You are on page 1of 7

Novitri Sari

A1C215004
Pendidikan Matematika Reguler

Hukum Mengantungkan dan Memajang Foto, Gambar dan Lukisan

1. Menggantungkan/Memajang Gambar dan Lukisan


Menggantungkan dan memajang gambar/lukisan di dinding,
meja dan lain sebagainya adalah di larang, dan diwajibkan bagi setiap
orang yang mampu untuk mencopot/menurunkannya jika ia tidak mau
merobeknya. Hal ini berdasarkan hadits-hadits berikut:
) ( 1 ) ) :
: ( : ( ) 2
() .

: : :

] : :

[
Dari Aisyah R.a dia berkata: suatu ketika Rasulullah Saw masuk ke
dalam rumahku, dan saat itu aku menutupi rumahku dengan kain
penutup yang terdapat gambar (bernyawa) padanya. Tatkala beliau
melihatnya, wajah beliau berubah (merah karna marah) dan beliau
langsung menariknya dan bersabda: wahai Aisyah, sesungguhnya
orang yang paling berat azabnya di hari kiamat nanti adalah orang
yang mencoba menyaingi Allah dalam hal ciptaannya.

Dalam riwayat yang lain Nabi Saw bersabda: sesungguhnya pemilik


gambar-gambar ini kan di sikasa pada hari kiamat nanti, kemudian
diperintahkan kepada mereka: hidupkanlah apa yang telah kalian
ciptakan. Kemudian Beliau bersabda lagi : sesungguhnya rumah yang
di dalam nya terdapat gambar/lukisan tidak akan di masuki oleh para
malaikat. Aisyah berkata: maka kami memotong kain itu dan
menjadikannya satu/dua buah bantal, dan sungguh aku telah melihat
beliau bertelekan (duduk) di atas salah satu bantal itu yang ada
gambarnya. (HR. Bukhori Muslim)
: :
] [
]
] ( : [ ] [ )
[ ] ):
:
(
Nabi Saw juga bersabda: Malaikat Jibril mendatangiku tadi malam dan
berkata: aku telah mendatangimu tadi malam, akan tetapi aku tidak
bisa masuk karna di pintu ada patung dan juga kain pintu yang ada
gambar (bernyawa) nya serta seekor anjing. Maka adapun patung itu,
maka

penggallah/potonglah

kepala

nya

sehingga

ia

menyerupai

sebatang pohon, dan potonglah kain itu dan jadikanlah dua buah
bantal, dan suruhlah anjing itu untuk keluar karna sesungguhnya kami
tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar/lukisan dan
anjing. Dan ternyata anjing itu berada di bawah tempat tidurnya,
anjing itu adalah milik hasan atau husein. Maka nabi bersabda: hai
Aisyah, kapankah anjing ini masuk? Aisyah menjawab: Demi Allah aku
tidak tau maka Nabi memerintahkan anjing itu untuk keluar.
Dari hadits di atas dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Malaikat tidak akan memasuki rumah yang terdapat gambar/lukisan


yang di gantung/dipajang, ataupun patung-patung dan juga Anjing.
2. Malaikat yang dimaksud dalam hadits di atas adalah Malaikat
Rahmat (menurut jumhur ulama). Adapun malaikat yang lainnya
akan tetap memasuki rumah tersebut seperti malaikat maut.
3. Jika

gambar/lukisan

itu

tidak

dipajang/digantung,

maka

tidak

mengapa, karna Malaikat Jibril memerintahkan untuk menjadikan


kain pintu yang bergambar itu sebagai bantal, dan bantal tidak
dipajang/digantung.
4. Hadits diatas juga mengharamkan untuk melukis/menggambar
makhluk

yang

bernyawa

seperti

manusia,

jin,

binatang

dan

sebagainya, dan juga mengharamkan pembuatan patung (makhluk


bernyawa)
5. Para pelukis/penggambar dan pembuat patung, mereka adalah
orang

yang

paling

berat

siksanya

di

hari

kiamat

nanti.

Waliyaadzubillah.
6. Patung-patung dan gambar-gambar yang haram itu dapat berubah
hukumnya

apabila

bentuknya

dirusak

atau

direndahkan

(kedudukannya) seperti gambar-gambar yang ada di lantai yang di


injak

dengan

kaki

dan

sandal.

Ikrimah

berkata:

mereka

memakruhkan gambar yang didirikan (patung), tetapi mereka tidak


menganggap

terlarang

gambar

yang

di

injak

kaki.

Mereka

mengatakan bahwa gambar pada lantai dan bantal yang biasa


diinjak berarti menghinakannya.
7. Secara zhahir hadits diatas, gambar yang dimaksud adalah gambar
yang di lukis, di buat, atau dipahat.

2. Hukum Fotograf

Pada dasrnya fotograf merupakan hal baru dalam islam dan


belum ada dizaman rasulullah maupun para shohabat dan tabiin, lantas
bagai mana hukumnya? Apakah hukumnya sama dengan hukum lukisan
dan gambar yang di buat?
Syeikh Bukhait, seorang Mufti mesir mengatakan di dalam
bukunya

al-jawaabus

syaaf

ibaahatit

tashwiiril

futughraf

sebagaimana dikutip oleh Dr. Yusuf Qordhowy dalam bukunya halal dan
haram mengatakan bahwa pengambilan gambar dengan fotograf
yakni menahan bayangan dengan menggunakan sarana yang sudah
dikenal dikalangan orang-orang yang berprofesi demikkian (kamera)
sama sekali tidak termasuk gambar yang dilarang. Karna menggambar
yang diharamkan itu adalah mewujudkan dan menciptakan gambar
yang belum diwujudkan dan diciptakan sebelumnya, sehingga bisa
menandingi makhluk ciptaan Allah. Sedangkan tindakan ini tidak
terdapat

dalam

pengambilan

gambar

melalui

alat

fotograf

(kamera/tustel) tersebut.
Semua ulama bersepakat untuk membolehkan gambar/foto yang
benar-benar diperlukan, seperti foto untuk jati diri (ktp, sim) ataupun
yang lainnya yang menjadikan foto sebagai syarat pada sesuatu
tersebut. Wallahu alam

3. Hukum Wanita Mengupload Foto ke Sosial Media


Bagaimana hukumnya seorang wanita yang memajang foto wajahnya di
Facebook dan banyak laki-laki yang memuji kecantikannya?
Seorang ustadz menjawab kurang lebih:
Berarti wanita itu berjiwa "pelacur". Wangi parfumnya seorang wanita
saja, jika sengaja dipakai agar laki-laki dapat mencium baunya, oleh
Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam dikatakan sebagai pelacur,

apalagi

ini,

dengan

sengaja

menunjukkan

kecantikannya

untuk

dinikmati oleh laki-laki yang bukan mahramnya, dan wanita itupun


bertanggung jawab atas setiap dosa yang ia timbulkan bagi laki-laki
yang menikmati wajahnya.
Gambar wanita yang berada pada foto itu bisa disamakan
dengan gambar yang ada pada cermin, dalam hal sama-sama bukan
wujud asli dari bendanya. Jika gambar yang ada dicermin adalah
bayangan dari suatu benda, gambar yang dihasilkan dari kamera yang
berupa foto adalah pantulan cahaya pada suatu benda. Karena itulah
hukum melihat gambar wanita pada foto bisa disamakan dengan
melihat gambar pada cermin.
Menurut pendapat ulama', melihat bayangan wanita yang
berada dikaca atau dipermukaan air itu diperbolehkan, karena tidak
melihat secara langsung, dan yang dilihat hanyalah bayangan yang
menyerupai wanita bukan wujud dari wanitanya. Hal ini dikuatkan
dengan penjelasan para fuqoha' yang menyatakan, apabila seorang
laki-laki menggantungkan talaknya dengan melihat seorang wanita,
maka dengan hanya melihat gambarnya dicermin belum dianggap ta'liq
talaknya jatuh. Namun diperbolehkannya melihat foto seorang wanita
bagi laki-laki yang bukan mahromnya

dengan ketentuan ketika

melihatnya tidak syahwat, apabila ketika melihatnya syahwat, maka


hukumnya harom, dan ketentuan bagi orang yang memasang fotonya
adalah tidak memasang foto yang merangsang timbulnya syahwat bagi
orang yang melihatnya.
Kesimpulannya, hukum memasang foto wanita sebagai banner
PILKADA atau sebagai foto profl akun facebook yang dapat dilihat oleh
laki-laki yang bukan mahromnya, itu diperbolehkan asalkan foto yang
dipasang bukan foto yang dapat menarik kepada kemaksatan atau
dapat

menimbulkan

memperlihatkan aurot.

ftnah

dan

syahwat,

seperti

foto

yang

4. Fatwa Tentang Gambar dan Lukisan


Fatwa no 3059
Soal:
apa

hukum

menggantungkan

gambar/lukisan/foto

di

dinding?

Khususnya foto-foto/lukisan para raja, ulama dan orang-orang sholeh


sekedar untuk memuliakan mereka..
Jawab:
Menggambar/melukis sesuatu yang bernyawa dan menggantungkannya
di dinding adalah haram, baik gambar itu memiliki badan atau tidak,
baik itu gambar para raja, ulama, orang soleh atau selain mereka.
Dengan dalil keumuman hadits Nabi dalam masalah ini (hadits diatas).
Dan juga perintah Nabi Saw kepada Ali R.a : jangan biarkan satu
gambar pun melainkan kamu hilangkan, dan jangan biarkan satu
kuburan pun yang di agungkan melainkan engkau ratakan. (H.R
Muslim)
Fatwa no 2961
Soal:
Bagaimana hukum islam dalam menggantungkan foto di dinding
rumah?
Jawab:
Menggambar/melukis sesuatu yang bernyawa dan menggantungkannya
di dinding adalah haram, sebagaimana yang di sebutkan dalam hadits
Nabi Saw yang shohih bahwa haram menggantungkannya, dan juga
haram membuatnya. Sebagaimana sbda Nabi Saw: manusia yang
paling berat siksanya di hari kiamat kelak adalah para pembuat

gambar/pelukis. Dan sabda Nabi kepada Ali R.a : jangan biarkan satu
gambar pun melainkan kamu hilangkan, dan jangan biarkan satu
kuburan pun yang di agungkan melainkan engkau ratakan. (H.R
Muslim)
(Fatwa lajnah daimah lilbuhuts ilmiyah wal ifta- KSA)

You might also like