Professional Documents
Culture Documents
1. Geopark sebagai suatu kawasan merupakan sebuah kawasan yang berisi aneka jenis
unsur geologi sebagai warisan alam. Di kawasan itu dapat diimplementasikan dan
diaplikasikan aneka strategi pengembangan wilayah, yang dalam hal ini promosinya
harus didukung oleh program pemerintah. Sebagai kawasan, geopark harus memiliki
batas yang tegas dan nyata. Luas permukaan geopark-pun harus cukup, dalam artian
dapat mendukung penerapan kegiatan rencana aksi pengembangannya.
2. Geopark sebagai sarana pengenalan warisan bumi Geopark mengandung sejumlah situs
geologi (geosite) yang memiliki makna dari sisi ilmu pengetahuan, kelangkaan,
keindahan (estetika), dan pendidikan. Kegiatan di dalam geopark-pun tidak terbatas
pada aspek geologi saja, tetapi juga aspek lain seperti arkeologi, ekologi, sejarah dan
budaya.
3. Geopark sebagai kawasan lindung warisan bumi (geologi) Situs geologi penyusun
geopark adalah bagian dari warisan bumi. Berdasarkan arti, fungsi dan peluang
pemanfaatannya, keberadaan situs-situs tersebut perlu dilindungi.
4. Geopark sebagai kawasan pengembangan geowisata. Objek warisan bumi di dalam
geopark berpeluang menciptakan nilai ekonomi, dan pengembangan ekonomi local
melalui penyelenggaraan pariwisata berbasis alam (geologi) atau geowisata merupakan
sebuah
pilihan.
Pengelolaan
geopark
berkelanjutan
mempunyai
pengertian
6. Geopark sebagai tempat uji-coba ilmu pengetahuan dan teknologi Dalam kegiatan
melindungi objek warisan alam dari kerusakan atau penurunan mutu lingkungan,
kawasan geopark menjadi tempat percobaan dan peningkatan metoda perlindungan
yang diberlakukan.
Pasal 105
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 huruf g terdiri
atas :
a. pariwisata budaya;
b. pariwisata alam; dan
c. pariwisata buatan
(3) Pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :
a. kawasan wisata bahari meliputi :
7. Pantai Ujunggenteng berada di Kecamatan Ciracap;
8. Pantai Cibuaya berada di Kecamatan Ciracap;
9. Muara Panarikan berada di Kecamatan Ciracap;
c. kawasan ekowisata meliputi :
4. Kawasan Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan dan Ekowisata
Pantai Ujunggenteng berada di Kecamatan Ciracap;
Pasal 107
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 huruf i terdiri
atas :
b. kawasan pesisir dan laut;
(3) Kawasan pesisir dan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas kurang
lebih 12.770 (dua belas ribu tujuh ratus tujuh puluh) hektar meliputi: diantaranya :
Pasal 139
Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128
huruf g diwujudkan dengan indikasi program meliputi:
a. penataan dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata;
b. penataan dan pengendalian pembangunan kawasan wisata;
c. penyediaan infrastruktur pendukung kegiatan wisata;
d. promosi ke daerah-daerah potensial wisatawan;
e. pengembangan manajemen pengelolaan; dan
f. optimalisasi pengelolaan wilayah pengembangan pariwisata.
Pasal 140
Pengembangan kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
128 huruf h diwujudkan dengan indikasi program meliputi :
a. penataan ruang dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan;
b. penataan ruang dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan;
c. pengendalian pertumbuhan pembangunan permukiman;
d. pengembangan perumahan harga terjangkau;
e. penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman;
f. peningkatan sanitasi lingkungan permukiman;
g. peningkatan kualitas sarana dan prasarana permukiman; dan
h. penyiapan lahan Kasiba dan Lisiba
Pasal 2
Pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan asas:
a. manfaat;
b. keadilan;
c. kebersamaan;
d. kemitraan;
e. kemandirian;
f. pemerataan;
g. keterpaduan;
h. keterbukaan;
i. efisiensi;
j. kelestarian; dan
k. pembangunan yang berkelanjutan.
Pasal 7
(1)Dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumber daya ikan, Menteri
menetapkan:
a.rencana pengelolaan perikanan;
d.potensi dan alokasi lahan pembudidayaan ikan di wilayah pengelolaan
perikanan Negara Republik Indonesia;
e.potensi dan alokasi induk serta benih ikan tertentu di wilayah pengelolaan
perikanan Negara Republik Indonesia;
i. persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan ikan;
j. pelabuhan perikanan;
k. sistem pemantauan kapal perikanan;
l. jenis ikan baru yang akan dibudidayakan;
n. pembudidayaan ikan dan perlindungannya;
o. pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya ikan serta lingkungannya;
p. rehabilitasi dan peningkatan sumber daya ikan serta lingkungannya;
r. kawasan konservasi perairan;
u. jenis ikan yang dilindungi.
Pasal 18
(1)Pemerintah mengatur dan membina tata pemanfaatan air dan lahan pembudidayaan
ikan.
(2)Pengaturan dan pembinaan tata pemanfaatan air dan lahan pembudidayaan ikan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka menjamin kuantitas dan
kualitas air untuk kepentingan pembudidayaan ikan.
(3)Pelaksanaan tata pemanfaatan air dan lahan pembudidayaan ikan dilakukan oleh
pemerintah daerah.
(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan dan pembinaan tata pemanfaatan air dan
lahan pembudidayaan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 41A
(2) Fungsi pelabuhan perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
h.tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan;
j.tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan; tempat publikasi hasil riset kelautan
dan perikanan;
m.pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; dan/atau
n.pengendalian lingkungan.
Pasal 16
(1)Pemanfaatan perairan pesisir diberikan dalam bentuk HP-3.
(2)HP-3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengusahaan atas permukaan laut
dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut.
Pasal 23
(1)Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnya dilakukan berdasarkan
kesatuan ekologis dan ekonomis secara menyeluruh dan terpadu dengan pulau besar di
dekatnya.
(2)Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnya diprioritaskan untuk salah
satu atau lebih kepentingan berikut:
a.konservasi;
b.pendidikan dan pelatihan;
c.penelitian dan pengembangan;
d.budidaya laut;
e. pariwisata
Pasal 28
(1)Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil diselenggarakan untuk
a.menjaga kelestarian Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
b.melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain;
c.melindungi habitat biota laut; dan
d.melindungi situs budaya tradisional
Pasal 32
(1)Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil wajib dilakukan dengan memperhatikan
keseimbangan Ekosistem dan/atau keanekaragaman hayati setempat
g. rawa;
h. sungai;
i. danau;
Pasal 6
(1) Konservasi ekosistem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
dilakukanmelalui kegiatan:
a. perlindungan habitat dan populasi ikan;
b. rehabilitasi habitat dan populasi ikan;
c. penelitian dan pengembangan;
d. pemanfaatan sumber daya ikan dan jasa lingkungan;
e. pengembangan sosial ekonomi masyarakat;
f. pengawasan dan pengendalian; dan/atau
g. monitoring dan evaluasi
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR PER.06/MEN/2010
TENTANG
RENCANA STRATEGIS
KEMENTERIAN
KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2010-2014
.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.RencanaStrategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014, yang
selanjutnya disebut Renstra KKP adalah dokumen perencanaan Kementerian Kelautan
dan Perikanan untuk periode 5(lima) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan
tahun 2014.
2.Rencana Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disebut Renja
KKPadalah dokumen perencanaan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk periode 1
(satu) tahun.
3.Menteri adalahMenteri Kelautan dan Perikanan.
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR PER.24/MEN/2011
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN
NOMOR PER.23/MEN/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA
KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KAWASAN KONSERVASI
PERAIRAN NASIONAL
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR PER.02/MEN/2009
TENTANG
TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.Kawasan konservasi perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan
sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikandan lingkungannya
secara berkelanjutan.
Pasal 2
(1)Penetapan kawasan konservasi perairan dilaksanakan dengan tujuan:
a.melindungi dan melestarikan sumber daya ikan serta tipe-tipe ekosistem penting di
perairan untuk menjamin keberlanjutan fungsi ekologisnya;
b.mewujudkan pemanfaatan sumber daya ikan dan ekosistemnya serta jasa
lingkungannya secara berkelanjutan;
c.melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya ikan di dalam dan/atau di
sekitar kawasan konservasi perairan; dan
d.meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi perairan.
Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan mengenai tata cara penetapan kawasan
konservasi perairan meliputi:
a.kriteria dan jenis kawasan konservasi perairan;
b.usulan inisiatif calon kawasan konservasi perairan;
c.identifikasi dan inventarisasi calon kawasan konservasi perairan;
d.pencadangan kawasan konservasi perairan;
e.penetapan kawasan konservasi perairan; dan
f.penataan batas kawasan konservasi perairan
Pasal 5
(1)Penetapan ekosistem perairan menjadi kawasan konservasi perairan, berdasarkan
kriteria ekologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), meliputi:
a.keanekaragaman hayati sumber daya ikan yang masih terjaga keasliannya
dengan baik;
b.keterkaitan ekologis yang berlangsung pada satuan geografi tertentu, termasuk
komunitas biologis dan lingkungan fisik, dalam suatu sistem ekologi;
c.keterwakilan ekosistem tertentu yang produktif dan keunikannya; dan
d.keberadaan habitat, daerah pemijahan, daerah pengasuhan dan/atau daerah
ruaya jenis ikan tertentu yang mempunyai nilai dan kepentingan konservasi.
Pasal 6
(1)Jenis kawasan konservasi perairan terdiri dari:
a.Taman nasional perairan;
b.Suaka alam perairan;
c.Taman wisata perairan; dan
d.Suaka perikanan.
Pasal 8
(2) Kriteria tertentu suaka alam perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf b, meliputi:
a.memiliki satu atau lebih jenis ikan yang khas, unik, langka, endemik dan/atau
yang terancam punah di habitatnya yang memerlukan upaya perlindungan dan
pelestarian, agar dapat terjamin keberlangsungan perkembangannya secara alami;
b.memiliki satu atau beberapa tipe ekosistem yang unik dan/atau yang masih
alami; dan/atau
c.memiliki luas perairan yang mendukung keberlangsungan proses ekologis
secara alami serta dapat dikelola secara efektif.
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR PER.30/MEN/2010
TENTANG
RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI
KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola
dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan
3. Zonasi Kawasan Konservasi Perairan adalah suatu bentukrekayasa teknik pemanfaatan
ruang di kawasan konservasi perairan melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai
dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang
berlangsung sebagai satu kesatuan Ekosistem.
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. Rencana pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan;
b. Zonasi Kawasan Konservasi Perairan; dan
c. Tata cara penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Pasal 5
(1) Rencana jangka panjang pengelolaan kawasan konservasi perairan berlaku selama 20
(dua puluh) tahun sejak tanggal ditetapkan dan dapat ditinjau sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun sekali.
Pasal 7
(1) Rencana jangka menengah pengelolaan kawasan konservasi perairan berlaku selama 5
(lima) tahun yang merupakan penjabaran dari visi, misi, tujuan, sasaran pengelolaan, dan
strategi pengelolaan kawasan konservasi perairan.
Pasal 9
(1) Zonasi dalam kawasan konservasi perairan terdiri dari:
a. Zona Inti;
b. Zona Perikanan Berkelanjutan;