You are on page 1of 13

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.

1, 2010, halaman 18-28

ISSN : 1470 - 0177

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus


LAM.) SECARA in Vitro DAN In Vivo PADA TIKUS YANG DIBERI BEBAN
AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL
1

Ni Made Dwi Sandhiutami, 2Ngatidjan, 2Erna Kristin


1
Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila
2
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
Email: dwi_sandhiutami@yahoo.com
Abstract
Increasing oxygen consumption during intensive physical exercise may increase production of
free radicals, and if it exceeds physiological capacity may cause oxidative stress as shown as
chance of MDA level. Buah merah oil contains high betacarotene and tocopherol, as well as
fatty acid such as oleic acid, linoleic acid, linolenic acid and decanoic acid. Tocopherol is
major biological lipid-soluble antioxidant, protecting structures and function of cell
membranes from free radicals. The objective of this study was to know in vitro antioxidant
activity and the effect of buah merah oil on MDA level in blood during maximum physical
activity treatment. In vitro antioxidant activity test was conducted using DPPH method (2,2diphenyl-1-picryl hydrazyl). In vivo antioxidant activity test was done by using 24 male
Wistar rats in pre - post test control group design. The rats were grouped into 4 groups. The
control group was given destillated water and three treatment groups were given buah merah
oil in the dose of 0,15 ml/kgBW; 0,3 ml/kgBW; 0,6 ml/kgBW respectivelyfor 10 days. Before
buah merah oil was given, level of MDA was measured. Ten days later, the four group were
given maximum physical activity mean of swimming until the sign of fatigue occurred (nearly
drowned) and the blood was taken for blood MDA examination. In vitro, the IC50 of buah
merah oil was 451,51 g/ml. In vivo test, dosage 0,15 ml/kgBW could decrease MDA 5,22%
Dosage 0,3 ml/kgBW could decrease MDA 11,96% and dosage 0,6 ml/kgBW could decrease
MDA 8,19% . Buah merah oil showed antioxidant activity in vitro. In vivo experiment, all
dosage of buah merah oil decreased blood MDA level but in the dose of 0,3 ml/kgBW
decreased MDA level more than dose of 0,15 ml/kgBW and 0,6 ml/kgBW.
Key words: red fruit oil, antioxidant,DPPH, physical exercise, MDA
Pendahuluan
Pada latihan fisik konsumsi oksigen tubuh
akan meningkat 10 sampai dengan 15 kali
lebih tinggi dibanding waktu istirahat
(Metin et al., 2002). Meningkatnya
konsumsi oksigen selama latihan fisik
yang intensif, dapat meningkatkan
produksi radikal bebas (Clarkson &
Thompson, 2000). Radikal bebas adalah
atom atau molekul yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan
di orbit terluarnya (Murray et al.,1996).
Radikal bebas yang diproduksi pada
latihan fisik dapat melebihi kapasitas

pertahanan
antioksidan
sehingga
mengakibatkan stres oksidatif (Allesio,
1993). Vittala et al.(2004), mengemukakan
bahwa latihan fisik dengan intensitas
sedang dan berat akan menghasilkan
radikal bebas oksigen yang dapat
menyebabkan kerusakan pada membran
lipid, protein, DNA, dan komponen sel
lainnya.
Kerusakan pada membran lipid yang
dikenal
sebagai
peroksidasi
lipid,
merupakan kerusakan oksidatif dari lemak
tidak jenuh rantai panjang pada membran
lipid yang disebabkan oleh radikal bebas
18

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.1, 2010, halaman 18-28

oksigen (Gutteridge, 1995). Penemuan dan


pengukuran peroksidasi lipid merupakan
bukti yang paling sering digunakan untuk
mendukung peranan reaksi radikal bebas
dalam timbulnya penyakit (Gutteridge,
1995). Pendekatan yang paling umum
digunakan untuk mengukur produk akhir
yang menyertai peroksidasi lipid adalah
pengukuran
malondialdehid
(MDA)
(Janero, 1990).
Tubuh mempunyai sistem pertahanan
terhadap radikal bebas yaitu komponen
antioksidan endogen seperti superoxide
dismutase (SOD), glutation peroksidase
(GPX), dan katalase yang dapat
menghilangkan radikal bebas secara
enzimatik dan antioksidan eksogen yang
besarnya tergantung pada masukan diet.
Meskipun tubuh secara alami dapat
mengatasi peningkatan radikal bebas tetapi
pada kondisi tertentu seperti pada latihan
fisik yang relatif berat, antioksidan
endogen tidak mencukupi, sehingga tubuh
memerlukan
antioksidan
dari
luar
(Clarkson & Thompson, 2000).
Eksplorasi senyawa antioksidan dari bahan
alam kini banyak dilakukan. Salah satu
tanaman obat yang cukup menarik
perhatian dan banyak diteliti sejak akhir
2004 adalah buah merah (Pandanus
conoideus Lam.). Penelitian kandungan
senyawa aktif dalam minyak buah merah
yang berkhasiat obat telah dilakukan dan
pada
awalnya
ditujukan
untuk
menggungkap kandungan gizinya. Minyak
buah merah mengandung zat-zat gizi
bermanfaat atau senyawa aktif dalam kadar
tinggi, diantaranya betakaroten, tokoferol,
serta asam lemak seperti asam oleat, asam
linoleat, asam linolenat, dan asam
dekanoat. Kandungan tokoferol dalam
minyak buah merah tinggi dan memiliki
aktivitas biologi sebagai antioksidan (Budi
& Paimin, 2004). Minyak buah merah
yang mengandung tokoferol sebagai
antioksidan, dapat mencegah dampak

ISSN : 1470 - 0177

buruk peroksidasi lipid yang timbul pada


pemberian beban aktivitas fisik maksimal
yang ditunjukkan dengan perubahan kadar
MDA.
Pengujian aktivitas antioksidan dapat
dilakukan dengan berbagai metode.
Meskipun suatu senyawa uji menunjukkan
aktivitas antioksidan yang tinggi dengan
salah satu metode, tidak selalu akan
memberikan hasil yang sama baiknya
dengan menggunakan metode lainnya
sehingga disarankan untuk mengukur
aktivitas antioksidan dengan berbagai
macam metode (Takaya et al.,2003).
Sehingga pada penelitian ini dilakukan
secara in vitro dan in vivo.
Apabila diketahui bahwa pemberian
minyak buah merah dapat sebagai
antioksidan melalui pengujian in vitro dan
mampu meredam peroksidasi lipid yang
ditunjukkan dengan penurunan kadar
MDA, maka pemberian suplemen buah
merah dapat direkomendasikan sebagai
antioksidan untuk mengurangi efek negatif
akibat latihan fisik dan mencegah
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif.
Selain
itu
penelitian
ini
dapat
meningkatkan
pemeliharaan
dan
pengembangan pengobatan tradisional
sebagai antioksidan yang secara medis
dapat dipertanggungjawabkan.
Metodologi Penelitian
Uji aktivitas antioksidan merupakan
penelitian eksperimental laboratoris murni.
Uji aktivitas antioksidan secara in vitro
dilakukan dengan menggunakan DPPH
(Zou et al., 2004). Sedangkan uji aktivitas
antioksidan secara in vivo dilakukan
dengan pre test- post test control group
design dengan tiga kelompok eksperimen
dan satu kelompok kontrol (Campbell &
Stanley, 1972).

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.1, 2010, halaman 18-28

1.Bahan utama
Bahan yang digunakan adalah minyak
buah merah yang diperoleh dari Drs. I
Made Budi, dosen Fakultas MIPA,
Universitas Cendrawasih, Irian Jaya. Drs. I
Made Budi merupakan orang pertama yang
membudidayakan tanaman buah merah.
Bagian buah yang digunakan adalah
daging buah merah yang diolah menjadi
minyak buah merah
2. Bahan penunjang
Bahan penunjang yang digunakan adalah
DPPH
(2,2-difenil-1-pikril
hidrazil)(Sigma.Co), etanol, akuades,
EDTA,
TBA,
4,1,3,3-tetrametoksi
propane, asam fosfowalframat, asam asetat
glasial, BHT, heksan, dan dl-tochopherol.
3. Subyek penelitian in vivo
Penelitian ini menggunakan tikus putih
galur Wistar jantan sebagai subyek
penelitian yang didapat dari Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada
dalam kondisi yang terkontrol. Penelitian
stres oksidatif dengan menggunakan model
binatang mempunyai keuntungan dari sisi
teknis,
yaitu
prosedur
pengukuran
parameter stres oksidatif yang dipakai bisa
lebih invasif. (Nakao et al., 2000)
4. Alat Penelitian
Alat yang digunakan adalah timbangan
untuk tikus, bak untuk aktivitas berenang,
sonde untuk memasukkan bahan uji,
mikrohaematokrit, alat gelas dan alat
laboratorium
standar
antara
lain:
timbangan elektronik, vortex mixer,
magnetic stirer, PH meter, dispenser,
mikropipet dari berbagai macam ukuran,
sentrifuge, water bath, spektrofotometer
UV-VIS (Spektronik 20-Genesys) dan
spektrofluorometer Shimadzeu RF 510.

ISSN : 1470 - 0177

5. Jalannya Penelitian
a. Pengujian aktivitas antioksidan secara
in vitro
Satu mililiter DPPH 0.5 mM dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, ditambah 50 l
minyak buah merah atau vitamin E dengan
berbagai
konsentrasi.
Kemudian
ditambahkan 3,95 ml etanol dan divortex
hingga tercampur merata dan didiamkan
selama 30 menit. Besarnya konsentrasi
minyak buah merah yang diperoleh dibuat
hingga memberikan nilai IC50 yaitu
konsentrasi yang memberikan persentase
penangkapan radikal sebanyak 50%
dibanding kontrol melalui suatu persamaan
garis regresi linier. Setelah itu, serapan
larutan dibaca pada panjang gelombang
517 nm. Dilakukan pula pembacaan
serapan larutan kontrol yakni tanpa
penambahan bahan uji atau vitamin E.
Besarnya aktivitas antiradikal atau
penangkapan radikal (radical scavenging)
dihitung dengan rumus :
% aktivitas = (Absorbansi kontrolAbsorbansi sampel) x 100%
antioksidan
Absorbansi kontrol

b. Pengujian aktivitas antioksidan secara


in vivo
Sampel darah diambil dari seluruh subyek
penelitian, yaitu tikus putih galur Wistar
sebelum diberi perlakuan dari medial
canthus sinus orbitalis sebanyak 2 ml.
Darah disentrifuse untuk mendapatkan
plasma dan dilakukan pengukuran kadar
MDA pada plasma. Kemudian masingmasing kelompok perlakuan diberikan
sediaan uji dengan dosis 0,15 ml/kgBB per
hari; 0,3 ml/kgBB per hari; dan 0,6
ml/kgBB per hari, selama 10 hari. Pada
hari ke-10, tikus dibuat stres oksidatif
dengan diberi beban aktivitas fisik
maksimal yaitu dibuat berenang sampai
terjadi tanda-tanda kelelahan berupa
hampir tenggelam (Nakao et al., 2000).
Setelah itu sampel darah segera diambil,
kemudian dilakukan kembali pengukuran
kadar MDA pada plasma.
3

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.1, 2010, halaman 18-28

c. Cara mengukur kadar malondialdehid


(MDA)
Duaratus limapuluh mikroliter
plasma ditambah 100 l sodium duodesil
(SDS) 8,1%, 750 l HCl 0,5 M, 750 l
thiobarbituric acid (TBA) 20 M, dan 125
l aquabidest (DDW ), divortex. Lalu
dilakukan pemanasan selama 15 menit
pada suhu 90 C. Kemudian dinginkan
selama 10 menit. Tambahkan aquabidest
(DDW) 500 l dan 2,5 ml n Butanol pir,
divortex, lalu disentrifuge 3000x g selama
15 menit. Supernatan dibaca pada eksitasi
fluorometer 520 nm, emisi 550 nm, lalu
dilihat absorbansinya (Yagi K, 1987).
6. Analisis data
Analisis statistik menggunakan
program SPSS 11. Pada penelitian ini
dilihat uji beda tiap kelompok sebelum dan
sesudah perlakuan dengan uji t terhadap
kadar MDA. Kemudian dilakukan uji

ISSN : 1470 - 0177

ANOVA satu jalur dengan P<0,05 untuk


melihat
perbedaan
antar-kelompok
terhadap kadar MDA. Bila pada uji ini
ditemukan perbedaan yang bermakna,
maka dilakukan tes Post hoc untuk variabel
yang bermakna tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Penentuan Aktivitas Antioksidan secara
In Vitro dengan DPPH
Aktivitas antioksidan minyak buah merah
dengan DPPH disertai dengan nilai IC50nya (suatu konsentrasi bahan uji yang
mempunyai aktivitas antioksidan sebanyak
50%) disajikan dalam tabel 1. Sebagai
pembanding digunakan vitamin E yang
sudah diketahui sebagai antioksidan. Data
penentuan aktivitas antioksidan vitamin E
dengan metode DPPH beserta nilai IC50nya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Aktivitas antioksidan minyak buah merah dengan metode DPPH


Absorbansi kontrol 0,770 0,010
Kadar minyak buah
merah (g/ml)

Absorbansi sampel
Aktivitas antioksidan
pada 517 nm
(%)
0,547
28,96
173,00
0,556
27,79
0,551
28,44
0,502
34,81
259,50
0,516
32,99
0,507
34,16
0,460
40,26
346,00
0,459
40,39
0,450
41,56
0,391
49,22
432,50
0,395
48,70
0,398
48,31
0,357
53,64
519,00
0,340
55,84
0,325
57,79
Persamaan garis regresi liniernya : y = 0,0803 x + 13,738
r = 0,9982
IC50 = 451,51 g/ml
x = kadar minyak buah merah
y = aktivitas antioksidan rata-rata minyak buah merah

Rata-rata aktivitas SD
(n=3)
28,40 0,59

33,99 0,92

40,74 0,72

48,74 1,02

55,76 2,08

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.1, 2010, halaman 18-28

ISSN : 1470 - 0177

Tabel 2. Aktivitas antioksidan vitamin E dengan metode DPPH


Absorbansi kontrol 0,75 0,006
Kadar Vitamin E
(g/ml)

Absorbansi sampel
Aktivitas antioksidan
pada 517 nm
(%)
0,634
15,47
4,01
0,639
14,80
0,633
15,60
0,557
25,73
6,02
0,551
26,53
0,566
24,53
0,473
36,93
8,02
0,483
35,60
0,482
35,73
0,330
56,00
12,04
0,346
53,87
0,342
54,40
0,180
76,00
16,05
0,176
76,53
0,173
76,93
Persamaan garis regresi liniernya : y = 5,036 x 4,822
r = 0,9997
IC50 = 10,89 g/ml
x = kadar vitamin E
y = aktivitas antioksidan rata-rata vitamin E

Rata-rata aktivitas SD
(n=3)
15,29 0,43

25,60 1,01

36,09 0,73

54,76 1,11

76,49 0,47

Untuk lebih jelasnya, pada gambar 1 dan 2 dilukiskan kurva yang menyatakan hubungan
antara kadar minyak buah merah dan vitamin E dengan rata-rata aktivitas antioksidan (%)

aktivitas antioksidan (%)

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
173,00

259,50

346,00

432,50

451,51

519,00

kadar minyak buah merah


(g/ml)

Gambar 1. Grafik hubungan antara kadar minyak buah merah dengan rata-rata aktivitas
antioksidan(%)

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.1, 2010, halaman 18-28

ISSN : 1470 - 0177

100

aktivitas antioksidan (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
4,01

6,02

8,02

10,89

12,04

16,05

kada r vit E (g/ml)

Gambar 2. Grafik hubungan antara kadar vitamin E dengan rata-rata aktivitas antioksidan (%)
Dari hasil regresi linier, diperoleh IC50
vitamin E sebesar 10,89 g/ml, sedangkan
minyak buah merah mempunyai nilai IC50
sebesar 451,51 g/ml. Dari harga IC50
dapat diketahui bahwa minyak buah merah
memiliki aktivitas antioksidan yang lebih
kecil daripada vitamin E.
DPPH merupakan radikal sintetik yang
larut dalam pelarut polar seperti metanol
dan etanol. DPPH merupakan radikal yang
stabil yang dapat diukur intensitasnya pada
panjang gelombang 515 nm (Pokorni et al.,
2001).
Adanya senyawa yang bereaksi sebagai
antioksidan akan mereduksi radikal DPPH
menurut reaksi:
DPPH + AH DPPH-H + A
O2 N

O2N

NO2

+ ROH

H
N

.
NO2 +RO
Radikal Fenoksi
Flavonoid

Flavonoid
O2N
Radikal DPPH (ungu)

O2 N
DPPHH (kuning)

Gambar 3. Reaksi antara DPPH dengan


senyawa antioksidan (Molyneux, 2004)
Sebagai akibatnya, maka penambahan
senyawa yang bereaksi sebagai antiradikal
akan menurunkan konsentrasi DPPH ini.
Adanya penurunan konsentrasi DPPH ini
akan
menyebabkan
penurunan
absorbansinya
dibandingkan
dengan
absorbansi kontrol yang tidak diberi
senyawa uji yang diduga mempunyai
aktivitas antioksidan (Molyneux, 2004).

Adanya aktivitas antioksidan minyak buah


merah ditunjukkan oleh menurunnya
absorbansi larutan DPPH yang ditambah
dengan minyak buah merah dibandingkan
dengan absorbansi larutan kontrol (larutan
DPPH yang tidak ditambah dengan minyak
buah merah). Hal ini disebabkan adanya
senyawa antioksidan, yaitu tokoferol dan
beta karoten dalam minyak buah merah
yang mampu mereduksi radikal DPPH.
Parameter yang digunakan untuk aktivitas
antioksidan dengan metode penangkapan
radikal DPPH ini adalah IC50 yaitu
konsentrasi senyawa (ekstrak) uji yang
dibutuhkan untuk mengurangi radikal
DPPH sebesar 50% (Zou et al., 2004).
Harga
IC50
didefinisikan
sebagai
konsentrasi efektif zat uji yang dapat
menurunkan 50% intensitas serapan
dibandingkan dengan kontrol. Nilai IC50
diperoleh dengan menggunakan persamaan
regresi linier yang menyatakan hubungan
antara konsentrasi senyawa uji (x) dengan
aktivitas antioksidan rata-rata (y) dari
suatu seri replikasi pengukuran. Semakin
kecil nilai IC50, maka senyawa uji tersebut
mempunyai
keefektifan
sebagai
antioksidan yang lebih baik.
Dari hasil regresi linier pada penelitian ini,
dapat diketahui bahwa minyak buah merah
memiliki aktivitas antioksidan yang lebih
kecil daripada vitamin E. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh bentuk
3

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.1, 2010, halaman 18-28

sediaan uji (minyak buah merah) yang


masih berupa ekstrak kasar.
Efek Pemberian Minyak Buah Merah
pada Kadar MDA
Subyek dalam penelitian adalah 24 ekor
tikus putih galur Wistar yang dibagi
menjadi 4 kelompok, yaitu 6 ekor untuk
kelompok plasebo sebagai kontrol; 6 ekor
untuk kelompok dosis 0,15 ml/kgBB; 6
ekor untuk kelompok dosis 0,3 ml/kgBB;
dan 6 ekor untuk kelompok dosis 0,6
ml/kgBB sebagai kelompok perlakuan.
Seluruh subyek penelitian diberi beban
aktivitas fisik maksimal yaitu dibuat
berenang sampai terjadi tanda-tanda
kelelahan berupa hampir tenggelam.
Aktivitas tersebut dilakukan selama 60
menit. Karakteristik subyek penelitian
diperlihatkan pada tabel 3.
Karakteristik subyek tidak menunjukkan
perbedaan yang bermakna. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi awal ketiga
kelompok sama sehingga diharapkan hasil
yang diperoleh benar-benar merupakan
hasil dari perlakuan. Sebelum melakukan
pengukuran kadar MDA dalam plasma,
telah ditentukan nilai CV (Coeffisient of
Variant) dari pemeriksa sehingga variasi
hasil yang mungkin terjadi bukan karena
kesalahan pemeriksa. Syarat nilai CV
adalah < 5%. Nilai CV yang diperoleh
pada pengujian in vitro adalah 2,07% pada
kadar 173 g/ml. Nilai CV untuk
pengukuran MDA pada kadar 0,99
nmol/ml adalah 3,23%.
Pada penelitian ini, telah dilakukan
penelitian pendahuluan dengan satu
Tabel 3. Karakteristik subyek penelitian
Variabel
Plasebo
Dosis 0.15
ml/kgBB
BB(kg)
149,67 5,04
1480,75
Umur (bln)
2
2
Jumlah sampel
6
6

ISSN : 1470 - 0177

kelompok plasebo dan beberapa kelompok


variasi dosis. Dosis yang digunakan pada
penelitian pendahuluan ini adalah dosis
lazim yaitu 0,3 ml/kgBB; dosis yang
ditingkatkan dua kali dari dosis lazim yaitu
0,6 ml/kg BB; dosis yang ditingkatkan
empat kali dari dosis lazim yaitu 1,2
ml/kgBB; dan dosis yang ditingkatkan
sepuluh kali dari dosis lazim yaitu 3
ml/kgBB.
Pada
kelompok
plasebo
terjadi
peningkatan kadar MDA darah sebesar
21,84% sedangkan pada kelompok dosis
0,3 ml/kgBB terjadi penurunan kadar
MDA darah sebesar 18,64%; pada
kelompok dosis 0,6 ml/kgBB terjadi
penurunan kadar MDA darah sebesar
8,45%; dan pada kelompok dosis 1,2
ml/kgBB terjadi penurunan kadar MDA
darah sebesar 7,53%. Tetapi kembali
terjadi peningkatan kadar MDA darah pada
dosis 3 ml/kgBB sebesar 16,98%.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan,
variasi dosis yang digunakan pada
penelitian ini adalah 0,15 ml/kgBB; 0,3
ml/kgBB; dan 0,6 ml/kgBB untuk melihat
bagaimana pengaruh minyak buah merah
pada dosis lebih rendah dan lebih tinggi
dari dosis lazim.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kadar MDA plasma
sebesar 23,64% pada kelompok plasebo.
Sementara pada kelompok dosis 0,15
ml/kgBB terjadi penurunan kadar MDA
sebesar 5,22 %; pada kelompok dosis 0,3
ml/kgBB terjadi penurunan kadar MDA
sebesar 11,96% dan pada kelompok dosis
0,6 ml/kgBB, kadar MDA plasma
mengalami penurunan sebesar 8,19%.

Dosis 0.3
ml/kgBB
148,836,04
2
6

Dosis 0.6
ml/kgBB
149,833,13
2
6
2

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.1, 2010, halaman 18-28

ISSN : 1470 - 0177

Perubahan kadar MDA plasma pada penelitian ditampilkan pada tabel 4 dan pada gambar 4.
Tabel 4. Kadar MDA plasma (nmol/ml) sebelum dan sesudah perlakuan
Kelompok
Placebo
Kelompok dosis 0,15
ml/kgBB
Kelompok dosis 0,3
ml/kgBB
Kelompok dosis 0,6
ml/kgBB

Sebelum
perlakuan
(mean SD)
2,37 0,32

Sesudah perlakuan
(mean SD)

Perubahan kadar
MDA (%)

2,90 0,20

0,000

2,65 0,31

2,51 0,30

2,59 0,18

2,28 0,13

3,05 0,12

2,80 0,13

Peningkatan
23,64%
Penurunan
5,22%
Penurunan
11,96%
Penurunan
8,19%

0,000
0,001
0,000

140%
123,64%
120%
100%

100%

100%

100%
94,78%

80%

100%
91,81%

88,03%

awal

60%

akhir

40%
20%
0%
plasebo

dosis 0,15 ml/kgBB

dosis 0.3 ml/kgBB

dosis 0.6 ml/kgBB

Gambar 4. Persentase perubahan kadar MDA

Pada
kelompok
plasebo,
terjadi
peningkatan kadar MDA darah yang
bermakna secara statistik (p<0,05).
Sedangkan pada ketiga kelompok dosis,
terjadi penurunan kadar MDA yang
bermakna secara statistik (p<0,05).
Dari ketiga variasi dosis, pemberian dosis
0,3 ml/kgBB menunjukkan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan dosis 0,15
ml/kgBB dan dosis 0,6 ml/kgBB. Dosis 0,3
ml/kgBB merupakan dosis lazim dalam
masyarakat yang secara empiris digunakan
sebagai pengobatan tradisional. Dosis 0,15
ml/kgBB
menunjukkan
persentase
penurunan kadar MDA yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan dosis lazim
karena kadar yang diberikan lebih rendah.
Sehingga jumlah antioksidan tidak cukup
banyak untuk meredam radikal bebas yang
terbentuk.

Dosis 0,6 ml/kgBB juga menunjukkan


persentase penurunan kadar MDA yang
lebih kecil jika dibandingkan dengan dosis
0,3 ml/kgBB. Hal ini karena antioksidan
potensial dapat menjadi suatu pro-oksidan.
Tokoferol (Toc H) karena keberadaannya
dalam membran, dapat bereaksi dengan
radikal lipid (L) dan radikal peroksilipid
(LOO).
Toc-H + L
Toc-H + LOO

Toc + LH
Toc + LOOH

Radikal tokoferil (Toc) tidak terlalu


reaktif karena terjadinya resonansi.
Meskipun demikian radikal tokoferil harus
dihilangkan. Setelah berinteraksi dengan
radikal lipid (L), tokoferol berubah
menjadi radikal tokoferil (Toc). Tokoferol
dapat diregenerasi jika bereaksi dengan
vitamin C. Setelah berinteraksi dengan
radikal tokoferil, vitamin C kemudian
2

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.1, 2010, halaman 18-28

berubah menjadi bentuk radikal bebas


vitamin C. Glutation (GSH) membantu
regenerasi vitamin C dan menjadi radikal
thyil (GS). (GS) bereaksi menjadi
Glutation oksidasi (GSSG) (Kontush et al.,
1996)
Oleh karena itu pemberian buah merah
dalam dosis yang lebih tinggi dapat
meningkatkan kadar radikal tokoferil
(Toc) dalam darah. Jika tidak terdapat
vitamin C dalam jumlah yang cukup untuk
meregenerasi radikal tokoferil, maka
jumlah radikal bebas akan kembali
meningkat dan kemungkinan terjadi
peroksidasi lipid kembali.
Dari hasil uji t-test antara sebelum dan
sesudah perlakuan, terlihat bahwa pada
kelompok plasebo yang tidak mendapat
buah merah tetapi diberi beban aktivitas
maksimal, terjadi peningkatan kadar MDA.
Peningkatan kadar tersebut menunjukkan
terjadinya stres oksidatif. Viitala et al.
(2004), dalam penelitiannya melaporkan
bahwa aktivitas fisik yang berat signifikan
meningkatkan terjadinya peroksidasi lipid.
Beberapa studi melaporkan bahwa
aktivitas fisik maksimal yang sifatnya akut
dapat meningkatkan peroksidasi lipid
(Clarkson
&
Thompson,
2000;
Alesio,1993). Cooper (2002), juga
melaporkan bahwa kadar MDA pada
plasma dan eritrosit meningkat pada
latihan fisik akut. Stres oksidatif tidak
terukur kecuali jika latihan fisik dilakukan
dengan intensitas mendekati maksimal.

Radikal Lipid
L

LH

Tokoferol
Toc H

Radikal Tokoferil
(Toc)

ISSN : 1470 - 0177

Dalam penelitian in vivo, yang termasuk


penanda stres oksidatif adalah peroksidasi
lipid, oksidasi protein dan kerusakan DNA
serta antioksidan endogen termasuk asam
askorbat, tokoferol, GSH, GSSH dan
GSSG, ubiquinone, ubiquionol, cysteine,
dan cystine (Liu, 2000). Dalam penelitian
ini penanda stres oksidatif yang digunakan
sebagai parameter adalah perubahan kadar
MDA dalam darah. Karena darah
mengandung antioksidan dan mudah
diambil dari tubuh, sehingga pemeriksaan
pada darah sering digunakan pada studi in
vivo respon antioksidan pada stres
oksidatif (Clarkson & Thompson, 2000).
Beberapa studi yang menggunakan MDA
sebagai penanda produksi radikal bebas
karena latihan fisik menemukan hasil yang
bervariasi.
Meskipun
teknik
pemeriksaannya mudah untuk digunakan
dan diinterpretasikan, menurut Clarkson &
Thompson (2000), penggunaan MDA
masih problematik untuk beberapa alasan.
(1) aldehid selain MDA dapat bereaksi
dengan
asam
tiobarbiturat
untuk
menghasilkan
komponen
yang
mengabsorbsi dengan rentang yang sama
dengan MDA; (2) dekomposisi lipid
peroksida selama tes sendiri dapat
menutupi kandungan MDA sebenarnya;
(3) ada atau tidaknya ion logam atau
radikal
lain
mempengaruhi
laju
dekomposisi lipid peroksida.
Respon sistem pertahanan antioksidan
terhadap latihan fisik tergantung pada
banyak faktor (Selman et al., 2002).
Radikal Vit C
Vit C

GSH

Vit C

GS
GS
GSSG

Gambar 5. Regenerasi tokoferol (Kontush et al., 1996)


2

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.1, 2010, halaman 18-28

Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah


durasi latihan, intensitas latihan, paparan
latihan sebelumnya, umur subyek, dan
teknik analisis yang digunakan Variabilitas
hasil mungkin juga disebabkan oleh
perbedaan model latihan yang digunakan,
waktu pengambilan sampel, status latihan
subyek (terlatih atau tidak), dan faktor
lingkungan, misal ketinggian.
Kesimpulan
Dari Penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa minyak buah merah memiliki
aktivitas antioksidan pada pengujian in
vitro dengan nilai IC50 451,51 g/ml. Pada
pengujian in vivo, minyak buah merah
dosis 0,15 ml/kgBB; 0,3 ml/kgBB dan 0,6
ml/kgBB dapat menurunkan kadar MDA
dalam darah, tetapi minyak buah merah
dosis 0,3 ml/kgBB menurunkan kadar
MDA dalam darah lebih banyak
dibandingkan dosis 0,15 ml/kgBB dan
dosis 0,6 ml/kgBB.
Saran yang dapat disampaikan adalah
perlunya dilakukan standarisasi bahan
baku dan sediaan jadi minyak buah merah
dengan menggunakan standar dan metode
penetapan karakteristik mutu yang
disesuaikan sehingga dapat memberikan
jaminan perlindungan terhadap keamanan
dan kesehatan masyarakat serta perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
keamanan pemberian antioksidan dalam
dosis tinggi dan jangka waktu pemberian
yang lama.
Ucapan terima kasih
Terima kasih kepada rekan-rekan di
Bagian Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada dan di Bagian
Farmakologi,
Fakultas
Kedokteran
Universitas Gadjah Mada atas ijin dan fasilitas
yang diberikan selama berlangsungnya penelitian
ini.

ISSN : 1470 - 0177

Daftar Pustaka
Allesio,

H.M.
1993. Exercise-induced
Oxidative Stress. Med Sci Sports
Exerc. 25:218-224.
Budi, M. dan Paimin, F.R. 2004. Buah Merah.
hal.3-26, 47-56, 67-68. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Campbell, D.T., and Stanley, J.C. 1972.
Experimental and Quasi-experimental
Designs for Research. Rand Menally
& Company, Chicago.
Clarkson, P.M., and Thompson, H.S. 2000.
Antioxidants : What Role Do They
Play in Physical Activity and Health.
Am J Clin Nutr. 72:637-646.
Cooper, C.F., Vollaard, N.B.J., Choueri, and
Wilson, M.T. 2002. Exercise, Free
Radicals and Oxidative Stress.
Biochem. J. 30:280-286
Gutteridge, J.M.C. 1995. Lipid Peroxidation
and Antioxidants as Biomarkers of
Tissue Damage. Clin Chem. 41(12):
1819-1828.
Janero, D.R. 1990. Malondialdehyde and
Thiobarbituric
Acid
Reactivityas
Diagnostic
Indices
of
Lipid
Peroxidation Tissue Injury. Free Rad
Biol Med. 9 : 515-540.
Kontush, A., Finckh, B., Karten, B.,
Kohlschutter, A., and Beisiegel, U.
1996. Antioxidant and Prooxidant
Activity of -tocopherol in Human
Plasma and Low Density Lipoprotein.
J Lipid Res. 37: 1436-1448
Liu, J., et al. 2000. Chronically and Acutely
Exercised Rats: Biomarkers Oxidative
Stress and Endogenous Antioxidant. J
Appl Physiol. 89: 21-28
Metin, G., Atukeren, P., Gumustas, M.K.,
Belce, A., and Kayserilioglu, A. 2002.
The Effect of Vitamin E Treatment on
Oxidative Stress Generated in Trained
Rats. Tohoku J. Exp. Med. 198(1):4753.
Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable
Free Radical Diphenylpicrilhidrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant
Activity. J. Sci. Technol. 26(2): 211219
Murray, R.K., Granner, D., Mayes, P.A., and
Rodwell, V.W. 1996. Harpers
Biochemistry, 25th Edition.pp. 124,

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.1, 2010, halaman 18-28

156-157, 618-620, 730, 731, 750, 798,


816. Appleton & Lange.
Nakao, C., Ookawara, T., Kizaki, T., Oh-Ishi,
S., Miyazaki, H., Haga, S., Sato, Y., Ji,
Li., and Ohno, H. 2000. Effects of
Swimming Training on Three
Superoxide Dismutase Isoenzymes in
Mouse Tissues. J Appl Physiol. 88:
649-654.
Pokorni,J.,Yanishlieva, N., and Gordon, M.
2001. Antioxidant in Food; Practical;
Applications. CRC Press, New York
Selman, C., Mclaren, J.S., Collins, A.R., and
Speakman, J.R. 2002. Voluntary
Exercise Has Only Limited Effect on
Activity of Antioxidant Enzym and
Does Not Cause Oxidative Damage in
Small Mammal.J.Nutr. 132: 1784S1786S.

ISSN : 1470 - 0177

Takaya, Y., Kondo, Y., Furukawa, T., and


Niwa,
M.
2003.
Antioxidant
Constituents of
Redish Sprout
(Kaiware-daikon), Raphanus sativus
L. J.Agric.Food Chem. 51: 8061-8066
Viitala, P.E., Newhouse, I.J.,LaVoie, N., and
Gottardo, C. 2004. The Effect of
Antioxidant Vitamin Supplementation
on Exercise Induce Lipid Peroxidation
in Trained and Untrained Participants.
Lipid in Health and Disease. 3:14
Yagi, K. 1987. Lipid Peroxides and Human
diseases. Chemistry and Physic of
Lipids. 45: 337-351.
Zao, Y., Lu, Y., and Wei, D. 2004. Antioxidant
Activity of a Flavonoid-Rich Extract
of Hypericum perforatum L. in vitro.
J. Agric. Food Chem. 52:5032-39

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.1, 2010, halaman 18-28

ISSN : 1470 - 0177

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 15, No.1, 2010, halaman 18-28

ISSN : 1470 - 0177

You might also like