You are on page 1of 6

PENYERAPAN

POLUTAN LOGAM BESI (Fe)


DENGAN MEMANFAATKAN TANAMAN ECENG GONDOK

fluida 35

PENYERAPAN POLUTAN LOGAM BESI (Fe)

DENGAN MEMANFAATKAN TANAMAN ECENG GONDOK

(Eichhornia crassipes)

Oleh :

NANCY SITI DJENAR, BAMBANG SOESWANTO

Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

ABSTRAKSI

Penurunan konsentrasi logam besi (Fe) dalam air dapat dilakukan secara phytoremediation

dengan memanfaatkan
tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes). Untuk mengetahui daya
serap eceng gondok terhadap logam besi dilakukan variasi jumlah rumpun eceng gondok yang

ditanam,
yaitu 0, 2, 3 dan 4 rumpun. Eceng gondok ditempatkan di dalam ember plastik
yang berisi air limbah sebanyak 20 liter. Percobaan dilakukan dalam 2 run, yaitu pada r un 1
air limbah mengandung logam besi sebanyak 2,5150 3,3427 ppm dan run 2 mengandung
5,7255-6,1274 ppm. Sebelum eceng gondok ditanam, air limbah dalam ember diaerasi untuk
menghasilkan DO lebih besar dari 4 mg/l. Selama proses penanaman eceng gondok derajat
keasaman air limbah selalu dijaga pada rentang 4 8. Kandungan logam besi (Fe) diukur setiap
hari selama 5 hari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada max = 248,3
nm. Hasil pengukuran run 1 dan run 2 menunjukkan bahwa kandungan logam besi yang
terdapat di dalam air limbah mengalami penurunan antara 92,54 96,26 %, sedangkan persen
total penurunan maksumumnya diperoleh pada varian 4 rumpun. Masing-masing untuk run 1
sebesar 95,18 % dan untuk run 2 sebesar 97,34 %. Perbedaan konsentrasi logam besi (Fe) dan
jumlah rumpun eceng gondok menghasilkan waktu optimum penurunan kandungan logam besi
yang berbeda. Dalam rentang waktu pengamatan selama 5 hari, tidak semua varian jumlah
rumpun dapat ditentukan waktu optimumnya.
Kata kunci : Eceng gondok (Eichhornia crassipes), Phutoremediation, logam besi (Fe).

PENDAHULUAN
Kualitas air sungai sebagai salah satu
sumber air baku untuk air minum dirasakan
semakin menurun karena telah dijadikan
tempat pembuangan domestic.
Parameter
logam-logam berat maupun bahan kimia
lainnya.
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai
peraturan baik tingkat nasional maupun
lokal untuk mencegah terjadinya penurunan
kualitas air sungai. Salah satu kandungan
logam terlarut yang diatur nilai baku mutu
di air sungai adalah Fe. Menurut peraturan
Pemerintah Tahun 82/2001, kriteria mutu air
kelas satu (air baku untuk air minum)
mensyaratkan konsentrasi logam Fe di

perairan maksimum 0,3 mg/L, sedangkan


berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No.
39 Tahun 2000 disebutkan bahwa Baku
Mutu DAS Citarum golongan A, B, D untuk
parameter Fe sebesar 5 mg/L. SK Gubernur
Jawa Barat No. 6 Tahun 1999 juga
mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair
Industri yang termasuk Lampiran III untuk
parameter Fe sebesar 10 mg/L.
Ion besi (Fe2+, Fe3+)
adalah salah satu
kompleks logam yang disinyalir terdapat
pada badan penerima air di sekitar industri
dengan konsentrasi cukup tinggi. Senyawa
besi
tersebut
terdapat
dalam bentuk
suspense,
koloid, endapan lumpur atau
senyawa organik kompleks yang biasanya
berwarna.


36 fluida

Jenis besi di dalam perairan secara umum


dapat dibagi menjadi dua, yaitu besi terlarut

dan tidak terlarut.


Besi terlarut merupakan
bentuk yang paling umum dan paling

banyak
dipermasalahkan oleh pengguna air.
Air yang mengandung besi terlarut nampak
sebagai iar jernih, namun bila dibiarkan
selama beberapa menit, partikel berwarna

coklat
kemerahan
akan
muncul dan
kemudian akan mengendap.
Air yang

mengandung
besi tidak terlarut nampak
sebagai air yang berwarna merah atau

kuning.
Jenis besi ini dapat menyebabkan
bau dan penampilan yang buruk dan
mengganggu pengguna air. Besi, umumnya
bergabung dengan asam yang terdapat pada
air secara alami,
sehingga besi dapat
berbentuk senyawa organik kompleks.

Kandungan besi yang melebihi baku mutu


akan menjadi penyebab adanya bakteri besi.
Bakteri besi akan meninggalkan endapan
atau karat berwarna kuning atau coklat.
Populasi bakteri besi yang tinggi dapat
menyebabkan
penyumbatan pada nozzle
dan pipa-pipa. Akibatnya terjadi penurunan
tekanan (pressure drop) dan pemborosan
energi.
Bila air tercemar ini digunakan
untuk mencuci pakaian, maka akan
meninggalkan noda pada pakaian.
Upaya mengurangi kandungan besi, dapat
dilakukan antara lain secara proses biologi
dengan menggunakan tanaman yang dikenal
sebagai proses phytoremediation. Penerapan
phytoremediation untuk mengatasi berbagai
pencemaran
pada
air
dan
tanah.
Keunggulannya antara lain proses yang
ramah lingkungan, aman, murah dan bahkan
dapat diterapkan untuk pengolahan limbah
radioaktif. Keterbatasan dari phytoremediation antara lain; memakan waktu yang
relatif lama, polutan yang terkandung di
dalam tanah atau air harus berada di dalam
jangkauan akar tanaman, oleh karenanya
memerlukan area pengolahan yang luas.
Contoh tanaman yang dapat digunakan
untuk phytoremediation adalah tanaman air

Vol. 4 No. 1 Mei 2005


eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang
selama ini hanya dianggap sebagai gulma.
Eceng gondok adalah tanaman yang hidup
di perairan seperti danau, kolam atau kanal.
Perairan yang kaya akan nutrient sangat
mendukung
pertumbuhan eceng gondok,
tetapi salinitas yang tinggi dapat membatasi
perkembangannya.
Penyerapan nutrien
dalam jumlah besar mengakibatkan eceng
gondok tersebut menyerap logam-logam
dalam air atau bahkan senyawa racun.
Eceng gondok tumbuh hingga mencapai
tinggi sekitar 3ft dan mengapung bebas pada
permukaan air serta memiliki daun
berwarna
hijau
kemilauan
berbentuk
membulat atau oval, diameter sekitar 48
inci. Tanaman ini dapat tumbuh subur pada
rentang pH 4-8.
Jenis phytoremediation dengan menggunakan eceng gondok tergolong ke dalam jenis
rhizofiltration yang dapat diartikan sebagai
proses penyerapan logam oleh akar tanaman
dari efluen yang terkontaminasi. Proses ini
sangat efektif dan murah untuk mengolah
air yang mengandung polutan logam dengan
konsentrasi relatif rendah. Tanaman eceng
gondok dapat dilihat pada Gambar 1, di
bawah ini.

Gambar 1. Eceng Gondok beserta akarnya.

Eceng gondok berkemampuan untuk memindahkan logam dari air karena akarnya
bertindak sebagai kutub negatif. Kebanyakan logam yang berada dalam air merupakan
ion positif.
Pada saat eceng gondok
ditempatkan ke dalam air, akar eceng

fluida

Vol. 4 No. 1 Mei 2005 37

gondok akan menjadi magnet bagi ion-ion


positif tersebut. Mekanisme penarikan ion

logam dapat dililhat


pada Gambar 2.

metode spektrofotometri pada panjang


gelombang maksimum (max) tertentu.
Pada umumnya di dalam air tercemar
terdapat pula senyawa-senyawa organik lain
yang dapat mengganggu proses pengukuran
kandungan logam. Oleh karena itu harus
dilakukan perlakuan awal (pretreatment)
dengan cara menambahkan larutan asam
tertentu ke dalam air limbah tersebut.

Gambar 2. Penarikan ion positif logam oleh kutub


negatif
akar.

Penyerapan
oleh
akar merupakan
pemindahan komponen logam tercepat dan

tidak
memerlukan
aktivitas
biologis
sehingga proses tersebut dapat berlangsung

bahkan
pada akar yang kering atau mati.
Penyerapan logam oleh akar eceng gondok
kering di dalam air ditunjukkan pada
Gambar 3.

METODOLOGI
1. Air limbah yang Digunakan untuk
Penelitian
yang digunakan adalah air
Air limbah
limbah industri tekstil yang diketahui
mengandung logam Fe walaupun secara
legal tidak ada batasan baku mutu Fe untuk
air limbah tekstil.
2. Perlakuan
Awal
Terhadap
Limbah dan Eceng Gondok

Air

Perlakuan
awal
terhadap
air limbah
dilakukan dengan cara menambahkan asam
nitrat dan asam perklorat ke dalam air
limbah sehingga terjadi penguraian senyawa
organik melalui pemanasan. Kondisi operasi
yang harus diperhatikan adalah pH limbah
antara 4-8, laju aerasi diatur untuk menjaga
agar nilai DO > 4 mg/l dan suhu air limbah
merupakan suhu ruang. Akar eceng gondok
yang akan digunakan terlebih dahulu harus
dicuci sehingga bersih dari lumpur dan
kandungan logam.
Gambar 3. Ilustrasi saat akar kering disimpan di
dalam air.

Untuk mengetahui daya serap


eceng
gondok terhadap kandungan logam besi (Fe)
di dalam air tercemar, maka eceng gondok
tersebut ditanam dalam jumlah rumpun
yang bervariasi.
Untuk mempertahankan
nilai DO (Dissolved Oxygen) maka air yang
akan dijadikan sebagai sampel terlebih
dahulu harus diaerasi.
Metode analisis yang digunakan untuk
mengukur kandungan logam besi (Fe) di
dalam air limbah dapat menggunakan

3. Pengukuran
Daya Serap Eceng
Gondok Terhadap Polutan Logam
Besi (Fe)
Percobaan ini dilakukan sebanyak dua run
dengan pengamatan setiap hari selama 5
hari. Perbedaan run ditentukan dari rentang
kandungan logam besi (Fe) di dalam air
limbah.
Pada run 1 rentang kandungan
logam besi adalah 2,5150-3,3427 ppm,
sedangkan pada run 2 antara 5,7255-6,1274
ppm.
Penanaman eceng gondok untuk
dilakukan
dengan
masing-masing
run
jumlah rumpun yang bervariasi yaitu 0, 2, 3


38 fluida

dan 4 rumpun.
Variasi jumlah rumpun
eceng
gondok untuk
mengetahui
pengaruhnya
terhadap
penurunan
kandungan
logam besi (Fe) di dalam

sejumlah
air limbah dengan pengamatan
setiap hari selama 5 hari.

Untuk
mengetahui
persen
penurunan
kandungan logam besi (Fe) digunakan
Spektro-fotometer Serapan Atom (SSA)

pada
max = 248,3 nm, melalui pembuatan
kurwa larutan standar Fe dengan konsentrasi

1,0000-10,0000
ppm. Sedangkan prosedur
yang dipakai sesuai dengan standar SNI
(revisi1995).
0135541994

Vol. 4 No. 1 Mei 2005


Dari kedua gambar di atas terlihat bahwa
kandungan besi pada air limbah yang tidak
ditanami eceng gondok terlihat mengalami
penurunan yang sangat kecil, yaitu kurang
lebih 0,1 ppm. Berbeda dengan air limbah
yang ditanami eceng gondok. Penurunannya
cukup signifikan yaitu mencapai kurang
lebih 1 ppm per hari. Pengaruh perbedaan
jumlah rumpun eceng gondok terhadap
persen penurunan kandungan besi untuk
masing-masing run disajikan pada Gambar
6 dan 7 di bawah ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis dengan metode spektrofotometri untuk percobaan run 1 dan run 2,
dapat dilihat dari gambar 4 dan 5 yaitu
kurva yang menunjukkan hubungan antara
kandungan logam besi (Fe) dengna waktu.
Gambar 6. Kurva hubungan antara persen penurunan
kandungan logam besi (Fe) terhadap waktu (run 1).

Gambar 4. Kurva hubungan antara kandungan


logam besi (Fe) terhadap waktu (run 1).

Gambar 7. Kurva hubungan antara persen penurunan


kandungan logam besi (Fe) terhadap waktu (run 2).

Gambar 5. Kurva hubungan antara kandungan


logam besi (Fe) terhadap waktu (run 2).

Dari Gambar 6 dan 7 nampak adanya


perbedaan persen penurunan tertinggi untuk
masing-masing varian jumlah rumpun antara
run 1 dan run 2. Hal ini menunjukkan waktu
optimum penyerapan rumpun eceng gondok
terhadap kandungan logam besi (Fe) di
dalam air limbah dipengaruhi konsentrasi
polutan.

fluida

Persen penurunan
kandungan logam besi
pada nol rumpun eceng gondok setiap

harinya rendah
sehingga dapat diabaikan.
Pada eceng gondok dengan jumlah 2, 3 dan
4 rumpun untuk masing-masing run, setiap
hari persen penurunannya bervariasi.

Untuk 2 dan 3 rumpun, waktu optimum


penyerapan
kandungan
besi
berbeda.

Percobaan run 1, varian 2 rumpun diperoleh


waktu optimum pada hari ke 3. Demikian

juga untuk varian 3 rumpun. Percobaan run


2, varian 2 rumpun nilai maksimum terjadi

pada hari ke 2, kemudian terjadi penurunan


pada hari ke 4. Pada hari ke 5 menunjukkan

kenaikan yang lebih besar daripada hari ke


2. Pada varian 3 rumpun, waktu optimum

diperoleh pada hari ke 4.

Untuk
4 rumpun, pada pengamatan hari ke 5

run 1, masih menunjukkan peningkatan nilai


persen penurunan. Namun, pada hari yang
sama pada run 2 terjadi penurunan nilai.
Sehingga pada run 1 belum dapat disimpulkan waktu optimumnya, sedangkan pada
run 2 terjadi pada hari ke 4 dengan nilai
tertinggi 80,69%.
Untuk melihat hubungan antara persen total
penurunan kandungan logam besi (Fe)
terhadap jumlah rumpun eceng gondok pada
run 1 dan run 2 dapat dilihat pada Gambar
8 dan 9 di bawah ini.

Vol. 4 No. 1 Mei 2005 39

Gambar 9. Kurva hubungan antara persen total


penurunan kandungan besi terhadap jumlah rumpun
eceng gondok (run 2).

Dari kedua gambar di atas, nampak tidak


terdapat perbedaan nilai persen total
penurunan kandungan besi pada varian 2
dan 3 rumpun untuk masing-masing run.
Untuk run 1 masing-masing 92,41 dan
94,05 % dan untuk run 2 masing-masing
92,67 dan 94,37%. Sedangkan untuk eceng
gondok sebanyak 4 rumpun pada run 1 dan
run 2 masing-masing adalah 95,15 dan
97,34%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa untuk mengolah
air limbah industri tekstil yang mengandung
polutan besi sebanyak 2,5150-6,1274 ppm
pada tempat seluas 0.28 m2 dengan volume
20 l dapat digunakan tanaman eceng gondok
(Eichhornia crassipes)
sebanyak 24
rumpun karena dapat menurunkan kadar
besi antara 92,54-96,26 %.
Perbedaan konsentrasi logam besi (Fe) dan
jumlah rumpun menghasilkan variasi waktu
optimum penurunan kandungan logam besi
(Fe).

Gambar 8. Kurva hubungan antara persen total


penurunan kandungan besi terhadap jumlah rumpun
eceng gondok (run 1).

Dalam rentang waktu pengamatan selama 5


hari, tidak semua varian jumlah rumpun
dapat
ditentukan
waktu
optimumnya
terhadap persen penurunan kandungan
logam besi (Fe).

40 fluida

Secara umum
peningkatan nilai persen
penurunan kadar besi dipengaruhi oleh

jumlah rumpun.
Semakin banyak jumlah
rumpun maka semakin banyak akar yang

menyerap
logam besi (Fe) di dalam air
limbah tersebut. Untuk luas permukaan 0.28
m2 baik run 1 maupun run 2 persen total
penurunan kandungan logam besi (Fe)

maksimum diperoleh
pada varian 4 rumpun,
adalah run 1:95,18 % dan run 2:97,34 %.

Untuk percobaan selanjutnya disarankan:


Rentang
1.
waktu pengmatan dilakukan
lebih dari 5 hari untuk menetapkan
waktu optimum persen penurunan
kandungan logam besi (Fe) dari semua
varian jumlah
rumpun.

2. Percobaan dilakukan dengan variasi luas


permukaan atau kepadatan populasi
tanaman.
Di samping itu, perlu
dipertimbangkan berkurangnya nilai DO
di dalam air dan faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

TERIIMA KASIH
Terima kasih kepada Sdr. Joko Pamungkas
dan Sulistyawati mahasiswa Jurusan Teknik
Kimia
Politeknik
Negeri
Bandung,
Angkatan 2001, yang telah berpartisipasi

Vol. 4 No. 1 Mei 2005


dalam pengumpulan data pada penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Air Lahan dan Lingkungan Mitigasi
Bencana,
Vol 1 No. 1 hal 1-7.
Pengamatan Fauna Akar Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes) Dengan Tekanan
Pada Moluska.
Journal of Water Science and Technology,
vol 37, 1998. Which Policies Can Stop
Large Scale Eutrophication?.
Koran Pikiran Rakyat 19 Oktober 2004.
Cara Biologis Kurangi Pencemaran
Limbah
Sungai
Citarum
Harus
Ditanami Eceng Gondok.
NN. 2000. Modul I Karakteristik Limbah
Industri. Dinas Pekerjaan Umum Cipta
Karya,
Sub
Dinas
Penyehatan
Lingkungan.
NN. 2000. Modul II Karakteristik Limbah
Industri. Dinas Pekerjaan Umum Cipta
Karya,
Sub
Dinas
Penyehatan
Lingkungan.
Sobirin, S. dkk. 2003. West Java Annual
State of Environment Report, Landuse
Change-Water Problem.
Bandung
BPLHD Propinsi Jawa Barat.

You might also like