Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Asma adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai inflamasi
saluran nafas dan spasme akut otot polos bronkiolus. Kondisi ini
menyebabkan produksi mucus yang berlebihan dan
menumpuk,
untuk
saluran nafas atas tanpa disertai adanya gejala yang mendetail (Eni,
2009).
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis pada Asma Bronkhial Pada Anak?
2. Bagaimana konsep keperawatan pada Asma Bronkhial Pada Anak?
C.
1.
Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui dan mengerti tentang Asma Bronkhial Pada Anak dan mengerti
tentang cara penanganan serta konsep asuhan keperawatan pada penyakit
2.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
GINA
(Global
Initiative
Asthma)
2006
asma
1.
Asma ekstrinsik
Penyakit asma yang berhubungan dengan atropi, predisposisi
3
genetik yang berhubungan langsung dengan IgE sel mast dan respon
eosinofil terhadap allergen yang umum. Ditandai dengan reaksi
alergik terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi,
seperti tepung sari, jamur, debu, bulu binatang, dan obat-obatan.
2.
Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan
mengi yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar
serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari
1 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat
ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan
pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini merupakan 2-0 % dari
populasi asma pada anak.
c. Asma persisten
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum
umur 6 bulan; 75 % sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak
terdapat mengi yang lama pada dua tahun pertama, dan 50 % sisanya
serangannya episodik. Pada umur 5 6 tahun akan lebih jelas terjadinya
obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi
setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik
sering menyebabkan mengi. Dari waktu ke waktu terjadi serangan yang
berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat,
hanya sesak sedikit dan mengi sepanjang waaktu. Biasanya setelah
mendapatkan penangan anak dan orang tua baru menyadari mengenai
asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai
puncakya pada umur 8 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan,
biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap
menderita asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas
mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang
normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung
(Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada
golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil.
Kemampuan aktivitas fisik kurang sekali, sering tidak dapat melakukan
olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga
prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan
psiko sosial.
5
C.
pertusis dan
terjadinya
sma
pada anak.
Rinitis
alergika
dapat
7. Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan
sangat kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui
persolan yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya
akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap
adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan
asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan
misalnya pada anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non
allergen yang dapat mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor
pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus memperkuat
reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi
pada seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran nafas atas
kemudian berlari-lari pada udara dingin.
D.
Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan
gejala asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun
fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus
atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
2.
Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik
tidak ada kelainan, tetepi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi
saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3.
Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah
sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala gejala yang
makin banyak antara lain :
a.
5.
b.
Sianosis
c.
Silent Chest
d.
Gangguan kesadaran
e.
Tampak lelah
f.
Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan
nafas sempit.
Tachypnea, orthopnea.
Diaphoresis
8
Fatigue.
E.
Patofisiologi
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar
dengan alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk
imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan. Alergen yang
masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan
ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC).
Setelah alergen diproses dalam sel APC, alergen tersebut dipresentasikan
ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya
interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan
membentuk imunoglobulin E (IgE).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan
dan basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadi pada
seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan
alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada
dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan
influk Ca++ kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan
kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel.
Degranulasi sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator
kimia yang meliputi : histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis (
SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan
lain-lain. Hal ini akan menyebabkan timbulnya tiga reaksi utama yaitu :
kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang
kecil yang akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas
kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah
semakin menyempitnya saluran nafas , peningkatan sekresi kelenjar
mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut
menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata
dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli,
akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap
yang sangat lanjut, (Barbara C.L,1996, Karnen B. 1994, William R.S.
1995 )
Berdasarkan etiologinya, asthma dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu asthma intrinsik dan asthma ektrinsik. Asthma ektrinsik
(atopi) ditandai dengan reaksi alergik terhadap pencetus-pencetus
spesifik yang dapat diidentifikasi seperti : tepung sari jamur, debu, bulu
binatang, susu telor ikan obat-obatan serta bahan-bahan alergen yang
lain. Sedangkan asthma intrinsik ( non atopi ) ditandai dengan
mekanisme non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik seperti : Udara dingin, zat kimia,yang bersifat sebagai iritan
seperti : ozon ,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca, aktifitas fisik
yang berlebih , ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik lain.
( Antoni C, 1997 dan Tjen Daniel, 1991 ).
Serangan asthma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga
stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan
kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan
mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus.
10
Stadiun kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan
berbusa. Klien merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam,
ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing ). Klien lebih suka
duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, penberita
tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar mulai membiru.
Sedangkan stadiun ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya suara nafas
karena aliran udara kecil, tidak ada batuk,pernafasan menjadi dangkal
dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia, ( Tjen
daniel,1991 ).
11
F.
Brochopas
me
Perubahan
status kesehatan
Kurangnya
informasi
tentang
Mekanisme
koping tidak
efektif
KECEMASAN
Ventilasi
menurun
Gangguan
perfusi jaringan
Hipoksia
Metabolism
e menurun
DEFISIT
PERAWATA
N DIRI
Merangsang respon
imun untuk menjadi
aktif
Merangsang Ig E
Menempel pada sel
mast
Pelepasan
histamin,bradikinan,
dan prostaglandin
Pembentukan
mukus
Akumulasi secret
di trachea dan
bronkhus
BERSIHAN JALAN
NAPAS TIDAK
EFEKTIF
Sesak
Vasokontriksi
otot polos
Bronkho
kontriksi dan
edema
Bronchospas
me
Obstruksi
jalan nafas
GANGGUAN
PERTUKARA
N GAS
Media
pertumbuhan
bakteri
dispnea
INTOLERANSI
AKTIVITAS
12
RESIKO
TINGGI
INFEKSI
Merangsan
g nervus
Peningkata
n produksi
HCL
Gastrointestin
al
Mual,munta
h
PERUBAH
AN
NUTRISI
KURANG
DARI
G.
c.
penderita
ataupun
tujuan
pengobatan
yang
diberikan
dan
b.
Beta-2 agonis
Penggunaan:
Beta-2 agonis kerja singkat merupakan pengobatan
pilihan untuk mengurangi eksaserbasi dari asma dan
mungkin bernilai bernilai sebagai profilaksis asma
yang disebabkan oleh olahraga. Semua penderita asma
harus memiliki beta-2 agonis kerja singkat,
disulai
Menurut
yang
diberikan
teori,
dengan
cara
lebih
inhalasi.
diberikan
13
dengan
cara
inhalasi
yang
Teofilin
Penggunaan:
Jangkauan terapinya yang sempit dan risiko dari
efeknya yang merugikan dan membatasi kegunaannya.
Formulasi kerja panjang adalah efektif untuk menekan
gejala yang timbulnya pada malam hari. Seringkali
diberikan untuk asma pada masa kanak- kanak.
Cara pemberian:
Dapat diberikan melalui parenteral untuk mengakhiri
asma akut yang berat, dimana sebaiknya dilakukan di
bawah pengawasan EKG. Dapat diberikan melalui oral,
rectal, atau parenteral. Dua cara yang terakhir tidak
dianjurkan untuk penggunaan yang rutin. Kerugiannya
yang utama adalah bahwa obat ini tidak dapat
diberikan dengan cara inhalasi.
3)
Antikolinergik
Penggunaan:
Sebagai suatu alternative bila seorang penderita
asma sangat sensitive terhadap beta antagonis. Dapat
mempunyai efek tambahan bila diberikan nebulizer
bersama-sama dengan suatu beta antagonis pada
keadaan asma akut. Dapat digunakan pada bayi berusia
sangat
penyakit
4)
Kortikosteroid
Penggunaan:
Inhalasi:
berat.
Kortikosteroid
juga
mengendalikan
Pada
asma
akut,
pemberian
yang
dini
dari
Disodium
kromoglikat
dan
Sodium
nedokromil
Penggunaan:
15
Penggunaan:
memberikan efek
tercapai
dengan
adanya
beberapa
Usia
Pengobatan
pencegahan
24
48
>8
Pengobatan
Nebulizer
Salbutamol
Kromoglikat
Beklometason
besar
dipropionat
atau
kira-kira
separuh
dari
pengatur dosis
tanpa terukur
masker. dengan pengatur Salbutamol
Aerosol
Kromoglikat
bervolume
Beklometason
besar
Nebulizer
untuk Terbutalin
keadaan darurat.
dipropionat
Kromoglikat
Beklometason
keadaan darurat.
dipropionat
Kromoglikat
Autohaler.
Beklometason
Terbutalin
dipropionat
H.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fungsi Paru
Pemeriksaan fungsi paru ini terutama bermanfaat bila ada
manifestasi gejala asma yang tidak khas. Kebanyakan uji paru
mengevaluasi satu atau lebih aspek fungsi paru, yaitu: volume paru,
fungsi jalan napas, pertukaran gas. Pengukuran volume paru bermanfaat
pada paru restriktif seperti kelemahan otot napas, deformitas dinding
dada, atau penyakit interstitial paru, serta pada beberapa anak dengan
kelainan obstruksi jalan napas.
Pada uji fungsi jalan nafas, hal yang paling penting adalah
17
Selama
serangan
asmatik,
volume
3.
didapatkan
eosinofil
pada
spuntum
dan
informasi
dengan
I.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Pengkajian
20
merupakan
hal
atau
faktor
yang
waktu
dimana
keluhan
dirasakan,
perlu
time
juga
diketahui
Riwayat imunisasi
Pada usia 9 bulan imunisasi harus sudah lengkap meliputi
BCG, Hepatitis, Polio, DPT, Campak, Thypoid. Bila anak
22
Bulan
Lhr
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 12
15
18
24
3 5 6 7 8 9 10
12
1
8
BCG
Hepatitis B
Polio
DPT
Campak
4
4
6
5
Hib
PCV
Rotavirus
Influenza
2
4
4
Varisela
Di berikan 1x
MMR
Thypoid
Hepatitis A
HPV
3x
Sumber: (http://jadwalimunisasi.blogspot.com. Dibuka 9
Maret 2016)
-
insomnia,
Kelemahan
24
Head to toe
- Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan kepala
pasien, lingkar kepala. Pada asma tidak ditemukan masalah
-
hidung
Mulut
Periksa bibir terhadap warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakan, lesi, periksa gusi lidah, dan palatum terhadap
kelembaban, keutuhan dan perdarahan, amati adanya bau,
periksa lidah terhadap gerakan dan bentuk, periksa gigi
terhadap jumlah, jenis keadaan, inspeksi faring menggunakan
spatel lidah. Biasanya ditemukan pada mulut terdapat nafas
barbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah tertutup
25
Leher
Gerakan kepala dan leher klien dengan ROM yang penuh,
periksa leher terhadap pembengkakan kelenjar getah bening,
amati
jenis pernafasan,
amati
gerakan
posisi,
uretra,
inspeksi
adanya
tanda-tanda
26
chest,
penggunaan
otot
aksesori
pernapasan,
Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang
akibat sesak nafas.
Sistem integument
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak
nafas
27
No
Data
Etiologi
Masalah
DS:
Orang tua klien mengatakan
bahwa anaknya mengeluh
Ketidak
batuk
1
DO:
- Klien
kesulitan
untuk
Peningkatan
efektifan
produksi sekret
bersihan jalan
nafas
berbicara
- Gelisah
- Suara napas tambahan
(wheezing)
DS:
Orang tua klien mengatakan
bahwa anaknya mengeluh
2
sulit bernafas/sesak
gangguan
pertukaran gas
DO:
- Takikardi
- Napas cuping hidung
DS:
Orang tua klien mengatakan
3
ketidakseimbangan
cepat lelah
DO:
kebutuhan O2
Intoleransi
aktivitas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan produksi sekret
ditandai dengan :
28
DS:
- Orang tua klien mengatakan bahwa anaknya mengeluh batuk
DO:
- Klien kesulitan untuk berbicara
- Gelisah
- Suara napas tambahan (wheezing)
2. Gangguan pertukaran gas b/d obstruksi jalan nafas di tandai dengan
DS:
-
DO:
- Takikardi
- Napas cuping hidung
3. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan O2 berhubungan dengan
DS:
-
DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
29
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Ketidak
pmbersihan
nafas
Tujuan & KH
Intervensi
Rasional
dan
catat
adanya
abnormalitas,
klien
akan
bronkus
obstruksi
bernapas
dan
dengan
napas
dan
dimanifestasikan
irama
frekuensi 2.
pernapasan normal
-
jalan
dapat/tidak
dyspnea
frekuensi
terjadi
bunyi
inspirasi/ekspirasi
ditemukan pada penerimaan
atau
selama
stress/adanya
30
3.
Disfungsi
pernafasan
dyspnea,
distress
adalah
pernapasan,
variable
yang
pernapasan
yang
menimbulkan
meninggikan
pernapasan
lingkungan.
Contoh:
5.
indikasi
31
dengan
Pencetus
tipe
alergi
bronkodilator
fungsi
menggunakan gravitasi
5. Pertahankan
6. Berikan
memudahkan
episode akut
obat
sesuai
6.
mukosa
Gangguan pertukaran
gas
hidung
Irama
dan
membran
mukosa
2. Palpasi fremitus
cuping
pernapasan
cairan/udara
normal
32
O2
sesuai
4. Meningkatkan pertukaran
gas yang optimal
5. Memperbaiki atau mencegah
indikasi
Intoleransi aktivitas
1.
aktifitas
yang
aktivitas
sesuai
dengan
kondisi
dapat
kembali normal
Pasien
dapat
menyeimbangkan
Dorong
1. Mengurangi
penggunaan
yang
biasa dilakukan
Dengan criteria hasil :
- Aktifitas
pasien
-
memburuknya hipoksia
dan
kemampuan pasien
2.
anak
aktifitas
dan istirahat
Beri
kesempatan
untuk
tidur,
2. Menghindari
keletihan
pada pasien
3. Meningkatkan
perasaan
Memberi
rasa
selama
menjalani
perawatan
keamanan,stabilisasi,
pemulihan,dan
pemeliharaan
yang
disfungsi
33
pasien
mengalami
alam
4. Menghindari
keterbatasan
peningkatan
alam perasaan
5.Kemampuan mengatur aktivitas
4. Bantu pasien untuk
yang
sesuai
bermanfaat
ambulasi
sesuai
toleransi
5.
Ajarkan
pengaturan
tentang
aktifitas
34
untuk
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan
karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan
peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara
Menurut The Lung Association ada dua factor yang menjadi pencetus
asma :
Pemicu [trigger] yang mengkibatkan terganggunya saluran pernafasan dan
mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan
(bronkokonstriksi) tetapi tidak dapat peradangan,seperti:
Gangguan emosi
Sesak napas pada asma khas disertai suara mengi akibat kesulitan ekspirasi
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Crockett, Antony. 1997. Penanganan Asma dalam Perawatan Primer. Jakarta:
Hipokrates
Doenges, E. Mari Lynn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi.
Jakarta: EGC Jordan, Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta:
36
EGC
Leafant, Claude. 2001. Asthma and Respiratory Infections. United States of
America: Inc.Rights Reserved
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika
Rahajoe, Nastiti N. 2008. Buku Ajar Respirologi anak. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI
Sundaru, Heru. Asma. http://medicastore.com/asma/, diakses pada tanggal 10
Maret 2016
Suriviana. Penyakit Asma pada Anak. http://www.infoibu.com/mod.php?
mod=publisher&op=viewarticle&artid=78, diakses pada tanggal 10 Maret 2016
Ward, Jeremy. 2007. Sistem Respirasi. Jakarta: Erlangga
37