You are on page 1of 7

Nama: Zakira Tifany Fajrianty

NIM: 04011181320079
Kelas: PSPD A 2013

1. Mengapa terjadi keluhan kesulitan bernafas?


Adanya faktor infeksi (virus, bakteri, jamur) terjadi peradangan difus inflamasi,
eritema dan edema pada laring dan trakea edema subglotis trakea obstruksi
saluran nafas atas kesulitan bernafas
2. Apa dampak kesulitan bernafas pada kasus?
Jawab: Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan
penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. Beberapa gangguan
yang merupakan obstruksi pada jalan napas atas, diantaranya adalah:
a

Obstruksi Nasal
Merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh
deviasi septum nasi, hipertrofi tulang torbinat/tekanan polip yang

dapat mengakibatkan episode nasofaringitis infeksi.


Obstruksi Laring
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang
berupa pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan
dengan rapat mengarah pada astiksia.
Gejala dan tanda sumbatan laring ialah:
Suara serak (disfonia) sampai afoni
Sesak nafas (dispnea)
Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi
Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal,
epigastrium,supraklavikula dan interkostal. Cekungan ini
terjadi sebagai upaya dari otot-otot pernafasan untuk
mendapatkan oksigen yang adekuat.
Gelisah karena haus udara
Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena
hipoksia.

Edema Laring

Edema laring adalah pembengkakan yang dapat diamati dari


akumulasi cairan yang terdapat di daerah laring. Pembengkakan
adalah akibat dari akumulasi cairan yang berlebihan dibawah kulit
dalam ruang-ruang didalam jaringan-jaringan. Manifestasi klinis dari
edema laring antara lain:

Kesulitan untuk bernafas, bahkan bisa menyebabkan tidak


bisa bernafas.

Takikardia

Peningkatan tekanan darah, tekanan nadi, dan tekanan vena


sentral

Peningkatan berat badan

Nafas pendek dan Mengi

Retensi Cairan

Benda Asing di Saluran Nafas


Benda asing jalan nafas adalah benda asing yang secara tidak sengaja
terhirup masuk ke jalan nafas (laring, trakea dan bronkus).
Pemeriksaan :

Kadang-kadang tidak dapat ditemukan gejala yang jelas.

Bila ada penyumbatan jalan napas atas, tampak gelisah,


sesak dan stridor inspirasi

Retraksi supraklavikuler, interkostal, epigastrial, supra


steroal biru (sianosis)

Bila benda asing berhenti pada salah satu cabang bronkus:


- Gerak nafas satu sisi berkurang
- Suara nafas satu sisi berkurang
- Pada fase tenang, mungkin gejala tersebut di atas tidak ada.

3. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari:


Nafas cuping hidung (+)
Adanya alat bantu nafas, mekanismenya agar dalam kasus terjadi
obstruksi parsial laring akibat inflamasi, edema, eritem akhirnya sulit
bernafas

O2 kurang

didalam tubuh

penderita

sehingga

kompensasinya tubuh akan menghirup O2 lebih banyak dengan cara

mempergunakan alat bantu nafas dengan cara mengembang


kempiskan cuping hidung.
4. Pem. Penunjang
Pemeriksaan imaging
Posteroanterior: Mungkin menunjukkan tanda steeple (steeple sign), dengan

penyempitan jalan nafas di area subglotis


Lateral: overdistensi hypofaring
Tanda-tanda di atas hanya ditemukan pada 50% kasus croup, banyak anak
dengan croup mempunyai gambaran radiologis yang normal. Temuan
radiologis tidak dapat menggambarkan tingkat keparahan penyakit secara
akurat dan sebaiknya dilakukan pada anak yang menunjukkan gejala penyakit
yang tidak khas serta pernapasannya sudah stabil karena ditakutkan dapat

memperburuk keadaan anak.


Pemeriksaan saturasi dengan pulse oxymeter
Pulse oxymeter lebih berguna pada penderita laryngotracheobronchitis atau

laryngotracheobronchopneumonitis
Pada akut laryngotracheitis, pertukaran gas alveolar seringkali normal,

sehingga temuan dengan pulse oxymeter juga cenderung normal.


Kultur virus atau pemeriksaan antigen

Gambaran normal foto anterior-posterior

Gambaran normal foto lateral

Gambaran Sindrom Croup foto anterior-posterior

Gambaran Sindrom Croup foto lateral


5. Manifestasi klinis
Beberapa gejala yang menyerupai flu dapat dialami anak beberapa hari sebelum
timbulnya gejala croup, seperti:
hidung beringus
sakit tenggorokan
batuk
demam yang dapat berlangsung hingga beberapa hari.
Gejala umum croup yang kemudian menyertai kondisi ini, antara lain:
kesulitan bernapas
suara yang serak
suara batuk seperti menggonggong yang keras
suara kasar bernada tinggi saat menghirup napas
Suara dan gejala ini akan lebih mudah terdengar dan bertambah buruk saat anak
menangis atau ketika mereka tidur di malam hari. Gejala ini dapat berlangsung
beberapa hari hingga dua minggu.
6. KIE
Menjaga kebersihan serta menjauhkan anak dari penderita lainnya adalah hal utama
dalam pencegahan penyebaran croup. Seperti halnya flu, penyakit ini dapat menyebar
dengan mudah jika tidak rajin membiasakan anak untuk rajin mencuci tangan.

Anjurkan anak untuk mengarahkan bersin ke area siku untuk mengurangi risiko
penularan virus ke orang lain. Selain itu, vaksinasi rutin juga menjadi satu cara lain
melindungi anak dari jenis infeksi pemicu kondisi croup. Beberapa vaksin anak yang
memiliki pencegahan ini, antara lain vaksin MMR untuk perlindungan dari campak,
campak jerman atau rubella, dan gondongan. Lalu vaksin DtaP/IPV/Hib untuk
perlindungan dari tetanus, polio, difteri, batuk rejan, dan Haemophilus influenzae type
b penyebab pneumonia.
Learning Issue
Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernafasan Atas (Anak)
A. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara
terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor
olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan
pertambahan usia
2. Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung
dan rongga mulut ke laring
Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif
3. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakea
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring

- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adams apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak
di bawah kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi
suara (pita suara melekat pada lumen laring)
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batu
4. Trakea
Disebut juga batang tenggorok
Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
Fisiologi
Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau
sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara
udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun
dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih
besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli
sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat,
membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah

e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen
akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan
sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan
sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)

You might also like