You are on page 1of 16

ETIKA BISNIS

Budaya Organisasi dan Perusahaan serta Hubungan


Budaya dan Etika dalam Bisnis

Kelompok 6 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Diaz Ratna Dewy (12213413)


Indah Sari (14213370)
Maria Lousiana Oldriani (15213282)
Putri Wulandari (17213049)
Syamsuddin (18213744)
Yudha Perdana Putra (19213535)

Kelas

: 4EA32

Dosen

: Tantyo Setyowati, SE.MM.

FAKULTAS EKONOMI S1 MANAJEMEN


UNIVERSITAS GUNADARMA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Etika Bisnis. Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
softskill dari mata kuliah Etika Bisnis. Selain itu juga kami ingin memberikan pengetahuan
kepada pembaca mengenai teori terkait Budaya dan Budaya Perusahaan dikaitkan dengan Etika
Bisnis.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Etika Bisnis yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada kami dalam menyusun tugas ini
serta kepada semua pihak yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis
mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, khususnya dari temanteman mahasiswa dan dosen mata kuliah.

Bekasi, 25 September 2016

Penulis

UNIVERSITAS GUNADARMA

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1

Latar Belakang .............................................................................................................................. 1

1.2

Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2

BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
2.1

Pengertian dan Karakteristik Budaya Organisasi .......................................................................... 3

2.2

Fungsi-fungsi budaya organisasi ................................................................................................... 4

2.3

Pedoman Tingkah Laku ................................................................................................................ 4

2.4

Apresiasi Budaya .......................................................................................................................... 6

2.5

Hubungan antara Etika dengan Kebudayaan ................................................................................ 6

2.6

Hubungan antara Etika dengan Kebudayaan ................................................................................ 7

2.7

Kendala Mewujudkan Kinerja Bisnis ......................................................................................... 10

2.8

Kendala Mewujudkan Kinerja Bisnis Etis ................................................................................. 11

BAB III ....................................................................................................................................................... 12


PENUTUP .................................................................................................................................................. 12
3.1

Kesimpulan ................................................................................................................................. 12

3.2

Saran ........................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13

UNIVERSITAS GUNADARMA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Setiap organisasi mempunyai kepribadian sendiri yang membedakannya dari

organisasi-organisasi lain. Tentunya kepribadian yang khas itu tidak serta merta terbentuk begitu
suatu organisasi didirikan. Diperlukan waktu sebagai proses organisasi itu bertumbuh,
berkembang, dan mapan. Pada setiap perkembangan itu dapat dikatakan, bahwa organisasi akan
menemukan jati dirinya yang khas dengan demikian, ia akan mempunyai kepribadian sendiri. Ini
menjadi salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya sebuah
organisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada juga yang tidak sesuai
sehingga seorang anggota baru atau karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi
tersebut harus dapat menyesuaikan kalau dia ingin bertahan di organisasi tersebut.
Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang lainnya adalah
budayanya. Hal-hal tersebut penting, dan karena itu perlu dipahami serta dikenali. Akan tetapi
hal-hal yang bersifat universal itu harus diterapkan oleh manajemen dengan pendekatan yang
memperhitungkan secara matang faktor-faktor situasi, kondisi, waktu, dan ruang. Dengan kata
lain, diterapkan sesuai dengan budaya yang berlaku dan dianut dalam organisasi yang
bersangkutan.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal dan bertahan
lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi dapat menjadi pendukung organisasi itu.
Ada budaya organisasi yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat
menyocokkan diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau
menyesuaikan budaya nya dengan perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.
Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang lainnya adalah
budayanya. Hal-hal tersebut penting, dan karena itu perlu dipahami serta dikenali. Akan tetapi
hal-hal yang bersifat universal itu harus diterapkan oleh manajemen dengan pendekatan yang
memperhitungkan secara matang faktor-faktor situasi, kondisi, waktu, dan ruang. Dengan kata

UNIVERSITAS GUNADARMA

lain, diterapkan sesuai dengan budaya yang berlaku dan dianut dalam organisasi yang
bersangkutan.
1.2

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian budaya organisasi dan perusahaan?
2. Apa hubungan budaya dan etika?
3. Apa yang menjadi kendala dalam mewujudkan kinerja bisnis yang etis?

UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian dan Karakteristik Budaya Organisasi


Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota

yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini
adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi. Robbins (2007),
memberikan 7 karakteristik budaya sebagai berikut :
a. Inovasi dan keberanian mengambil resiko yaitu sejauh mana karyawan diharapkan
didorong untuk bersikap inovtif dan berani mengambil resiko.
b. Perhatian terhadap detail yaitu sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi,
analisis, dan perhatian pada hal-hal detil.
c. Berorientasi pada hasil yaitu sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil
ketimbang teknik atau proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
d. Berorientasi kepada manusia yaitu sejauh mana keputusan-keputusan manajemen
mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
e. Berorientasi pada tim yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada tim
ketimbang individu-individu.
f. Agresivitas yaitu sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
g. Stabilitas yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya
status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
Sedangkan Schneider dalam (Pearse dan Bear, 1998) mengklasifikasikan budaya
organisasi ke dalam empat tipe dasar:
a) Control culture. Budaya impersonal nyata yang memberikan perhatian pada kekonkretan,
pembuatan keputusan yang melekat secara analitis, orientasi masalah dan preskriptif.
b) Collaborative culture. Berdasarkan pada kenyataan individu terhadap pengambilan
keputusan yang dilakukan secara people-driven, organic dan informal. Interaksi dan
keterlibatan menjadi elemen pokok.

UNIVERSITAS GUNADARMA

c) Competence culture. Budaya personal yang dilandaskan pada kompetensi diri, yang
memberikan perhatian pada potensi, alternatif, pilihan-pilihan kreatif dan konsep-konsep
teoretis. Orang-orang yang termasuk dalam tipe budaya ini memiliki standar untuk
meraih sukses yang lebih tinggi.
d) Cultivation culture. Budaya yang berlandaskan pada kemungkinan seorang individu
mampu memperoleh inspirasi.
2.2

Fungsi-fungsi budaya organisasi


Budaya memiliki sejumlah fungsi dalam organisasi.
a. Batas
Budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya menciptakan perbedaan
atau yang membuat unik suatu organisasi dan membedakannya dengan organisasi
lainnya.
b. Identitas
Budaya memuat rasa identitas suatu organisasi.
c. Komitmen
Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada
kepentingan individu.
d. Stabilitas
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat sosial yang
membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang
sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.

2.3

Pedoman Tingkah Laku


Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang

diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.
Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya
naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat
kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat
beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Tingkah laku dapat dijelaskan melalui pendekatan, salah satunya adalah pendekatan psikologi

UNIVERSITAS GUNADARMA

dimana tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi
sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu :
a) Pendekatan Neurobiologis
Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf.
Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls
listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang
mendasari perilaku dan proses mental.
b) Pendekatan Perilaku
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus
yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan
Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama
sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak
ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.
c) Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana
individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi
stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses
mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
d) Pendekatan Psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa
kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah
laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau
dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah
sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
e) Pendekatan Fenomenologi
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu
karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan
dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut
kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu
dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

UNIVERSITAS GUNADARMA

2.4

Apresiasi Budaya
Istilah apresiasi berasal dari bahasa inggris apresiation yang berarti penghargaan,

penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja ti appreciate yang berarti menghargai,
menilai,mengerti dalam bahasa indonesia menjadi mengapresiasi. Apresiasi budaya adalah
kesanggupan untuk menerima dan memberikan penghargaan, penilaian, pengertian terhadap halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Ada beberapa metode dalam mengapresiasi
budaya, antara lain :
a. Metode Induktif
Apresiasi dilakukan dengan cara menarik konsep / kebenaran / keindahan dari pranata
yang sifatnya khusus sampai yang bersifat umum.
b. Metode Deduktif
Apresiasi dilakukan dengan cara menarik konsep / kebenaran / keindahan dari pranata
yang sifatnya umum sampai yang bersifat khusus.
c. Metode Empati
Apresiator mengamati seolah-olah larut pada peraasan, terbawa oleh obyek, sehingga
dalam komentar-komentarnya terdapat ibarat, metafora yang melebih-lebihkan.
d. Metode Interaktif
Metode ini dilakukan untuk mencari kesepakatan dengan melalui sarasehan budaya.

2.5

Hubungan antara Etika dengan Kebudayaan


Meta-ethical cultural relativism merupakan cara pandang secara filosofis yang yang

menyatkan bahwa tidak ada kebenaran moral yang absolut, kebenaran harus selalu disesuaikan
dengan budaya dimana kita menjalankan kehidupan soSial kita karena setiap komunitas sosial
mempunyai cara pandang yang berbeda-beda terhadap kebenaran etika.
Etika erat kaitannya dengan moral. Etika atau moral dapat digunakan okeh manusia
sebagai wadah untuk mengevaluasi sifat dan perangainya. Etika selalu berhubungan dengan
budaya karena merupakan tafsiran atau penilaian terhadap kebudayaan. Etika mempunyai nilai
kebenaran yang harus selalu disesuaikan dengan kebudayaan karena sifatnya tidak absolut danl
mempunyai standar moral yang berbeda-beda tergantung budaya yang berlaku dimana kita
tinggal dan kehidupan social apa yang kita jalani.

UNIVERSITAS GUNADARMA

Baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung budaya yang berlaku. Prinsip moral
sebaiknya disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga suatu hal dikatakan baik
apabila sesuai dengan budaya yang berlaku di lingkungan sosial tersebut. Sebagai contoh orang
Eskimo beranaggapan bahwa tindakan infantisid (membunuh anak) adalah tindakan yang biasa,
sedangkan menurut budaya Amerika dan negara lainnya tindakan ini merupakan suatu tindakan
amoral.
Suatu premis yang disebut dengan Dependency Thesis mengatakan All moral
principles derive their validity from cultural acceptance. Penyesuaian terhadap kebudayaan ini
sebenarnya tidak sepenuhnya harus dipertahankan dan dibutuhkan suatu pengembangan premis
yang lebih kokoh.
A. Etika perusahaan menyangkut hubungan :

Perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya (misalnya


dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat).

Etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawan.

Etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.

B. Faktor utama yang dapat menciptakan iklim etika dalam perusahaan :

Terciptanya budaya perusahaan secara baik.

Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya (trust-basedorganization).

Terbentuknya

manajemen

hubungan

antar

pegawai

(employee

relationship

management).
C. Iklim etika dalam perusahaan dipengaruhi oleh adanya interaksi beberapa faktor :

Faktor kepentingan diri sendiri

Keuntungan perusahaan

Pelaksanaan efisiensi

D. Kepentingan kelompok
2.6

Hubungan antara Etika dengan Kebudayaan


Meta-ethical cultural relativism merupakan cara pandang secara filosofis yang yang

menyatkan bahwa tidak ada kebenaran moral yang absolut, kebenaran harus selalu disesuaikan
dengan budaya dimana kita menjalankan kehidupan soSial kita karena setiap komunitas sosial
mempunyai cara pandang yang berbeda-beda terhadap kebenaran etika.
UNIVERSITAS GUNADARMA

Etika erat kaitannya dengan moral. Etika atau moral dapat digunakan okeh manusia
sebagai wadah untuk mengevaluasi sifat dan perangainya. Etika selalu berhubungan dengan
budaya karena merupakan tafsiran atau penilaian terhadap kebudayaan. Etika mempunyai nilai
kebenaran yang harus selalu disesuaikan dengan kebudayaan karena sifatnya tidak absolut danl
mempunyai standar moral yang berbeda-beda tergantung budaya yang berlaku dimana kita
tinggal dan kehidupan social apa yang kita jalani.
Baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung budaya yang berlaku. Prinsip moral
sebaiknya disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga suatu hal dikatakan baik
apabila sesuai dengan budaya yang berlaku di lingkungan sosial tersebut. Sebagai contoh orang
Eskimo beranaggapan bahwa tindakan infantisid (membunuh anak) adalah tindakan yang biasa,
sedangkan menurut budaya Amerika dan negara lainnya tindakan ini merupakan suatu tindakan
amoral.
Suatu premis yang disebut dengan Dependency Thesis mengatakan All moral
principles derive their validity from cultural acceptance. Penyesuaian terhadap kebudayaan ini
sebenarnya tidak sepenuhnya harus dipertahankan dan dibutuhkan suatu pengembangan premis
yang lebih kokoh. Etika perusahaan menyangkut hubungan :
a. Perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan
perusahaan lain atau masyarakat setempat).
b. Etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawan.
c. Etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
Faktor utama yang dapat menciptakan iklim etika dalam perusahaan :
a) Terciptanya budaya perusahaan secara baik.
b) Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya (trust-basedorganization).
c) Terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai (employee relationship management).
Iklim etika dalam perusahaan dipengaruhi oleh adanya interaksi beberapa faktor :
a. Faktor kepentingan diri sendiri
b. Keuntungan perusahaan
UNIVERSITAS GUNADARMA

c. Pelaksanaan efisiensi
d. Kepentingan kelompok.
Akhirnya kita harus mengetahui ada banyak bukti bahwa sebagian besar orang akan
menilai perilaku etis dengan menghukum siapa saja yang mereka persepsi berperilaku tidak etis,
dan menghargai siapa saja yang mereka persepsi berperilaku etis.Pelanggan akan melawan
perusahaan jika mereka mempersepsi ketidakadilan yang dilakukan perusahaan dalam bisnis
lainnya, dan mengurangi minat mereka untuk membeli produknya. Karyawan yang merasakan
ketidakadilan, akan 168 menunjukan absentisme lebih tinggi, produktivitas lebih rendah, dan
tuntutan upah lebih tinggi. Sebaliknya, ketika karyawan percaya bahwa organisasi adil, akan
senang mengikuti manajer. Melakukan apapun yang dikatakan manajer, dan memandang
keputusan manajer sah.Ringkasnya, etika merupakan komponen kunci manajemen yang efektif.
Budaya dan etika sangatlah erat ,dan keduanya mempunyai hubungan, dapat disimpulkan
Contoh kasus :
ORDER DAGING SAPI KASUS PENERAPAN BUDAYA PERUSAHAAN DAN
ETIKA BISNIS Seorang pelaku perusahaan dari Amerika mendapat order daging sapi dari
pelaku usaha lain asal Indonesia. Sebagaimana diketahui, sebagian besar warga Indonesia
merupakan penganut agama Islam. Jadi masalah daging sapi tidak hanya berhubungan dengan
standar kesehatan, tapi juga berkaitan dengan proses penyembelihan hewan ternak yang harus
sesuai dengan syariah. Padahal di Amerika sendiri, proses penyembelihannya tidak pernah
memikirkan urusan tersebut. Perbedaan budaya serta cara pandang seperti ini mengakibatkan
order yang sebenarnya sudah disetujui oleh kedua belah pihak bisa menjadi batal bahkan
berujung pada gugatan. Untuk mengatasinya, sebelum perjanjian jual beli daging sapi tersebut
dibuat seharusnya juga dicantumkan bahwa pengusaha dari Amerika harus bisa mendatangkan
daging sapi yang proses penyembelihannya dilakukan sesuai dengan syariah Islam. Selain itu
harus melibatkan lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan sertifikat halal. Saat
ini kasus bisnis internasional seperti yang disebut di atas memang sudah jarang terjadi. Tapi
masih banyak sengketa lain yang sumber masalahnya berhubungan dengan budaya dan adat yang
berbeda di masing-masing negara

UNIVERSITAS GUNADARMA

2.7

Kendala Mewujudkan Kinerja Bisnis


Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa masalah

dan kendala. Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:


a. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.
Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika
bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang
kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
b. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan.
Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang
dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau
konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh
sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan
kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan
gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
c. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit
politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi
kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha
bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk
memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
d. Lemahnya penegakan hukum.
Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap
memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk
memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
e. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik bisnis
dan manajemen.
Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara khusus
menangani penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen.

UNIVERSITAS GUNADARMA

10

2.8

Kendala Mewujudkan Kinerja Bisnis Etis


a. Mentalitas para pelaku bisnis, terutama top management yang secara moral rendah,
sehingga berdampak pada seluruh kinerja Bisnis. Perilaku perusahaan yang etis biasanya
banyak bergantung pada kinerja top management, karena kepatuhan pada aturan itu
berjenjang dari mulai atas ke tingkat bawah.
b. Faktor budaya masyarakat yang cenderung memandang pekerjaan bisnis sebagai profesi
yang penuh dengan tipu muslihat dan keserakahan serta bekerja mencari untung. Bisnis
merupakan pekerjaan yang kotor. Pandangan tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat
kita memiliki persepsi yang keliru tentang profesi bisnis.
c. Faktor sistem politik dan sistem kekuasaan yang diterapkan oleh penguasa sehingga
menciptakan sistem ekonomi yang jauh dari nilai-nilai moral. Hal ini dapat terlihat dalam
bentuk KKN.

UNIVERSITAS GUNADARMA

11

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Dalam menjalankan sebuah bisnis perlu sekali adanya etika karena bisnis merupakan

suatu kegiatan yang tidak dilakukan secara individu namun melibatkan hubungan dengan
individu lainnya. Etika mempunyai peranan penting dalam bisnis.
Sedangkan Etika selalu berhubungan dengan budaya. Jika kita melakukan sebuah bisnis
tentunya kita harus memperhatikan juga mengenai ruang lingkup budaya bisnis kita terlebih jika
kita melakukan bisnis antarnegara. Hal itu disebabkan kebudayaan antar satu kota dengan kota
yang lain tentunya berbeda terlebih jika berbeda Negara. Peranan penting bagi manajemen dalam
bisnis tersebut untuk memberikan pandangan dan arahan dari berbagai sudut pandang serta
pengaruh untuk diterapkan pada bisnis tersebut.
Sedangkan kendalanya adalah Mentalitas para pelaku bisnis, terutama top manajemen
yang secara moral rendah, sehingga berdampak pada seluruh kinerja Bisnis. Perilaku perusahaan
yang etis biasanya banyak bergantung pada kinerja top manajemen, karena kepatuhan pada
aturan itu berjenjang dari mulai atas ke tingkat bawah. Di samping itu faktor budaya masyarakat
yang cenderung memandang pekerjaan bisnis sebagai profesi yang penuh dengan tipu muslihat
dan keserakahan serta bekerja mencari untung. Bisnis merupakan pekerjaan yang kotor.
Pandangan tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat kita memiliki persepsi yang keliru
tentang profesi bisnis. Terlebih faktor sistem politik dan sistem kekuasaan yang diterapkan oleh
penguasa sehingga menciptakan sistem ekonomi yang jauh dari nilai-nilai moral. Hal ini dapat
terlihat dalam bentuk KKN.

3.2

Saran
Memperbaiki sistem pada top manajemen dalam suatu bisnis tersebut sesuai dengan etika

berlaku dan menerapkan itu sampai ke sistem manajemen yang paling bawah. Jika kita sudah
melakukan kegiatan bisnis sesuai dengan ketentuan etika yang ada maka masyarakat tidak akan
melakukan hokum sosial pada bisnis yang kita lakukan. Serta menerapkan anti KKN pada politik
ataupun pada perusahaan bisnis tersebut.

UNIVERSITAS GUNADARMA

12

DAFTAR PUSTAKA

Robbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, buku 2. Jakarta : salemba empat.
Anonim. 2013. Makalah Etika Bisnis. http://erikatzain. files.wordpress. com/ 2013/ 04
/makalah-etika-bisnis.pdf. diakses pada tanggal 24 September 2016.
Anonim. 2011. Makalah Etika Bisnis, http://antilicious.wordpress.com/ 2011/11/24/
makalah-etika-bisnis/. Diakses pada tanggal 24 September 2016.
Anonim.2011. Pandangan Etika Terhadap Praktek Bisnis. http://henritapangestuti.
blogspot.com/2011/12/pandangan-etika-terhadap-praktek bisnis.html. diakses pada tanggal 24
November 2016.

UNIVERSITAS GUNADARMA

13

You might also like