Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
besar debit pompa maka volume kolam tampungan yang di butuhkan semakin
kecil.
Berdasarkan Detail Engineering Design (DED) drainase kota Pekanbaru
(2015), Perumahan Witayu merupakan daerah dengan karakteristik jenis tanah
gambut dalam. Pembangunan pondasi pada daerah yang bergambut dalam akan
menyebabkan tingginya biaya investasi (Tinambunan, 2006). Permasalahan yang
cukup kompleks serta daya dukung lingkungan yang rendah akan menyebabkan
pembangunan pondasi untuk pompa akan berdampak pada biaya pembangunan
dan pemeliharaan yang relatif mahal. Selain itu bangunan yang didirikan pada
tanah gambut dalam akan berpotensi terjadinya peristiwa settlement atau
penurunan tanah. Berdasarkan penelitian Zarkani, tanpa penggunaan pompa akan
berdampak pada semakin besar kebutuhan luas dari kolam tampungan untuk
menampung limpasan yang tertuju ke wilayah Perumahan Witayu.
Bersumber dari pemangku kebijakan, dalam hal ini Pemerintah Kota
Pekanbaru, perumahan Mutiara Witayu Kecamatan Rumbai tidak layak untuk
dipertahankan menjadi komplek perumahan. Pemerintah mengambil kebijakan
sebagai upaya pemecahan masalah adalah melakukan relokasi warga Perumahan
Witayu ke daerah yang tidak rawan banjir. Serta untuk mengatasi permasalahan
banjir pada wilayah bekas Perumahan Witayu, Pemerintah berencana menjadikan
wilayah tersebut sebagai daerah tampungan air (kolam retensi) dan pengembangan
ekowisata diKota Pekanbaru.
Menurut Maryono (2001) dalam Cipta Karya (2013), Ecodrain
merupakan suatu konsep dengan usaha mengalirkan air kelebihan ke sungai
dengan waktu seoptimal mungkin, sehingga tidak menyebabkan permasalahan
kesehatan dan banjir pada sungai terkait. Kolam retensi merupakan salah satu
komponen ecodrain yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Kolam
retensi juga merupakan salah satu contoh bangunan tampungan air yang
berfungsi menyimpan sementara debit air sehingga puncak banjir dapat dikurangi
(Kodoatie, 2013). Kolam retensi dengan konsep ecodrain tidak hanya menitik
beratkan pada konsep hidrolika saja, namun dikaitkan juga terhadap komponen
hidrologi. Kolam retensi yang dirancang dengan pendekatan ecodrain akan
dipadukan dengan konsep resapan, sehingga hal ini akan berdampak positif
terhadap siklus hidrologi dan upaya konservasi air di lingkungan tersebut.
Selain sebagai bangunan pengendali banjir, penempatan kolam retensi di
kawasan tersebut dapat dijadikan sebagai ruang terbuka hijau. Hal tersebut juga
mendukung pengimplementasian Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang yang secara khusus mengamanatkan perlunya
penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang proporsi luasannya
ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Ruang
terbuka hijau ini nantinya juga akan dimanfaatkan sebagai wilayah rekreasi yang
bersifat ekowisata. Ekowisata merupakan suatu bentuk perjalanan wisata ke area
alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan serta
melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat (Darsoprajitno,
2002).
Berdasarkan hal-hal tersebut peneliti akan melakukan perencanaan kolam
retensi dengan pendekatan ecodrain di wilayah perumahan Mutiara Witayu.
Kolam retensi yang direncanakan selain sebagai prasarana untuk tampungan air
akan difungsikan untuk memperoleh keseimbangan ekosistem, ruang terbuka
hijau, konservasi air dan keindahan visual yang akan dijadikan sebagai lokasi
ekowisata. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan program bantu SWMM.
Storm Water management Model (SWMM) merupakan model yang mampu untuk
menganalisa permasalahan kuantitas dan kualitas air yang berkaitan dengan
limpasan daerah perkotaan. SWMM tergolong model hujan aliran dinamis yang
digunakan untuk simulasi dengan rentang waktu yang menerus atau kejadian
banjir sesaat. Model ini paling banyak dikembangkan untuk simulasi proses
hidrologi dan hidrolika di wilayah perkotaan (Rossman, 2008). Dengan
menggunakan program ini, kondisi yang terjadi di lapangan dapat di modelkan
dengan
memasukkan
parameter-parameter
yang
tercatat
pada
kondisi
EPA-SWMM. Program ini dapat menggambarkan aliran air pada kondisi eksisting
dari lokasi perencanaan, dengan gambaran tersebut nantinya akan di dapatkan
dimensi kolam retensi yang dapat menampung genangan dari air limpasan pada
lokasi perencanaan.
Perencanaan kolam retensi dilakukan dengan memperhatikan kondisi
tanah yang berkarakteristik gambut dalam dan tanah lunak. Sehingga perencanaan
kolam retensi akan mempertahankan kedalaman 1 meter dan memvariasikan
luas area (ponded area). Kolam retensi yang dirancang selain berfungsi sebagai
pengendali banjir juga memiliki fungsi sebagai kolam resapan untuk
meningkatkan kapasitas cadangan air tanah dengan mengunakan matras beton
pada dasar kolam guna meningkatkan infiltrasi air kedalam tanah. Selain itu juga,
kolam retensi dirancang untuk kedepannya menjadi tempat rekreasi berupa eco
wisata untuk meningkatkan estetika wilayah studi.
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dirumuskan pada beberapa
poin berikut :
1. Bagaimana kondisi aliran eksisting di daerah kajian studi?
2. Berapa dimensi kolam retensi yang tepat sebagai penanggulangan
banjir di wilayah studi?
3. Berapa rencana anggaran biaya (RAB) yang dibutuhkan untuk
pembangunan kolam retensi di daerah kajian studi?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Data curah hujan yang di gunakan berasal dari kantor Balai Wilayah
Sungai Sumatera Kota Pekanbaru, berupa data curah hujan dari tahun
1996 2015 dengan panjang data 20 tahun.
2. Analisa hidrologi yang dilakukan menggunakan program bantu EPASWMM 5.0.
: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang pokok pokok pikiran yang
menggambarkan konsep dasar permasalahan yang akan diangkat.
Bagian ini terdiri atas latar belakang, perumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang penjelasan teori teori dasar yang
dijadikan acuan dalam melakukan analisa terhadap potensi banjir di
Perumahan Mutiara Witayu Keluarahan Sri Meranti, Kecamatan
Rumbai Pekanbaru.