You are on page 1of 13

PENDAHULUAN

Bagaimana suatu perusahaan mengukur pencapaian kinerjanya dengan baik,


khususnya agar mampu bersaing dalam industri, kalau tidak melakukan studi perbandingan
dengan aktivitas bisnis pada perusahaan lain yang sejenis. Benchmark adalah sebuah metode
peningkatan kinerja secara sistematis dan logis melalui pengukuran dan perbandingan kinerja
dan kemudian menggunakannya untuk meningkatkan kinerja
Best practices merujuk pada praktik bisnis yang dilakukan dengan sangat baik melebihi apa
yang dapat dilakukan perusahaan lain dalam suatu industri tertentu. Dengan kata lain, tak ada
perusahaan lain yang melakukannya lebih baik. Best practices dapat diraih melalui inovasi di
dalam perusahaan. Namun, kalau kita perhatikan akan ada banyak sekali inovasi yang
dilakukan dan diterapkan oleh banyak perusahaan di mana saja.
Karenanya untuk mencapai best practices di dalam suatu industri, sebaiknya kita
melihat ke luar dinding perusahaan untuk melihat apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Di
makalah ini kami akan bicara tentang Strategi Benchmarking yang merupakan salah satu
metodologi yang membantu untuk melakukan seperti itu, benchmarking mengukur proses
atau praktik yang sangat penting bagi peningkatan kinerja Perusahaan,dan melakukan hal itu
di seluruh industri. benchmarking ini mengidentifikasi best practices yang digunakan, lepas
dari posisi Anda di dalam industri, dan selanjutnya mempelajari dengan sungguh-sungguh
proses tersebut dan menerapkan proses terbaik itu di perusahaan Anda.Benchmarking
bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dilakukan. Pengalaman beberapa perusahaan
menunjukkan hanya kalau direncanakan dan dilakukan dengan baik, ia dapat berhasil
membuka perusahaan terhadap metode dan ide-ide baru.

RUMUSAN MASALAH
a.

Apa pengertian Strategi benchmarking ?

b.

Bagaimana cara Implementasi dari Strategi benchmarking ?

c.

Apa goal yang harus dicapai Strategi benchmarking ?

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN

Benchmarking Adalah suatu proses Studi Banding dan mengukur suatu kegiatan
perusahaan/organisasi terhadap proses operasi yang terbaik dikelasnya sebagai inspirasi dalam
meningkatkan kinerja (performance) perusahaan/organisasi.Selain itu, benchmarking di sebut
juga Patok Duga yang dapat mendorong perusahaan/ organisasi untuk menyiapkan suatu
dasar untuk membangun rencana operasional praktek terbaik perusahaan dan menganjurkan
meningkatkan perbaikan bagi seluruh komponen lingkungan perusahaan/organisasi.
Benchmarking dapat diartikan sebagai metode sistematis untuk mengidentifikasi, memahami,
dan secara kreatif mengembangkan proses, produk, layanan, untuk meningkatkan kinerja
perusahaan.
Dalam praktek pengukurannya, ada 4 jenis benchmarking yang dikenal selama ini, yaitu:
1. Internal benchmarking memberikan pembandingan antara operasi atau proses yang
sejenis dalam korporasi.
2. Competitive benchmarking memberikan pembandingan antar pesaing untuk produk
atau layanan tertentu (spesifik).
3. Functional benchmarking memberikan pembandingan untuk fungsi sejenis dengan
industri yang sama.
4. Generic benchmarking memberikan pembandingan proses-proses yang independen
pada industri atau fungsi secara keseluruhan.
Kapan Benchmark digunakan ?
Digunakan ketika:

Proses yang ditargetkan adalah kritis bagi keberhasilan organisasi.


Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja korporasi tidak terlalu kompetitif.

Peluang pertumbuhan yang signifikan terjadi dalam bisnis, namun korporasi tidak
mampu mengambil keuntungan tersebut.

Organisasi memahami proses saat ini dan ukuran kinerjanya

Pemilik proses memiliki komitmen untuk perubahan meski secara radikal.


Stakeholders akan menjadi bagian dalam team benchmarking.

Tidak digunakan ketika:

Organisasi tidak memahami proses yang ditargetkan

Manajemen tidak mengetahui bagaimana kinerja organisasi dibandingkan dengan


pesaingnya

Manajemen tidak memahami apa yang dibutuhkan pelanggan dari proses ini

Manajemen belum melakukan pemetaan proses dan tidak memiliki ukuran kinerjanya.

Ada risistensi yang kuat untuk terjadinya perubahan organisasi

Hanya diinginkan oleh beberapa orang yang akan melakukan studi.

Faktor-faktor yang mendorong perusahaan melakukan benchmarking adalah :


1. Komitmen terhadap TQM
2. Fokus pada pelanggan
3. Product to market time
4. Waktu siklus pemanufakturan
5. Laba
Tujuan pelaksanaan Benchmarking?
Menentukan kunci atau rahasia sukses dari perusahaan pesaing yang paling unggul, kemudian
mengadaptasikan dan memperbaikinya secara lebih baik untuk diterapkan, yang akhirnya
akan mengungguli pesaing yang di benchmarking.
Prasyarat Benchmarking :

1. Kemauan dan Komitmen


2. Keterkaitan Tujuan Strategik
3. Tujuan Untuk Menjadi Terbaik, Bukan Hanya Untuk Perbaikan
4. Keterbukaan Terhadap Ide-Ide
5. Pemahaman Terhadap Proses, Produk dan Jasa Yang Ada
6. Proses Terdokumentasi, karena :Dokumentasi sebelum adanya perubahan berguna
dalam pengukuran peningkatan kinerja setelah dilaksanakannya benchmarking

7. Ketrampilan Analisis Proses


8. Ketrampilan riset, komunniksi, dan pembetukan tim
Proses Benchmarking
Proses benchmarking biasanya terdiri dari enam langkah yaitu:
1. Menentukan Apa yang Akan Di-benchmark
Hampir segala hal dapat di-benchmark: suatu proses lama yang memerlukan
perbaikan; suatu permasalahan yang memerlukan solusi;suatu perancangan proses baru; suatu
proses yang upaya-upaya perbaikannya selama ini belum berhasil. Perlu dibentuk suatu Tim
Peningkatan Mutu yang akan menyelidiki proses dan permasalahannya. Tim ini akan
mendefinisikan proses yang menjadi target, batas-batasnya, operasi-operasi yang dicakup dan
urutannya, dan masukan (input) serta keluarannya (output).
2. Menentukan Apa yang Akan Diukur
Ukuran atau standar yang dipilih untuk dilakukan benchmark-nya harus yang paling
kritis dan besar kontribusinya terhadap perbaikan dan peningkatan mutu. Tim yang bertugas
me-review elemen-elemen dalam proses dalam suatu bagan alir dan melakukan diskusi
tentang ukuran dan standar yang menjadi fokus. Contoh-contoh ukuran adalah misalnya
durasi waktu penyelesaian, waktu penyelesaian untuk setiap elemen kerja, waktu untuk setiap
titik pengambilan keputusan, variasi-variasi waktu, jumlah aliran balik atau pengulangan, dan
kemungkinankemungkinan terjadinya kesalahan pada setiap elemennya. Jika memang ada
pihak lain (internal dan eksternal) yang berkepentingan terhadap proses ini maka tuntutan atau
kebutuhan (requirements) mereka harus dimasukkan atau diakomodasikan dalam tahap ini.
Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dengan pihak yang berkepentingan
terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai pelanggan) tentang tuntutan dan
kebutuhan mereka dan menghubungkan atau mengkaitkan tuntutan tersebut kepada ukuran
dan standar kinerja proses. Tim kemudian menentukan ukuran-ukuran atau standar yang
paling kritis yang akan secara signifikan meningkatkan mutu proses dan hasilnya. Juga dipilih
informasi seperti apa yang diperlukan dalam proses benchmarking ini dari organisasi lain
yang menjadi tujuan benchmarking

3. Menentukan kepada Siapa akan Dilakukan Benchmark


kemudian menentukan organisasi yang akan menjadi tujuan benchmarking ini.
Pertimbangan yang perlu adalah tentunya memilih organisasi lain tersebut yang memang
dipandang mempunyai reputasi baik bahkan terbaik dalam kategori ini.
4. Pengumpulan Data/Kunjungan
Tim mengumpulkan data tentang ukuran dan standar yang telah dipilih terhadap
organisasi yang akan di-benchmark. Pencarian informasi ini dapat dimulai dengan yang telah
dipublikasikan: misalkan hasil-hasil studi, survei pasar, survei pelanggan, jurnal, majalah dan
lain-lain. Tim dapat juga merancang dan mengirimkan kuesioner kepada lembaga yang akan
di-benchmark, baik itu merupakan satu-satunya cara mendapatkan data dan informasi atau
sebagai pendahuluan sebelum nantinya dilakukan kunjungan langsung. Pada saat kunjungan
langsung (site visit), tim benchmarking mengamati proses yang menggunakan ukuran dan
standar yang berkaitan dengan data internal yang telah diidentifikasi dan dikumpulkan
sebelumnya. Tentu akan lebih baik jika ada beberapa obyek atau proses yang dikunjungi
sehingga informasi yang didapat akan lebih lengkap. Asumsi yang perlu diketahui adalah
bahwa organisasi atau lembaga yang dikunjungi mempunyai keinginan yang sama untuk
mendapatkan informasi yang sejenis dari lembaga yang mengunjunginya yaitu adanya
keinginan timbal balik untuk saling mem-benchmark. Para pelaku benchmarking telah dapat
menyimpulkan bahwa kunjungan langsung kepada organisasi dengan praktik terbaik dapat
menghasilkan pandangan dan pemahaman yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan caracara pengumpulan data yang manapun. Kunjungan ini memungkinkan kita untuk secara
langsung berhubungan dengan pemilik proses yaitu orang-orang yang benar-benar
menjalankan atau mengelola proses tersebut.
5. Analisis Data
Tim kemudian membandingkan data yang diperoleh dari proses yang di-benchmark
dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk menentukan adanya kesenjangan (gap) di
antara mereka. Tentu juga perlu membandingkan situasi kualitatif misalnya tentang sistem,
prosedur, organisasi, dan sikap. Tim mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan
(perbedaan) dan apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini. Satu hal yang sangat penting
adalah menghindari sikap penolakan; jika memang ada perbedaan yang nyata maka kenyataan
itu harus dapat diterima dan kemudian disadari bahwa harus ada hal-hal yang diperbaiki.

6.Merumuskan Tujuan dan Rencana Tindakan


Tim menentukan target perbaikan terhadap proses. Target-target ini harus dapat
dicapai dan realistis dalam pengertian waktu, sumber daya, dan kemampuan yang ada saat ini;
juga sebaiknya terukur, spesifik, dan didukung oleh manajemen dan orang-orang yang bekerja
dalam proses tersebut. Kemudian tim dapat diperluas dengan melibatkan multidisiplin yang
akan memecahkan persoalan dan mengembangkan suatu rencana untuk memantapkan
tindakan spesifik yang akan diambil, tahapan-tahapan waktunya, dan siapa-siapa yang harus
bertanggung jawab. Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksana penjaminan mutu
(executive) untuk kemudian memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan
yang timbul. Kesenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan karena target
organisasi terus saja berkembang dan memperbaiki diri. Yang lebih penting dari semata-mata
mengejar kesenjangan adalah menjadikan benchmarking sebagai suatu kebiasaan, yang akan
mendorong untuk terus memperbaiki diri. Jika perlu bahkan dapat dibuat atau dibentuk suatu
departemen atau divisi tersendiri yang bertanggung jawab melaksanakan benchmarking secara
terus menerus (berkelanjutan).
Beberapa Kendala
Berhubung proses identifikasi dan transfer praktek bisnis cenderung memakan waktu (time
consuming) , maka kendala yang terutama dalam melakukan benchmarking adalah kurangnya
motivasi untuk mengadopsi praktek bisnis, kurangnya informasi yang memadai mengenai
cara adaptasi dan penggunaannya secara efektif dan kurangnya kapasitas (sumberdaya
ataupun keterampilan) dalam penyerapan praktek bisnis.

Kelebihan benchmarking
Benchmarking yang sebenarnya akan mendorong kita untuk melihat jauh ke dalam prosesproses di pesaing kita (atau sejawat kita) yang sejenis, yang barangkali diimplementasikan
dengan lebih baik dan terbukti memberikan kualitas hasil atau keluaran yang lebih baik. Juga
benchmarking ini dapat membantu untuk mendapatkan jalan pintasuntuk mencapai tujuan
(target), dengan meniru maka banyak hal dapat dihemat, antara lain kita dapat lebih
mempersingkat proses pembelajaran (learning process), mengurangi kemungkinan kegagalan
karena bisa belajar dari kegagalan dan kesalahan orang lain.

B. IMPLEMENTASI

Pencarian Informasi :
1. Identifikasi proses dan pemanufakturan serta operasi lainnya di dalam perusahaan
yang membutuhkan perbaikan
2. Mencari perusahaan lain yang sukses dalam melakukan aktivitas dan proses
operasinya
Bertindak

Merencanak
an

Merinci/
Merencanakan
mengadaptasi/
studi yang
memodifikasi
bersangkutan
(menyempurnaka
n)
Menganalisis
data

Mengumpulkan
data

Pengeceka
n

Laksanaka
nn

Gambar 1: penerapan Benchmarking


Secara umum yang harus kita implementasikan sebagai unsur perusahaan adalah:
Mengukur Kinerja perusahaaan yang di bandingkan dengan perusahaan yang paling terbaik di
kelasnya.Membandingkan bukan berarti MENJIPLAK atau mencuri tanpa rasa malu, hanya
karena saat perusahaan mendapatkan bantuan ide-ide untuk mempercepat peningkatn kinerja
dari perusahaan yang terbaik. bahwa Implementasi Strategic Benchmarking adalah bukan
langkah ADOPSI melainkan murni sebagai langkah ADAPTASI, sehingga dapat membantu
mempercepat proses Reformasi peningkatan kerja

Ukuran Kinerja yang biasa di implementasikan


No

KRITERIA KINERJA

UNIT PENGUKURAN

Pangsa pasar

Unit Rupiah

Profitabilitas

Margin contribution,Return on total capital or equity

Pertumbuhan pesaing

Pangsa pasar setiap segmen

Bahan baku (material)

Proporsinya terhadap biaya total, Harga/ volume, Biaya


Pengangkutan

Biaya tenaga kerja langsung/ tidak


langsung

Jumlah karyawan pada setiap fungsi, Pangsa gaji tiap/


variabel, Jam kerja produktif setiap karyawan, Profil
karyawan

Biaya modal

Tingkat turn over : Total asset, Fixed asset, Inventory

Karakteristik produk

Kebijakan depresiasi

Kinerja

output Per utility

Pelayanan

Waktu rata-rata tiap pelayanan, Pemrosesan pesanan rutin,


Perencanaan produksi

10

Citra (image)

Customer awareness, Intensitas dan biaya pemasaran,


Reaksi pelanggan terhadap kampaye pemasaran,

Indikator keberhasilan Benchmarking

Komitmen yang aktif untuk benchmarking dari manajemen

Pemahaman yang jelas dan komprehensif bagaimana pekerjaan dilakukan sebagai


dasar perbandingan terhadap praktik yang terbaik

Keinginan untuk berubah dan beradaptasi berdasarkan temuan benchmarking

Kesadaran bahwa kompetisi selalu berubah dan perlu mendahuluinya

Keinginan membagi informasi dengan mitra benchmark

Konsentrasi pada perusahaan terkemuka dalam bidang yang diakui oleh pemimpin

Ketaatan pada proses benchmarking

Usaha yang berkesinambungan

Institusionalisasi benchmarking

C. GOAL STRATEGI BENCHMARKING


Manfaat yang diperoleh dari benchmarking dapat dikelompokkan menjadi
1. Perubahan Budaya:
Memungkinkan perusahaan untuk menetapkan target kinerja baru yang realisitis berperan
meyakinkan setiap orang dalam organisasi akan kredibilitas target
1. Perbaikan Kinerja
a) proses atau prosedur yang baru untuk standar atau target yang tetap/lama:
situasi ini dapat terjadi apabila target atau standar yang telah ditetapkan ternyata sulit
untuk dicapai atau proses/ metodenya gagal terus mencapai standar tersebut.
b) standar baru yang lebih baik:
keadaan ini dapat terjadi dalam upaya meningkatkan mutu dengan memperbaiki atau
meningkatkan standar yang telah tercapai.
c)

proses atau prosedur baru dan standar baru: hal ini dapat terjadi saat belum pernah
dibuat standar atau prosedur sebelumnya, jadi merupakan suatu kegiatan atau tolok
ukur yang baru.

2. Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia :


Memberikan dasar bagi pelatihan Karyawan menyadari adanya gap antara yang mereka
kerjakan dengan apa yang dikerjakan karyawan lain diperusahaan lain.Keterlibatan
karyawan dalam memecahkan permasalahan sehingga karyawan mengalami peningkatan
keampuan dan keterampilan

KESIMPULAN
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa benchmarking membutukan
kesiapan Fisik dan Mental. Secara Fisik karena dibutuhkan kesiapan sumber daya
manusia dan teknologi yang matang untuk melakukan benchmarking secara akurat.
Sedangkan secara Mental Adalah bahwa pihak manajemen perusahaan harus bersiap diri
bila setelah dibandingkan dengan pesaing, ternyata mereka menemukan kesenjangan yang
cukup tinggi.Benchmarking merupakan kiat untuk mengetahui tentang bagimana dan
mengapa suatu perusahaan yang memimpin dalam suatu industri dapat melaksanakan tugastugasnya secara lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya.
Fokus dari kegiatan benchmarking diarahkan pada praktik terbaik dari perusahan lainnya.
Ruang lingkupnya makin diperluas yakni dari produk dan jasa menjalar kearah proses, fungsi,
kinerja organisasi, logistik, pemasaran, dll. Benchmarking juga berwujud perbandingan yang
terus-menerus, jangka panjang tentang praktik dan hasil dari perusahaan yang terbaik
dimanapun perusahaan itu berada.Praktik banchmarking berlangsung secara sistematis dan
terpadu dengan praktik manajemen lainnya, misalnya TQM, corporate reengineering, analisis
pesaing,Dll
Walaupun benchmarking gencar dilakukan di kalangan dunia usaha (organisasi bisnis), tapi
prinsip-prinsipnya

dapat juga diberlakukan dalam admnistrasi negara/pemerintahan

(organisasi publik) atau organisasi-organisasi non profit, dengan produk yang wujudnya
berbeda. Pada dunia usaha beruapa kualitas barang dan jasa yang unggul dan memuaskan
pelanggan, pada organisasi publik dan non profit berupa pelayanan yang publik/jasa kepada
masyarakat yang prima.
Proses benchmark bukan sekedar menyontek, tetapi membandingkan keberadaan suatu
proses di satu pihak dengan pihak lain yang melakukan proses yang sama. Hasil analisa yang
diperoleh digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan sehingga dapat meningkatkan
produktivitas kerja. bukannya meniru secara gelap.tapi Meniru dan memodifikasi secara jujur,
artinya kita minta izin dan bekerja sama dengan pemilik patent-nya, karena pada dasarnya
diatur oleh International Benchmarking Clearinghouse (IBC). Silakan mencoba melakukan
benchmark, pasti banyak perubahan positif yang bisa diterapkan di dalam organisasi anda.

KASUS

ANALISIS STRATEGI BENCHMARKING KOMPETITIF FUNGSIONAL TERHADAP


PENINGKATAN PELAYANAN NASABAH PADA KEPUTUSAN PENGADAAN
FASILITAS ATM (ANJUNGAN TUNAI MANDIRI) DI PT. BANK RAKYAT INDONESIA
CABANG NGANJUK
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Nganjuk dengan judul Analisis Pengaruh Strategi
Benchmarking Kompetitif Fungsional Terhadap Peningkatan Pelayanan nasabah pada
Keputusan Pengadaan ATM (Anjungan Tunai Mandiri) di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Nganjuk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan strategi benchmarking pada
pengadaan fasilitas ATM dan mengetahui peningkatan pelayanan setelah adanya fasilitas ATM
di PT. BRI Cabang Nganjuk.
Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi proses pengadaan fasilitas ATM di Bank
Rakyat IndonesiaCabang Nganjuk menggunakan analisis tahoan-tahapan standar proses
benchmarking yang ditetapkan oleh International Benchmarking Clearinghouse, dan untuk
mengetahui peningkatan pelayanan setelah adanya fasilitas ATM menggunakan analisis
antrian. Tolak ukur untuk menentukan bahwa proses pengadaan fasilitas ATM di Bank Rakyat
Indonesia Cabang Nganjuk merupakan implementasi dari strategi benchmarking adalah jika
sesuai dengan tahapan-tahapan standar yang ditetapkan oleh International Benchmarking
Clearinghouse,sedangkan untuk menentukan peningkatan pelayanan setelah adanya fasilitas
Atm adalah jika pelayanan di kasir bank lebih efektif.
Hasil dari analisis tahapan standar proses benchmarking adalah (1) menentukan apa yang
akan di-benchmarking, (2) Mengidentifikasi pasangan benchmarking, (3) Mendapatkan
Informasi dan Analisis, (4) Implementasi. Sedangkan hasil perhitungan dengan analisis
antrian untuk menentukan keefektifan di kasir adalah probabilitas nasabah dalam antrian (Po)
meningkat 1%, tingkat intesitas pelayanan (P) berkurang 18%, rata-rata jumlah nasabah dalam
antrian (L) berkurang 3 orang, rata-rata waktu tunggu nasabah dalam antrian (W) menjadi
lebih singkat 1,8 menit.
Dari hasil analisis dan tolak ukur yang digunakan, maka proses pengadaan fasilitas ATM di
Bank Rakyat Indonesia Cabang Nganjuk merupakan implementasi dari strategi benchmarking
kompetitif fungsional sesuai dengan tahapan standar yang ditetapkan International
Benchmarking Clearinghouse, dan pengadaan fasilitas ATM berpengaruh terhadap
peningkatan pelayanan nasabah meskipun relatif kecil.
Berdasarkan kesimpualn diatas, penulis dapat mengimplikasikan bahwa sebaiknya pihak
Bank Rakyat Indonesia Cabang Nganjuk lebih memaksimalkan fasilitas ATM dengan
menempatkan di tempat yang strategis sehingga dapat dimanfaatkan oleh nasabah secara
maksimal.

DeskripsiAlternatif:
Penelitian ini merupakan studi kasus pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Nganjuk
dengan judul Analisis Pengaruh Strategi Benchmarking Kompetitif Fungsional Terhadap
Peningkatan Pelayanan nasabah pada Keputusan Pengadaan ATM (Anjungan Tunai
Mandiri) di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Nganjuk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan strategi benchmarking pada
pengadaan fasilitas ATM dan mengetahui peningkatan pelayanan setelah adanya fasilitas
ATM di PT. BRI Cabang Nganjuk.
Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi proses pengadaan fasilitas ATM di Bank
Rakyat IndonesiaCabang Nganjuk menggunakan analisis tahoan-tahapan standar proses
benchmarking yang ditetapkan oleh International Benchmarking Clearinghouse, dan untuk
mengetahui peningkatan pelayanan setelah adanya fasilitas ATM menggunakan analisis
antrian. Tolak ukur untuk menentukan bahwa proses pengadaan fasilitas ATM di Bank Rakyat
Indonesia Cabang Nganjuk merupakan implementasi dari strategi benchmarking adalah jika
sesuai dengan tahapan-tahapan standar yang ditetapkan oleh International Benchmarking
Clearinghouse,sedangkan untuk menentukan peningkatan pelayanan setelah adanya fasilitas
Atm adalah jika pelayanan di kasir bank lebih efektif.
Hasil dari analisis tahapan standar proses benchmarking adalah (1) menentukan apa yang
akan di-benchmarking, (2) Mengidentifikasi pasangan benchmarking, (3) Mendapatkan
Informasi dan Analisis, (4) Implementasi. Sedangkan hasil perhitungan dengan analisis
antrian untuk menentukan keefektifan di kasir adalah probabilitas nasabah dalam antrian
(Po) meningkat 1%, tingkat intesitas pelayanan (P) berkurang 18%, rata-rata jumlah
nasabah dalam antrian (L) berkurang 3 orang, rata-rata waktu tunggu nasabah dalam
antrian (W) menjadi lebih singkat 1,8 menit.
Dari hasil analisis dan tolak ukur yang digunakan, maka proses pengadaan fasilitas ATM di
Bank Rakyat Indonesia Cabang Nganjuk merupakan implementasi dari strategi
benchmarking kompetitif fungsional sesuai dengan tahapan standar yang ditetapkan
International Benchmarking Clearinghouse, dan pengadaan fasilitas ATM berpengaruh
terhadap peningkatan pelayanan nasabah meskipun relatif kecil.
Berdasarkan kesimpualn diatas, penulis dapat mengimplikasikan bahwa sebaiknya pihak
Bank Rakyat Indonesia Cabang Nganjuk lebih memaksimalkan fasilitas ATM dengan
menempatkan di tempat yang strategis sehingga dapat dimanfaatkan oleh nasabah secara
maksimal.

DAFTAR BACAAN
1. Browsing Internet ,Keyword : strategi benchmarking
2. GAMBAR 1.Sumber : Nisjar S. & Winardi (1997:188)
3. ( Benchmarking The Primer; Benchmarking for Continuous Environmental
Improvement, GEMI, 1994,
4. Benchmarking is a continous, systematic process for evaluating the product, services,
and work processes of organizations that are recognized as representing best
practices, for the purpose of organizational improvement (Spendolini, 1992 dalam
Nisjar S & Winardi, 1997:178).
5. kesimpulan

(Pawitra,

1994,

p.12),

yaitu

Benchmarking merupakan kiat untuk mengetahui tentang bagimana dan mengapa


suatu perusahaan yang memimpin dalam suatu industri dapat melaksanakan tugastugasnya secara lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya
6. (Ross, 1994 pp.239-240) :
7. Robert Camp, dalam bukunya The search for industry best practices that lead to
superior performance. Productivity Press .1989.
8. Copyrights : Copyright 2002 by UPT. Perpustakaan Universitas Muhammadiyah
Malang.Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author
in any medium, provided this notice is preserved.

You might also like