You are on page 1of 23

I.

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. T

Umur

: 40 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pendidikan terakhir

: SD

Pekerjaan

: Pedagang

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Jawa

Alamat

: Kedondong, Pesawaran

Status perkawinan

: Kawin

Nomor CM

: 02-84-00

Tanggal Masuk

: 2 Februari 2016

Tempat,Tanggal Pemeriksaan

: Ruang Melati, 15 Februari 2016


Pukul 12.00 WIB

B. ANAMNESIS PSIKIATRI (Autoanamnesis)


I.

RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan Utama
Gaduh Gelisah
b. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 2 Februari 2016. Pasien dibawa
ke rumah sakit oleh keluarga pasien. Pasien tidak tahu mengapa dirinya
dibawa ke rumah sakit jiwa. Menurut pasien dirinya baik-baik saja. Dari
anamnesis didapatkan bahwa ia pernah dipukul pada bagian dahi oleh
seseorang yang tiba-tiba datang ke rumahnya 3 tahun yang lalu.
Menurutnya, orang yang memukulnya itu wajahnya menyerupai
suaminya.Pasien mengatakan saat pasien dipukul, pasien membalas
dengan mencakar-cakar orang tersebut kemudian orang itu menghilang.
Pasien mengatakan semenjak ia dipukul, ia menjadi bingung saat berada

di rumah dan malas untuk mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari .


Selain itu, pasien mengatakan bahwa ia melihat seekor kukang di kamar
tidurnya, pasien juga mengatakan sering melihat hantu pasangan yang
sangat menggangu, dan dan merasa ada luwing yang berjalan di
kepalanya. Menurutnya, hal ini dikarenakan dirinya sedang di teluh oleh
seseorang. Pasien juga mengatakan ia curiga kepada tetangganya yang
memiliki warung seperti dirinya, ia merasa tetangganya membenci
dirinya dan tetangganya ingin mendukuni dirinya agar warung nya sepi.
Hal ini membuat nya menjadi takut. Pasien sering mendapat bisikan dari
arwah kakek buyutnya, dimana bisikan itu menyuruhnya untuk pergi ke
suatu tempat dimana disana terdapat Lurah yang dapat mengobati segala
macam penyakit. Pasien mengatakan bahwa ia menuruti perintah itu, ia
pergi berjalan kaki pada malam hari dan ia menuju kuburan untuk
sampai ke rumah Lurah tersebut. Di kuburan itu terdapat makam orang
hebat yang dapat mengobatinya. Ia pun rutin membersihkan makam
tersebut setiap hari.
Pasien mengatakan bahwa ia dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena merasa
sakit setelah dipukul oleh orang yang menyerupai suaminya tersebut.
c. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma kepala disangkal, riwayat hipertensi disangkal,
riwayat diabetes melitus disangkal, riwayat infeksi dan penyakit berat
lainnya disangkal, riwayat kejang disangkal.
b. Riwayat Gangguan Jiwa Sebelumnya
Pasien pernah dirawat terkait gangguan psikiatri sebelumnya. 19
tahun yang lalu, pasien dirawat karena pasien merasa depresi akibat
putus cinta. Dulu. Pasien mengatakan bahwa ia merasa banyak orang
yang menyukai dirinya, pasien juga mengatakan pernah merasa
seperti disetubuhi oleh seseorang.

c. Riwayat Penggunaan Zat Adiktif


Pasien dan keluarga menyangkal penggunaan zat psikoaktif, merokok,
dan minuman beralkohol.
II.

RIWAYAT PRAMORBID
a. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien lahir normal, cukup bulan, dibantu oleh dukun, tidak ada
kecacatan waktu lahir.
b. Riwayat Bayi dan Balita
Pasien mengatakan tidak ada masalah saat bayi dan balita.
c. Riwayat Anak dan Remaja
Pasien mengatakan ketika masa anak dan remaja saat usia sekolah, .jika
ada masalah, ia menceritakan kepada anggota keluarga atau teman.

III.

RIWAYAT PENDIDIKAN
Pendidikan terakhir pasien yakni SLTP.

IV.

RIWAYAT PERKAWINAN
Pasien menikah sebanyak dua kali, pernikahan pertama tahun 1990,
dikaruniai satu orang anak dan bercerai pada tahun 1992 karena faktor
ekonomi, anak pertama ikut dengan mantan suami pasien. Pernikahan kedua
pada tahun 2000, dan dikaruniai satu orang anak perempuan yang tinggal
bersama pasien.

V.

RIWAYAT PEKERJAAN
Pasien bekerja sebagai pedagang. Pasien memiliki warung di rumahnya,
terkadang, pasien berjualan di sekolah dasar dekat rumahnya.

VI.

RIWAYAT KEHIDUPAN KELUARGA


Pasien merupakan anak ke tujuh dari sepuluh bersaudara. Sejak kecil,
pasien dirawat dan diasuh oleh kedua oang tua nya. Pasien hidup dalam
keluarga yang memiliki status ekonomi menengah kebawah.

VII.

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien mengatakan memiliki masalah dalam ekonomi, yakni pasien belum
memiliki rumah sendiri dan tidak mempunyai televisi. Pasien juga
mengatakan bahwa suaminya tidak bekerja, dan ia sering bertengkar
dengan suaminya. Untuk kehidupan sosialnya, pasien sering berinteraksi
dengan tetangga atau lingkungan sekitar. Namun, pasien menaruh curiga
kepada tetangga samping rumahnya.

VIII. RIWAYAT RELIGI


Pasien beragama Islam. Pasien mengatakan tidak pernah shalat kecuali saat
Idul Fitri dan Idul Adha.
IX.

GENOGRAM

Keterangan:
: Laki-laki
: Wanita
: Pasien
: Meninggal
X.

SITUASI SEKARANG
Pasien tinggal bersama suami dan anak pasien.

XI.

PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANNYA


Pasien kadang merasa dirinya sakit dan tidak mengerti tentang penyakitnya.
Terkadang pasien merasa tidak sakit. Pasien mau berobat dan dirawat inap
4

dikarenakan pasien merasa di rumah sakit jiwa pasien memiliki banyak


teman dan pasien ingin sembuh.
C. STATUS MENTAL
I. Deskripsi Umum
a. Sikap : kooperatif
b. Kesadaran : kompos mentis
c. Penampilan :
Seorang wanita terlihat sesuai usianya memakai seragam Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Lampung, penampilan terkesan cukup rapi,
tidak mengenakan make up, perawakan mungil, kurus, kulit sawo
matang, rambut terpotong pendek, tidak disisir, kuku pendek dan
kebersihan diri cukup baik.
d. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien duduk dengan tenang. Kontak mata
dengan pemeriksa penuh, baik.
e. Pembicaraan
Spontan, jelas, lancar, intonasi sedang, volume cukup, kualitas
baik, kuantitas sedang, amplitudo sedang, artikulasi baik.
II.

III.

Keadaan Afektif
a. Mood

: eutimia

b. Afek

: luas dan serasi

c. Keserasian

: appropriate

Gangguan Persepsi :
a. Halusinasi

: ada (auditorik, visual, olfaktori, taktil)

b. Ilusi

: tidak ada

c. Depersonalisasi

: tidak ada

d. Derealisasi

: tidak ada

IV.

Proses Berpikir :
a. Arus pikiran :
1. Produktivitas

:Cukup, pasien dapat menjawab spontan bila


diajukan pertanyaan.

2. Arus pikir

: Koheren

b. Isi pikiran
Waham curiga, waham kejaran dan waham rujukan.
V.

Fungsi Kognitif
1. Memori : jangka panjang, menengah, pendek, segera : baik
2. Pengetahuan umum : baik
3. Daya konsentrasi :baik
4. Orientasi : waktu, tempat, orang : baik
5. Pikiran abstrak : dari tiga peribahasa, hanya satu yang tepat.
6. Kalkulasi : dari lima kali pengurangan, pasien bisa menjawab dengan
benar sebanyak tiga kali.
7. Verbalisasi : baik

VI.

Daya Nilai
a. Norma sosial

: Tidak terganggu

b. Uji daya nilai

: Tidak terganggu

c. Penilaian realitas

: Pasien mendengar bisikan dari arwah kakek


buyutnya, mengaku dipukul, melihat kukang,
melihat hantu pasangan, merasa ada luwing di
kepalanya yang orang lain tidak dapat
mendengar dan melihat hal tersebut.

VII.

Tilikan
Tilikan derajat dua, yakni ambivalensi terhadap penyakitnya.

VIII. Taraf Dapat Dipercaya


Hal yang diungkapkan pasien dapat dipercaya dan terkesan tidak dibuatbuat.
D.Pemeriksaan Diagnostik
a. Tanda-tanda vital:
TD

= 120/80 mmHg

N = 84 x/menit
P = 20 x/menit
S = 36,6C (afebris)
b. Pemeriksaan Fisik
Mata

: Tidak ditemukan kelainan

Hidung

: Tidak ditemukan kelainan

Telinga

: Tidak ditemukan kelainan

Paru

: Tidak ditemukan kelainan

Jantung

: Tidak ditemukan kelainan

Abdomen

: Tidak ditemukan kelainan

Ekstremitas

: Tidak ditemukan kelainan

E. Ikhtisar Penemuan Bermakna


Pasien Ny. T, 40 tahun, tamat SLTP, Islam, suku Jawa, beralamat di
Kedondong, Pesawaran. Pasien sudah menikah sebanyak dua kali. Telah
dilakukan autoanamnesa pada tanggal 15 Februari 2016 pukul 11.00 WIB.
Pasien terlihat sesuai usianya memakai seragam Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Lampung, penampilan terkesan cukup rapi, tidak mengenakan make up,
perawakan mungil, kurus, kulit sawo matang, rambut terpotong pendek, tidak
disisir, kuku pendek dan kebersihan diri cukup baik.
Pasien dibawa dengan keluhan gaduh gelisah. Saat wawancara pasien dalam
keadaan tenang, kooperatif, kontak mata baik. Pembicaraan spontan, lancar,

intonasi sedang, volume cukup, kualitas cukup, kuantitas cukup, amplitudo


sedang dan hal yang diungkapkan terkesan tidak dibuat-buat.
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan keterangan bahwa pada pasien ini
terdapat halusinasi visual (melihat kukang, melihat hantu pasangan), halusinasi
auditori (mendapat bisikan dari arwah kakek buyut), halusinasi olfaktori
(pasien merasa seperti mencium bau bangkai atau telur busuk), dan halusinasi
taktil (merasa ada luwing yang berjalan di dahi nya). pasien juga memiliki
waham curiga (curiga tetangga nya tidak menyukainya), waham kejaran
(merasa tetangganya berniat mendukuni dan meneluhnya) dan waham rujukan
(merasa dipukul oleh orang yang menyerupai suaminya). Keadaan ini muncul
sejak 3 tahun yang lalu.
Pasien menjalani pendidikan hingga tamat SLTP. Pasien memiliki daya
konsentrasi baik, memori segera, jangka pendek, menengah dan panjang baik.
Orientasi tempat, waktu dan orang baik. Penilaian realitas terganggu, Pikiran
abstrak kurang, dari tiga peribahasa, hanya satu yang tepat. Kalkulasi kurang,
dari lima kali pengurangan, pasien bisa menjawab dengan benar sebanyak tiga
kali.

F.Formulasi Diagnosis
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa (kriteria WHO).
Setelah dilakukan anamnesis, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, kejang
sebelumnya ataupun adanya kelainan organik, serta tidak ada riwayat
penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan
diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1).
Pada pasien didapatkan halusinasi visual,taktil, audiorik dan olfaktorik, serta
waham kejaran, waham rujukan, dan waham curiga. Hal ini sudah
berlangsung lama sehingga didapatkan aksis I diagnosis skizofrenia
8

paranoid (F.20.0). Pada skizofrenia paranoid, waham dan halusinasi


menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh. Pada
pasien ini dapat dilihat jika waham dan halusinasi sangat menonjol tetapi
afeknya masih dalam batas normal dan pembicaraan masih baik. Pada pasien
ini tidak terdapat adanya gangguan kepribadian, serta pasien juga mampu
sekolah sampai tingkat SLTP, sehingga menyingkirkan diagnosis retardasi
mental (F.70), sehingga pada aksis II tidak ada diagnosis gangguan
kepribadian. Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik,
sehingga pada aksis III tidak ada diagnosis. Pada aksis IV terdapat
masalah Primary Support Group dimana pasien memiliki suami yang
tidak bekerja dan sering bertengkar dengan pasien. Penilaian Global
Assessment of Fungtional (GAF) Scale yaitu 90-81 karena terdapat gejala
minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa.
sedangkan GAF tertinggi selama satu tahun terahir adalah 70-61 (beberapa
gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
masih baik) menjadi diagnosis untuk aksis V.
G.Evaluasi Multiaksial
Aksis I

: Skizofrenia paranoid (F20.0)

Aksis II

: Tidak ada

Aksis III

: Tidak ada

Aksis IV

: Masalah Primary Support Group

Aksis V

: GAF 70-61 (HLPY)


GAF 90-81 (saat ini)

H.Daftar Problem
1. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna.
2. Psikologik
Pada pasien ditemukan gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik,
visual, taktil dan olfaktori, serta gangguan isi pikir yang berupa waham
kejaran, curiga, dan rujukan sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.

3. Sosiologik
Pada pasien tidak ditemukan kesulitan dalam berhubungan sosial.
I.Prognosis
a.
c.

Quo ad vitam

: Dubia ad bonam

b. Quo ad functionam

: Dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: Dubia ad bonam

J.Rencana Terapi
A. Psikofarmaka :
Antipsikosis tipikal : Chlorpromazine tab 25mg 1x1
Antipsikosis atipikal : Risperidon tab 2mg 2x2
Anti Kolinergik : Tryhexylpenidil tab 2mg 2x2
B. Psikoterapi
1. Psikoterapi supportif
a. Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan dan efek samping pengobatan
b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin
kontrol.
c. Membantu

pasien

untuk

menerima

kenyataan

dan

menghadapinya.
d. Mendorong pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari secara bertahap.
e. Menggali kemampuan yang ada pada diri pasien agar bisa
dikembangkan.
2. Psikoedukasi
Kepada keluarga :
a. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien
tentang gangguan yang dialami pasien.

10

b. Menyarankan kepada keluarga pasien agar lebih berpartisipasi


dalam pengobatan pasien secara teratur seperti memberikan
suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan
pemeli/Haran

pasien, mengingatkan pasien agar teratur minum

obat, serta mengantar pasien saat pasien kontrol


K.Pembahasan/Tinjauan Pustaka
a.

Apakah diagnosis sudah tepat?


Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang dilakukan kepada
pasien. Penegakan diagnosis aksis I berdasarkan adanya halusinasi
auditorik, taktil, visual dan olfaktorik, terdapat halusinasi visual
(melihat kukang, melihat hantu pasangan), halusinasi auditori
(mendapat bisikan dari arwah kakek buyut), halusinasi olfaktori (pasien
merasa seperti mencium bau bangkai atau telur busuk), dan halusinasi
taktil (merasa ada luwing yang berjalan di dahi nya). pasien juga
memiliki waham curiga (curiga tetangga nya tidak menyukainya),
waham

kejaran

(merasa

tetangganya

berniat

mendukuni

dan

meneluhnya) dan waham rujukan (merasa dipukul oleh orang yang


menyerupai suaminya). Keadaan ini muncul sejak 3 tahun yang lalu.
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat psikotik. Dari data ini
menjadi dasar diagnosis bahwa pasien menderita skizofrenia (F.20)
sekaligus menyingkirkan diagnosis gangguan psikotik akut (F.23).

Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis bervariasi, namun sangat


mengganggu, psikopatologi yang mencakup kognisi, emosi, persepsi,
dan aspek lain dari perilaku. Ekspresi dari manifestasi ini bervariasi
pada semua pasien dan dari waktu ke waktu, tetapi efek dari penyakit
ini selalu berat dan biasanya berlangsung lama. Dimana gejala-gejala
khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih, dan harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi. Pada pasien ini
didapatkan halusinasi auditorik, taktil, visual dan olfaktorik, terdapat
11

halusinasi visual (melihat kukang, melihat hantu pasangan), halusinasi


auditori (mendapat bisikan dari arwah kakek buyut), halusinasi olfaktori
(pasien merasa seperti mencium bau bangkai atau telur busuk), dan
halusinasi taktil (merasa ada luwing yang berjalan di dahi nya). pasien
juga memiliki waham curiga (curiga tetangga nya tidak menyukainya),
waham

kejaran

(merasa

tetangganya

berniat

mendukuni

dan

meneluhnya) dan waham rujukan (merasa dipukul oleh orang yang


menyerupai suaminya). Keadaan ini muncul sejak 3 tahun yang lalu,
sehingga dapat didiagnosis sebagai suatu Skizofrenia.
Pada skizofrenia paranoid, waham dan halusinasi menonjol sedangkan
afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh. Pada pasien ini dapat
dilihat jika waham dan halusinasi sangat menonjol tetapi afeknya masih
dalam batas normal dan pembicaraan masih baik (Maslim,2002).
b. Apakah rencana terapi sudah tepat?
Pemberian terapi pada kasus ini kurang tepat, pemberian obat
antispikotik generasi pertama dan generasi kedua seharusnya tidak
dikombinasi. Mekanisme Kerja Antipsikotik menghambat reseptor
dopamine (D2) di sistem limbis otak dan di samping itu juga
menghambat reseptor D1/D2 ,1 (dan 2) adrenerg, serotonin, muskarin
dan histamin (Tjay dan Rahardja, 2007).
Pada pasien ini diberikan obat Risperidon tablet 2mg 2x2, terapi ini
sudah tepat. Risperidon merupakan obat SGA (Second generation
antipsychotic) Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor-D2 dan
-5HT2, dengan perbandingan afinitas 1:10 juga dari reseptor-1,-2,
dan H1. Blokade 1 dan 2 dapat menimbulkan masing-masing
hipotensi dan depresi sedangkan blokade H1 berkaitan dengan sedasi
(Tjay dan Rahardja, 2007).

12

Pemberian obat antikolinergik Triheksifenidil 2x2 mg diperbolehkan


dalam terapi pasien ini. Beberapa penelitian mendukung pola Pemberian
obat triheksifenidil langsung diberikan bersama dengan obat antipsikotik
sejak awal pengobatan atau sebelum muncul EPS dengan alasan
meningkatkan kepatuhan berobat karena beberapa obat antipsikotik
menimbulkan EPS yang tidak menyenangkan serta mengakibatkan
pasien menolak meneruskan pengobatannya. Untuk pasien rawat inap,
kejadian EPS dapat diatasi dengan segera; sedangkan dengan EPS yang
terjadi pada pasien rawat ijalan tidak dapat segera diatasi karena
memang ada hambatan untuk mengenali tanda EPS bagi keluarga atau
pendamping pasien. Dengan diberikannya obat triheksifenidil bersama
dengan obat anti-psikotiksecara langsung pada saat pertama berobat
diharapkan tidak muncul EPS sehingga pasien dapat dengan sukarela
meneruskan pengobatannya (Wijono, 2013).
Pemberian obat triheksifenidil dapat menimbulkan efek samping yang
serius, seperti munculnya kembali gejala psikotik berupa halusinasi,
agresif, kebingungan (psikosis toksik). Selain efek samping dari
triheksifenidil yang bekerja menghambat reseptor asetilkolin muskarinik
dapat berupa gejala-gejala sebagai berikut: pandangan mata menjadi
kabur, konstipasi, produksi air liur berkurang, fotofobia, berkurangnya
produksi keringat, hipertermia, sinus takikardi, retensi urin, penurunan
daya ingat, mencetuskan asma, mencetuskan glaukoma sudut sempit,
menimbulkan hambatan ejakulasi, menimbulkan retrograt ejakulasi dan
dapat menimbulkan delirium hingga koma. Dengan diketahuinya
berbagai efek samping yang dapat timbul akibat penggunaan obat
triheksifenidil, maka WHO mengeluarkan sebuah konsensus yang
memberi panduan tentang penggunaan triheksifenidil tersebut (Stanilla,
2004, WHO 1990).
Pada panduan konsensus WHO disebutkan bahwa pemberian obat
triheksifenidil bersama dengan obat antipsikotik untuk mencegah

13

munculnya EPS harus diawasi dengan melakukan evaluasi ulang tiap


tiga bulan dengan mengurangi dosis triheksifenidil tersebut sampai
hilang. Bila timbul EPS akibat pengurangan dosis triheksifenidil, dosis
dikembalikan ke dosis terapi dan tiap enam bulan dievaluasi ulang
(Stanilla, 2004, WHO 1990).
Obat klorpromazin merupakan obat golongan FGA (First generation
antipsychotic) bekerja dengan cara menghambat 1 adrenoreseptor lebih
kuat dari reseptor D2. Obat ini juga menghambat reseptor serotonin 5HT2 dengan kuat. Tetapi afinitas untuk reseptor D1 seperti diukur
dengan

penggeseran

ligan

D1

yang

selektif,

relatif

lemah

(Katzung,2002). Pemberian obat ini seharusnya tidak boleh dikombinasi


dengan SGA. Jika sudah diterapi dengan SGA maka tidak boleh dibeikan
FGA (Katzung, 2002). Penggunaan obat kombinasi antara FGA dan
SGA boleh diberikan jika sudah pada algoritma tahap ke 6. Dimana
sudah melewati tahap 1 yaitu pemberian SGA tunggal, tahap 2
pemberian SGA tunggal selain pada tahap 1, kemudian tahap 2A
pemberian FGA atau SGA tunggal selain jenis obat yang sudah
diberikan, tahap 3 pemberian Clozapin, tahap 4 pemberian clozapin +
FGA atau SGA, tahap 5 Pemberian FGA atau SGA tunggal selain dari
semua jenis obat yang telah diberikan, tahap 6 kombinasi FGA+SGA,
kombinasi antara FGA atau SGA, kombinasi dengan mood stabilizer
(Dipiro et al, 2006).

14

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: FKUI; 2013.


Maramis W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Maslim, Rusdi. 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya : Jakarta
Maslim, Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika.
Edisi Ketiga. Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya : Jakarta
Tan Hoan, Tjay & Rahardja, Kirana. 2002. Obat-Obat Penting. Gramedia : Jakarta
Stanilla JK, Simpson GM. 2004. Drugs to treat extrapyramidal side effects. In:
Schatzberg AF, Nemeroff CB, editors. The American Psychiatric Publishing
textbook of psychopharmacology 3rd ed. Arlington; The American Psychiatric
Publishing;. p. 519 -37.
Wijono R, Nasrun MW, Damping CE, 2013. Gambaran dan Karakteristik
Penggunaan Triheksifenidil pada Pasien yang Mendapat Terapi Antipsikotik. J
Indon Med Assoc. (63)1: 1-7
WHO. 1990. Prophylactic use of anticholinergics in patients on longterm
neuroleptic treatment. A consensus statement. World Health Organization heads
of centres collaborating in WHO co-ordinated studies on biological aspects of
mental illness. Br J Psychiatry.;156:412.

15

Katzung. 2002. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 12. Jakarta: EGC
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., and Dipiro, C.V. 2006,.
Pharmacotherapy Handbook, Seventh Edition, 799-813, McGraw-Hill Medical,
New York.

16

LAMPIRAN

AUTOANAMNESIS TANGGAL 15 FEBRUARI 2016


T

: Selamat siang bu. Perkenalkan saya dokter muda disini,nama saya dokter
Dini. Kita ngobrol-ngobrol sebentar ya bu, boleh? Saya ingin tahu
perkembangan ibu selama disini bagaimana, apakah ada keluhan-keluhan
lain,yang ibu rasakan disini, bersedia bu? Nama saya Dini bu, nanti di akhir
saya mau tanya lagi nama saya siapa, diingat ya bu nama saya Dini.

: iya, boleh. Iya. Dini

17

: Nama ibu siapa?

: Saya Tentrem. Tentrem Amiyati. (benar)

: Oh ibu Tentrem Amiyati. Mau dipanggil apa bu? Bu Tentrem saja boleh?

: iya boleh dipanggil bu Tentrem

: Bu Tentrem usianya berapa?

: 40 tahun (benar)

: Ibu masih ingat lahir tanggal berapa?

: 15 bulan 11 tahun 1975 (benar)

: Ibu alamatnya dimana ?

: Di Kedondong (benar)

: Maaf bu, ibu dulu sekolah? Terakhir tamatan apa ?

: SLTP (memori jangka panjang (+))

: Ibu sudah menikah ya?

: sudah

: maaf bu, ini pernikahan yang keberapa bu?

: saya pertama kali nikah tahun 1997 tapi cerai Cuma dua tahun. Suami saya
gak kerja makanya cerai. Nikah kedua tahun 2000.

: Oh, ibu punya anak dengan suami pertama?

: iya punya satu. Laki-laki tapi ikut sama bapaknya.

: kalau nikah kedua bu? Ibu punya anak?

: iya satu juga. Perempuan tinggal sama saya sama Pak Jatam (suami).

: Ibu sebelum kesini kerja?

: iya saya dagang, saya punya warung dirumah, tapi kadang saya jualan
jajanan bawa bakul di sekolahan SD dekat rumah saya.

: Ibu orang jawa ya?

: iya saya asli orang gading.

: ibu maaf ibu muslim?

: iya saya islam. Tapi saya gak pernah sembahyang, saya paling shalat kalau
idul fitri aja sama idul adha.

: ibu, ibu berapa bersaudara? Orang tua ibu masih sehat bu?

: saya anak ketujuh sodara saya ada 10. Orang tua saya sudah meninggal.
Kakak saya ada yang meninggal satu gantung diri.

18

: ohh kakak ibu gantung diri kenapa bu? Sering muncul di mimpi ibu gak?
Atau mengajak ibu ngobrol?

: gak tau mbak tiba-tiba gantung diri, dulu sih dia mimpiin saya pengen hidup
lagi katanya, tapi cuma sekali.

: ibu dulu lahir nya sama siapa bu? Sama dukun ya? Pernah sakit gak bu
waktu kecil?

: iya mbak sama dukun semua. Alhamdulillah gak pernah sakit mbak.

: ibu waktu kecil sampai gadis ibu tinggal sama siapa? Dulu waktu kecil
waktu sekolah ibu kalau ada masalah gimana bu? Cerita atau dipendam aja
bu?

: saya cerita mbak orangnya.saya tinggal sama orang tua saya mbak. Keluarga
saya ya orang susah mbak.

: Bu Tentrem, ibu tahu sekarang ada dimana?

: Ya, di Rumah Sakit Jiwa (Orientasi tempat baik)

: Sudah berapa lama disini bu?

: sudah dua mingguan, awalnya saya di ruangan itu (ruang gaduh gelisah)
terus disini

: di ruang itu (gaduh gelisah) berapa lama bu?

: Cuma semalem aja terus pindah kesini

: ibu pernah kesini sebelumnya ?

: iya pernah dulu. Tahun 1997 saya kesini dirawat di ruang mana gitu.

: ooh, dulu dirawat kenapa bu?ibu sakit?

: iya dulu saya itu putus cinta, saya pacaran sama Sinar (pacarnya) saya
dibohongin terus, terus saya depresi gitu. Saya minum paramex lima biji
dicampur soda.

: ooh,dulu ibu dengar bisikan gak? Atau ibu ngerasa ada yang raba-raba ibu?

: iya dulu saya kan banyak bener yang suka sama saya. Saya malah ngerasa
kayak digauli orang tapi gak ada.

: ooh gitu, saat itu ibu ada kepikiran mau udahin hidup ya bu? Kepikiran mau
mati aja gitu bu, ya?

: iya pengen bunuh diri saya waktu itu.

: kalau sekarang, ibu pernah ada kepikiran mau mengakhiri hidup gak bu?

19

: sekarang sudah gak ada mbak

: Ibu kesini dengan siapa bu? Naik apa?

: dengan suami saya, anak saya, sama mas Bagus (tetangga). naik mobil
(Memori jangka menengah baik)

: Ibu tahu gak kenapa ibu dibawa kesini? Atau misalnya suami atau anak ibu
bilang kalau ibu sering melamun, bicara sendiri gitu.

: Saya ini sehat, gak sakit. Saya dibawa kesini karena saya habis dipukul itu.

: dipukul siapa bu? Anak dan suami ibu lihat gak?

: ya waktu itu malem-malem, ada yang datang, laki-laki menyerupai suami


saya, terus dia mukul saya disini (menunjuk dahi) terus saya balas cakarcakar terus hilang. Anak saya kebangun, suami saya lagi ronda.

:Ibu dirumah sering gelisah gak? Atau mondar mandir, atau marah-marah
sampai ingin membanting barang? Atau pecahin kaca?

: ya saya gak gelisah, gak mondar-mandir. Cuma karena dipukul itu saya jadi
males ngapa-ngapain, masak males, mandi males, beres rumah males.
Biasanya saya kerjain semua itu. Kalo marah saya lebih banyak diem. Saya
sama suami saya sering berantem, tapi saya diem. Tapi saya pernah sih
banting piring makan suami saya.tapi Cuma sekali. Tapi semenjak saya sakit,
suami saya sering marah karena saya gak masak. Ya gimana lah namanya
males lagi sakit.suami saya kan gak kerja.

: ohh, jadi ibu sekarang merasa sakit ya bu?

: ya sakit gak sakit lah, saya ngerasa gak sakit tapi semenjak dipukul saya
sakit. Saya sih banyak doa aja.

: ibu pernah gak seperti dengar bisikan? Atau lihat bayangan orang, atau
bayangan gelap, atau cahaya?Atau diajak kemana gitu, atau disuruh apa gitu?

: iya saya sering dibisikin arwah kakek buyut saya. Katanya saya disuru
berobat cari rumah lurah di Wilayap (nama daerah). Katanya suruh lewatin
kuburan. Saya berangkat malem, saya ke kuburan disana ada kuburan orang
hebat saya main kesana. Tapi saya gak ngerasa takut, biasa aja. Terus saya
rajin bersihin makam itu. Nah, kata arwah kakek buyut saya, disana ada
Lurah hebat, gantung waras penyakit kalo sehat ya sehat selamanya, kalo

20

mati ya mati sekalian gitu. Disana dikasih air putih, janur kuning, sama daon
gitu.
T

: kalau bayangan bu?

: ya saya itu suka lihat ada hantu pasangan ya semenjak saya dipukul
kepalanya itu. Terus saya juga ngerasa saya kayak ada luwing di kepala saya.

: oo ya? Di kulit kepala atau di dalam kepala bu? Rasanya apa gremet-gremet
ya?

: iya di sini(perbatasan dahi dan rambut) iya gremet-gremet.

: ibu, kalau ibu lagi sedih ibu ngapain? Pernah gak ibu merasa sedih banget?
Sampai ingin akhriri hidup bu?

: dulu iya sekarang enggak saya banyak doa.

: kalau lagi sedih, ibu sampai minum-minum gak bu? Atau ibu pernah pakai
cimeng gitu atau obat apa atau seperti narkoba gitu?

: enggak mbak paling saya minum paramex, mana ada saya uang beli itu
mbak kan katanya mahal.

: ibu itu apa (botol)?

: botol (benar)

: pernah gak ibu liat misalnya botol jadi seperti pohon gitu?

: enggak pernah

: kalau itu apa bu? (jendela)

: jendela mbak (benar)

: ibu pernah gak lihat benda seolah bergerak? Misalnya gelas bergerak, atau
ibu lihat guling bisa lompat yang lihat Cuma ibu saja?

: gak pernah mbak. (ilusi tidak ada)

: ibu sekarang perasaannya bagaimana? Senang atau sedih atau marah? Kalau
sebelum kesini dua minggu yang lalu apa yang ibu rasakan?

: ya biasa aja mbak seneng- seneng aja, disini banyak teman.

: bu kalau ada udang di balik batu apa ya bu artinya?

: ya berarti ada yang sembunyi. (salah)

: bu, kalau saya bilang air susu dibalas dengan air tuba apa ya bu maksudnya?

: oo ya berarti ya sekarang kalau mbak kasih orang susu dibalesnya malah


dikasih baygon, gimana? Berarti jahat, baik dibalas jahat. (benar)

21

: kalau telur di ujung tanduk?

: ya telur jatuh pecah. (salah)

: ibu sudah makan? Lauknya apa?

: sudah mbak, nasi pakai sayur asem, ikan asin

: Bu, coba berhitung ya misalnya 40-10 adalah 30, kurangi lagi 10 adalah 20
dan seterusnya ya. Bisa bu ?

: iya

: kalau 100-7, berapa bu?

: 93. (benar)

: kurangi lagi?

: 86... (benar)

: kurangi lagi?

: 79... (benar)

: kurangi lagi?

: 81... (salah)

: Ibu, saya sebutkan angka dihapal ya ?

: Ya

: 2718

: 2718

: Kira-kira sekarang jam berapa ya pak? Hari apa?

: Jam setengah satu, hari senin (orientasi waktu baik)

: Coba ulangi angka yang saya sebutin tadi ?

: 2718 (memori jangka pendek benar)

: Ibu sekarang apa yang dirasa? Ada keluhan gak?

: gak ada mbak.

: Bu, kalau yang suka pakai baju putih di rumah sakit, siapa bu?

: ya dokter ya suster. (orientasi orang baik)

: sekarang ini kita lagi ngapain ya bu?

: lagi ngobrol-ngobrol aja

: ibu pernah gak merasa seperti mencium bau busuk, bau bangkai, atau bau
bunga? Padahal tidak ada bangkai

22

: iya, saya suka cium bau telor busuk. Di kamar mandi aja bau bangkai.
(halusinasi olfaktorik)

: ibu pernah gak merasa seperti ada yang benci dengan ibu? Atau ngomongin
ibu? Atau seperti ada yang maksud jahat sama ibu?

: iya saya rasa tetangga samping rumah saya itu benci sama saya. Kayaknya
karena dia warungnya sepi, makanya dia mau neluh saya. Kayaknya yang
ngirim kukang itu dia. Saya kan warungnya lebih rame. Mbak saya ini sedih
belum punya rumah, masih numpang. Terus saya ini gak punya televisi.

: ibu sekarang lagi merasa takut gak bu?

: ya, saya ngerasa takut kan saya dipukul orang.

: ibu pernah gak merasa seperti lagi dikejar-kejar orang? Dikejar polisi
mialnya atau merasa seperti dunia mau kiamat?

: enggak mbak.

: ibu pernah gak merasa lagi dikendalikan orang lain?atau ibu lagi merasa
cemburu gak dengan suami ibu? Atau ibu merasa punya dosa besar banget?

: enggak mbak. Saya mah gak cemburu dengan suami saya.

: ibu masih ingat gak nama saya siapa?

: waduh siapa ya lupa

: nama saya dini bu.

: oh iya dini.

: ibu, seandainya ibu menemukan duit tunai Rp. 2.000.000 di dalam tas, dan
didalamnya hanya ada KTP. Ibu mau ngapain bu?

: Saya anter ke rumah pemiliknya mbak. Kalo gak ya saya tinggalin aja mbak.

: Jika rumah pemiliknya jauh bagaimana?

: Saya tinggalin aja mbak saya takut duit haram mbak.

: ibu ada yang mau ditanya gak?

: enggak mbak

: yasudah, terima kasih ya bu mau ngobrol dengan saya, ibu silakan istirahat
ya bu.

: iya mbak sama-sama

23

You might also like