Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Dalam pembuatan peraturan perundang-undangan tentu tidak semua
kepentingan warga Negara dapat terakomodir secara penuh, ini disebabkan oleh
berbagai factor dan dinamika yang ada dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan tersebut. Sejatinya setiap peraturan peraturan perundangundangan dapat mewakili dan menjadi sebuah aturan yang dapat menjadi sarana
pembangunan dan melindungi berbagai kepentingan-kepentingan yang di
dalamnya memuat berbagai hal yang bersifat bonafideterhadap kelangsungan
hidup berbagai elemen masyarakat Indonesia.
Ketika Peraturan perundang-undangan itu dibuat, disahkan lalu
diberlakukan, bukan tidak mungkin ada beberapa kepentingan-kepentingan politik
yang menyertainya. Bukan hanya itu saja, namun terkadang peraturan perundangundangan tersebut hanya menguntungkan kepada satu atau beebrapa golongan
saja, tidak untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya. Tidak
sedikit di Indonesia sering terjadi penyimpangan-penyimpangan peraturan yang
menjadi hambatan dan factor yang memperlambat urgensi laju Pembangunan.
Maka untuk menjamin, agar segala kepentingan-kepentingan suatu
birokrasi tersebut dapat terkendali, harus ada pengawasan yang efektif dan efisien.
Ini bertujuan untuk menyeimbangkan segala bentuk kehidupan demokrasi yang
ada di Negara tersebut, pengawasan ini hendaknya menjadi suatu upaya untuk
melindungi warga Negara Indonesia dari berbagai ketimpangan-ketimpangan
yang dapat merusak tatanan kehidupan demokrasi di Indonesia. Selain itu
pengawasan ini juga harus memiliki sikap yang tegas dan transparan, demi
terwujudnya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Untuk menindaklanjuti hal ini, dikenal dengan istilah Judicial
Reviewatau uji materiil sebuah peraturan perundang-undangan dimana dalam
sistem hukum di Indonesia, baru diadopsi setelah amandemen UUD 1945.
Sebelumnya, tidak dikenal uji materiil sebuah peraturan perundang-udangan
terhadap konstitusi.
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan membahas satu persatu masalah, berikut beberapa
pertanyaan yang akan dibahas dalam makalah ini :
1.
Pengertian Pengujian Peraturan Perundang-undangan.
2.
Pengujian Peraturan Perundang-undangan.
C. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk
mengetahui dan mempelajari tentang pengujian norma hukum dan objek
pengujian undang undang.
2.
1.
2.
Tujuan Khusus
Dapat mengetahui Pengertian Pengujian Peraturan Perundang-undangan.
Dapat memahami Pengujian undang undang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Judicial review, menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. dalam buku
Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, adalah pengujian yang dilakukan
melalui mekanisme lembaga peradilan terhadap kebenaran suatu norma. Jimly
Asshiddiqie menjelaskan dalam bukunya bahwa dalam teori pengujian (toetsing),
dibedakan antara materiile toetsing dan formeele toetsing. Pembedaan tersebut
biasanya dikaitkan dengan perbedaan pengertian antara wet in materiile zin
(undang-undang dalam arti materiil) dan wet in formele zin (undang-undang
dalam arti formal). Kedua bentuk pengujian tersebut oleh UU No. 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi dibedakan dengan istilah pembentukan undangundang dan materi muatan undang-undang. Pengujian atas materi muatan undangundang adalah pengujian materiil, sedangkan pengujian atas pembentukannya
adalah pengujian formil. Jadi judicial review mencakup pengujian terhadap suatu
norma hukum yang terdiri dari pengujian secara materiil (uji materiil) maupun
secara formil (uji formil). Dan hak uji materiil adalah hak untuk mengajukan uji
materiil terhadap norma hukum yang berlaku yang dianggap melanggar hak-hak
konstitusional warga Negara (Artikel Judicial Review,
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4257)
Pengujian peraturan perundang-undangan merupakan pengenalan dasar
tentang judicial review (uji materiil sebuah peraturan perundang-undangan), yang
di dalam sistem hukum di Indonesia, baru diadopsi setelah amandemen UUD
1945.[ Ismail Hasani & Prof. Dr. A. Gani Abdullah, SH. Pengantar Ilmu
Perundang-undangan, FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. H.78]. Judicial
Review merupakan proses pengujian peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang dilakukan
oleh lembaga peradilan. Dalam praktik, judicial review (pengujian) undangundang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 dilakukan oleh Mahkamah
Konstitusi (MK). Sedangkan, pengujian peraturan perundang-undangan di
bawah UU terhadap UU dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA).[ Artikel
Judicial Review, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1105/praktiklegislative-review-dan-judicial-review-di-indonesia, diakses tgl 29 September
Dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasca perubahan, diadakan
pembedaan yang tegas antara undang-undang dengan peraturan perundangundangan di bawah undang-undang. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 mengatur
sebagai berikut : Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undangundang terhadap Undang-Undang Dasar . Dalam Pasal 24A ayat (1) UUD
1945 mengatur sebagai berikut : Mahkamah Agung berwenang mengadili pada
tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang [Prof. Dr. Jimliy Asshiddiqqi, SH. Hukum Acara
Pengujian Undang-Undang, Jakarta : Konstitusi Press, 2006. H.45]
Dalam Pasal 145 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang
diubah dengan UU No. 12 Tahun 2008 mengatur sebagai berikut :
Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bertentangan dengan
kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dapat dibatalkan oleh Pemerintah.
Dalam pasal 7 UU No. 12 Tahun 2011, jenis dan Hierarki peraturan
peraturan perundang-undangan yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
berkenaan dengan isi dari suatu peraturan dalam hubungannya dengan peraturan
yang lebih tinggi derajatnya.
D. Lembaga Yang Berwenang Dalam Pengujian Peraturan Perundangundangan.
1. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Mahkamah Konstitusi (MK) adalah salah satu
lembaga Negara yang lahir pascaamandemen UUD 1945, yang termasuk
rumpun lembaga yang menjalankan fungsi yudikatif. Berdasarkan UUD 1945
Pasal 24 C Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan salah satunya
adalah menguji Undang-undang terhadap Undang-undang Dasar 1945. Lebih
lanjut kewenangan Mahkamah Konstitusi diatur dalam UU. 24 tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi yang menyatakan bahwa UU yang dapat
dimohonkan untuk diuji adalah UU yang diundangkan setelah perubahan
UUD 1945, yaitu perubahan pertama UUD 1945 pada tanggal 19 Oktober
1999. Kewenangan memutus permhonan judicial review yang dimiliki
Mahkamah Konstitusi merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakhir,
keputusannya bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap serta tidak
ada upaya hukum lain. Pasal 10 UU No. 24 tahun 2003 menyebutkan:
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk:
a. Menguji UU terhadap UUD dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
c. Memutus pembubaran partai politik dan
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Pemohon dari pengujian UU adalah pihak yang menganggap hak dan /
atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya sebuah UU,
yaitu:
a.
b.
Perorangan WNI
Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI yang diatur dalam
UU
c.
d.
UU No. 24 tahun 2003 adalah hak-hak yang diatur dalam UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945, sedangkan yang dimaksud dengan orang
perorangan termasuk kelompok orang yang mempunyai kepentingan yang
sama.
2. Mahkamah Agung
Hak uji materil terhadap peraturan perundang-undangan dibawah UU
dapat dilakukan teradap materi muatan ayat, pasal dan/ atau bagian dari
peraturan perundang-undangan yang bertengan dengan peraturan perundangundangan yang lebuh tinggi maupun terhadap pembentukan peraturan
perundang-undangan. Ketentuan ini diatur dalam pasal 31 A UU No. 5 tahun
2004 Mahkamah Agung sebagai berikut:
1. Permohonan pengujian peraturan perundang-undangan dibawah UU
terhadap UU diajukan langsung oleh pemohon atau kuasanya kepada
Mahkamah Agung dan dibuat secara tertulis dalam bahasa Indonesia.
2. Permohonan sekurang-kurangnya harus memuat:
a. Nama dan alamat pemohon
b. Uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan dan wajib
menguraikan dengan jelas bahwa:
1) Materi muatan ayat, pasal, dan / atau bagian peraturan
perundang-undangan dianggap bertentangan dengan peraturan
perundang-undagan yang lebuh tinggi. Dan / atau
2) Pembentukan peraturan perundang-undangan tidak memenuhi
ketentuan yang berlaku.
c. Hal-hal yang diminta untuk dihapus
3. Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat bahwa pemohon atau
permohonannya tidak memenuhi syarat, amar putusan menyatakan
permohonan tidak diterima.
4. Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat bahwa permohonan beralasan,
amar putusan menyatakan permohonan dikabulkan
5. Dalam hal permohonan dikabulkan sebagaimana dimaksud pada ayat 4,
amar putusan menyatakan dengan tegas materi muatan ayat, pasal, dan /
atau bagian dari peraturan perundang-undangan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebuh tinggi.
10
12
Pengajuan Permohonan
Permohonan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan
ditandatangani oleh pemohon atau kuasa pemohon. Pendaftaran ini
dilakukan pada panitera MK. Dalam pengajuan permohonan uji materil,
permohonan harus menguraikan secara jelas hak atau kewenangan
konstitusionalnya yang dilanggar. Dalam pengujian formil, Pemohon
wajib menjelaskan bahwa pembentukan undang-undang tidak memenuhi
ketentuan berdasarkan UUD dan/atau materi muatan dalam ayat, pasal,
dan/atau bagian undang-undang yang dianggap bertentangan dengan
UUD. Pengajuan permohonan ini harus disertai dengan bukti-bukti yang
akan digunakan dalam persidangan. Pemohon dalam pengujian UU
terhadap UUD 1945 adalah:
13
2)
3)
4)
5)
Penjadwalan Sidang;
Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah permohonan dicatat dalam
BRPK, MK menetapkan hari sidang pertama untuk sidang pemeriksaan
14
7)
8)
Putusan.
Putusan MK diambil secara musyawarah mufakat dalam forum Rapat
Permusyawaratan Hakim (RPH). Dalam sidang tersebut, setiap hakim
15
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Judicial review, menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. dalam buku
Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, adalah pengujian yang
dilakukan melalui mekanisme lembaga peradilan terhadap kebenaran suatu
norma. Judicial ReviewAdalah pengujian yang dilakukan melalui
mekanisme lembaga peradilan terhadap kebenaran suatu norma. yakni
menguji bertentangan-tidaknya suatu undang-undang terhadap konstitusi,
dan peraturan UU dengan UU yang lebih tinggi. Sementara Sri
Soemantri berpendapat bahwa Hak menguji materiil adalah suatu
wewenang untuk menyelidiki dan kemudian menilai, apakah suatu
peraturan perundang-undangan isinya sesuai atau bertentangan dengan
peraturan yang lebih tinggi derajatnya, serta apakah suatu kekuasaan
tertentu (verordenende acht) berhak mengeluarkan suatu peraturan
tertentu. Jadi hak menguji materiil ini berkenaan dengan isi dari suatu
peraturan dalam hubungannya dengan peraturan yang lebih tinggi
derajatnya.
2. Mekanisme pengujian peraturan perundang-undangan di Mahkamah
Konstitusi adalah sebagai berikut dimana Permohonan diajukan secara
tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan ditandatangani oleh pemohon atau
kuasa pemohon. Pendaftaran ini dilakukan pada panitera MK, kemudian
Pemeriksaan kelengkapan permohonan oleh panitera MK;
Panitera MK yang menerima pengajuan permohonan akan melakukan
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Ismail Hasani & Prof. Dr. A. Gani Abdullah, SH. Pengantar Ilmu
Perundang-undangan, FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
Prof. Dr. Jimliy Asshiddiqqi, SH. Hukum Acara Pengujian UndangUndang, Jakarta : Konstitusi Press, 2006.
Sri Soemantri M, Hak Uji Material di Indonesia, Penerbit Alumni, Bandung:
1997
http://tehangatsekali.blogspot.co.id/2011/11/pengujian-undang-undang.htm l
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4257
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1105/praktik-legislativereview-dan-judicial-review-di-indonesia,
http://gumilar69.blogspot.co.id/2013/11/makalah-lengkap-ilmu-perundangundangan.html
http://fatahilla.blogspot.co.id/2009/11/pengujian-undang-undang-terhadapundang.html
19
OLEH:
KELOMPOK 1
1.
2.
3.
4.
20
21