°
a
Hu
Hee
ae
tHE
de
gaee
gage
i
unl
1
g
“aa od undodoareg unRP 1 OE YRS RID UDBORDT UOGACSNY Yap LOMUTNDUR BOHR
“nou uigrgntdel up vogue
12 nm oRrud sod Und Yon a Logpuad UofReied peed wuts pain ony sang
eyo mone uo
SS
Ayss@Alup [esnynouBy 1080g
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang °
Antar berbagai komponen penyusun ekosistem baik
komponen biotik maupun abiotik, terdapat hubungan
timbal balik. Hubungan antar Komponen biotik tidak
selalu bersifat saling menguntungkan tetapi kadang-
kadang bersifat parasitisme atau pemangsaan. Demikian
halnya dengan Lichen yang dikenal dengan sebutan Lumut
Kerak. Walaupun bernama lumut tetapi sebenarnya jasad
tersebut bukaniah termasuk golongan Lumut melainkan
hasil simbiosis antara fungi dengan alga. Keberadaan
lumut Kkerak sebagai komponen penyusun ekosistem ini
tidak dapat diabaikan begitu saja, terlebih lagi pada
@aerah-daerah dengan kondisi ekstrim seperti daerah
kutub atau puncak-puncak gunung.
Polunin (1990) melaporkan bahwa lumut kerak men-
dominasi vegetasi di wilayah kutub Utara dan Selatan,
Puncak-puncak gunung yang tinggi dan praktis merupakan
penyusun vegetasi yang meliputi daerah dengan habitat
yang lebih kering. Lumut kerak juga merupakan pe-
rintis yang nyata mengkoloni daerah gundul yang tentu
akan meningkatkan penutupan lahan. Di sekitar kutub
Utara’ dan Selatan, lumut kerak menyediakan sebagian
besar pakan bagi rusa kutub dan karibu.
Lumut kerak selain dapat mempengaruhi komponen
ekosistem lain juga keberadaannya sangat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan, antara lain tingkat pencema-
ran udara tempat lumut kerak hidup. Richardson dan
Nieboer (1981) menerangkan bahva lumut kerak selain
bersifat peka terhadap pencemaran udara juga mampu
menyerap bahan-bahan beracun di udara dan menampilkan
gejala yang Khas untuk bahan beracun tertentu.°
10 HOH
un rer ces yge reve SRC
‘uno Su thd Uo op wos
12 nm oRrusd sod wound Yon Logpuad YojReied gpd uu pan ony any
“aa od undodoareg unRP 1 OE YRS RID UDBORDT UOGACSNY Yap LOMUTNDUR BOHR
“nou uigrgntdel up uogurgcsuos eae
eyo mone uo
SS
AISIONUN [eanyInoUBYy 106g
Sernander (1926, diacu oleh LeBlenc dan Rao, 1973)
mengelompokkan suatu tenpat berdasarkan kepekaan Lumut
kerak terhadap tingkat pencemaran, menjadi tiga go-
longan yaitu : pertama, Iavoken (Lichen desert) adalah
@aerah pelarian lumut kerak atau tempat yang biasanya
kurang sesuai untuk pertumbuhan lumut kerak; kedua,
kamzon yang nerupakan daerah peralihan; ketiga, nor-
malzon, yaitu daerah tempat lumut kerak banyak terda-
pat dan menyebar secara normal.
Berdasarkan sifat-sifat ai atas, lumut kerak
dinarapkan dapat digunakan sebagai alat pemantau yang
sederhana dan murah untuk pencemaran udara. Selain
itu lumut kerak diharapkan dapat pula digunakan untuk
mengidentifikasi jenis~jenis pencenar udara yang ada
(Richardson dan Nieboer, 1981)
Di Indonesia, belum banyak diketahui tentang je-
nis-jenis lumut kerak yang ada dan bagaimana kepekaan-
nya terhadap pencemaran udara. Untuk itu sebagai
langkah pendahuluan dicoba dilakukan inventarisasi dan
penerian jenis-jenis lumut kerak yang ada di kampus
IPS Darnaga.
vujuan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan tujuan :
1. Mengetahui jenis~jenis lumut kerak yang berkembang
di kampus TPB Darnaga.
2. Mengetahui ciri-ciri, kelimpahan, dan penyebaran
jenis~jenis lumut kerak tersebut.
Hasil penelitian ini dinarapkan dapat dipakai
sebagai bahan acuan atau langkah pendahuluan untuk
Pengembangan program pemantauan pencemaran udara
secara biologis.