You are on page 1of 4

Wisata Mangrove Terpadu di Kampoeng Nipah Sumatera Utara - Liburan tidak hanya

tentang jalan-jalan yang menyenangkan untuk melepas kepenatan, liburan juga bisa mengandung
nilai edukasi, seperti berwisata mangrove. Bicara tentang mangrove, saya punya pengalaman
seru nih liburan fullday di salah satu Desa Mangrove yang ada di Sumatera Utara. Desa wisata
yang saya kunjungi ini diberi nama Kampoeng Nipah oleh masyarakat pengelolanya.
Kampoeng Nipah merupakan lokasi ekowisata mangrove terpadu berbasis masyarakat pertama di
Indonesia, dimana dalam satu lokasi ini terdapat hutan mangrove, Pengolahan produk berbahan
dasar mangrove, hingga homestay yang dikelola oleh penduduk setempat. Hutan bakau atau
mangrove mempunyai banyak manfaat, salah satunya yaitu adalah untuk melindungi garis pantai
dari abrasi atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk tsunami.
Wisata Mangrove ini terletak di Desa Muara Maimbai Kec. Sei Nagalawan Kab. Serdang
Bedagai. Desa Wisata Mangrove dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 1,5 2 jam dari
Kota Medan dengan menggunakan transportasi umum dan berhenti di Simpang Pantai Klang,
Kec. Sei Buluh masuk kedalam menuju lokasi wisata kurang lebih 8km lagi. Kondisi jalan sudah
cukup baik dan sudah di aspal. Anda bisa naik sepeda motor, mobil maupun bus untuk menuju
lokasi wisata ini. Fasilitas di tempat wisata ini sudah dibilang memadai, karena sudah terdapat
kantin, toilet, pondok, tempat sholat, area memancing dan terdapat 3 buah homestay, 1 homestay
berisi 1 kasur ukuran sedang dan satu kipas angin, kamar ini muat untuk 4 orang. Retribusi
masuk lokasi wisata ini berkisar Rp 8.000,- dan parkir Rp 5.000,-.
Desa wisata ini dipelopori oleh sepasang suami istri, Sutrisno dan Jumiati. mereka bersama
kelompoknya masing-masing pernah mendapat penghargaan di tingkat nasional dan
internasional. Seperti Juara Nasional Adhi Bakti Bina Bahari, penghargaan dari organisasi
nirlaba Inggris, Oxfam sebagai pahlawan pangan perempuan (Food Heroes Oxfam) Indonesia
tahun 2013, serta pada awal Desember 2013, Jumiati juga terpilih sebagai salah satu tokoh
perempuan inspiratif penerima award Tupperware She Can, atas upayanya dalam penguatan
ekonomi dan pemberdayaan perempuan di desanya.

Jalan setapak menuju lokasi


Memasuki desa wisata ini, Anda akan menjumpai masyarakat melayu pesisir yang ramah dan
senang sekali bercerita. Mereka akan menyambut hangat pengunjung yang datang kesini. Hal ini
yang membuat saya tak pernah bosan berkunjung ke desa wisata yang satu ini. Sesampainya
dilokasi, kita akan di pandu langsung oleh guide lokal dan diberikan kuliah singkat tentang
mangrove. Mulai dari jenis-jenis mangrove, cara menanam mangrove, manfaat mangrove bagi
lingkungan serta jenis mangrove apa saja yang dapat diolah menjadi makanan khas. Ada
beberapa produk olahan mangrove yang telah diproduksi di desa ini, antara lain : dodol, keripik
jeruju, teh jeruju dan sirup. Untuk makanan olahan mangrove seperti dodol dan sirup hanya ada
pada musim-musim tertentu saja, karena bahan dasar untuk membuat olahan ini juga hanya
tersedia pada musim tertentu. Sebaliknya makanan olahan berbahan dasar daun jeruju akan
selalu ada saat musim apapun kamu berkunjung kesini, misalnya saja keripik jeruju dan teh
jeruju yang juga merupakan cemilan favorit saya kalo berkunjung kesini nih.

Kegiatan wajib yang dilakukan dilokasi ini tentu saja menanam mangrove. Namun selain itu, kita
juga bisa bermain canoe menyebrangi sungai, berburu kepiting bakau di kolam lumpur, mencari
kepah laut hingga hunting sunset. Setelah lelah berpanas-panasan menanam mangrove dan
bermain canoe, maka kegiatan yang paling dinantikan tentunya makan siang. Menu makanan
yang ditawarkan oleh pengelola desa wisata ini pun sangat menggugah selera, beragam seafood
mulai dari ikan, kepiting, kepah, udang, serta sayuran hijau dan buah-buahan segar berjajar rapi
di meja makan.
Puas bersantap siang, kami pun melanjutkan kegiatan dengan memasang perangkap kepiting di
kolam tanah. Sambil menunggu kepiting masuk kedalam perangkap yang dipasang, kami pun
berinisiatif kembali ke tepi pantai mencari kepah laut yang bisa ditemukan didalam pasir pantai.
Menjelajahi desa wisata ini semakin menyadarkan saya betapa pentingnya menjaga kelestarian
alam, terutama ekosistem mangrove. Satu pohon memang angka yang kecil untuk
mengembalikan kelestarian hutan mangrove seperti sedia kala, tetapi jika dilakukan secara
berkelanjutan dan dijaga dengan baik, pasti akan sangat berguna dikemudian hari.

Nah, Jika anda ingin Berwisata Mangrove Terpadu di Kampoeng Nipah Sumatera Utara serta
mendapatkan fasilitas seperti yang saya tulis diatas yaitu makan siang full seafood, menanam
bakau, kuliah mangrove, penginapan, berburu kepiting dan kepah dan lain-lain, disarankan anda
menggunakan jasa Travel Organizer yang ada di Medan seperti Nusantara Trip, dengan
minimal 20 Orang/grup karna biayanya akan lebih terjangkau. Demikianlah informasi singkat
tentang Wisata Mangrove Terpadu di Kampoeng Nipah Sumatera Utara semoga bermanfaat.
Salam Lestarii.. ^_^

You might also like