You are on page 1of 2

Mikotoksin adalah metabolit sekunder yang bersifat toksik, yang dihasilkan oleh

kapang tertentu, yang disintesis dan dikeluarkan selama pertumbuhan kapang. Jika kapang
mati, maka produksi mikotoksin berhenti, tetapi mikotoksin yang telah terbentuk tidak
hilang . Bahan tersebut mempunyai berat molekul rendah, kapasitas imunogenik rendah tahan
temperatur tinggi, stabil dalam waktu panjang selama penyimpanan, dan stabil dalam proses
pembuatan pakan. Efek mikotoksin pada unggas dapat berlipat ganda dibandingkan dengan
kadarnya dalam bahan baku pakan atau pakan, yang memberi petunjuk terhadap adanya
bahaya yang nyata dan persisten. Ayam yang mengkonsumsi ransum mengandung racun
mikotoksin akan mengalami penyakit yang disebut dengan mikotoksikosis (Budiono,2014)
Di negara tropis seperti Indonesia, kontaminasi mikotoksin sangat sulit untuk
dihindari karena kondisi iklim dengan tingkat kelembaban, curah hujan dan suhu yang tinggi
sangat mendukung pertumbuhan jamur penghasil mikotoksin. Indonesia beresiko tinggi
terhadap ancaman mikotoksin karena metabolit sekunder jamur ini diproduksi pada kondisi
lingkungan yang lembab (kelembaban di atas 70%) dan suhu antara 4-40C (optimal 2532C). Selain itu, bahan pakan dengan kadar air di atas 15% dan banyaknya porsi broken
seed (biji pecah) sangat potensial untuk ditumbuhi jamur Mikotoksin akan semakin banyak
diproduksi oleh jamur jika terjadi perubahan suhu, pH dan kelembaban secara mendadak.
Mikotoksin juga memiliki sifat kimiawi yang sangat stabil. Bahkan terhadap perlakuan panas,
penyimpanan dan sama sekali tidak terdegradasi saat memproses ransum (Ali,1998)
Mikotoksikosis adalah penyakit toksik yang disebabkan oleh mikotoksin yang
merupakan metabolit sekunder jenis kapang tertentu, yang mencemari pakan atau bahan baku
pakan yang dikonsumsi oleh ternak, termasuk ayam. Sebaliknya, mikosis adalah penyakit
sistemik yang disebabkan oleh kapang jenis tertentu. Kontak dengan mikotoksin dapat
melalui mulut, saluran pernapasan, atau melaluikulit. Kejadian mikotoksikosis pada ayam
erat hubungannya dengan kualitas bahan baku pakan, kualitas pakan, sistem penyimpanan,
sistem distribusi, dan sistem pemberian pakan pada ayam (Budiono,2014)
Konsumsi bahan yang mengandung mikotoksin (mikotoksikosis) dapat menimbulkan
efek toksik yang bersifat akut sampai kronis yang menimbulkan kerusakan pada sistem imun,
saluran pencernaan, pernafasan, kardiovaskular, reproduksi, saraf, endokrin, dan
integumentum. Beberapa jenis mikotoksin dapat bersifat karsinogenik, mutagenik, dan
teratogenik (Ariana,2013)
Pada ayam petelur. Adanya kontaminasi mikotoksin akan mengakibatkan penurunan
produksi telur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kasus blood spot dapat dipicu
karena aflatoksin. Kualitas kerabang telur juga menurun karena aflatoksin akan menghambat
proses konversi vitamin D3 yang terkandung dalam ransum menjadi bentuk aktif. Adanya
mikotoksin ini akan mengakibatkan penurunan kadar protein serum, lipoprotein dan
karotenoid (Ariana,2013)

Gambar 1. Kasus Blood spot

Beberapa jenis mikotoksin dapat ditemukan pada bahan baku pakan oleh karena setiap bijibijian (misalnya jagung) dapat dicemari oleh lebih dari satu spesies kapang dan banyak
spesies kapang dapat menghasilkan lebih dari satu mikotoksin. Efek sinergistik mikotoksin
pada ayam dapat berbentuk penekanan fungsi sistem kekebalan (imunosupresif) dan efek
toksik pada berbagai organ dan/atau jaringan, sehingga dapat timbul hambatan pertumbuhan,
gangguan produksi telur, gangguan fertilitas, gangguan daya tetas telur, dan secara
keseluruhan gangguan pencapaian kinerja yang optimal (Budiono,2014)
Beberapa jenis mikotoksin yang menimbulkan kerugian ekonomis yang besar pada
industri perunggasan, khususnya ayam adalah aflatoksin (Afla), kelompok trikotesen,
terutama deoksinivalenol (DON), deasetoksiskirpenol (DAS) dan T-2 toksin (T-2), zearalenon
(ZEN), okratoksin A (OTA), dan fumonisin (FUM) (Nahrer, 2012). Mekanisme toksisitas
yang ditimbulkan oleh mikotoksin tidak diketahui secara pasti. (Maryam,2000)

Maryam, R. 2000a. Fumonisin: Kelompok mikotoksin fusarium yang perlu


diwaspadai. Jurnal Mikologi Kedokteran Indonesia (Indonesian Journal of Medical
Mycology), 1(1): 51-57.
Ariana, Yana. 2013. Dampak Mikotoksin terhadap kesehatan dan produktivitas
hewan serta solusi penanggulangannya. Jakarta: novindo.
Ali, N., Sardjono, A. Yamashita, and T. Yoshizawa. 1998. Natural occurrence of
aflatoxins and fusarium mycotoxins (fumonisins, deoxinivalenol, nivalenol, and
zearalenon) in corn from Indonesia. Jakarta
Budiono,nugroho.2014. Pengaruh Mikotoksin Dalam Pakan Terhadap Produksi Ayam
Petelur Komersial Di Peternakan Farm. Wilayah Kabupaten Blitar. Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta

You might also like