan bengkak menunjukkan perluasan nanah melewati korteks. Selama
masa bayi dan setelah pubertas, infeksi dapat menyebar melalui epiphysis ke ruang sendi. Pada anakanak usia lain, perluasan infeksi melewati korteks menghasilkan keterlibatan sendi jika metafisis
intracapsular. Jadi, arthritis septik pada siku, bahu, dan pinggul dapat mempersulit osteomielitis pada
radius proksimal, humerus, dan femur, masing-masing. Pada anak-anak, sumber bakteremia biasanya
tidak jelas. Riwayat yang sering diperoleh adalah adanya trauma tumpul yang terjadi baru-baru ini,
diduga, hasil dari kondisi ini terjadi hematoma intraosseous yang kecil atau penyumbatan pembuluh
darah yang mempengaruhi terjadinya infeksi. Orang dewasa dengan osteomielitis hematogen dapat
terjadi baik disebabkan predisposisi dari infeksi tempat lain (misalnya, saluran pernafasan atau kemih,
katup jantung, atau sebuah situs kateter intravaskuler) atau bakteremia tanpa sumber yang jelas. (3)

Keadaan

Infant
Metafisis

Lokalisasi

dengan

ekstensi ke epifisis

Anak-Anak

Orang Dewasa

Metafisis

Epifisis

Involucrum

Common

Common

Not Common

Sekuestrasi

Common

Common

Not Common

Keterlibatan Sendi

Common

Not Common

Common

Common

Common

Not Common

Fraktur Patologis

Not Common

Not Common

Common*

Fistula

Not Common

Variabel

Common

Abses

Jaringan

Lunak

Tabel 2.1 Osteomielitis hematogen

Kaitan fraktur dengan Osteomyelitis1

Open/ compound Fraktur = Luka yg terbuka Kontak dgn lingkungan luar Mikroba

masuk ke aliran darah Menyebar sampai ke tulang OSTEOMYELITIS


Close/simple fraktur= Bisa terjadi infeksi jika melakukan perawatan open reduksi
dimana terjadi kontak dengan lingkungan luar Masuk ke aliran darah Infeksi
sampai ke tulang OSTEOMYELITIS

Sebaliknya osteomyelitis kronis bisa menyebabkan fraktur. Karena Dalam keadaan kronis
dapat menyebabkan resorbsi tulang alveolar yang melibatkan jaringan tulang cukup besar
sehinggamenyebabkan fraktur.

2.3 Klasifikasi
Osteomielitis secara umum dapat dibagi menjadi jenis piogenik dan nonpiogenik. Namun
terdapat jenis pengklasifikasian lainnya, seperti berdasarkan perjalanan klinis, yaitu osteomielitis sub
akut, akut, atau kronis (aktif dan tidak aktif), yang tergantung intensitas dari proses infeksi dan gejala
yang terkait. Dari sudut pandang patologi anatomi, osteomielitis dapat dibagi menjadi osteomielitis
bentuk diffuse dan lokal (focal), dengan yang kedua disebut sebagai abses tulang.(1)
2.3.1 Osteomielitis Akut
Biasanya osteomielitis akut disertai dengan gejala septikemia, seperti febris, malaise dan
anoreksia. Infeksi dapat pecah ke subperiosteum, kemudian menembus subkutis dan menyebar
menjadi selulitis, atau menjalar melalui rongga subperiosteum ke diafisis. Infeksi juga dapat pecah ke
bagian tulang diafisis melalui kanalis medularis. Penjalaran subperiosteal ke arah diafisis akan
merusak pembuluh darah yang ke diafisis sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang disebut
sekuester. Periosteum akan membentuk tulang baru yang menyelubungi tulang mati tersebut. Tulang
baru yang menyelimuti tulang mati tersebut dinamakan involukrum.(15)
Perubahan jaringan lunak dapat terjadi secara nyata, terutama pada bayi. Pembengkakan,
dengan edema dan timbunan lemak yang kabur dapat terlihat. Osteoporosis dapat dilihat antara hari
kesepuluh sampai empat belas dari onset timbulnya penyakit. Pada anak-anak seringkali terjadi pada
metafisis.(17)
Involucrum dapat terlihat setelah tiga minggu dan terjadi lebih banyak pada bayi dan anakanak daripada orang dewasa. Tempat keluarnya dan dekompresi pus yang terjadi dapat mencegah
kompresi vaskuler dan terjadinya infark, dan penyembuhan. CT yang konvensional tidak dapat
mendeteksi sekuester. Sekuester terlihat sebagai fragmen-fragmen dari tulang padat diantara proses
5

destruksi tulang lokal. Pengobatan dengan antibiotik dan/atau pembedahan, memberi pengaruh pada
perjalanan penyakitnya dengan pembentukan tulang baru yang dapat ditemukan. (17)

Dengan terapi yang adekuat pada bayi dan anak-anak, harapan untuk kembali normal besar
kecuali terjadi kerusakan pada lempeng epifisis dan epifisis, sehingga pertumbuhan tulang yang
abnormal dapat terjadi. Pada orang dewasa, pengaruhnya tulang sering menyisakan daerah sklerotik
dan bentuk yang ireguler. Gambaran radiografi tidak pernah bias kembali normal pada kasus yang
terlambat diketahui.(17)
2.3.2 Osteomielitis Kronis
Panjangnya gejala klinis, periode diam (quiescence) yang panjang, dan eksaserbasi berulang
merupakan ciri khas dari osteomielitis kronis. Saluran sinus antara tulang dan kulit dapat
menghasilkan material yang purulent dan kadang-kadang membuat potongan-potongan tulang yang
nekrotik. Peningkatan produksi material yang purulent, nyeri, atau bengkak sebagai tanda suatu
eksaserbasi, disertai dengan peningkatan kadar C reactive protein (CRP) dan ESR. Demam jarang
terjadi kecuali bila obstruksi dari saluran sinus menyebabkan infeksi jaringan lunak. Komplikasi akhir
yang jarang ialah fraktur patologis, karsinoma sel skuamosa pada saluran sinus, dan amiloidosis. (3)

2.4 Pencitraan
2.4.1 Gambaran Foto Polos Radiologis
Pada osteomielitis gambaran foto polos radiologi yang dapat ditemukan adalah hilangnya
gambaran fasia, gambaran litik pada tulang (radiolusen), sequester dan involucrum. Namun
gambaran-gambaran tersebut terhantung dari perjalanan penyakitnya. Tanda-tanda awal gambaran
radiografi dari infeksi tulang ialah edema jaringan lunak dan hilangnya bidang fasia. Ini biasanya
ditemui dalam waktu 24 hingga 48 jam dari onset infeksi. Perubahan paling awal pada tulang adalah
6

bukti adanya lesi litik destruktif, biasanya dalam waktu 7 sampai 10 hari setelah terjadinya infeksi.(1)

Gambar 2.1 Osteomielitis akut

Gambar 2.2 Involucrum dan Sequestrum

Gambar 2.3 Destruksi tulang proximal dan terminal phalang pada kaki dengan desttruksi
kortex yang merupakan karakteristik dari osteomielitis (panah putih). Terdapat juga fraktur patologis
pada proximal phalang (panah kuning)

Gambar 2.4 Progres dari osteomielitis subakut yang tidak diterapi (Abses Brodie)
pada anak anak (a) ketika pertama kali diperiksa; (b) 5 bulan kemudian; dan (c) 5 tahun
kemudian
Osteomielitis subakut lebih terlokalisasi. Contohnya adalah abses Brodie (Brodie's abscess),
8

merupakan abses piogenik yang dikelilingi oleh daerah sklerosis dan meningkatnya jaringan
granulasi. Osteomielitis kronis ditandai dengan tulang yang nekrotik. Fragmen dari fokus tulang yang

nekrotik atau sequestrum dikelilingi oleh jaringan granulasi atau oleh involucrum dari pembentukan
periosteal tulang yang tebal dan baru.

Gambar 2.5 Brodie's abscess


2.4.2 CT (Computed Tomography) Scan
Deteksi osteomielitis ketika masih dalam tahap akut dini sangat penting untuk meningkatkan
probabilitas kesembuhan dan menurunkan morbiditas. Disebabkan kurang sensitif dibandingkan MRI
untuk osteomielitis akut, CT merupakan pemeriksaan terbaik untuk membimbing aspirasi atau biopsi,
jika secara klinis diperlukan, untuk memastikan osteomielitis atau untuk dilakukannya uji kultur dan
sensitivitas antibiotik organisme. CT juga berguna dalam pemeriksaan penunjang terhadap infeksi
pasca operasi saat instrumen ortopedi yang luas dapat menghambat MRI. (16)
Gambaran CT dari osteomielitis tergantung stage-nya, yaitu akut, subakut atau kronis. Pada
osteomielitis akut, edema sumsum tulang adalah kelainan yang ditemukan pertama kali pada
pencitraan. Selanjutnya, peningkatan periosteal dapat terjadi, yang kasusnya lebih sering pada anakanak dibandingkan pada orang dewasa, dengan bagian akhir yaitu pembentukan tulang subperiosteal
yang baru. Abses subperiosteal juga dapat terjadi. Unenhanced CT (CT scan yang tidak ditingkatkan)
kurang sensitif dibandingkan MRI dalam mendeteksi awal peradangan periosteal dari osteomielitis
yang terjadi pada model hewan percobaan. (16)
CT Scan dapat menilai intregitas tulang, disrupsi kortikal dan keterlibatan jaringan lunak.
Selain itu CT Scan juga dapat memperlihatkan adanya edema, fistula intraoseus, dan defek kortikal
yang mengarah ke traktus sinus jaringan lunak. Peran utama teknik ini dalam osteomielitis adalah
mendeteksi sequestra pada osteomielitis kronik, berupa nekrosis tulang yang pada foto polos bisa
9

tertutupi osseous abnormal disekitarnya.

Gambar 2.6 Pasien laki laki umur 43 tahun dengan infeksi Staphilococcus aureus dalam
pemberian kontras IV- CT Scan enhanced dari femur distal menunjukkan rim enhancing abses
(tanda panah kecil) pada jaringan lunak dan peningkatan dari synovium (tanda panah besar) pada
suprapatellar bursa. Peningkatan attenuation pada ruang medular bersamaan dengan lokasi infeksi.11
Perubahan sumsum tulang pada osteomielitis tidak spesifik, karena dapat terlihat juga pada
neoplasma, trauma, beberapa anemia, dan gangguan sumsum tulang primer lainnya seperti
myelofibrosis. Perbandingan dengan sisi kontralateralnya dapat membantu untuk melihat apakah
proses pada sumsum tersebut adalah sistemik atau hanya unilateral saja. Gas dalam saluran medula
secara konsisten terjadi pada osteomielitis, tetapi jarang. Hal ini dapat dilihat pada temuan radiografi
sebelum kehancuran atau pembentukan tulang baru. Gas pada jaringan lunak yang bukan disebabkan
trauma adalah ciri dari infeksi. (16)
Perubahan diabetes neuropatik sering dibedakan dari osteomielitis dan arthritis septik oleh
CT. Dalam menilai osteomielitis pada diabetic foot, MRI dengan sinyal normal pada sumsum tulang
memiliki nilai prediksi negatif yang lebih tinggi daripada CT normal. MR juga lebih sensitif untuk
abses kecil dan untuk jaringan lunak yang nonviable, terutama jika gadolinium diberikan. MR
kadang-kadang dapat membedakan antara kronis, neuropatik osteoarthropathy yang stabil dan
osteomielitis, ketika CT tidak bisa. (16)
2.4.3 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI menunjukan osteomielitis seawal seperti pemeriksaan scan radioisotope, dan jika ada,
merupakan pilihan utama dalam mendiagnosis infeksi musculoskeletal. Dengan menggunakan
weightings, atau penguatan paramagnetic, perubahan yang terjadi pada tulang dan edema jaringan
lunak dapat diketahui sejak awal, seperti terjadinya iskemia dan kerusakan dari kortex. Perluasan
jaringan lunak dari pus dan abses paraosseus dapat terlihat. Nekrosis sentral dalam abses dapat
diketahui.
Gambaran dapat didapat dari berbagai sudut. (17)
10
Weighting yang sering digunakan ialah T1, T2, dan fat supresseion. Sumsum tulang tampak
jelas pada sinyal T1, sedangkan korteks yang padat, yang memiliki cairan yang sedikit, memiliki

sinyal yang lebih rendah.edema dan perubahan inflamasi meningkatkan sinyal secara dramatis pada
T2-weightening dan khususnya short tau inversion recovery (STIR) sequences.(17)
Jaringan yang keras secara umum lebih baik ditunjukan oleh CT namun perubahan jaringan
lunak lebih baik terlihat menggunakan MRI. Ketika terjadi perubahan kepadatan pada infeksi sumsum
tulang, hal tersebut dapat diperiksa menggunakan CT, namun MRI lebih baik dalam menunjukkan
perluasan patologis tulang dan jaringan lunak sekitarnya dan sangat sensitive seperti pemeriksaan
scan radioisotop. Kelebihan terakhir yaitu MRI dapat menunjukkan focus infeksi diluar dari yang
diperkirakan.(17)

Gambar 2.7 Osteomielitis Hematogen: Abses Brodie. (A, B) foto polos AP dan lateral dari
tibia distal yang tampak gambaran abses (tanda panah) berbentuk lingkaran, oval, dan lesi radiolusen
dengan sklerosis disekelilingnnya yang meluas hingga ke sendi terdekat. (C) T1 weighted axial pada
MRI tampak lesi hipointens berlobulus di intramedular dengan batas yang jelas. (D, E) T1 weighted
coronal dan T2 fat suppressed menunjukkan keterlibatan sumsum tulang. (F) T2 fat suppressed Sagital
memperlihatkan lesi sirkular hiperintens dan berbatas tegas.
2.4.4 Scaning Menggunakan Radionuclide
Scintigraphy skeletal pada orang yang diduga memiliki infeksi tulang harus didahului oleh
pemeriksaan foto polos. Pada pemeriksaan terhadap foto polos tidak dapat terlihat sampai 10-14 hari
infeksi, namun pada infeksi TBC perubahan dapat muncul pada presentasi pertama. Menggunakan
scintigraphy, diagnosis dapat ditegakan pada 48 jam setelah onset penyakit, bahkan jika tanda-tanda
klinis penyakit samar-samar. Pengobatan awal yang agresif dapat mencegah kerusakan tulang yang
berat.(17)
Teknik standar menggunakan technetium 99m-labelled phosphate dan phosphate.
11
Tambahan dari radionuclide pada tulang berhubungan dengan aliran darah pergantin tulang yang
local. Hal ini membuat gambaran dua jenis yang terpisah yang didapatkan pada osteomielitis, yaitu:
(17)

1. Gambaran kelompok darah dari daerah yang nyeri segera setelah penyuntikan. Hal ini
menunjukkan peningkatan radioaktif local, jika positif, pada daerah yang mengandung banyak
darah.
2. Gambaran scintigraphy skeletal tertunda setelah 3-4 jam. Saat ini radionuclide telah diabsorbsi
menjadi kristal-kristal tulang. Hal ini memberikan gambaran skeletal dengan penekanan lokal pada
daerah peningkatan aliran darah dan pergantian tulang. Hal ini juga yang membedakan antara
osteomielitis dan selulitis. (17)
Dengan menggunakan teknik ini dapat dikatakan bahwa selain lebih sensitif dalam
mendeteksi adanya fokal infeksi, juga pemeriksaan ini hampir akurat memberikan hasil positif atau
negatif. Namun tidak spesifik karena tumor dan infeksi memberikan gambaran yang hampir sama.
Ambilan technetium terbatas jika pembuluh darah tersumbat karena proses infeksi oleh tamponade
atau thrombus, meskipun , pada neonatus, sampai 30% scan dapat negatif disebabkan hal tersebut.
(17)
2.5 Bentuk Osteomielitis Lainnya
2.5.1 Abses Brodie
Lesi ini, awalnya dijelaskan oleh Brodie pada tahun 1832, merupakan suatu osteomielitis
lokal bentuk subakut, umumnya disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Insiden tertinggi (sekitar
40%) adalah pada dekade kedua. Lebih dari 75% kasus terjadi pada pasien laki-laki. Onsetnya sering
diam-diam (tidak diketahui), dan manifestasi sistemik umumnya ringan atau tidak ada. Abses, yang
biasanya terjadi pada metafisis tibia atau femur, bentuknya biasanya memanjang, dengan marjin baik
dibatasi maupun dikelilingi oleh daerah sklerosis yang reaktif. (9), (10) Seringnya, tidak ada sequester
, namun saluran yang radiolusen dapat dilihat membentang dari lesi menuju ke lempeng pertumbuhan.
Suatu abses tulang dapat melewati lempeng epifisis, tetapi jarang berkembang, menetap, terlokalisasi
dan

kavitas

dapat

secara

bertahap

terisi

jaringan

granulasi

di

epifisis.

(9)

2.5.2 Osteomielitis Sklerosing Garre


Pada kelainan ini yang menonjol adalah sklerosis tulang dengan tanda-tanda destruksi yang
tidak nyata. (10) Jenis ini jarang ditemukan. (17) Bersifat kronis, dan biasanya hanya 1 tulang yang
terkena dengan pelebaran tulang yang bersifat fusiform. Diagnosis diferensial yang penting adalah
osteoid
12

osteoma.

(10)

2.6 Osteomielitis Pada Neonatus Dan Bayi


Osteomielitis pada neonatus dan bayi seringkali hanya dengan gejala klinis yang ringan, dapat
mengenai satu atau banyak tulang dan mudah meluas ke sendi di dekatnya. Biasanya lebih sering
terjadi pada bayi dengan 'risiko tinggi' seperti prematur, berat badan kurang. Tindakan-tindakan
seperti resusitasi, venaseksi, kateterisasi, dan infus, secara po-tensial dapat merupakan penyebab
infeksi. Kuman penyebab paling sering adalah streptococcus. (10)
Osteomielitis dan artritis septik pada bayi biasanya disertai destruksi yang luas dari tulang,
tulang rawan, dan jaringan lunak sekitarnya. Pada neonatus ada hubungan antara pembuluh darah
epifisis dengan pernbuluh darah metafisis, yang disebut pembuluh darah transfiseal, hubungan ini
menyebabkan mudahnya infeksi meluas dari metafisis ke epifisis dan sendi. Kadang-kadang
osteomielitis pada bayi juga dapat mengenai tulang lain seperti maksila, vertebra, tengkorak, iga, dan
pelvis. (10)
Tanda paling dini yang dapat ditemukan pada foto roentgen ialah pembengkakan jaringan
lunak dekat tulang yang terlihat kira kira 3 hari setelah infeksi. Demineralisasi tulang terlihat kira-kira
7 hari setelah infeksi dan disebabkan hiperemia dan destruksi trabekula. Destruksi korteks dan sebagai
akibatnya pembentukan tulang subperiosteal terlihat pada kira-kira 2 minggu setelah infeksi, lihat
gambar

2.21.

(10)

2.7 Osteomielitis pada tulang lain


2.7.1 Tengkorak
Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai akibat perluasan infeksi di kulit
kepala atau sinusitis frontalis. (10),(17) Proses destruksi bisa setempat atau difus. Reaksi periosteal
biasanya tidak ada atau sedikit sekali.(10)
2.7.2 Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau ekstraksi gigi. Namun, infeksi
osteomielitis juga dapat menyebabkan fraktur pada mulut.(10),(17) Infeksi terjadi melalui kanal pulpa
merupakan yang paling sering dan diikuti hygiene oral yang buruk dan kerusakan gigi.
13

2.7.3 Pelvis
Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian sayap tulang ilium dan
dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Sendi sakroiliaka jarang terjadi. Pada foto terlihat gambaran

destruksi tulang yang luas, bentuk tak teratur, biasanya dengan sekwester yang multipel. Sering
terlihat sklerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering disertai abses dan fistula.(10)
Bedanya dengan tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat, dan pada tuberkulosis
abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis diferensial perlu dipikirkan kemungkinan
keganasan. (10)
Osteitis pubis merupakan infeksi bagian bawah yang sekitar simfisis pubis yang merupakan
komplikasi dari operasi dari prostat dan kandung kemih atau , jarang akibat operasi pelvis lainnya.
(17)
2.7.4 Kaki
Luka tusuk pada kaki sering terjadi pada anak-anak dan pada masyarakat yang berjalan kaki
tanpa alas kaki. Infeksi jaringan lunak dapat mengarah kepada terjadinya osteomielitis, sering disertai
dengan kerusakan sendi. (17) Osteomielitis secara radiografis diidentifikasi oleh adanya
pembengkakan jaringan lunak, daerah radioluscen atau daerah destruktif dalam tulang itu sendiri, atau
reaksi periosteal focal. (7)
2.7.5 Osteomielitis Pada Tulang Belakang
Vertebra adalah tempat yang paling umum pada orang dewasa terjadi osteomielitis secara
hematogen. Organisme mencapai badan vertebra yang memiliki perfusi yang baik melalui arteri
tulang belakang dan menyebar dengan cepat dari ujung pelat ke ruang diskus dan kemudian ke badan
vertebra. Sumber bakteremia termasuk dari saluran kemih (terutama di kalangan pria di atas usia 50),
abses gigi, infeksi jaringan lunak, dan suntikan IV yang terkontaminasi, tapi sumber bakteremia
tersebut tidak tampak pada lebih dari setengah pasien. Diabetes mellitus yang membutuhkan suntikan
insulin, suatu prosedur invasif medis baru-baru ini, hemodialisa, dan penggunaan narkoba suntikan
membawa peningkatan risiko infeksi tulang belakang. Banyak pasien memiliki riwayat penyakit sendi
degeneratif yang melibatkan tulang belakang, dan beberapa melaporkan terjadinya trauma yang
mendahului onset dari infeksi. Luka tembus dan prosedur bedah yang melibatkan tulang belakang
dapat menyebabkan osteomielitis vertebral nonhematogeno atau infeksi lokal pada diskus vertebra.
(3)
Osteomielitis pada vertebrae jarang terjadi, hanya 10% dari seluruh infeksi tulang (Epstein,
1976), dan dapat muncul pada seluruh usia. (17) Kuman penyebab terbanyak ialah Staphylococcus
aureus
dan Eschericia coli. (15) Pasien yang menderita penyakit ini sering memiliki riwayat infeksi
14
kulit atau pelvis. Penyebaran infeksi biasanya menuju badan vertebra daripada bagian yang lainnya,
dan pada bagian yang mengandung banyak darah. Badan vertebrae memiliki banyak pembuluh darah,
khususnya di bawah end plate dimana terdapat sinusoid yang besar dengan aliran pelan sehingga

berpotensi untuk terjadi infeksi. Osteomielitis spinal lebih banyak terjadi pada regio lumbalis daripada
regio cervix dan sacrum.(17)
Kelainan ini lebih sulit untuk didiagnosis. Gejala umumnya lebih ringan dibandingkan
osteomielitis akut. Biasanya ada demam, rasa sakit pada tulang dan spasme otot.(10) Pada anak, anak
akan mengeluh nyeri punggung dan pada pemeriksaan didapat spasme hebat otot erektor trunkus
sehingga mirip gejala rangsangan meningeal, seperti nyeri pada elevasi kaki lurus atau fleksi leher dan
anak tidak mau atau tidak mampu membungkuk.(15) Proses lebih sering mengenai korpus vertebra
dan dapat timbul sebagai komplikasi infeksi saluran kencing dan operasi panggul.(10)
Pada stadium awal tanda-tanda destruksi tulang yang menonjol, selanjutnya terjadi
pembentukan tulang baru yang terlihat sebagai sklerosis. Lesi dapat bermula di bagian sentral atau
tepi korpus vertebra. (10)
Pada lesi yang bermula di tepi korpus vertebra, diskus cepat mengalami destruksi dan sela
diskus akan menyempit.(10) Penyempitan sendi antar diskus (antar korpus) vertebra dapat dilihat
setelah penyakit berjalan lebih dari 2 (dua) minggu. (15) Dapat tirnbul abses paravertebral yang
terlih'at sebagai bayangan berdensitas jaringan lunak sekitar lesi. Di daerah torakal, abses ini lebih
mudah dilihat karena terdapat kontras paru-paru. Di daerah lumbal lebih sukar untuk dilihat, tanda
yang penting adalah bayangan psoas menjadi kabur. (10)
Untuk membedakan penyakit ini dengan spondilitis tuberkulosis, sukar; biasanya pada
osteomielitis akan terlihat sklerosis, destruksi diskus kurang, dan sering timbul penulangan antara
vertebra

yang

terkena

proses

dengan

2.8

vertebra

di

dekatnya

(bony

bridging).

(10)

Penatalaksanaan
Antibiotik harus diberikan hanya setelah didapatkan hasil kultur.(3),(4) Penggunaan obat

bakterisida telah direkomendasikan, meskipun data yang menunjang masih kurang. Antibiotik harus
diberikan pada dosis tinggi, dengan demikian, untuk sebagian besar obat, administrasi secara
parenteral diperlukan. Terapi empiris dipandu oleh temuan pada pewarnaan Gram dari spesimen
tulang atau abses atau antibiotik dipilih untuk menutupi kemungkinan besar patogen; terapi seperti
biasanya biasanya harus mencakup obat dosis tinggi yang aktif terhadap S. aureus (seperti oxacillin,
nafcillin, cefazolin , atau vankomisin) atau-jika organisme gram-negatif yang mungkin terlibat maka
dapat digunakan sefalosporin generasi ketiga, aminoglikosida, atau sebuah fluorokuinolon. Terapi
empiris juga harus meliputi obat yang aktif terhadap bakteri anaerob dalam penentuan suatu ulkus
15
dekubitus
atau infeksi kaki diabetes. (3)

Outpatient parenteral antimicrobial therapy (OPAT) atau terapi antimikroba parenteral rawat
jalan yang sesuai untuk pasien dapat membuat pasien termotivasi dan stabil, dan hal ini merupakan

kemajuan penting dalam manajemen pengobatan osteomielitis. Antibiotik yang memerlukan dosis
yang jarang, seperti ceftriaxone, ertapenem, daptomycin, dan vankomisin, dapat memfasilitasi terapi
rumah, tapi pilihan antibiotik ini memiliki spektrum aktivitas yang terlalu luas.(3)
Setelah pemberian terapi parenteral selama 5-10 hari dan setelah terjadi resolusi dari tandatanda infeksi aktif, antibiotik oral telah sukses digunakan pada anak-anak dengan osteomielitis
hematogen. Dosis penisilin atau sefalosporin oral yang diperlukan untuk pengobatan osteomielitis
pediatrik adalah dosis tinggi, dan orang dewasa mungkin tidak mentolerir dosis seperti juga pada
anak-anak. Dengan pengecualian dari fluoroquinolon, rifampisin, dan linezolid, beberapa data
mendukung penggunaan antibiotik oral untuk orang dewasa dengan osteomielitis. Untuk pengobatan
infeksi karena Enterobacteriaceae, oral fluorokuinolon telah berhasil seperti pemberian antibiotik Blactam secara IV. Perhatian harus dilakukan dalam penggunaan fluoroquinolones sebagai agen tunggal
untuk pengobatan infeksi karena resistensi S. aureus atau P. aeruginosa dapat berkembang selama
terapi.(3)
Dapat dilakukan secara bedah melalui drainase dan mengeluarkan tulang mati (sequestrum)
tetapi

2.9

sering

terjadi

Differential

kekambuhan.

(14)

Diagnosis

Biasanya, gambaran radiografi osteomyelitis sangat karakteristik dan diagnosis mudah dibuat
sesuai dengan riwayat klinis, dan pemeriksaan radiologis tambahan seperti skintigrafi, CT, dan MRI
jarang diperlukan. Namun demikian, osteomyelitis dapat juga meniru kondisi lainnya. Khususnya
dalam bentuk akut, osteomielitis mungkin menyerupai histiocytosis sel Langerhans atau sarkoma
Ewing. Perubahan jaringan lunak pada masing-masing kondisi, bagaimanapun, adalah khas dan
berbeda. Pada osteomyelitis, pembengkakan jaringan lunak adalah diffuse, dengan hilangnysa fasia,
sedangkan histiocytosis sel Langerhans , tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak yang
signifikan atau massa. Perluasan dari sarkoma Ewing ke dalam jaringan lunak muncul sebagai massa
jaringan lunak yang jelas dengan fasia tetap ada. Durasi gejala pasien juga memainkan peranan
penting diagnostik. Tumor seperti sarkoma Ewing membutuhkan waktu 4-6 bulan untuk
menghancurkan tulang pada tingkat/keadaan yang sama dengan osteomyelitis yang membutuhkan
waktu hanya dalam 4 sampai 6 minggu, dan histiocytosis sel Langerhans membutuhkan waktu hanya
7 sampai 10 hari saja. Meskipun keadaan yang berbeda ini, namun pola kerusakan tulang secara
radiografi, reaksi periosteal, dan lokasi dalam tulang mungkin sangat mirip pada tiga kondisi ini. (1)
16

BAB III
KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang atau sumsum tulang. Osteomielitis dapat meyerang orang
pada semua usia. Pemeriksaan penunjang atau pencitraan yang dapat dilakukan adalah foto polos, CT
scan, MRI, dan Radioisotop bone scan, yang memiliki keunggulan masing-masing. Pada pemeriksaan
foto polos radiologi akan kita dapatkan hilangnya gambaran fasia, gambaran litik pada tulang
(radiolusen), sequester dan involucrum. Pada CT scan pun akan didapatkan gambaran serupa, namun
gambaran tampak lebih jelas, gambaran didapat dari segala arah dan CT scan adalah pemeriksaan
terbaik untuk biopsy guiding. Jaringan yang keras secara umum lebih baik ditunjukan oleh CT scan.
Gambaran MRI lebih jelas menunjukkan perluasan patologis tulang dan jaringan lunak sekitarnya.
Sedangkan pemeriksaan scan radioisotop sensitif untuk osteomielitis disebabkan sifat radioisotop
pada bone scan akan memperlihatkan daerah kerusakan sel tulang atau gambaran kehitaman yang
memusat pada daerah sel-sel yang rusak, namun tidak spesifik, karena kerusakan sel tidak hanya
ditunjukan oleh osteomielitis saja.
Gambaran radiografi foto polos osteomyelitis sangat khas dan diagnosis dapat mudah dibuat
disesuaikan dengan riwayat klinis, sehingga pemeriksaan radiologis tambahan lainnya seperti
skintigrafi,

17

CT,

dan

MRI

jarang

diperlukan.

18

You might also like