Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh
Putu Agus Ray Karunia (29)
154060006675
Kelas 9A Program D IV Khusus
ABSTRAK: Dengan visi sebagai institusi penghimpun penerimaan negara yang terbaik demi
menjamin kedaulatan dan kemandirian negara, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) selama ini
sangatlah concern ke customer value dalam pelayanan jasanya. Salah satu usaha DJP
adalah dengan pembenahan Standard Operating Procedures dalam proses bisnis pelayanan
jasa yang diberikan. Namun, tidak semua SOP yang disusun DJP dapat berjalan efektif di
lapangan, salah satunya adalah penerapan SOP di KPP Pratama Atambua. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti melakukan analisis SOP yang krusial dan mencoba mengimplementasikan
value chain analysis pada pelaksanaan SOP tersebut di KPP Pratama Atambua.
Kata Kunci: Standar Operating Procedures, value chain analysis, customer value
ABSTRACT: With a vision to be the best assembler state revenues instution that guarantee
the sovereignty and independence of the country, Internal Service Revenue (DJP) has been
paying more attention to customer value in its service. One way is to reform the Standard
Operating Procedures in its business process. However, not all of the SOP that prepared by
DJP can be effectivly implemented in the field, one of which is in the KPP Pratama Atambua.
Based on this, researchers conducted an analysis of crucial SOP and try to implement value
chain analysis in the implementation of the SOP in KPP Pratama Atambua
Keywords: Standar Operating Procedures, value chain analysis, customer value
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah untuk:
1.
2.
3.
4.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan peneliti bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis
data pada kegiatan-kegiatan dalam penerapan SOP KPP Pratama Atambua yang dipantau:
1. Mengidentifikasi secara umum penerapan value chain di KPP Pratama Atambua
2. Mendeskripsikan SOP yang dianalisis berdasarkan konsep Value Chain (penjabaran
primary value activities dan support value activities, penjabaran proses bisnis, dan sistem
informasi yang diaplikasikan).
3. Menganalisis kendala yang dialami selama penerapan SOP di lapangan.
4. Memberikan rekomendasi perbaikan dan estimasi cost reduction yang terjadi apabila
rekomendasi diambil.
2.2 Jenis dan Sumber data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dimana data diperoleh peneliti langsung
dari sumber datanya di KPP Pratama Atambua. Data ini adalah data pada tahun 2015 dan
2016. Selain itu terdapat pula data kualitatif yang diambil melalui wawancara dan diskusi
terfokus dengan pelaksana pada seksi-seksi terkait tentang SOP yang dijalankan dan kendala
pada saat pelaksanaannya di lapangan.
2.3. Rantai Nilai Porter
Konsep ini dikembangkan oleh Profesor Harvard Michael E. Porter, dimana beliau
yakin bahwa sebuah perusahaan meraih keunggulan kompetitif dengan menciptakan suatu
rantai nilai (value chain), yang terdiri atas aktivitas-aktivitas utama dan pendukung yang
memberikan kontribusi kepada margin. Perusahaan menciptakan nilai dengan melakukan apa
yang disebut oleh Porter sebagai aktivitas nilai (value activities). Aktivitas nilai dibagi menjadi
dua yaitu, aktivitas nilai utama (primary value activities) dan aktivitas nilai pendukung (support
value activities). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 1 di bawah.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Value Chain secara umum pada DJP dan implementasinya di KPP Pratama Atambua
Mendukung konsep competitive advantage1, DJP dengan visi sebagai institusi
penghimpun penerimaan negara yang terbaik demi menjamin kedaulatan dan kemandirian
negara, terus meningkatkan customer value and orientation dalam setiap proses bisnisnya.
Sebagai contoh, adalah pembentukan Kring Pajak 1500200 sebagai media konsultasi WP
seputar peraturan perpajakan. Dengan customer service excellence yang diberikan, Kring
Pajak memperoleh The Best Contact Center Indonesia 2011, 2012, 2015 di ICCA (lokal) dan
APCAL (asia pasifik), Silver Medal Winner dalam Best in Customer Service Small - Inhouse
tahun 2014 di APAC (internasional), setelah bersaing dengan beberapa contact center swasta
dunia lainnya. Tidak hanya itu, DJP dengan salah satu misinya, memberikan pelayanan
berbasis tekonologi modern untuk kemudahan pemenuhan kewajiban perpajakan, baru saja
meraih penghargaan Red Hat APAC Inovation Award 2015 se-asia pasifik atas inovasi pada
platform OpenSource dalam berbagai aplikasi yang dikembangkan khususnya e-registration
dan e-faktur. Hal ini membawa DJP sebagai salah satu institusi terdepan yang menyukseskan
gerakan Indonesia Goes OpenSource karena banyaknya aplikasi yang dikembangkan di atas
teknologi OpenSource dengan tujuan meningkatkan customer value dan zero waste
(paperless)
KPP Pratama Atambua beserta unit vertikal di bawah DJP lainnya, juga mendukung
penerapan value chain, salah satu bentuk dukungan yang dilakukan adalah dengan adanya
prosedur pembenahan aktivitas (SOP). Pembenahan SOP di DJP dapat direkomendasikan
oleh Unit Kepatuhan Internal di masing-masing unit organisasi. SOP yang dibenahi nanti akan
diusulkan oleh UKI untuk ditelaah kembali oleh KITSDA, kemudian diusulkan untuk
perubahan lebih lanjut pada rapat pimpinan. Sejauh ini, terdapat banyak SOP yang telah
diusulkan dan diubah sesuai dengan best practice di lapangan. Salah satu SOP yang dampak
perubahannya sangat terasa efisiensinya adalah tata cara usulan pemeriksaan khusus
(riksus) oleh AR. Perubahan SOP dilakukan dengan memotong prosedur kegiatan menjadi
lebih singkat dari SOP sebelumnya. Sebelum SOP ini diubah, pengajuan usulan riksus harus
didahului oleh pemberian surat himbauan terlebih dahulu sebanyak 2 kali himbauan, dengan
kondisi dimana tidak ada tanggapan dari WP di surat himbauan pertama, kemudian harus
dilakukan konseling barulah bisa untuk diajukan usulan pemeriksaan. Sedangkan saat ini,
apabila dalam surat himbauan pertama WP sudah tidak memberikan repon, AR dapat
langsung mengusulkan pemeriksaan khusus. Dari pemotongan prosedur tersebut terdapat
waktu tunggu hingga 30 hari kerja untuk AR benar-benar dapat memberikan usulan riksus.
Berdasarkan analisis ini, peneliti menemukan bahwa perampingan SOP dengan memotong
aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah berdampak signifikan terhadap peningkatan
output serta kepuasan pelanggan. Melalui SOP yang baru, usulan pemeriksaan khusus
menjadi lebih banyak dan peluang penerimaan negara pun menjadi bertambah.
Namun dari beberapa perubahan SOP yang dilakukan oleh DJP, ternyata tidak semua
SOP dapat berjalan efektif sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan, SOP yang diterbitkan
DJP berlaku nasional, dimana satu SOP untuk satu prosedur yang sama di seluruh KPP di
Indonesia. Hal ini menimbulkan dampak bahwa SOP serta penghitungan waktu di dalamnya,
akan terasa sangat wajar di suatu KPP, namun terasa memberatkan di KPP lain. Sebagai
bentuk studi kasus, peneliti ambil contoh praktik SOP DJP ini di KPP Pratama Atambua. KPP
Pratama Atambua berlokasi di Gedung Keuangan Negara Lantai 5, Jalan Frans Seda,
Kupang, NTT dan wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Soe (dengan waktu tempuh 2 jam dari
KPP), Kabupaten Belu (6 jam), TTU (4,5 jam), dan Betun (5,5 jam). Jarak antara kantor dan
1
Competitive advantage is a favorable position an organization seeks in order to be more profitable than its competitiors.
Competitive advantage involves communicating a greater perceived value to a target market. (teachtarget.com)
wilayah kerja yang sangat jauh menjadikan KPP Pratama Atambua kesulitan dalam
memenuhi ketentuan SOP yang berlaku. Selain itu terdapat beberapa faktor lain yang juga
krusial diantaranya adalah: 1. Akses perjalanan yang susah, 2. Demografi SDM di NTT
sendiri, dimana sering ditemui WP yang belum bisa mengimbangi penerapan teknologi dan
juga SDM kantor khususnya tenaga pembantu kantor (honorer) yang belum kompeten. Hal
ini membuat penulis, mencoba melakukan analisis terkait SOP-SOP krusial DJP khususnya
dalam penerapannya di KPP Pratama Atambua dan memberikan rekomendasi melalui value
chain analysis serta perubahan terhadap SOP tersebut berdasarkan pengalaman selama di
lapangan dan wawancara dengan beberapa pegawai yang in charge di dalamnya. SOP yang
akan dianalisis adalah SOP Penyelesaian Permohonan Pendaftaran NPWP dan Pemorsesan
serta Penatausahaan Surat Masuk dan Surat Keluar.
3.1. Analisis Value Chain dan Prose Binis Penyelesaian Permohonan Pendaftaran
NPWP
Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2010,
pemrosesan NPWP merupakan salah satu dari 16 (enam belas) layanan unggulan DJP.
NPWP berfungsi sebagai tanda pengenal WP untuk menjalani kewajiban dan memperoleh
hak perpajakannya. Product value dari layanan SOP ini adalah: NPWP diberikan kepada WP
yang tepat (yang benar-benar melakukan registrasi), pada waktu yang tepat, paling lambat
1(satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan, pada alamat yang tepat (sesuai
dengan alamat WP). Berdasarkan self assesment system, salah satu cara untuk memperoleh
NPWP adalah melalui permohonan langsung ke Kantor Pajak di Tempat Pelayanan Terpadu
(TPT). Sebenarnya terdapat alternatif lain yang bisa dilakukan yaitu melalui e-registration
(berdasarkan PER-38/PJ.2013). Namun melihat kondisi WP di wilayah kerja Atambua, hal ini
masih belum memungkinkan karena faktor banyaknya warga lokal yang belum melek internet.
Bahkan berdasarkan pengalaman penulis ketika melakukan sosialisasi e-filing, untuk
menggunakan laptop saja, WP disana masih belum begitu lancar. Sehingga dalam
pemrosesan NPWP, alternatif yang paling banyak dilakukan adalah melalui permohonan
langsung ke KPP. SOP Tata cara penerbitan NPWP melalui kantor, sesuai dengan Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang tata cara pendaftaran dan
pemberian NPWP, pelaporan usaha dan pengukuhan PKP, penghapusan NPWP, dan
pencabutan pengukuhan PKP, serta perubahan data dan pemindahan WP sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.
(dapat dilihat di lampiran 2). Untuk Value Chain terkait SOP ini dapat dilihat pada tabel 1 di
bawah, sedangkan untuk proses bisnis dapat dilihat pada gambar 2.
No
1.
Main Activity
Inbound Logistic
2.
Operations
3.
4.
5.
Outbound logistic
Marketing & Sales
Service
1.
Supporting
Infrastructure
2.
3.
4.
Implementasi
Memastikan bahwa WP telah memenuhi syarat dokumen
yang diperlukan dalam pembuatan NPWP (KTP, form
pendaftaran)
Pengecekan data, input data, kemudian pencetakan SKT
serta kartu, detail proses pada lampiran 2
Mengirimkan NPWP ke WP melalui pos
Sosialisasi, Sesus Pajak Nasional, Iklan, Kelas pajak
Fasilitas kring pajak, triple one untuk WP baru, konsultasi
dengan AR atau helpdesk di TPT
Berdasarkan pengamatan peneliti, terkait supporting activity pembuatan NPWP tidak terdapat
kendala yang signifikan di KPP Pratama Atambua, sehingga tidak diperlukan adanya
rekomendasi yang terlalu mendalam. Namun, Terkait main activity terutama logistic outbound
terdapat masalah yang cukup besar dari tahun ke tahun yaitu masalah sering kemposnya
"delivery product" berupa NPWP dari pos.
Gambar 2. Analisis Proses Bisnis pendaftaran NPWP melalui TPT, detail dapat dilihat pada
lampiran 2 (sumber: fordispajak.wordpress.com)
Berdasarkan analisis peneliti dan best practice di KPP Pratama Atambua, terdapat beberapa
kelemahan pada SOP ini yaitu:
1. Seperti yang disajikan pada lampiran 2, WP yang mendaftarkan diri, harus datang
lansung ke KPP dan tidak boleh diwakilkan karena terdapat formulir yang harus
ditandatangani oleh WP. Hal ini menyebabkan seringkali WP yang sudah menempuh
perjalanan selama 2-6 jam ke kantor terpaksa harus kembali lagi karena terdapat 1
berkas yang tidak lengkap. Petugas TPT juga tidak bisa meneria permohonan WP
tersebut karena melanggar standar dan ketentuan yang ditetapkan.
2. Di Perdirjen No. 20/PJ.20/2013, ketika NPWP telah terbit dan dicetak, NPWP tersebut
harus dikirim melalui pos dan tidak boleh langsung diberikan kepada WP, meskipun
WP datang dan meminta ke KPP dan fisik NPWP masih belum dikirim. Aturan ini
dibuat oleh DJP karena banyaknya oknum WP yang memalsukan alamat tempat
kedudukanya ketika itu.
3. Pengiriman NPWP ke alamat kedudukan WP menjadi tidak efektif di lapangan, sebab
kantor pos/jasa pengiriman untuk mengirim NPWP ternyata tidak pernah benar-benar
sampai ke alamat yang dituju (kempos) bahkan hingga berbulan-bulan. Dan
kemposnya surat biasanya dikarenakan alamat WP sendiri yang tidak jelas, karena
meskipun benar, alamat WP di wilayah kerja KPP Pratama Atambua, (karena masih
pedesaaan) hanya terdiri dari dusun saja (tanpa nama jalan, no. rumah, RT, RW).
SOP ini tentunya sangat merugikan WP. Terutama bagi WP yang memerlukan NPWP
untuk keperluan yang mendesak (seperti syarat administrasi lowongan pekerjaan
atau permohonan pinjaman kredit di bank). Bahkan sangat sering WP justru terpaksa
added activities yaitu waiting/delay time. Selain itu terdapat banyak kegiatan yang dilakukan
berganda seperti pencatatan no. surat di buku agenda dan pendisposisian kembali di seksi.
Proses pendisposisian ini pun termasuk pemborosan, karena terdapat banyak waste berupa
kertas hanya untuk 1 surat.
Berdasarkan hasil analisis dan wawancara, peneliti memberikan rekomendasi berupa
pengembangan aplikasi cloud-based internal oleh DJP, terkait penatausahaan dokumen ini.
Pengembangan aplikasi semacam ini bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan,
mengingat DJP adalah salah satu institusi terdepan yang menyukseskan Indonesia Go
OpenSource. Selain itu DJP juga sudah terbiasa dengan penggunaan aplikasi sejenis yang
di-develop ekslusif untuk DJP sendiri, seperti: SIKKA (untuk urusan pribadi WP), SIDJP (untuk
mengetahui informasi Wajib Pajak secara regional), Approweb (aplikasi pemrosesan WP di
Seksi Pengawasan dan Konsultasi), Aplikasi SPN (untuk pemrosesan Sensus Pajak
Nasional), portal DJP (untuk informasi internal DJP seperti forum diskusi internal), dan lainlain. Aplikasi penatausahaan surat masuk ini nanti akan direkomendasikan dengan alur
sebagai berikut:
1. Berkas yang masuk secara fisik di sekretaris diinput dan dinomor-kan oleh sekretaris
melalui aplikasi yang tersambung langsung dengan penomoran di SIDJP
2. Setiap surat masuk akan di-scan terlebih dahulu dan file-nya di-upload ke aplikasi oleh
sekretaris. Berkas fisik di-arsipkan oleh sekretaris.
3. Surat masuk tersebut kemudian diinput informasi-nya oleh sekretaris, deskripsi umum
surat (no surat, instansi pengirim), tanggal masuk, tanggal diterima, tanggal jatuh
tempo (JT) untuk merespon surat.
4. Sekretaris juga dapat mencetang menu surat masuk pada aplikasi berdasarkan
jenisnya, seperti: surat sangat rahasia (SR), surat penting (yang memiliki JT kurang
dari seminggu), dan surat biasa yang JT-nya lebih dari seminggu
5. Data surat tersebut akan di-deliver ke kepala kantor via aplikasi dan komputer kepala
kantor akan langsung memunculkan floating notification, sehingga kepala kantor dapat
segera membaca surat yang masuk dan tidak lupa untuk segera mendisposisikannya
ke eselon IV seksi terkait dengan sekali drag and drop saja. Kepala kantor dapat
menambah notes tambahan apabila diperlukan terkait surat tersebut.
6. Data surat tersebut juga akan muncul melalui notifikasi serupa di komputer masingmasing kepala seksi yang mendapat disposisi dan kepala seksi yang bersangkutan
juga dapat langsung mendisposisikan-nya ke pegawai di seksi terkait. Seperti halnya
kepala kantor, kepala seksi juga dapat menambahkan notes tambahan apabila
diperlukan.
7. Pegawai pada masing-masing seksi yang menerima notifikasi surat di komputernya
langsung bisa membaca dan mengeksekusi dokumen tersebut pada saat itu juga
8. Disarankan aplikasi ini juga memiliki fitur untuk mengetahui apakah surat telah
dibaca/belum oleh pihak yang bersangkutan.
Apabila aplikasi ini berhasil diterapkan di DJP, maka akan terdapat banyak sekali
prosedur yang bisa dipangkas dan waktu tunggu yang dihilangkan bahkan di seluruh seksi.
Selain itu, waste berupa kertas juga akan berkurang secara signifikan jumahnya. Sebagai
perbandingan, penggunaan aplikasi serupa bahkan menjadi suatu keharusan di multi national
company hingga perusahaan start up kecil di Indonesia. Sistem kerja aplikasi ini dapat
mencontoh aplikasi manajemen tiket/helpdesk customer pada perusahaan-perusahaan
swasta, yang terbukti menjadi solusi praktis untuk meng-handle keluhan dan pertanyaan
pelanggan. Seperti halnya surat masuk, keluhan pelanggan dan tiket juga memerlukan
disposisi ke spesifik masing-masing seksi dan person in charge yang menangani masalah itu
dan dengan menggunakan aplikasi ini, perusahaan dapat merespon dalam hitungan detik
keluhan/pertanyaan yang dilontarkan konsumen. Bahkan perusahaan menyediakan jasa
customer care ini dalam 24 jam. Karena seperti yang kita ketahui sendiri, di era globalisasi
saat ini, perusahaan dituntut untuk memberikan perhatian yang lebih kepada customer value
dan customer care dalam setiap pemberian layanannya. Beberapa contoh penyedia aplikasi
web-based seperti ini adalah zendesk, bornevia, yapsody, capterra, freshdesk, dll
10
Pengaruhnya ke KPP Pratama Atambua sendiri secara langsung, apabila hal ini
diterapkan antara lain yaitu:
1. Berkurangnya jumlah kertas, map yang digunakan. Total estimasi kertas dan map
yang direduksi bisa mencapai 1-2 rim/hari.
2. Waktu tersampaikannya dokumen berdasarkan penghitungan durasi pada penerapan
aplikasi yang baru adalah sebesar 45 menit. Berkurang sebesar 8,25 jam apabila
masih menggunakan SOP lama (tanpa aplikasi)
No
Sebelum
rekomendasi
10 menit
Setelah
rekomendasi
20 menit
4 jam
15 menit
15 menit
5 menit
15 menit
5 menit
3 menit
4 jam
10 menit
10 menit
10
Total waktu hingga surat masuk benarbenar diproses oleh pelaksana seksi
terkait
9 jam 3 menit
45 menit
3
4
5
6
7
Tabel 2. Estimasi perkiraan waktu penyelesaian dan waktu tunggu sebelum dan setelah
dilakukan rekomendasi
Adapun tantangan dan solusi yang harus diperhatikan adalah:
1. Masalah tersedianya jaringan yang memadai dan tersedia setiap saat. Kanwil Nusa
Tenggara, yang merupakan unit eselon II langsung di atas KPP Pratama Atambua
memberikan kebijakan berupa larangan kepada pegawai untuk mengakses internet
selama jam kerja dengan tujuan agar pegawai tidak terdistraksi membuka hal-hal di
luar pekerjaan melalui internet. Untuk hal ini, diperlukan komitmen bersama antara top
management dan para pelaksana di bawahnya untuk menggunakan fasilitas internet
hanya untuk keperluan kantor.
2. Memastikan tersedianya 1 komputer untuk tiap orang pegawai di KPP Pratama
Atambua. Karena pola mutasi dan jumlah kebutuhan pegawai tiap kantor yang
dinamis, seringkali terdapat pegawai yang belum mendapatkan komputer di unitnya.
Hal ini perlu diantisipasi, mengingat penggunaan aplikasi ini mewajibkan tiap orang
untuk mengaksesnya di komputer.
3. Seluruh SDM (lintas generasi) harus fasih dengan teknologi ini. Terkait hal ini, pegawai
di KPP Pratama Atambua tidak terlalu mengalami kendala karena 80% pegawai
didominasi oleh anak muda (generasi Y). Untuk pegawai generasi X, hal ini bisa diatasi
dengan pemberian IHT khusus, atau asistensi tutorial dan monitoring penggunaan
pribadi secara personal oleh pelaksana yang lebih mengerti.
11
12
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
1.
2.
3.
4.
Perampingan berbagai macam SOP yang dilakukan DJP selama ini, merupakan bentuk
implementasi Value Chain Analysis pada pemberian layanan jasa di DJP, yang dilakukan
secara menyeluruh ke seluruh unit vertikal dibawahnya termasuk KPP Pratama Atambua.
Analisis SOP dilakukan terhadap 2 SOP dengan customer yang berbeda yaitu analisis
SOP pemberian NPWP dengan customer adalah WP (eksternal) dan analisis SOP
penatausahaan dokumen masuk dengan customer adalah masing-masing seksi di dalam
kantor (internal).
Melalui analisis Value Chain SOP pemberian NPWP, ditemukan bahwa terdapat masalah
pada outbound logistic dan tenggat jatuh tempo pada proses bisnis, hal ini dapat diatasi
dengan cara menerapkan KPP mini dan menghilangkan prosedur pengiriman NPWP dan
SKT melalui pos dapat mengurangi waktu-tunggu (delay time) WP selama kurang lebih
3-4 minggu. Sedangkan untuk analisis supporting activity-nya sendiri tidak ditemukan
permasalahan yang perlu diperbaiki.
Melalui rekomendasi perampingan SOP penatausahaan dokumen masuk, dengan cara
memanfaatkan sistem informasi melalui penerapan aplikasi cloud-base dalam
penanganan surat masuk dapat mengurangi waktu tunggu (delay time) selama kurang
lebih 8,25 jam.
4.2 Saran
Pada dasarnya saran disini adalah saran untuk penelitian selanjutnya atas
keterbatasan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada makalah ini. Diantaranya yaitu:
1.
2.
3.
Penelitian penerapan value chain analysis di KPP Pratama Atambua dalam paper ini
masih membatasi ke permasalahan perampingan value stream (SOP). Untuk
mendapatkan pemahaman lebih komprehensif tentang implementasi value chain analysis
dapat dimasukkan juga penelitian mengenai industry structure dan competitive strategy
yang tidak dibahas dalam paper ini.
Analisis SOP dapat juga dilakukan dengan benchmarking dengan penerapan SOP
serupa di KPP lain, yang tentunya mengalami kendala dan permasalahan yang berbedabeda satu sama lain.
Untuk menambah kualitas analisis, diperlukan juga penyebaran kuisioner kepada WP dan
seksi terkait sebagai bagian dari analisis awal, untuk mengetahui permasalahan
mendalam terkait kedua SOP yang dibahas dalam paper ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Drotz, Erik. 2014. Lean in the Public Sector Possibilities and Limitation. Sweden: Linkopig
University.
Environmental Protection Agency. 2012. Lean Government Methods Guide. United States of
America: Environmental Protection Agency.
Hansen, Don R Mowen, Maryanne M. 2007. Manajerial Accounting. 8th edition. South
Western: Thomson.
Institute of Management Accountants. 2006. Lean Enterprise Fundamental. United States of
America: Institute of Mangement Accountants
Maynard, Ross. 2009. Lean Accounting in the Public Sector, an Example from the National
Health Service. BMA Europe Ltd.
National Information Society Agency. 2007. Toward a Ubiquitous Society e-Goverment in
Korea. South Korea: NIA
Raphael Kunis, Gudula Runger, Michael Schwind. 2007. A Model for Document Management
in e-Government Systems based on Hierarcial Process Folders. Germany: Chemnitz
University of Technology.
Raymond Mc.Leod Jr, George P. Schell. 2012. Management Information Systems. New
Jearsey: Pearson
Lembaga Administrasi Negara. 2007. Teknologi Informasi dalam Pemerintahan. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara
Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013 tanggal 24 Desember 2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak,
Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak Sebagaimana Telah Diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 672/KM.1/2009 tentang Penomoran dan Pemberian
Kode Surat pada Instansi Vertika Direktorat Jenderal Pajak
14
AR
BPS
Cloud-based
e-faktur
e-filing
e-registration
Floating notification:
KITSDA
KP2KP
KPP Pratama
NPWP
Pegawai PKL
PKP
Riksus
Seksi Waskon
self assesment
SKT
Surat SR
TPT
UKI
ii
iii
Prosedur Kerja :
1. Masing-masing Pelaksana Seksi menerima, mencatat data dokumen masuk yang
telah didisposisi Kepala KPP (SOP Tata Cara Penerimaan Dokumen di KPP) dalam
register dokumen masuk dan meneruskan dokumen masuk kepada Kepala Seksi
atasannya.
2. Masing-masing Kepala Seksi menerima dokumen masuk, memberikan disposisi,
menugaskan untuk menatausahakan atau untuk memproses dokumen masuk, dan
meneruskan dokumen masuk tersebut kepada Pelaksana Seksi.
3. Pelaksana Seksi mencatat disposisi dokumen masuk dalam register dokumen masuk.
Dokumen untuk disimpan kemudian ditatausahakan, sedangkan dokumen yang akan
diproses diteruskan kepada Konseptor untuk ditindaklanjuti. Dalam hal telah terdapat
SOP untuk memproses dokumen masuk tersebut, maka ditindaklanjuti sesuai dengan
SOP terkait.
4. Konseptor melakukan penghimpunan bahan, membuat konsep dokumen keluar, dan
meneruskan konsep dokumen tersebut ke Kepala Seksi.
iv
5. Kepala Seksi meneliti dan memaraf konsep dokumen keluar serta meneruskannya ke
Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani dokumen keluar.
7. Dokumen yang telah ditandatangani, diterima, dicatat datanya dalam register
dokumen keluar, serta diberi nomor, tanggal, dan cap oleh Sekretaris Kepala Kantor
Pelayanan Pajak, kemudian diteruskan ke Pelaksana Seksi terkait.
8. Pelaksana Seksi menerima, mencatat data dokumen keluar dalam register dokumen
keluar, menatausahakan arsip yang berasal dari dokumen masuk maupun arsip dari
dokumen keluar, meneruskan tembusan ke seksi terkait, serta meneruskan/
menyampaikan dokumen keluar dengan manggunakan buku eskpedisi.
9. Penyampaian dokumen keluar kepada Pihak Eksternal oleh Subbagian Umum sesuai
dengan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.
10. Proses selesai.