Professional Documents
Culture Documents
http://heru2273.blogspot.com/2014/04/analisis-kebijakan-versi-weimer-vining.html
(3/20/2015)
Kedua penulis ini memahami analisis kebijakan pertama-tama dari segi produknya,
yaitu bahwa produk dari analisis kebijakan adalah advis. Secara lebih spesifik
adalah advis yang menginformasikan keputusan kebijakan publik. tentu saja tidak
semua advis yang merupakan produk analisis kebijakan. Advis merupakan produk
analisis kebijakan adalah advis yang berkenaan dngan keputusan publik yang
didalamnya memuat nilai-nilai sosial. Namun demikian analisis kebijakan tidak
hanya untuk sektor pemerintahan (publik), namun juga diperlukan untuk sektor
bisnis. jadi, pemahaman dasar analisis kebijakan adalah advis yang beriorentasi
pada klien yang berkenaan dengan keputusan publik dan memuat nilai-nilai sosial.
Weimer dan Vining memahami analisis kebijakan sebagai sebuah kegiatan yang
mengandung tiga nilai, pragmatis (client-oriented), mengacu pada keputusan
(kebijakan) publik, dan tujuannya melebihi kepentingan atau nilai-nilai klien,
melainkan kepentingan atau nilai-nilai sosial.
1. 1
Profesi Analisis Kebijakan.
Analisis kebijakan adalah sebuah profesi yang memungkinkannya bekerja dengan
eksekutif dan legislatif. Sebagai profesi, isu pertama berkenaan dengan kompetensi.
Seorang analisis kebijakan harus:
a.
Mempunyai kompetensi untuk mengumpulkan, mengorganisasikan, dan
mengomunikasikan informasi di bawah tekanan waktu (deadline) yang ketat dan
akses informasi yang terbatas. Analisis kebijakan harus mampu mengembangkan
strategi dengan akurat dan cepat dengan memahami hakikat dari masalah
kebijakan dan rentang solusi kebijakan.
b.
Analisis kebijakan harus mampu meletakkan masalah sosial dalam konteksnya.
c.
Analisis kebijakan memerlukan keterampilan teknis yang memungkinkannya
untuk membuat prediksi dengan lebih akurat dan melakukan evaluasi konsekuensi
kebijakan dengan lebih meyakinkan.
d.
Analisis kebijakan harus mempunyai pemahaman yang kuat tentang prilaku
politik dan orgnisasi untuk memprediksi dan, kalau perlu mempengaruhi, adopsi
atau penerimaan kebijakan yang diadviskannya.
e.
Analisis kebijakan harus mempunyai etika dalam bekerja melayani klien.
Etika adalah isu yang sangat penting bagi analisis kebijakan. Analisis kebijakan
bekerja diantara pertentangan nilai-nilai. Sebagai analisis kebijakan, ia harus
mengetahui bahwa advisnya akan dipertimbangkan oleh klien dalam konteks the
game of politics, yang mempetimbangkan kebaikan bagi masyarakat atau publik,
disatu sisi, dan kepentingan-kepentingan sempit dari konstituen politiknya, di sisi
lain. Weimer dan Vining mengembangkan konsep untuk memahami etika profesi
analisis kebijakan dengan mengedepankan tiga nilai yang selalu dihadapi: integritas
analisis (analytical integrity), tanggung jawab kepada klien (responsibility to the
client), dan loyalitas pada konsep seseorang tentang the good of society.
Masalah apa yang kemudian muncul adalah jika terjadi pertentangan nilai yang
sangat kontras dan tajam dengan klien? Ada tiga kemungkinan, yaitu voice, exit dan
disloyalty sebagaimana yang digambarkan sebagai berikut:
1.2
Konsep-Konsep Dasar
Analisis kebijakan dilakukan karena dua alasan (rationale) pokok setiap analisis
kebijakan publik, yaitu bahwa terjadi (1) kegagalan pasar (market failure) dan (2)
kegagalan pemerintah (goverment failure). Weimer dan Vining melihat bahwa
empat kegagalan pasar yang banyak diidentifikasi berkenaan dengan barang publik,
eksternalitas, monopoli natural, dan informasi yang asimetrs. Barang publik (dan
barang privat) dipahami dalam ukuran persaingan konsumsi (rivalrous consumption)
dan kepemilikan ekslusif (excludable ownership). Barang publik tidak memiliki
kedua karakter tersebut. Eksternalitas adalah setiap impak nilai (baik positif
maupun negatif) yang diakibatkan oleh setiap tindakan (baik yang bersifat produksi
maupun konsumsi) yang mempengaruhi seseorang yang tidak terlibat pada
pertukaran yang dilakukan secara sukarela dalam proses tersebut.
1.3
Dasar-Dasar Analisis Kebijakan
Analisis berasal dai kata yunani yang berarti memecah menjadi bagian-bagian.
Kedua penulis mengemukakan bahwa kerangka konseptual analisis kebijakan terdiri
atas langkah-langkah mendiagnosis masalah, mengidentifikasikan alternatif
kebijakan yang mungkin, menilai efisiensi dari kebijakan-dikaitkan dengan
melakukan perhitungan cost benefit daro kebijakan. Kedua penulis mengangkat
pendekatan model rasionalis dalam analisis kebijakan yang mempunyai bagianbagian:
a.
Mendefenisikan permasalahan
b.
Menetapkan kriteria evaluasi
c.
Mengidentifikasi alternatif kebijakan
d.
Memaparkan alternatif-alternatif dan memilih salah satu.
e.
Memonitor dan mengevaluasi manfaat kebijakan
Proses analisis kebijakan sendiri terdiri dari dua tahap utama, yaitu analisis masalah
dan analisis solusi, yang dijabarkan sebagai berikut:
a.
Understanding the problem, yaitu mencakup kegiatan;
1.
Receiving the problem: assesing symptoms.
2.
Framing the problem: analysing market and goverment failure.
3.
Modeling the problem: identifying policy variables.
b.
Choosing and explaining relevant goals and constraints.
c.
Selecting a solution method
Langkah-langkah diatas kemudian dilanjutkan dengan langkah solution analysis,
yang terdiri dari empat langkah, yaitu:
d.
Choosing evalution criteria.
e.
Specifying policy alternatifives
f.
Evaluating: predicting impacts of alternatives and valving them in terms of
criteria.
g.
Recommending action.