Professional Documents
Culture Documents
Yudhi Setiabudi
No. ID dan Nama Wahana : RSUD PADANGAN
Topik : Kasus Medis
Tanggal (kasus) :29 AGUSTUS 2016
Presenter : dr. Yudhi Setiabudi
Nama Pasien :Tn. S
No. RM : 30.30.61
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Yudha bayu P,dr. Saduzzaman
Tempat Presentasi : RSUD PADANGAN
Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Ketrampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Diskusi
membahas :
Data pasien :
Presentasi
dan E-mail
Pos
diskusi
Nama : Tn. S. Nh
No
Telp :
CM
30.30.61
Terdaftar sejak
:29 AGUSTUS
2016
batuk berdarah. Batuk disertai sesak, sesak dirasakan setelah pasien batuk, sesak tidak
dipengaruhi aktivitas, pasien tidur dengan 1 bantal, terbangun malam karena sesak tidak
ada. Tidak ada bunyi ngik-ngik saat sesak. Selain sesak dan batuk, pasien juga mengeluh
demam. Demam yang dirasakan pasien tidak terlalu tinggi, demam terus menerus
sepanjang hari. Pasien juga mengeluh adanya keringat malam dan penurunan berat badan
15 kg dalam 3 bulan terakhir (BB awal 65 kg, BB sekarang 50 kg). Pasien tidak ke dokter,
pasien hanya membeli obat batuk dan obat panas di warung.
2. Riwayat Pengobatan :
Blm pernah berobat.
3. Riwayat kesehatan/penyakit :
Riwayat hipertensi, asma, penyakit ginjal, penyakit jantung, dan penyakit stroke disangkal.
Pasien tidak memiliki riwayat operasi, alergi obat, dan alergi makanan.
4. Riwayat keluarga :
Tidak ada keluhan serupa dalam keluarga. Tidak ada hipertensi, DM, asma, penyakit
jantung, penyakit paru, atau alergi.
5. Riwayat pekerjaan :
Pasien adalah seorang petugas keamanan.
6. Lain-lain
PEMERIKSAAN FISIK :
KU : Tampak Sakit sedang
Vital signs
Kesadaran
Tekanan Darah
: 120/80mmHg
Frekuensi Nadi
: 89x/menit
BB
: 50 kg
Suhu
: 36.7 oC
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: datar
: peristaltik (+) normal
: timpani diseluruh lapang abdomen
: supel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan limpa tidak teraba membesar,
tidak ada nyeri ketok CVA.
Genital
Ekstremitas
Hb
10
13-18 g/dl
Hematokrit
29
40-52%
4,5-6,5 x 106/L
Parameter
29/8/16
Eritrosit
Leukosit
Nilai Normal
7140
5.000-10.000/L
Trombosit
360.000
150-440 ribu /L
MCV/VER
81,3
80-100 fl
MCH/HER
30,8
26-34 pg
MCHC/KHER
32,4
32-36 g/dl
Basofil
0-1 %
Eosinofil
2-4%
Neutrofil
86
50-70 %
Limfosit
12
25-40 %
Monosit
2-8%
Ureum
16.4
20-40
Creatinine
0.72
0.5-1.5
Fungsi Ginjal
Fungsi Hati
SGOT
19
0-37
SGPT
47
0-40
DIET TKTP
Infus Nacl 20 Tpm
Inj.Ranitidin 1 A
Oral. Salbutamol 3x 2mg
FDC 1 x 3 tb
Masuk ruang isolasi
Jantung kanan tidak membesar, apeks di kiri, CTR < 50%, aorta baik, tidak tampak
elongasi
- Aorta tidak membesar, mediastinum superior tidak membesar
- Trakea di tengah, hilus tidak menebal
- Corakan bronkovaskular bertambah, tampak infiltrat di kedua lapang paru
- Pleura tidak menebal, sudut kostofrenikus lancip, diafragma berbentuk kubah
- Tulang-tulang dan jaringan lunak di dada terlihat baik
Kesimpulan : sugestif TB paru
Daftar Pustaka
1. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis Paru. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. 5th ed.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. p. 2230-8.
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pengobatan. In: Aditama TY, editors.
Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2006. p. 26-59.
3. Amin Z, Bahar A. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. 4th
ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. p. 9951000.
4. Amin Z. Manifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan kelainan sistem
pernapasan. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor.
hal.2189-92.
5. Mayo Clinic. Tuberculosis. 2013. Diunduh dari http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/tuberculosis/basics/risk-factors/con-20021761. Diakses pada 10 April 2014,
pukul 05.00 WIB.
6. CDC. Chapter
6.
Treatment
of
tuberculosis
disease.
Diunduh
dari
Edisi 5. Jakarta:
SUBJEKTIF :
Pria, 64 th. Pasien datang ke IGD RSUD PADANGAN dengan Sesak yang semakin
memberat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit,
pasien mengeluh batuk berdahak. Batuk berdahak putih kadang kuning. Tidak ada batuk
berdarah. Batuk disertai sesak, sesak dirasakan setelah pasien batuk, sesak tidak dipengaruhi
aktivitas, pasien tidur dengan 1 bantal, terbangun malam karena sesak tidak ada. Tidak ada
bunyi ngik-ngik saat sesak. Selain sesak dan batuk, pasien juga mengeluh demam. Demam
yang dirasakan pasien tidak terlalu tinggi, demam terus menerus sepanjang hari. Pasien juga
mengeluh adanya keringat malam dan penurunan berat badan 15 kg dalam 3 bulan terakhir
(BB awal 65 kg, BB sekarang 50 kg). Pasien tidak ke dokter, pasien hanya membeli obat
batuk dan obat panas di warung.
OBJEKTIF:
Dari hasil pemeriksaaan didapat keluhan utama pasien adalah sesak nafas. Dari hasil
pemeriksaan fisik pasien terlihat sesak, dari hasil pemeriksaan kepala tidak ditemukan
kelainan, pada pemeriksaan dada simetris, palpasi ekspansi kedua lapang paru simetris,
perkusi sonor dikedua lapang paru, pada auskultasi terdapat suara ronki di kedua paru.
ASSESSMENT
Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 3 bulan SMRS. Sesak napas disertai dengan
penurunan berat badan, keringat malam, demam yang tidak terlalu tinggi, dan batuk berdahak.
Ventilasi dan pencahayaan rumah pasien kurang. Pada pemeriksaan fisik, indeks massa tubuh
17,3 kg/m2 (kesan gizi kurang), takipnea dan otot bantu napas ada, dan ditemukan ronkhi
basah kasar di seluruh lapang paru. Pada foto toraks (29/9/2016), tampak corakan
bronkovaskular bertambah dan infiltrat di kedua lapang paru yang sugestif TB paru.
Kecurigaan mengarah pada TB paru Aktif
Dari anamnesis pasien mengeluh lemas. Dari pemeriksaan fisis ditemukan konjungtiva
pucat. Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb 10 g/dl dengan MCV dan MCH normal.
Oleh karena itu, Anemia normositik normokrom yang dialami pasien dipikirkan adalah jenis
anemia of chronic diseases karena pasien menderita TB paru.
PLAN:
Diagnosis
TB PARU.
Pengobatan
- O2 4 Lpm nasal canul
- DIET TKTP
- Infus Nacl 20 Tpm
- Inj.Ranitidin 1 A
- Oral. Salbutamol 3x 2mg
- FDC 1 x 3 tb
FOLLOW UP PASIEN:
30/08/2016 (Jam 09.00)
S/Sesak nafas
O/KU
:Sedang
TD
:130/80 mmHg
:80 x/menit
:37,4 oC
:Sedang
TD
:130/80 mmHg
:79 x/menit
: 37,2oC
A/Tb Paru
-
:Sedang
TD
:120/80 mmHg
:80 x/menit
: 37,2oC
A/Tb Paru
-
DIET TKTP
Infus Nacl 20 Tpm
Inj.Ranitidin 1 A
Oral. Salbutamol 3x 2mg
FDC 1 x 3 tb
2/09/2016(Jam 09.00)
S/ Sesak sedikit
O/KU
:Baik
TD
:120/80 mmHg
:80 x/menit
: 36,5oC
A/Tb Paru
-
BLPL
Kegiatan
Periode
Edukasi pasien mengenai
kondisi
pasien
memberitahu
untuk
serta
bahwa
menyimpulkan
dilakukan
pemeriksaan
penunjang
4 hari
TINJAUAN PUSTAKA
Pendekatan Sesak
Epidemiologi
Perkiraan kasus TB pada tahun 2009 secara global adalah insiden sebesar 9,4 juta jiwa dan
prevalensi kasus sebesar 14 juta jiwa. Dan berdasarkan data WHO tahun 2009 insiden kasus di
Indonesia mencapai 350.000 - 520.000 jiwa.
Etiologi
Disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, kuman berbentuk batang dengan
panjang 1-4 m dan tebal 0,3-0,6 m. Dinding bakteri ini terdiri atas asam lemak (lipid),
peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid ini lah yang membuat bakteri tahan terhadap keadaan
asam sehingga disebut basil tahan asam. Bakteri ini juga tahan pada kondisi udara kering dan
kondisi dingin. Bakteri ini hidup secara parasit didalam sitoplasma makrofag, selain itu
bakteri bersifat aerob sehingga dapat ditemui pada bagian apek paru. Penularan TB melalui
droplet nuclei dari pasien TB yang batuk berdarah atau batuk berdahak dengan BTA positif.
Gejala dan Tanda
Gejala respiratorik berupa batuk lebih dari 2 minggu, sesak napas dan nyeri dada. Gejala
sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, penurunan BB. Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemui adanya ronki basah, penurunan suara napas, amforik.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hasilnya yang diberikan kurang sensitive dan kurang spesifik. Pada TB paru baru aktif
didapatkan peningkatan sedikit leukosit dengan hitung jenis bergeser ke kiri, laju endap darah
meningkat.
Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum jika didapatkan kuman BTA maka diagnosis sudah dipastikan TB
paru.
Pemeriksaan radiologis
Merupakan pemeriksaan paling mudah untuk melihat lesi tuberculosis karena pada
pemeriksaan sputum hamper selalu negative. Lokasi lesi tuberculosis biasa berapa pada apek
paru, awal penyakit akan berupa seperti infiltrate pneumonia, bercak bercak seperti awan
dengan batas tidak tegas. Bila lesi telah mengenai jaringan ikat akan timbul lesi bulat dengan
batas tegas. Yang dikenal dengan tuberkuloma. Dapat juga terlihat adanya kavitas, kalsifikasi
atau TB milier.
Diagnosis
Diagnosis menggunakan gejala klinis, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan sputum. WHO
tahun 1991 memberikan criteria pasien TB paru yaitu:
1. Pasien sputum positif
a. Pasien yang pemeriksaan sputumnya ditemukan BTA sekurang-kurangnya 2
kali.
Isoniazid
Rifampisin
Etambutol
Pirazinamid
Streptomisin
Antibiotik
golongan
fluorokuinolon
Kategor
i
Pasien TB
fase awal
fase lanjutan
2SHRZ (EHRZ)
6HE
2SHRZ (EHRZ)
4HR
TB ekstra-paru (berat)
2SHRZ (EHRZ)
4H3R3
Relaps
2SHZE/ 1 HRZE
5H3R3E3
kegagalan pengobatan
2SHZE/ 1 HRZE
5HRE
TBP BTA-negatif
2
kembali ke default
3
6HE
2HR/4H
2H3R3/4H
BTA-positif setelah
pengobatan
disupervisi)
ulang
yang
PORTOFOLIO
TUBERCULOSIS PARU
Oleh :
dr. Yudhi Setiabudi
Pembimbing :
dr. Saaduzzaman
dr. Yudha Bayu
Pada hari
oleh
Judul/topik
: TB Paru
Nama Pendamping
Nama wahana
: RSUD PADANGAN
Keterangan
Tanda tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
dr.Yudhi Setiabudi
dr. Saduzzaman
Presentan
Dokter Pembimbing
Dokter internship
Dokter internship
Dokter internship
Dokter internship
Dokter internship
dr.Yudha Bayu P
Presentan