You are on page 1of 10

LAPORAN KEGIATAN

POSYANDU LANSIA
KASUS TINEA KRURIS

Disusun Oleh :
dr. Rezky Tiresa Devitayanti

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


ANGKATAN IV TAHUN 2015-2016
PERIODE 23 JULI 22 NOVEMBER 2016
PUSKESMAS REMBANG II

I.

LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi jamur, masih memiliki prevalensi yang cukup tinggi di


Indonesia, mengingat negara kita beriklim tropis yang mempunyai kelembapan
tinggi. Jamur bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air,
pakaian, bahkan di tubuh manusia. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup
parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis yang meyerang
langsung pada kulit, mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin jamur yang ada
dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur
beracun.
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan
sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat
merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi akut dapat terbatas
pada daerah genitor-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus
dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain. Kelainan kulit yang tampak
pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata
daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam-macam bentuk yang
primer dan sekunder (polimorfi). Bila penyakit ini menjadi menahun dapat berupa
bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat
garukan.
Kebanyakan Tinea cruris penyebarannya pada musim panas dan banyak
berkeringat.

Paling

Epidermophyton

banyak

di

daerah

tropis.

Penyebab

terseringnya

Floccosum, namun dapat pula oleh T. Rubrum dan T.

Mentagrophytes, yang ditularkan secara langsung atau tak langsung. Laki-laki


sering dijumpai daripada perempuan dengan perbandingan 3:1. Pada orang
dewasa lebih sering dijumpai daripada anak-anak. Pada daerah yang
kebersihannya kurang diperhatikan juga beresiko serta lingkungan yang kotor dan
lembap.

II.

PERMASALAHAN KASUS

Pada tanggal 16 September 2016 telah diselenggarakan posyandu lansia


oleh bidan desa setempat dan kader di Balai desa Ketanggi. Posyandu lansia
merupakan pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut. Dimana
posyandu lansia ini merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di
desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya
bagi warga yang berusia lanjut. Dalam

posyandu lansia dilakukan berbagai

pemeriksaan untuk mengetahui kondisi fisik dari masyarakat lansia seperti


pemeriksaan berat badan, tekanan darah, anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
edukasi. Dari kegiatan posyandu lansia

ini diharapkan pengetahuan lansia

menjadi meningkat, yang pada akhirnya menjadi dasar pembentukan sikap serta
dapat memotivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu

lansia

sehingga lebih percaya diri dihari tuanya.


Kegiatan posyandu lansia di desa Ketanggi Kabupaten Rembang di hadiri
oleh 18 orang lanjut usia dilakukan berbagai pemeriksaan serta konseling
kesehatan. Sebelum pemeriksaan pasien di data terlebih dahulu mengenai nama,
usia, jenis kelamin, adapun pemeriksaan yang dilakukan meliputi penimbangan
berat badan, tekanan darah, anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemberian
edukasi. Dari kegiatan tersebut diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 1. Data peserta posyandu lansia desa Ketanggi
No.

Identitas
Nama
Usia
(tahun)

Berat

Tekanan Darah

Badan

(mm/Hg)
140/90
100/70
150/90
140/90
110/60

1.
2.

Ny.K
Ny.R

75
80

(Kg)
33
35

3.
4.
5.

Ny.T
Ny.S
Nn.N

52
64
15

51
63
45

6.

Ny. S

80

72

130/90

7.

Ny. P

47

51

120/90

8.
9.
10.
11.
12.

Ny. J
Ny. A
Ny. S
Ny. S
Ny. M

75
52
70
53
49

38
64
45
68
51

110/60
170/100
120/80
120/80
140/90

13.
14.
15.
16.

Ny. L
Ny.M
Ny. M
Ny. Rm

63
58
58
60

44
108
58
87

100/60
130/80
110/70
120/90

17.
18.

Ny. K
Ny. W

80
50

33
50

140/80
130/80

Dari pemeriksaan pada 18 lansia yang hadir didapatkan seorang menderita


Tinea Kruris. Dari data tersebut Ny. Rm usia 60 tahun dengan berat badan 87 kg,
tekanan darah 120/90 mmHg, dari anamnesis, pasien mengeluhkan gatal,
kemerahan dan perih di sekitar lipat paha sejak 1 minggu yang lalu, gatal terus
menerus dan memberat jika berkeringat. Pasien tidak memiliki sakit gula atau
sakit yang sama sebelumnya. Anggota keluarga juga tidak ada yang sakit seperti
pasien. pasien belum pernah berobat sebelumnya. Pasien mandi 2 kali sehari
dengan air sumur,karena dengan berat badannya yang berlebih, pasien lebih sering
berkeringat, namun pasien hanya mengganti bajunya 2 kali sehari saat mandi pagi
dan mandi sore saja. Pasien masih kurang mengetahui tentang penyakit yang
dapat timbul karena higienitas diri yang kurang serta tingkat kelembapan tubuh
yang tinggi. Kondisi tersebut dapat menjadi tempat berkembangbiaknya
jamur,kulit terutama di bagian lipatan-lipatan yang sering bergesekan dan
berkeringat, seperti di ketiak, lipat paha dan di bawah payudara. Selanjutnya
Ny.Rm di edukasi untuk dapat menjaga pola hidup sehat dan menjaga kebersihan
diri agar terhindar dari penyakit jamur kulit serta di motivasi untuk melakukan
pemeriksaan lebih lengkap serta pengobatan di puskesmas.

III.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan temuan pada pemeriksaan


dan pelaksanaan Posyandu Lansia di Balai Desa Ketanggi, maka perlu adanya
edukasi khusus terhadap terhadap peserta Posyandu Lansia yang meliputi :
1. Memberikan informasi dan edukasi tentang asupan gizi seimbang serta
diet yang tepat bagi lansia.
2. Memberikan edukasi kepada para lansia untuk menjaga kebersihan diri
dan kelembapan diri agar terhindar dari penyakit jamur kulit.
3. Lansia dapat mengganti pakian dan pakaian dalamnya dengan bahan yang
menyerap keringat.
4. Memberikan edukasi kepada lansia tentang cara dan kedisiplinan dalam
meminum obat dan pemberian salep obat jamur, dimana pengobatan
minimal 2 minggu.
5. Mengusahakan agar lansia kontrol ke Puskesmas 2 minggu setelah
pengobatan, untuk mengetahui progressivitas penyembuhan penyakit.
6. Memberikan edukasi untuk memperbaiki life style pada lansia, misal para
lansia dianjurkan untuk berolahraga ringan seperti berjalan kaki,
bersepeda..
7. Mengikutsertakan keluarga untuk memotivasi lansia agar disiplin dalam
pengobatan dan kontrol ke Puskesmas.
8. Memberikan edukasi kepada keluarga peserta untuk lebih bisa
memanfaatkan BPJS kesehatan.

9.
IV.

MONITORING, EVALUASI DAN KESIMPULAN

10.
11.
A. MONITORING
12.
Pada tanggal 16 September 2016 telah dilaksanakan
posyandu lansia di desa Ketanggi yang di hadiri oleh 18 orang lanjut usia.
Pada saat posyandu lansia dilakukan pemeriksaan tekanan darah,
pengukuran berat badan, anamnesis, pemeriksaan fisik dan edukasi. Dari
pemeriksaan tersebut ditemukan seorang lansia yang menderita Tinea
Kruris.
13.
B. EVALUASI
1. Para lansia tidak ada yang membawa KMS.
2. Kurangnya peran keluarga untuk mendampingi para lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia.
3. Masih kurangnya pengetahuan peserta posyandu lansia tentang
pentingnya kebersihan diri dan kesehatan kulit.
4. waktu pelaksanaan posyandu lansia yang terbatas menyebabkan
kurang maksimalnya pemberian informasi kepada para lansia
mengenai penyakit penyakit yang perlu di waspadai di usia lanjut.
Sehingga perlu ditambah sesi khusus untuk penyuluhan bagi para
lansia serta keluarga yang mendampingi.
14.
C. KESIMPULAN
15.
Dalam kegiatan posyandu lansia di desa Ketanggi pada
tanggal 16 September 2016 ditemukan penduduk lansia yang menderita
Tinea Kruris. Masih rendahnya pengetahuan peserta posyandu lansia
tentang pentingnya kebersihan diri dan kesehatan kulit.
16.
Meskipun pelaksanaanya belum maksimal namun dengan
adanya kegiatan posyandu lansia diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuam para lansia tentang pentingnya kebersihan diri dan kesehatan
kulit serta pentingnya kegiatan posyandu lansia dalam pencegahan,
pengendalian dan pengobatan penyakit bagi para lansia.

V.
17.
18.
19.

Foto kegiatan

LAMPIRAN

20.

You might also like