Professional Documents
Culture Documents
7#JURNAl - Abdillah - SMAN 1 Banawa - PAIK
7#JURNAl - Abdillah - SMAN 1 Banawa - PAIK
1)
ABSTRACT
The results of student learning Islamic religious education is still unable to reach a value minimum of mastery
learning.This is caused by students who are not actively involvedbecause of a lack of motivation in learning so that
absorption and classical completeness is also under the criteria of completeness. To overcome these problems, do
classroom action research (PTK). PTK design includes four phases: (1) planning, (2) action, (3) observation, and (4)
reflection. In the first cycle, there were 17 students completed and 9 students did not complete..The results affect the value
of classical completeness that only peak at 65.38% and 73.08% classical absorption.In the next cycle, there are 22 students
completed and 4 students who did not complet. Cclassical completeness 84.62% and 81.06% classical absorption. Based
on the performance indicators of the success of research that individual absorptive capacity of at least 75%, the percentage
of classical learning completeness of at least 80% and the percentage of absorption of classical least 80%, it can be
concluded that the utilization of the discussion method can increase learning outcomes Isllam cultural material in class X
SMAN 1 Banawa
Keywords: Discussion groups, learning outcomes, Islamic culture.
PENDAHULUAN
Memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka.
Kemajuan teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa
Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru,
dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pendidikan mempunyai andil yang
penting dalam menentukan proses pencapaian tujuan pendidikan nasional yaitu
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selain itu, pembukaan Undang-undang Dasar 1945 memuat cita-cita pendidikan
bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan itu, harkat dan
martabat seluruh warga negara akan dapat terwujud. Salah satunya dengan adanya
sekolah dan sistem sekolah sebagai suatu lembaga sosial dan pendidikan dipilih dan
ditempatkan di antara sistem kelembagaan yang telah ada. Menurut Suyata, fungsi utama
sekolah pada awalnya adalah pengajaran namun dalam perkembangannya sekolah
berfungsi majemuk dengan pendidikan sebagai intinya karena pendidikan telah menjadi
penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan
bangsa.
Kualitas pendidikan di Indonesia masih menjadi perhatian. Hal ini terlihat dari
banyaknya kendala yang mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Sehingga perlu dicermati agar kelak bangsa Indonesia dapat meningkatkan kualitas
pendidikan dengan lancar dan dapat bersaing di Era Globalisasi. Menurut Tilaar (1990),
bukan saja bagi para professional, juga bagi masyarakat luas pun terdapat suatu gerakan
yang menginginkan adanya perubahan sekarang juga dalam hal usaha peningkatan mutu
atau kualitas pendidikan.
Dalam lingkungan sekolah, pendidikan Agama Islam merupakan mata
pelajaran pokok yang tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk dapat menguasai
berbagai kajian keislaman, tetapi lebih menekankan pada pengamalan dalam kehidupan
sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu guru Pendidikan Agama Islam
hendaknya dapat mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian
kompetensi peserta didik secara menyeluruh
Hasil observasi pada siswa SMA 1 Banawa, menunjukkan bahwa pada
umumnya materi pembelajaran agama islam dipelajari siswa dengan cara mendengarkan
ceramah guru. Sehingga hasil belajar siswa dengan model pembelajaran seperti itu masih
banyak yang tidak dapat mencapai nilai ketuntasan belajar minimum. Hal ini disebabkan
oleh siswa yang kurang terlibat aktif karena kurangnya motivasi dalam belajar sehingga
daya serap dan ketuntasan klasikal juga berada di bawah kriteria ketuntasan.
Berdasarkan permasalahan diatas, diperlukan suatu metode pembelajaran
yang dapat memaksimalkan hasil belajar pendidikan agama islam. Salah satunya adalah
metode diskusi kelompok. Menurut Armai Arief (2002) metode diskusi adalah salah satu
alternative metode/cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan
dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat siswa.
Metode diskusi dimaksudkan untuk merangsang pemikiran serta
berbagai jenis pandangan. Menurut Muhaimin (1996), keberhasilan metode diskusi
banyak ditentukan oleh adanya tiga unsur yaitu: pemahaman, kepercayaan diri sendiri dan
rasa saling menghormati. Metode diskusi dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi
siswa karena salah satu manfaat metode diskusi kelompok adalah memberi motifasi
terhadap berfikir dan meningkatkan perhatian kelas terhadap apa yang sedang siswa
pelajari (Zuhairini, dkk.1983). Sehingga diharapkan dapat juga memksimalkan hasil
belajar siswa.
B. Hasil Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dalam proses kehidupan, pasti manusia akan belajar disetiap waktu, oleh karena
itu ada pepatah Long Life Education yang berarti belajar sepanjang hayat. Menurut
Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut, Morgan, dkk
(dalam Baharudin, 2007 ) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Belajar tidak hanya
mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan
atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita
(Hamalik, dalam Hamdani 2011).
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang dapat terjadi pada diri setiap
orang sepanjang hidupnya, proses belajar itu terjadi karena interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.
Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain
dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam
aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
Menurut Sudjana (dalam Solihin, A 2005:14) hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward
Kingsley (dalam Solihin, A 2005:14) membagi tiga macam hasil belajar, yakni :
Keterampilan dan kebiasaan, Pengetahuan dan pengertian, Sikap dan cita-cita. Sedangkan
Gagne (dalam Solihin, A 2005:14) membagi lima kategori hasil belajar, yakni : informasi
verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris
C. Motivasi
Definisi Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik,
1992). Dalam Sardiman (2006) motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorangyang ditandai dengan munculnya felling dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.
Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta
didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa
akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.
Dimyati dan Mudjiono (2002) mengutip pendapat Koeswara mengatakan
bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa
keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan
perilaku individu dalam belajar.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas
belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Menurut Djamarah (2002) ada tiga fungsi motivasi: Motivasi sebagai pendorong
perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang
seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap
anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma
dalam bentuk gerakan psikofisik.
Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat
menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan
Menurut Sardiman (2006) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri :
D. Materi Pembelajaran
Bangsa Arab merupakan bangsa yang sebenarnya mengenal kehidupan
politik, sosial, ekonomi, bahasa, dan seni.Kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat arab
sangat ditentukan oleh letak geografis dan kondisi bangsa Arab. Daerah pedalaman atau
masyarakat Badui mempunyai sector pertanian subur yang terletak disekitar Oase.
Sedangkan bagi masyarakat perkotaan yaitu bangsa Arab Quraisy terkenal dengan dunia
perdagangannya. Mereka berdagang ke Syam pada musim panas, dan ke Yaman pada
musim dingin.
Dakwah Islam menemui kesulitan. Sekalipun Islam umur 10 tahun itu
kaum muslimin sudah banyak jumlahnya, tetapi terasa oleh Rasulullah SAW. Bahwa
kehidupan Islam di Mekkah saat itu sulit diharapkan kesuburannya dan jalan dakwahnya
sudah menemui jalan buntu. Di lingkungan keluarganya dan di kalangan kaum-kaum
yang lain di Mekkah Nabi SAW sudah menyerukan dan mengajak masuk Islam, tetapi
baru sedikit yang masuk Islam, bahkan banyak pemimpin-pemimpin yang menentang
keras, seperti Abu Lahab, Abu Jahal, Muthim bin Adi dan lain. Kemudian Nabi SAW
mencoba keluar dari Mekkah menuju ke Thaif. Di sana belum lagi dakwah di muka
umum beliau sudah ditentang, diejek dan dilempari batu. Rasulullah kembali ke Mekkah,
kemudian berusaha mendatangi tempat-tempat umum di pekan-pekan malam yang lazim
diadakan sambutannya tidak jauh dari pada di kalangan kaumnya dan di Thaif itu.
Dakwah Islam di Mekkah tertutup. Pada masa itu dakwah Nabi SAW, betul-betul
menemui kesulian dan tertutup. Namun demikian hal itu tidak mengecilkan harapan kaum
muslimin. Rasulullah SAW. Akan mencari jalan keluar yang lebih baik, yaitu akan
menemui orang-orang di luar Mekkah yang datang menjalankan Haji di Masjidil Haram.
Kaum Muslimin di Mekkah makin hari makin banyak jumlahnya yang
hijrah ke Madinah, lebih-lebih setelah ada berita adanya Baiatul Aqabah dan berita
tentang Rasulullah SAW. juga akan hijrah ke Madinah, maka dengan rela umat Islam
meninggalkan harta bendanya di Mekkah demi keselamatan agamanya, bahkan banyak
juga yang hijrah tidak membawa bekal apa-apa. Tetapi setelah kaum muslimin dari
Mekkah itu sampai di Madinah, ternyata tidak ada kesulitan lagi bagi Muhajirin hidup di
Madinah. Karena sambutan orang-orang Madinah terhadap kaum yang hijrah itu baik
sekali, kaum Muslimin Madinah menerima kaum muslimin yang baru datang dari
Mekkah itu seperti menerima keluarganya sendiri yang sudah lama tidak bertemu.
Sebaliknya, kaum muslimin dari Mekkah yang datang itu senang dan tenteram seperti
berada di rumah sendiri. Hal itu sesuai dengan janji orang-orang suku Khazraj dan Aus
dalam Ikrar Aqabah Kubra, bahwa mereka akan berusaha menjaga keselamatan kaum
muslimin dan membantu menegakkan Islam.
Hijrah Nabi SAW sebagai permulaan tahun Hijrah. Peristiwa hijrahnya
Rasulullah saw adalah merupakan kejadian yang sangat penting di dalam perkembangan
agama Islam. Saat itu merupakan titik tolak yang sangat menentukan adanya perubahan
peralihan di dalam kemajuan Islam. Setelah berada di Madinah, Rasulullah SAW
mengutamakan pembangunan masjid lebih dahulu. Maka tidak antara lama dibangunlah
masjid Madinah. Masjid Madinah didirikan di atas tanah wakaf dari kedua anak yatim
Sahal dan Suhail. Keduanya anak dari Amru yang saat itu dalam asuhan Muaz bin Ufraa.
Sekalipun tanah itu wakaf, tetapi kemudian juga dibeli oleh Rasulullah.
Pertumbuhan Islam di Islam tumbuh di Madinah dengan subur Madinah
makin kokoh dan merata. Masyarakat Madinah yang semula kejahiliyahan berubah
menjadi masyalakat ketauhidan, yang semula penuh pertentangan berubah menjadi
masyarakat yang damai dan penuh persaudaraan, yang semula pecah belah menjadi
masyarakat yang bersatu padu dibawah satu pimpinan Islam yang penuh pengabdian.
Oleh karena itu golongan Islam di Madinah mulai saat itu merupakan kekuatan yang
kokoh kuat, tidak begitu saja dapat diabaikan, dan bukan merupakan kekuatan yang
ditentukan saja melainkan berubah menjadi kekuatan yang menentukan.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan SMA Negeri 1 Banawa. Penelitian akan dilaksanakan
pada bulan September s/d November 2013. Siswa yang menajadi subjek penelitian
berjumlah 26 orang. Penelitian yang dilaksanakan dengan rincian waktu sebagai berikut:
Tabel. Rincian waktu penelitian
Kegiatan
Waktu
Persiapan
September 2013
Desain perangkat pembelajaran
September 2013
Penyusunan draft akhir
Oktober 2013
Oktober 2013
Pelaksanaan penelitian
November 2013
Penyusunan laporan penelitian
Desain penelitian ini mengacu pada model Kurt Lewin yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (Depdiknas, 2004) yaitu meliputi 4 tahap:
(1) perencanaan
(2) pelaksanaan tindakan
(3) observasi
(4) refleksi.
Penggunaan desain penelitian model Kurt Lewin yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Mc.Taggar dikarenakan alur desain penelitian cukup sederhana dan mudah
untuk dilaksanakan. Adapun alur pelaksanaan tindakan menurut Arikunto (2007) adalah
sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
Prosedur pengambilan data diperoleh dari tes akhir yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa pada setiap siklus belajar siswa. Serta hasil observasi
kegiatan siswa dan guru
D. Teknik Analisa Data
Dalam menganalisis data dan persentase ketuntasan belajar digunakan analisis
data kuantitatif sebagai berikut :
a.
Ketuntasan Individu
Ketuntasan Individu=
b.
E. Indikator Kinerja
Indikator yang menunjukkan keberhasilan pembelajaran atau peningkatan hasil
belajar siswa yaitu jika daya serap individu memperoleh nilai minimal 75% dari skor
ideal, ketuntasan klasikal dan daya serap minimal 80%. (Depdiknas, 2004)
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menetapkan pendekatan
konstruktivisme, membuat skenario pembelajaran, membuat lembar observasi siswa dan
guru., membuat lembar kerja siswa (LKS)., menyiapkan tes akhir tindakan
Pelaksaanaan Tindakan
Dari pelaksanaan pembelajaran pendidikan Agama Islam yang
diterapkan, diperoleh hasil tes akhir siklus 1 seperti pada tabel berikut
Tabel Hasil Analisis Tes Akhir Tindakan Siklus I
N
Aspek Perolehan
Hasil
o
1
Banyaknya siswa yang tuntas
17 orang
2
Banyaknya siswa yang tidak tuntas
9 orang
3
Persentase ketuntasan klasikal
65,38 %
4
Persentase daya serap klasikal
73,08 %
Dari hasil tes akhir tindakan siklus I memperlihatkan bahwa hasil belajar
siswa dalam kategori Baik karena 50 % < NR 75 % . Namun, masih belum maksimal
dalam menyelesaikan permasalahan. Hal ini diketahui diketahui dari masih banyaknya
hasil belajar siswa belum mencapai standar ketuntasan 80
Observasi
Kegiatan observasi kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas guru
dalam mengelola pembelajaran. Hasil observasi kegiatan guru terhadap pengelolaan
pembelajaran siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel Hasil Analisis Aktivitas guru Siklus I
Tahap pembelajaran
Salam pembuka
Memberikan
motivasi/apersepsi
Penyajian,
Bimbingan
Pengikhtisaran,
Membuat kesimpulan
Salam penutup
Ket
kor
4
4
3
3 Baik
3
3
4
4: Sangat Baik
3: Baik
2:Cukup
1: Kurang
Kriteria kategori Persentase
75 % < NR 100 % = Sangat
50 % < NR 75 % = Baik
25 % < NR 50 % = Cukup
0 % < NR 25 % = Kurang
baik
Adapun hasil observasi kegiatan guru didapatkan bahwa persentase aktivitas guru
sebesar 85,71% atau berada dalam kategori sangat baik. Namun demikian, masih perlu
adanya perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran.
Observasi kegiatan siswa ini dilakukan untuk melihat tercapainya indikator
kegiatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hasil observasi kegiatan siswa
terhadap pengelolaan pembelajaran siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel Hasil Analisis Aktivitas siswa Siklus I
S
Tahap pembelajaran
Ket
kor
Membalas salam pembuka
4
4: Sangat Baik 3: Baik
2:Cukup
1: Kurang
Memperhatikan penyajian,
3
Kriteria kategori Persentase
75 % < NR 100 % =
Memperhatikan bimbingan
3
Sangat
Baik
Pengikhtisaran,
3
50 % < NR 75 % = Baik
Membuat kesimpulan
3
25 % < NR 50 % =
Salam penutup
4 Cukup
0 % < NR 25 % =
Kurang Baik
Dari hasil analisis didapatkan bahwa persentase kegiatan siswa selama siklus I
sebesar 83,33 % (Sangat Baik). Pada pelaksanaan pembelajaran, penilaian motivasi di
lakukan untuk melihat motivasi siswa selama pembelajaran dengan metode diskusi
kelompok.
Refleksi Tindakan
Berdasarkan hasil analisis data dan observasi yang dilakukan diketahui bahwa
siswa secara klasikal masih perlu diberikan pembelajaran yang lebih baik. Walaupun
dalam beberapa hasil analisis telah menunjukkan kategori baik seperti pada penilaian
kegiatan guru dan siswa, namun masih ada sebagian siswa yang mendapat nilai yang
rendah, sehingga perlu diberikan tindakan lanjutan. Ketuntasan belajar siswa secara
klasikal juga belum mencapai indikator kinerja yakni 80%.
Siklus II
Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan hampir sama dengan siklus I hanya saja
lebih memperhatikan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada kgiatan guru, dan siswa
serta soal-soal tes akhir tindakan siklus satu agar dapat diperhatikan dan diperbaiki.
Pelaksaanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II, dilaksanakan dengan mengacu pada skenario
pembelajaran. Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran dapat di
lihat pada tabel berikut
Aspek Perolehan
Hasil
1
2
3
4
90
80
70
60
50Banyaknya siswa yang tuntas
Ketuntasan klasikal
40
30
20
10
0
Silus 1
Siklus 2
Observasi
Kegiatan observasi kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas guru
dalam mengelola pembelajaran. Hasil observasi kegiatan guru terhadap pengelolaan
pembelajaran siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel Hasil Analisis Aktivitas guru Siklus 2
S
Tahap pembelajaran
Ket
kor
Salam pembuka
4
4: Sangat Baik 3: Baik
2:Cukup
1: Kurang
Memberikan
4
Kriteria kategori Persentase
motivasi/apersepsi
75 % < NR 100 % =
Penyajian,
4
Sangat
Baik
Bimbingan
3
10
Pengikhtisaran,
Membuat kesimpulan
Salam penutup
4
4
50 % < NR 75 % = Baik
25 % < NR 50 % =
4
Cukup
Adapun hasil observasi kegiatan guru didapatkan bahwa persentase aktivitas guru
sebesar 96,43% atau berada dalam kategori sangat baik.
Hasil observasi kegiatan siswa terhadap pengelolaan pembelajaran siklus 1 dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel Hasil Analisis Aktivitas siswa Siklus 2
S
Tahap pembelajaran
Ket
kor
Membalas salam
4
4: Sangat Baik 3: Baik
pembuka
2:Cukup
1: Kurang
Kriteria kategori Persentase
Memperhatikan
4
75 % < NR 100 % = Sangat Baik
penyajian,
50 % < NR 75 % = Baik
Memperhatikan
4
25 % < NR 50 % = Cukup
bimbingan
0 % < NR 25 % = Kurang Baik
Pengikhtisaran,
3
Membuat kesimpulan
3
Salam penutup
4
Observasi kegiatan siswa ini dilakukan untuk melihat tercapainya indikator
kegiatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa persentase kegiatan siswa selama siklus I
sebesar 91,67 % (Sangat Baik). Jika hasil kegiatan siswa dan guru diilihat, pada siklus 2
persentase kegiatan tersebut naik secara signifikan. Hal ini dapat dilihat pada gambar
berikut
95
90
Siklus 1
Siklus 2
85
80
75
Siswa
Guru
Gambar Perbandingan persentase penilaian kegiatan siswa dan guru pada siklus
1 dan siklus 2
Refleksi Tindakan
Berdasarkan hasil analisis data dan observasi yang dilakukan diketahui bahwa
secara klasikal maupun perindividu, motivasis siswa semakin baik dan berakbat pada
peningkatan hasil belajar yang juga semakin baik.
11
A.
B.
a.
b.
c.