Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VII
PPN 15222
PPN 15238
PPN 15250
PPN15263
PPN 15221
PPN 15220
BAB I
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan
pembangunan bangsa. Kesehatan juga merupakan salah satu unsur dari kesejahteraan
umum yang merupakan tujuan negara seperti yang diamanahkan di dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945. UndangUndang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 4 dan 5 juga menyatakan bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumberdaya di bidang
kesehatan, hak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau
dan setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggungjawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Kesehatan merupakan investasi dalam mendukung pembangunan Nasional. Amandemen
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28 H menyatakan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
Fokus kebijakan Kementerian Kesehatan RI untuk periode 2015-2019 adalah salah
satunya adalah penguatan pelayanan kesehatan primer. Penguatan pelayanan primer
mencakup 3 hal yaitu fisik (pembenahan infrastruktur), sarana (pembenahan fasilitas)
dan sumber daya manusia (penguatan tenaga kesehatan selain dokter).
Tidak bisa dipungkiri, pelayanan kesehatan belum dapat dinikmati secara adil dan merata
oleh seluruh masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di Daerah Tertinggal,
Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK).
Masyarakat yang tinggal di DTPK dan DBK masih mengalami kesulitan untuk
mengakses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas. Oleh karena itu perlu perhatian
dan pendekatan secara khusus.
Demikian pernyataan Menteri kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, dalam sambutannya
pada acara penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) antara kementerian Kesehatan
dengan 41 Pemerintah Kabupaten/Kota tentang penempatan Tim Nusantara Sehat (NS)
Batch 4 dan Batch 5 tahun 2016.
1. VISI
Visi misi Kementerian Kesehatan mengikuti visi misi Presiden Republik Indonesia
yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-royong. Visi tersebut diwujudkan dengan 7 (tujuh) misi
pembangunan yaitu:
a. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
b. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
c. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
d. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta
g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Kementerian Kesehatan juga berperan serta dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat melalui agenda prioritas Kabinet Kerja atau yang dikenal dengan Nawa
Cita, sebagai berikut:
a. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman pada seluruh warga Negara.
b. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
c. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
d. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
e. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
f. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
g. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
h. Melakukan revolusi karakter bangsa.
i. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
2. NILAI-NILAI
a. Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu
mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk
rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang
adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama
dan status sosial ekonomi.
b. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena
pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus
berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi
masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
c. Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta
tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial
budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi
permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penangnganan
yang berbeda pula.
d. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah
ditetapkan dan bersifat efisien.
e. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel.
Pembangunan kesehatan secara menyeluruh agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
menular.
8. Perawat dapat mengetahui mengenai kebijakan pemerintah terkait masalah
kesehatan terkait perilaku, al: Narkoba, HIV.
9. Perawat dapat mengetahui mengenai kebijakan pemerintah terkait lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
tentang kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam
penyuluhan atau pendidikan kesehatan balita. Dari hasil pengkajian diharapkan dapat
diketahui tingkat pengetahuan klien dan informasi apa yang dibutuhkan.
3. Konselor
Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh orangtua yang
mempunyai balita untuk membantu memberikan jalan keluar berbagai permasalahan
kesehatan balita dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pemantau Kesehatan (health monitor)
Perawat ikut berperan memantau kesehatan balita melalui posyandu, puskesmas, atau
kunjungan rumah. Pemantauan ini berguna mengetahui dinamika kesehatan balita
terutama pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga jika terjadi masalah
kesehatan dapat dideteksi sejak dini dan diatasi secara tepat dengan segera.
5. Koordinator Pelayanan Kesehatan (coordinator of service)
Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh dan tidak
terpisah-pisah. Perawat juga dapat berperan sebagai pionir untuk mengkoordinir
berbagai kegiatan pelayanan di masyarakat terutama kesehatan balita dalam mencapai
tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
6. Pembaharu (inovator)
Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal pengetahuan mengenai kesehatan
balita. Perawat disamping memberikan penyuluhan juga dapat menjadi pembaharu
untuk merubah perilaku atau pola asuh orangtua terhadap balita di suatu wilayah,
misalnya budaya yang tidak sesuai dengan perilaku sehat.
7. Panutan (role model)
Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang memiliki ilmu kesehatan yang
lebih dari profesi lainnya di luar bidang kesehatan. Oleh sebab itu akan lebih mulia
bagi perawat untuk mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari sehingga
dapat memberikan contoh baik, misalnya memberi contoh tata cara merawat balita.
8. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan dan
instansi terkait, melaksanakan rujukan.
C. Kebijakan Pemerintah Terkait Anak
Pasal 132 tentang anak yang diatur dalam ayat :
1) Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab sehingga
memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.
2) Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi.
Pasal 133 berbunyi :
1) Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk diskriminasi
dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu kesehatannya.
Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait anak yaitu :
a. Sebagai care provider
Memberikan pelayanan keperawatan kepada anak yang dapat dilakukan dengan
memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan ASAH, ASIH dan ASUH
b. Sebagai advokat
Perawat sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan
haknya sebagai klien
c. Sebagai pencegahan penyakit
Perawat harus selalumengutamakan tindakan pencegahan terhadap timbulnya
masalah baru sebagai dampak dari timbulnya penyakit
d. Sebagai pendidik
Perawat harus mampu berperan sebagai pendidik untuk menyampaikan pesan
atau mengubah perilaku kepada anak dan keluarga melalui pendidikan kesehatan
khususnya dalam keperawatan.
e. Sebagai konseling
Perawat berkonsultasi terhadap masalah yang dialami oleh klien dan keluarga.
Konseling ini dapat memberikan kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan.
f. Sebagai kolaboratif
Perawat harus melakukan tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan yang
akan dilaksanakan oleh perawat dan tim kesehatan lain
g. Sebagai pengambilan keputusan etik
Dalam mengambil keputusan perawat memiliki peran sangat penting karna selalu
brhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam.
h. Sebagai peneliti
Perawat harus melakukan pengkajian keperawatan anak, yang dapat
dikembangkan untuk perkembangan teknologi keperawatan dan meningkatkan
mutu pelayanan anak (DepKes RI, 2000).
D. Kebijakan Pemerintah Terkait Remaja
Kebijakan tentang remaja diatur dalam UU no 36 tahun 2009 yang terdapat dalam pasal
136 yang berbunyi :
1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan menjadi
orang dewasa yang sehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi.
2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk
untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari berbagai gangguan kesehatan
yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat.
Pasal 137
1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh edukasi,
informasi, dan layanan mengenai kesehatan remaja agar mampu hidup sehat dan
bertanggung jawab.
2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar remaja memperoleh
edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan pertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait Remaja, yaitu :
Peran perawat dalam melakukan komunikasi pada remaja adalah hubungan yang
terapeutik antara perawat dan klien akan pengalaman belajar dan juga merupakan
pengalaman koreksi terhadap komunikasi klien. Disini perawat sebagai tim pelaksana
dalam melakukan penyusunan asuhan keperawatan, membina hubungan interpersonal
yang sepaham dan saling bergantung dengan orang lain, peningkatan fungsi dan
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan reaslistis yang jelas
dan peningkatan integritas diri.
E. Kebijakan Pemerintah Terkait Lansia
Pemerintah mengatur tentang kebijakan lansia yang terdapat dalam UU pasal 138 yang
berbunyi :
1) Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar
tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan roduktif
secara sosial dan ekonomis.
Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait Lansia, yaitu :
a. Sebagai Care Giver/Pemberi Asuhan Langsung
Memberikan asuhan keperawata kepada lansia yang meliputi intervensi keperawatan :
observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan
pendelegasian yang diberikan.
b. Sebagai pendidik klien lansia
Sebagai pendidik, perawat membantu lansia meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang
diterima sehingga klien atau keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal
yang diketahuinya. Sebagai pendidik perawat juga dapat memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kader kesehatan dan lain
sebagainya.
c. Sebagai motivator
Sebagai motivator, perawat memberikan motivasi kepada lansia.
d. Sebagai advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien
dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran
advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan
fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus
dialami oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus dapat
melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
e. Sebagai konselor
Memberikan konseling atau bimbingan kepada lansia, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga
dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dan pengalaman yang lalu, pemecahan
masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah
perilaku hidup sehat. Peran perawat dalam menindaklanjuti kebijakan pemerintah
terhadap lansia sesuai yaitu dengan upaya peningkatan / Promosi Kesehatan dengan
anjuran dari Prof. Dr. Slamet Suyono (RSCM, 1997) adalah dengan mengaplikasikan
-
BAHAGIA
Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
Aturlah makanan hingga seimbang
Hindari faktor risiko penyakit degeneratif
Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat
Gerak badan teratur agar terus dilakukan
Iman dan takwa tingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan
Awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodik
3) Acquired Immuno Deficiency Syndrome yang selanjutnya disingkat AIDS adalah suatu
kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh
masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang.
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi penanggulangan HIV dan
AIDS secara komprehensif dan berkesinambungan yang terdiri atas promosi kesehatan,
pencegahan, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat.
I. Adapun peran perawat terhadap kebijakan pemerintah terkait perilaku, Narkoba
dan Hiv, yaitu :
5. Membuat LSM atau lembaga penelitian HIV/AIDS
6. Advokasi KIE (komunikasi-informasi-edukasi) lewat website atau internet
7. Mengadakan pelatihan atau seminar public
8. Mengoptimalkan pemanfaatan dana lebih lewat bidang keperawatan HIV/AIDS
9. Membuat SOP Askepn HIV/AIDS
J. Kebijakan Pemerintah Terkait Lingkungan
Peraturan Perundang-undangan No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Lingkungan
terdapat pada:
Pasal 162
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,
baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pasal 163
1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan
yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.
2) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup lingkungan
permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.
3) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain:
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah;
e. binatang pembawa penyakit;
f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. air yang tercemar;
j. udara yang tercemar; dan
BAB III
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perdarahan (00206) (Hal. 539)
2. Ketidakefektifan pola pemberian ASI (000104) (Hal. 388)
3. Gangguan pola tidur (00198) (Hal. 300)
4. Defisiensi kesehatan komunitas (00215) (Hal. 229)
5. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099) (Hal. 233)
6. Kesiapan meningkatkan status imunisasi (00186) (Hal. 235)
7. Ketidakefektifan manajemen regimen teraupeutik (00080) (Hal. 246)
8. Defisit pengetahuan (00126) (Hal. 362)
9. Resiko cedera (00035) (Hal. 547)
10. Resiko jatuh (00155) Hal. 545)
11. Resiko infeksi (00004) (Hal. 531)
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
Resiko
perdarahan
NOC
NIC
Setelah dilakukan
tindakan 1. Anjurkan klien untuk membatasi
keperawatan ..x 24 jam,
perserakan.
diharapkan perdarahan tidak 2. Kontrol tanda-tanda vital (TD,
terjadi.
Nadi, Pernafasan, suhu).
3. Kontrol perdarahan pervagina.
Kriteria Hasil :
4. Anjurakan klien untuk melaporkan
- Tidak ditemukan tanda-tanda
segera bila ada tanda-tanda
perdarahan
perdarahan lebih banyak.
- Tanda-tanda vital dalam batas 5. Monitor bunyi jantung janin.
normal
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk
mengakhiri kehamilan.
Rasional
Nama/TT
1. Pergerakan yang banyak dapat
mempermudah
pelepasan
plasentasehingga dapat terjadi
perdarahan
2. Mengukur tanda-tanda vital dapat
diketahui secara dinikemunduran
atau kemajuan keadaan klien
3. Mengontrol perdarahan dapat
diketahui
perubahan
perfusi jaringan pada plasenta
sehingga
dapat
melakukan
tindakan segera
4. Pelaporan
tanda
perdarahan
dengan cepat dapat membantu
dalammelakukan tindakan segera
dalam mengatasi keadaan klien.
5. Denyut jantung lebih >160 serta<
100dapat menunjukkan gawat
janinkemungkinan
terjadi
gangguan perfusi pada plasenta
6. Mengakhiri kehamilan dapat
mengatasi perdarahan secara dini.
Ketidakefektifan
pemberian ASI
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan x 24 jam,
pemberian ASI efektif
-
Kriteria Hasil:
ASI efektif
Bayi mengisap kuat
Kenaikan BB bayi
Tidak ada nyeri pada
menyusui
1. Menggali
samapai
dimana
pengetahuan
ibu
dalam
pentingnya pemberian ASI
2. Membantu
memaksimalkan
asupan ASI yang adekuat terkait
dengan
kemampuan
teknik
menyusui yang dimiliki ibu
3. Menyusui menggunakan kedua
payudara secara bergantian dapat
meminimalkan terjadinya lecet
pada area areola dan putting susu
dan
meminimalkan
terjadi
pembekuan air susu dipayudara
yang tidak digunakan
4. Proses menyusui membutuhkan
asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat membantu agar tidak
mengalami kelemahan.
5. Istirahat yang cukup dapat
Gangguan
tidur
pola Setelah
dilakukan
asuhan 1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
keperawatan .x 24 jam, pola
faktor-faktor
yang
mungkin
tidur efektif
menyebabkan kurang tidur, sperti
ketakutan, masalah atau konflik
Kriteria hasil:
2. Anjurkan
klien
untuk
tidak
- Kualitas tidur klien baik
menggunakan pil tidur yang dijual
- Jam tidur klien sesuai (5-8 jam
bebas
untuk yang dewasa)
3. Jelaskan pentingnya tidur untuk
- Klien merasa segar saat bangun
kesehatan
tidur
4. Ajarkan pasien untuk menghindari
- Tidur dan bangun dalam waktu
makanan dan minuman yang dapat
yang sesuai
menganggu tidur
5. Hindari suara keras dan penggunaan
lampu saat tidur malam, ciptakan
lingkungan yang tenang, damai,
meminimalkan gangguan.
beristirahat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan
kelompok sektor swasta, serta individu. Istilah ini dapat diterapkan pada
pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu.
Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat
memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu hukum yang
mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya menjadi
pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan.
Kebijakan yang terkait dengan Kesehatan melakukan upaya Promotif
Preventif yang dapat berkaitan pula dengan penyakit menular dan penyakit
tidak menular, sanitasi lingkungan rumah sehat, kebijakan lain dari bahan
baku obat, vaksin dan integrasi jamu, serta pengembangan dalam peningkatan
pengembangan teknologi kes ehatan (Kebijakan Pemerintah Tentang
Kesehatan, 2009). Kebijakan pemerintah yang secara legal tentang kesehatan
di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan Ibu Hamil, Balita, Anak, Remaja, Lansia. Penyakit
Menular, Penyakit Tidak Menular, dan Kesehatan Lingkungan. Sedangkan
Undang-Undang yang mengatur tentang Perilaku NARKOBA di atur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
(UU RI No. 35, 2009).
B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritikan dan saran-saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi
penyusun.
BAB V
EVALUASI
Kebijakan pmerintah terkait kesehatan
1. Undang-undang yang mengatur tentang kebijakan pemerintah terkait
kesehatan ibu hamil :
a. UU No 33 Tahun 2009
b. UU No 34 Tahun 2009
c. UU No 35 Tahun 2009
d. UU No 36 Tahun 2009
2. Kebijakan pemerintah terkait kesehatan balita dalam UU No 36 Tahun
2009 pasal 128 ayat 1 :
a. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eklusif sejak dilahirkan
selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis.
b. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eklusif sejak dilahirkan
selama 6 bulan, dengan indikasi medis.
c. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu secara penuh
dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus
d. A dan B benar
3. Pasal 130 mengatur tentang :
a. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak
b. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18
(delapan belas) tahun
c. Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi
dan anak
d. A, B dan C benar
4. Pasal 132 tentang anak yang diatur dalam ayat 1 :
a. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18
(delapan belas) tahun
b. Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung
jawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara
sehat dan optimal
c. Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang
dapat dihindari melalui imunisasi
12. Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika terdapat pada pasal
berapa, dan merupakan isi yang tepat dari undang-undang tersebut
adalah.....
a. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
b. Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan atau Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan
pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
c. Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan
untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran
yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba,
menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
d. Penyalah Guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak
atau melawan hokum.
13. Bunyi Peraturan Perundang-undangan tentang kesehatan ingkungan No.
36 tahun 2009 pasal 162 adalah....
a. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan
lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi
kesehatan.
b. Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat
dan fasilitas umum.
c. Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya.
d. Ketentuan mengenai standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
proses pengolahan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan
ayat (3), ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Dunn, William N. (1999). Analisis Kebijakan. Diterjemahkan Drs. Samodra.
Wibawa, MA dkk. Edisi ke 2. Jakarta.
NANDA .2012. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS
Tahun 2013.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman
Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk
Tembakau.
Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau.
Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 2013. Pelaksanaan Undang-Undang No. 35
tentang Narkotika.
Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.