You are on page 1of 30

MAKALAH

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT KESEHATAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VII

Kaleb A. Pau Kolo


Marselina R. Hondro
Melysa Makikama
Orvil Kuhu
Juniati A. S. Teuf
Julia A. Maruanaja

PPN 15222
PPN 15238
PPN 15250
PPN15263
PPN 15221
PPN 15220

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan
pembangunan bangsa. Kesehatan juga merupakan salah satu unsur dari kesejahteraan
umum yang merupakan tujuan negara seperti yang diamanahkan di dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945. UndangUndang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 4 dan 5 juga menyatakan bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumberdaya di bidang
kesehatan, hak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau
dan setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggungjawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Kesehatan merupakan investasi dalam mendukung pembangunan Nasional. Amandemen
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28 H menyatakan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
Fokus kebijakan Kementerian Kesehatan RI untuk periode 2015-2019 adalah salah
satunya adalah penguatan pelayanan kesehatan primer. Penguatan pelayanan primer
mencakup 3 hal yaitu fisik (pembenahan infrastruktur), sarana (pembenahan fasilitas)
dan sumber daya manusia (penguatan tenaga kesehatan selain dokter).
Tidak bisa dipungkiri, pelayanan kesehatan belum dapat dinikmati secara adil dan merata
oleh seluruh masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di Daerah Tertinggal,
Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK).
Masyarakat yang tinggal di DTPK dan DBK masih mengalami kesulitan untuk
mengakses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas. Oleh karena itu perlu perhatian
dan pendekatan secara khusus.
Demikian pernyataan Menteri kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, dalam sambutannya
pada acara penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) antara kementerian Kesehatan
dengan 41 Pemerintah Kabupaten/Kota tentang penempatan Tim Nusantara Sehat (NS)
Batch 4 dan Batch 5 tahun 2016.

1. VISI
Visi misi Kementerian Kesehatan mengikuti visi misi Presiden Republik Indonesia
yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-royong. Visi tersebut diwujudkan dengan 7 (tujuh) misi
pembangunan yaitu:
a. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
b. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
c. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
d. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta
g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Kementerian Kesehatan juga berperan serta dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat melalui agenda prioritas Kabinet Kerja atau yang dikenal dengan Nawa
Cita, sebagai berikut:
a. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman pada seluruh warga Negara.
b. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
c. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.

d. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
e. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
f. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
g. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
h. Melakukan revolusi karakter bangsa.
i. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
2. NILAI-NILAI
a. Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu
mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk
rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang
adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama
dan status sosial ekonomi.
b. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena
pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus
berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi
masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
c. Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta
tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial
budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi
permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penangnganan
yang berbeda pula.
d. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah
ditetapkan dan bersifat efisien.

e. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel.
Pembangunan kesehatan secara menyeluruh agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

setinggi-tingginya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Sejak


diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, maka terjadi perubahan dalam penyelenggaraan tugas
pemerintahan termasuk dalam bidang kesehatan. Pemerintah daerah diberikan
kewenangan untuk mengembangkan sistem kesehatan di daerah sesuaidengan kebutuhan
masyarakatnya. Namun urusan pemerintahan di bidang kesehatan tetap merupakan
urusan bersama (concurrent function) antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan DaerahKabupaten atau Kota (Petunjuk Teknis Bantuan Operasional


Kesehatan, 2011).
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya indikator
pembangunan kesehatan. Tahun ini pembangunan kesehatan sedang berada di tengah
periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
B. KOMPETENSI
Adapun kompetensi dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perawat dapat mengetahui mengenai kebijakan pemerintah terkait ibu hamil.


Perawat dapat mengetahui mengenai kebijakan pemerintah terkait balita.
Perawat dapat mengetahui mengenai kebijakan pemerintah terkait anak.
Perawat dapat mengetahui mengenai kebijakan pemerintah terkait remaja.
Perawat dapat mengetahui mengenai kebijakan pemerintah terkait lansia.
Perawat dapat mengetahui mengenai kebijakan pemerintah terkait penyakit menular.
Perawat dapat mengetahui mengenai kebijakan pemerintah terkait penyakit tidak

menular.
8. Perawat dapat mengetahui mengenai kebijakan pemerintah terkait masalah
kesehatan terkait perilaku, al: Narkoba, HIV.
9. Perawat dapat mengetahui mengenai kebijakan pemerintah terkait lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebijakan Pemerintah Terkait Ibu Hamil


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
pada pasal 126 menyatakan pada ayat :
1) Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
2) Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.
3) Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, alat dan obat dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu secar aman, bermutu dan terjangkau.
Pada pasal 127 yang terdapat pada pasal (1), yaitu :
1) Upaya kehamilan diluar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri
yang sah dengan ketentuan
Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait ibu, yaitu :
a. Care provider
Pemberi asuhan keperawatan baik diberikan secara langsung maupun tidak
langsung kepada ibu hamil, suami dan keluarganya. Memberikan rasa aman dan
nyaman kepada ibu primigravida dan keluarga perantara antara ibu hamil dengan
tenaga kesehatan lainnya untuk memeriksa kehamilannya (Bobak , 2005)
b. Sebagai pendidik
Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil, suami dan keluarganya
merawat ibu hamil dan membawanya ke pelayanan kesehatan yang terdekat untuk
mencegah komplikasi, memberikan penyuluhan tentang cara merawat ibu hamil
dan persiapan persalinan baik bio-psiko-sosial (Machfoedz, 2005).
c. Sebagai peneliti
Mengidentifikasi masalah-masalah yang terkait dengan dukungan suami terhadap
kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan, meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan ibu pada saat hamil dan melahirkan (DepKes, 2002).
d. Sebagai advokasi
Menjamin dan melindungi hak dan kewajiban ibu hamil untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang maksimal dan seimbang (Suliha, 2002). Membantu
mempersiapkan persalinan dengan baik sehingga ibu dan bayi lahir dengan
selamat.
e. Sebagai konselor

Memberikan konseling atau bimbingan kepada klien, keluarga dalam


mengintegrasikan pengalaman kesehatan sesuai prioritas. Membantu mencari
solusi yang tepat, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup klien yang
sehat.
B. Kebijakan Pemerintah Terkait Balita
Undang-undang RI nomor 36 tahun 2009, pada pasal 128, 130 dan 131 yang mengatur
kenijakan tentang bayi dan balita diantaranya :
Pasal 128 berbunyi :
1) Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan,
kecuali atas indikasi medis.
2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat harus mendukung ibu secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas
khusus.
Penjelasan ayat (1) : yang dimaksud dengan pemberian asi eklusif dalam ketentuan ini
adalah pemberian hanya air susu ibu selama 6 bulan, dan dapat diterus dilanjutkan dampai
dengan 2(dua)tahun dengan pemberian makanan pendamping air susu ibu(MPASI)sebagai makanan tambahan sesuai kebutuhan bayi. Yang dimaksud indikasi medis
dalam ketentuan ini adalah kondisi kesehatan ibu yang tidak mungkin memberikan asi
berdasarkan indikasi medis yang ditetapkan oleh tenaga medis.
Pasal 130 berbunyi :
Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.
Pasal 131 berbunyi :
1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan
generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan
angka kematian bayi dan anak.
2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan,
dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.
Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait balita, yaitu :
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan (care provider)
Peranan utama perawat komunitas yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan
kepada balita, baik itu balita dalam kondisi sehat maupun yang sedang sakit.
2. Pendidik (health educator)
Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan pendidikan atau informasi
kepada keluarga yang berhubungan dengan kesehatan balita. Diperlukan pengkajian

tentang kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam
penyuluhan atau pendidikan kesehatan balita. Dari hasil pengkajian diharapkan dapat
diketahui tingkat pengetahuan klien dan informasi apa yang dibutuhkan.
3. Konselor
Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh orangtua yang
mempunyai balita untuk membantu memberikan jalan keluar berbagai permasalahan
kesehatan balita dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pemantau Kesehatan (health monitor)
Perawat ikut berperan memantau kesehatan balita melalui posyandu, puskesmas, atau
kunjungan rumah. Pemantauan ini berguna mengetahui dinamika kesehatan balita
terutama pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga jika terjadi masalah
kesehatan dapat dideteksi sejak dini dan diatasi secara tepat dengan segera.
5. Koordinator Pelayanan Kesehatan (coordinator of service)
Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh dan tidak
terpisah-pisah. Perawat juga dapat berperan sebagai pionir untuk mengkoordinir
berbagai kegiatan pelayanan di masyarakat terutama kesehatan balita dalam mencapai
tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
6. Pembaharu (inovator)
Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal pengetahuan mengenai kesehatan
balita. Perawat disamping memberikan penyuluhan juga dapat menjadi pembaharu
untuk merubah perilaku atau pola asuh orangtua terhadap balita di suatu wilayah,
misalnya budaya yang tidak sesuai dengan perilaku sehat.
7. Panutan (role model)
Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang memiliki ilmu kesehatan yang
lebih dari profesi lainnya di luar bidang kesehatan. Oleh sebab itu akan lebih mulia
bagi perawat untuk mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari sehingga
dapat memberikan contoh baik, misalnya memberi contoh tata cara merawat balita.
8. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan dan
instansi terkait, melaksanakan rujukan.
C. Kebijakan Pemerintah Terkait Anak
Pasal 132 tentang anak yang diatur dalam ayat :
1) Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab sehingga
memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.
2) Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi.
Pasal 133 berbunyi :

1) Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk diskriminasi
dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu kesehatannya.
Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait anak yaitu :
a. Sebagai care provider
Memberikan pelayanan keperawatan kepada anak yang dapat dilakukan dengan
memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan ASAH, ASIH dan ASUH
b. Sebagai advokat
Perawat sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan
haknya sebagai klien
c. Sebagai pencegahan penyakit
Perawat harus selalumengutamakan tindakan pencegahan terhadap timbulnya
masalah baru sebagai dampak dari timbulnya penyakit
d. Sebagai pendidik
Perawat harus mampu berperan sebagai pendidik untuk menyampaikan pesan
atau mengubah perilaku kepada anak dan keluarga melalui pendidikan kesehatan
khususnya dalam keperawatan.
e. Sebagai konseling
Perawat berkonsultasi terhadap masalah yang dialami oleh klien dan keluarga.
Konseling ini dapat memberikan kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan.
f. Sebagai kolaboratif
Perawat harus melakukan tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan yang
akan dilaksanakan oleh perawat dan tim kesehatan lain
g. Sebagai pengambilan keputusan etik
Dalam mengambil keputusan perawat memiliki peran sangat penting karna selalu
brhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam.
h. Sebagai peneliti
Perawat harus melakukan pengkajian keperawatan anak, yang dapat
dikembangkan untuk perkembangan teknologi keperawatan dan meningkatkan
mutu pelayanan anak (DepKes RI, 2000).
D. Kebijakan Pemerintah Terkait Remaja
Kebijakan tentang remaja diatur dalam UU no 36 tahun 2009 yang terdapat dalam pasal
136 yang berbunyi :
1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan menjadi
orang dewasa yang sehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi.
2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk
untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari berbagai gangguan kesehatan
yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat.

Pasal 137
1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh edukasi,
informasi, dan layanan mengenai kesehatan remaja agar mampu hidup sehat dan
bertanggung jawab.
2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar remaja memperoleh
edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan pertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait Remaja, yaitu :
Peran perawat dalam melakukan komunikasi pada remaja adalah hubungan yang
terapeutik antara perawat dan klien akan pengalaman belajar dan juga merupakan
pengalaman koreksi terhadap komunikasi klien. Disini perawat sebagai tim pelaksana
dalam melakukan penyusunan asuhan keperawatan, membina hubungan interpersonal
yang sepaham dan saling bergantung dengan orang lain, peningkatan fungsi dan
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan reaslistis yang jelas
dan peningkatan integritas diri.
E. Kebijakan Pemerintah Terkait Lansia
Pemerintah mengatur tentang kebijakan lansia yang terdapat dalam UU pasal 138 yang
berbunyi :
1) Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar
tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan roduktif
secara sosial dan ekonomis.
Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait Lansia, yaitu :
a. Sebagai Care Giver/Pemberi Asuhan Langsung
Memberikan asuhan keperawata kepada lansia yang meliputi intervensi keperawatan :
observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan
pendelegasian yang diberikan.
b. Sebagai pendidik klien lansia
Sebagai pendidik, perawat membantu lansia meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang
diterima sehingga klien atau keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal
yang diketahuinya. Sebagai pendidik perawat juga dapat memberikan pendidikan

kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kader kesehatan dan lain
sebagainya.
c. Sebagai motivator
Sebagai motivator, perawat memberikan motivasi kepada lansia.
d. Sebagai advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien
dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran
advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan
fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus
dialami oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus dapat
melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
e. Sebagai konselor
Memberikan konseling atau bimbingan kepada lansia, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga
dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dan pengalaman yang lalu, pemecahan
masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah
perilaku hidup sehat. Peran perawat dalam menindaklanjuti kebijakan pemerintah
terhadap lansia sesuai yaitu dengan upaya peningkatan / Promosi Kesehatan dengan
anjuran dari Prof. Dr. Slamet Suyono (RSCM, 1997) adalah dengan mengaplikasikan
-

BAHAGIA
Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
Aturlah makanan hingga seimbang
Hindari faktor risiko penyakit degeneratif
Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat
Gerak badan teratur agar terus dilakukan
Iman dan takwa tingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan
Awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodik

F. Kebijakan Pemerintah Terkait Penyakit Menular


1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab melakukan upaya
pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular serta akibat yang
ditimbulkannya.
2) Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya
penyakit, menurunkan jumlah yang sakit,
cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi
akibat penyakit menular.

3) Upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit menular sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif bagi individu atau masyarakat.

Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait Penyakit menular,


yaitu :
1. Memberikan konseling dan pendampingan (tidak hanya psikoterapi tetapi juga
psikoreligi), edukasi yang benar tentang penyakit menular tersebut baik kepada
penderita, keluarga, dan masyarakat
2. Memberikan dukungan kepada penderita
Adanya dukungan dari berbagai pihak dapat menghilangkan berbagai stressor dan
dapat membantu penderita meningkatkan kualitas hidupnya
3. Menunjukan rasa menghargai dan menerima orang tersebut (hal ini dapat
meningkatkan rasa percaya diri klien)
4. Perawat melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan untuk konseling
psikiatri.
G. Kebijakan Pemerintah Terkait Penyakit Tidak Menular
Perundang-undangan yang mengatur tentang penyakit tidak menular terdapat pada Pasal
158
1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat melakukan upaya pencegahan,
pengendalian, dan penanganan penyakit tidak menular beserta akibat yang
ditimbulkannya.
2) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan berperilaku sehat dan mencegah terjadinya penyakit tidak
menular beserta akibat yang ditimbulkan.
3) Upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit tidak menular
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif bagi individu atau masyarakat.
Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait penyakit tidak menular,
yaitu :
1. Perawat sebagai care provider
Perawat memperhatikan keadaan dan kebutuhan dasar klien, pemberi asuhan
keperawatan merupakan tantangan seorang perawat dalam menjalankan perannya
dalam menghadapi klien terutama berhadapan langsung
2. Perawat sebagai advokat

Perawat membantu keluarga klien untuk menberikan informasi tentang tindakan


sesuai yang harus dilakukan keluarga.
3. Perawat sebagai educator
Memberikan informasi terkait masalah yang dihadapi oleh klien
4. Perawat sebagai konsultan
Memberikan pelayanan kepada penderita yaitu selalu merencanakan tindakan yang
akan dilakukan agar penderita bisa sembuh.
H. Kebijakan Pemerintah Terkait Masalah Kesehatan Terkait Perilaku, Narkoba Dan
Hiv
Menurut Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika terdapat pada:
Pasal 1
1) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
13) Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan atau
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik
maupun psikis.
14) Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk
menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar
menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau
dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
15) Penyalah Guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan
hokum.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV
dan AIDS terdapat pada:
Pasal 1
1) Penanggulangan adalah segala upaya yang meliputi pelayanan promotif, preventif,
diagnosis, kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan,
angka kematian, membatasi penularan serta penyebaran penyakit agar wabah tidak
meluas ke daerah lain serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya.
2) Human Immunodeficiency Virus yang selanjutnya disingkat HIV adalah Virus yang
menyebabkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).

3) Acquired Immuno Deficiency Syndrome yang selanjutnya disingkat AIDS adalah suatu
kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh
masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang.
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi penanggulangan HIV dan
AIDS secara komprehensif dan berkesinambungan yang terdiri atas promosi kesehatan,
pencegahan, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat.
I. Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait perilaku, Narkoba
dan Hiv, yaitu :
5. Membuat LSM atau lembaga penelitian HIV/AIDS
6. Advokasi KIE (komunikasi-informasi-edukasi) lewat website atau internet
7. Mengadakan pelatihan atau seminar public
8. Mengoptimalkan pemanfaatan dana lebih lewat bidang keperawatan HIV/AIDS
9. Membuat SOP Askepn HIV/AIDS
J. Kebijakan Pemerintah Terkait Lingkungan
Peraturan Perundang-undangan No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Lingkungan
terdapat pada:
Pasal 162
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,
baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pasal 163
1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan
yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.
2) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup lingkungan
permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.
3) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain:
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah;
e. binatang pembawa penyakit;
f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. air yang tercemar;
j. udara yang tercemar; dan

k. makanan yang terkontaminasi.


4) Ketentuan mengenai standar baku mutu kesehatan lingkungan dan proses pengolahan
limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan ayat (3), ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait lingkungan yaitu :
1. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga dan
masyarakat.
2. Memberikan penyuluhan kesehatan
3. Memberikan konseling dan melakukan pemecahan masalah keperawatan
4. Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat.
5. Mengadakan rujukan terhadap kasus yang perlu penanganan lebih lanjut.
6. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
7. Melakukan asuhan komuniti yang dimulai dari pengenalan masalah, perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian melalui pendekatan proses keperawatan.
8. Mengadakan koordinasi dalam berbagai kegiatan asuhan keperawatan dan
komuniti.
9. Sebagai role model yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.

BAB III
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perdarahan (00206) (Hal. 539)
2. Ketidakefektifan pola pemberian ASI (000104) (Hal. 388)
3. Gangguan pola tidur (00198) (Hal. 300)
4. Defisiensi kesehatan komunitas (00215) (Hal. 229)
5. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099) (Hal. 233)
6. Kesiapan meningkatkan status imunisasi (00186) (Hal. 235)
7. Ketidakefektifan manajemen regimen teraupeutik (00080) (Hal. 246)
8. Defisit pengetahuan (00126) (Hal. 362)
9. Resiko cedera (00035) (Hal. 547)
10. Resiko jatuh (00155) Hal. 545)
11. Resiko infeksi (00004) (Hal. 531)

INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
Resiko
perdarahan

NOC
NIC
Setelah dilakukan
tindakan 1. Anjurkan klien untuk membatasi
keperawatan ..x 24 jam,
perserakan.
diharapkan perdarahan tidak 2. Kontrol tanda-tanda vital (TD,
terjadi.
Nadi, Pernafasan, suhu).
3. Kontrol perdarahan pervagina.
Kriteria Hasil :
4. Anjurakan klien untuk melaporkan
- Tidak ditemukan tanda-tanda
segera bila ada tanda-tanda
perdarahan
perdarahan lebih banyak.
- Tanda-tanda vital dalam batas 5. Monitor bunyi jantung janin.
normal
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk
mengakhiri kehamilan.

Rasional
Nama/TT
1. Pergerakan yang banyak dapat
mempermudah
pelepasan
plasentasehingga dapat terjadi
perdarahan
2. Mengukur tanda-tanda vital dapat
diketahui secara dinikemunduran
atau kemajuan keadaan klien
3. Mengontrol perdarahan dapat
diketahui
perubahan
perfusi jaringan pada plasenta
sehingga
dapat
melakukan
tindakan segera
4. Pelaporan
tanda
perdarahan
dengan cepat dapat membantu
dalammelakukan tindakan segera
dalam mengatasi keadaan klien.
5. Denyut jantung lebih >160 serta<
100dapat menunjukkan gawat
janinkemungkinan
terjadi
gangguan perfusi pada plasenta
6. Mengakhiri kehamilan dapat
mengatasi perdarahan secara dini.

Ketidakefektifan
pemberian ASI

Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan x 24 jam,
pemberian ASI efektif
-

Kriteria Hasil:
ASI efektif
Bayi mengisap kuat
Kenaikan BB bayi
Tidak ada nyeri pada
menyusui

1. Kaji pengetahuan ibu terkait


pemberian ASI
2. Instruksikan ibu dalam teknik
menyusui
yang
meningkatkan
saat
keterampilan dalam menyusui bayi
3. Instruksikan
ibu
untuk
menggunakan kedua payudaranya
setiap kali menyusui dimulai dari
satu sisi payudara secara bergantian
4. Instruksikan kepada ibu tentang alat
pemompa payudara dan teknik
untuk mempertahankan suplai ASI
selama penundaan atau penghentian
reflex mengihisap
5. Instruksikan ibu tentang untuk
istirahat yang adekuat dan asupan
cairan
6. Rujuk ibu ke sumber-sumber
kesehatan di komunitas

1. Menggali
samapai
dimana
pengetahuan
ibu
dalam
pentingnya pemberian ASI
2. Membantu
memaksimalkan
asupan ASI yang adekuat terkait
dengan
kemampuan
teknik
menyusui yang dimiliki ibu
3. Menyusui menggunakan kedua
payudara secara bergantian dapat
meminimalkan terjadinya lecet
pada area areola dan putting susu
dan
meminimalkan
terjadi
pembekuan air susu dipayudara
yang tidak digunakan
4. Proses menyusui membutuhkan
asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat membantu agar tidak
mengalami kelemahan.
5. Istirahat yang cukup dapat

merangsang hormone oksitosin


dalam memproduksi ASI yang
lebih
6. Penanganan awal jika terjadi hal
yang tidak di inginkan.

Gangguan
tidur

pola Setelah
dilakukan
asuhan 1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
keperawatan .x 24 jam, pola
faktor-faktor
yang
mungkin
tidur efektif
menyebabkan kurang tidur, sperti
ketakutan, masalah atau konflik
Kriteria hasil:
2. Anjurkan
klien
untuk
tidak
- Kualitas tidur klien baik
menggunakan pil tidur yang dijual
- Jam tidur klien sesuai (5-8 jam
bebas
untuk yang dewasa)
3. Jelaskan pentingnya tidur untuk
- Klien merasa segar saat bangun
kesehatan
tidur
4. Ajarkan pasien untuk menghindari
- Tidur dan bangun dalam waktu
makanan dan minuman yang dapat
yang sesuai
menganggu tidur
5. Hindari suara keras dan penggunaan
lampu saat tidur malam, ciptakan
lingkungan yang tenang, damai,
meminimalkan gangguan.

1. Membantu mengenal penyebab


yang dapat mengurangi waktu
tidur klien yang sesuai
2. Penggunaan pil tidur secara
berlebihan dapat menyebabkan
ketergantungan
dan
dapat
menyebabkan over dosis obat
3. Pola tidur yang sesuai membantu
merefresh sel-sel dalam tubuh dan
memaksimalkan
proses
metabolisme
4. Mengkonsumsi minuman yang
mengandung kafein seperti kopi
atau rokok dapat menyebabkan
klien susah tidur
5. Suasana tenang dan pencahayaan
yang kurang dapat membantu
klien
lebih
rileks
dalam

beristirahat.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan
kelompok sektor swasta, serta individu. Istilah ini dapat diterapkan pada
pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu.
Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat
memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu hukum yang
mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya menjadi
pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan.
Kebijakan yang terkait dengan Kesehatan melakukan upaya Promotif
Preventif yang dapat berkaitan pula dengan penyakit menular dan penyakit
tidak menular, sanitasi lingkungan rumah sehat, kebijakan lain dari bahan
baku obat, vaksin dan integrasi jamu, serta pengembangan dalam peningkatan
pengembangan teknologi kes ehatan (Kebijakan Pemerintah Tentang
Kesehatan, 2009). Kebijakan pemerintah yang secara legal tentang kesehatan
di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan Ibu Hamil, Balita, Anak, Remaja, Lansia. Penyakit
Menular, Penyakit Tidak Menular, dan Kesehatan Lingkungan. Sedangkan
Undang-Undang yang mengatur tentang Perilaku NARKOBA di atur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
(UU RI No. 35, 2009).
B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritikan dan saran-saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi
penyusun.

BAB V
EVALUASI
Kebijakan pmerintah terkait kesehatan
1. Undang-undang yang mengatur tentang kebijakan pemerintah terkait
kesehatan ibu hamil :
a. UU No 33 Tahun 2009
b. UU No 34 Tahun 2009
c. UU No 35 Tahun 2009
d. UU No 36 Tahun 2009
2. Kebijakan pemerintah terkait kesehatan balita dalam UU No 36 Tahun
2009 pasal 128 ayat 1 :
a. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eklusif sejak dilahirkan
selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis.
b. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eklusif sejak dilahirkan
selama 6 bulan, dengan indikasi medis.
c. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu secara penuh
dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus
d. A dan B benar
3. Pasal 130 mengatur tentang :
a. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak
b. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18
(delapan belas) tahun
c. Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi
dan anak
d. A, B dan C benar
4. Pasal 132 tentang anak yang diatur dalam ayat 1 :
a. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18
(delapan belas) tahun
b. Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung
jawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara
sehat dan optimal
c. Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang
dapat dihindari melalui imunisasi

d. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk


mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak
5. Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk
mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif, baik
sosial maupun ekonomi. dalam kebjakan pemerintah terkait kesehatan
remaja dalam UU No 36 Tahun 2009 terdapat pada pasal 136 ayat:
a. Ayat 1
b. Ayat 2
c. Ayat 3
d. Ayat 4

6. Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar remaja


memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
pertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan terdapatpada ayat :
a. Ayat 1
b. Ayat 2
c. Ayat 3
d. Ayat 4
7. Pemerintah mengatur tentang kebijakan lansia yang terdapat dalam UU
pasal 138 yang berbunyi :
a. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk
menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun
ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan.
b. Pemerintah berkewajiban menjamin agar lansia dapat memperoleh
edukasi, informasi, dan layanan mengenai kesehatan remaja agar
mampu hidup sehat dan bertanggung jawab.
c. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup
mandiri dan roduktif secara sosial dan ekonomis
d. A dan C benar
8. Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk melindungi
masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit,cacat

dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial dan


ekonomi akibat penyakit menular
a. Kebijakan Pemerintah Terkait Penyakit Menular
b. Kebijakan pemerintah terkait penyakit tidak menular
c. Kebijakan Pemerintah Terkait HIV/AIDS
d. A dan C benar
9. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab
melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit
menular serta akibat yang ditimbulkannya, merupakan kebijakan
pemerintah dalam ayat
a. Ayat 1
b. Ayat 2
c. Ayat 3
d. Ayat 1 dan 2
10. Kebijakan Pemerintah Terkait Penyakit Tidak Menular terdapat dalam
pasal 158 dalam ayat 2
a. Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan berperilaku sehat dan mencegah
terjadinya penyakit tidak menular beserta akibat yang ditimbulkan
b. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat melakukan upaya
pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit tidak menular
beserta akibat yang ditimbulkannya
c. Upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit tidak
menular sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi individu
atau masyarakat
d. Semu jawaban benar
11. UU No 35 Tahun 2009 mengatur tentang kebijakan pemerintah dalam
konsep :
a. Masalah perilaku masyarakat
b. Masalah kesehatan
c. Masalah remaja
d. Masalah narkoba dan HIV

12. Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika terdapat pada pasal
berapa, dan merupakan isi yang tepat dari undang-undang tersebut
adalah.....
a. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
b. Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan atau Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan
pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
c. Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan
untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran
yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba,
menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
d. Penyalah Guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak
atau melawan hokum.
13. Bunyi Peraturan Perundang-undangan tentang kesehatan ingkungan No.
36 tahun 2009 pasal 162 adalah....
a. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan
lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi
kesehatan.
b. Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat
dan fasilitas umum.
c. Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya.
d. Ketentuan mengenai standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
proses pengolahan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan
ayat (3), ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

14. Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi


penanggulangan HIV dan AIDS secara komprehensif dan
berkesinambungan yang terdiri atas promosi kesehatan, pencegahan,
diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat. Diatur dalam mentri Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
No. 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS terdapat pada
pasal
a. Pasal 1
b. Pasal 2
c. Pasal 3
d. Pasal 4
15. Acquired Immuno Deficiency Syndrome yang selanjutnya disingkat AIDS
adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri
yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang . Diatur
dalam mentri Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 tahun 2013
tentang Penanggulangan HIV dan AIDS terdapat pada pasal ayat :
a. Pasal 1 ayat 1
b. Pasal 1 ayat 3
c. Pasal 2 ayat 1
d. Pasal 2 ayat 3
16. Orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum
merupakan sebutan untuk :
a. Pecandu narkotika
b. Penyalahguna
c. Ketergantungan narkotika
d. Narkotika

DAFTAR PUSTAKA
Dunn, William N. (1999). Analisis Kebijakan. Diterjemahkan Drs. Samodra.
Wibawa, MA dkk. Edisi ke 2. Jakarta.
NANDA .2012. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS
Tahun 2013.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman
Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk
Tembakau.
Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau.
Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 2013. Pelaksanaan Undang-Undang No. 35
tentang Narkotika.
Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

You might also like