You are on page 1of 27

SISTEM ENDOKRIN

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER TIROID

Ichsan Budiharto, M.Kep., Ners

Disusun Oleh Kelompok 2:


1.
2.
3.
4.
5.

Fitri Ratnawati
Ulfa Muzliyati
Rinda Farlina
Eka Putri Fajriani
Tri Supartini

I1032141006
I1032141022
I1032141025
I1032141042
I1032141046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah tentang Asuhan Keperawatan kanker tiroid ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Endokrin kelompok mahasiswa keperawatan
UNTAN untuk mata kuliah Sistem Endokrin.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ichsan Budiharto, M.Kep., Ners selaku dosen mata kuliah +ystem endokrin
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya
makalah ini.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Namun, kami menyadari bahwa kekurangan dalam penyusunan makalah ini
pasti ada.Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun
senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca baik itu mahasiswa maupun masyarakat dan dapat
menjadi sumber ilmu pengetahuan yang berguna untuk kita semua. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Pontianak, 9 April 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................................3
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................4
2.1 Pengkajian............................................................................................................4
2.2 Diagnosa Keperawatan Kanker Tiroid.................................................................7
2.3 Intervensi..............................................................................................................7
2.4 Evaluasi..............................................................................................................21
BAB III PENUTUP.....................................................................................................22
3.1 Kesimpulan........................................................................................................22
3.2 Saran...................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
LAMPIRAN................................................................................................................25

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan tersering
(Laseduw, 2012). Kanker merupakan penyakit yang diakibatkan pertumbuhan
sel-sel jaringan tubuh secara tidak normal, sehingga berubah menjadi sel kanker.
Selanjutnya, sel kanker ini dapat berkembang atau menyebar ke bagian tubuh
lain, sehingga bila sudah parah dapat menyebabkan kematian. Sebagian
masyarakat menganggap kanker sama dengan tumor. Padahal tumor adalah
segala benjolan tidak normal atau abnormal pada tubuh yang bukan radang.
Sedangkan kanker adalah tumor yang bersifat ganas. Biasanya, apabila kanker
belum meluas dan merusak jaringan di sekitarnya, penderita tidak merasakan
gejala ataupun keluhan. Oleh karena itulah, banyak orang yang sudah terkena
kanker, tetapi tidak menyadari. Mereka baru sadar jika terkena penyakit itu,
apabila sudah ada gejala dan keluhan, atau apabila penyakit sudah mulai
berkembang. Tidak sedikit pula penderita yang melakukan pemeriksaan ke
rumah sakit setelah penyakit cukup parah (Saripudin, 2010).
Kanker tiroid merupakan kanker yang menyerang kelenjar tiroid. Kelenjar
tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di
depan leher, di bawah kotak suara (laring) yang menghasilkan hormon tiroksin
yang mengatur denyut jantung, tekanan darah, laju metabolisme, suhu dan berat
badan. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering
menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Nodul merupakan
benjolan, akan tetapi dalam ilmu kedokteran merupakan nama lain dari tumor.
Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak dan biasanya kanker tiroid bisa
disembuhkan. Kanker tiroid seringkali membatasi kemampuan menyerap yodium
dan membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang kanker
1

menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme


(Laseduw, 2012).
Diagnosis terhadap tumor ganas (kanker) sangat perlu dilakukan untuk
mengidentifikasikan jenis tumor ganas (kanker) yang diderita meskipun tidak
mudah dan harus dilakukan sebelum memberikan terapi tumor ganas itu sendiri.
Diagnosis tumor ganas terdiri dari pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan patologi anatomi, imaging, tumor marker dan diagnosis molekuler
(Halimah, 2010). Apabila ketika melakukan pemeriksaan fisik pada seorang
penderita, kemudian ditemukan nodul dalam tiroid, maka yang pertama timbul di
dalam pikiran adalah kemungkinan nodul tersebut merupakan nodul ganas, untuk
itu harus dilakukan evaluasi terhadap nodul tersebut. Untuk menyingkirkan
kemungkinan, maka perlu dilakukan bantuan USG atau tidak (Paresi JR dkk,
2008). USG merupakan pemeriksaan penunjang pada awal evaluasi nodul tiroid,
dilakukan untuk menentukan ukuran dan jumlah nodul. USG memiliki
kemampuan untuk menentukan multinodularitas yang tidak teraba dengan
palpasi. Pemeriksaan patologi anatomi merupakan pemeriksaan morfologi tumor,
meliputi makroskopi dan mikroskopi. Bahan untuk pemeriksaan patologi anatomi
dapat diperoleh dari biopsi tumor ganas atau dari spesimen operasi. Pemeriksaan
biopsi patologi anatomi menjadi baku emas karena mampu membedakan secara
signifikan antara tumor jinak dan ganas, serta dapat mengetahui asal sel tumor
dan jenisnya (Subekti dkk, 2010). Ciri-ciri yang menunjukkan suatu keganasan
adalah adanya mikrokalsifikasi, tepi irreguler, aliran darah meningkat dan
hypoechoic (Sampepayung, 2011).
Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil patologi kanker
tiroid adalah hasil pemeriksaan fisik, hasil Ultrasonografi (USG), jenis kelamin,
usia, riwayat penyakit gondok dan riwayat penyakit keluarga (Halimah, 2010).
Penelitian mengenai kanker tiroid pernah dilakukan oleh Gozali (2012) mengenai
uji diagnostik ultrasonografi dibandingkan dengan biopsi patologi anatomi dalam
mendiagnosis karsinoma tiroid dan dapat disimpulkan bahwa dari tiap komponen

USG tidak didapatkan hasil yang bermakna. Selain itu, penelitian mengenai
kanker tiroid juga pernah dilakukan oleh Utama (2012) mengenai nilai diagnostik
karakteristik klinis dibandingkan dengan biopsi patologi anatomi dalam
mendiagnosis kanker tiroid dan disimpulkan bahwa pemeriksaan klinis untuk
mendiagnosis dan mengarahkan suatu nodul ganas tiroid adalah baik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana proses pengkajian pada klien dengan kanker tiroid ?
2. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada klien dengan kanker tiroid ?
3. Apa diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan kanker tiroid ?
4. Bagaimana intervensi pada klien dengan kanker tiroid ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui proses pengkajian pada klien dengan kanker tiroid.
2. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan kanker tiroid.
3. Mengetahui diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan kanker
tiroid.
4. Mengetahui intervensi pada klien dengan kanker tiroid.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Anamnesis (keterangan riwayat penyakit) merupakan bagian penting
dalam menegakkan diagnosis. Pasien dengan nodul tiroid nontoksik baik
jinak maupun ganas, biasanya datang dengan keluhan kosmetik atau takut
timbulnya keganasan. Sebagian besar keganasan tiroid tidak menimbulkan
keluhan, kecuali jenis anaplastic yang sangat cepat membesar dalam
beberapa minggu saja. Pasien umumnya mengeluh adanya gejala penekanan
pada jalan napas (sesak) atau pada jalan makanan (sulit menelan). Pada
nodul dengan adanya perdarahan atau disertai infeksi, bisa menimbulkan
rasa nyeri. Keluhan lain pada keganasan tiroid yang mungkin timbul adalah
suara serak (Johnson, 2000).
2. Pemeriksaan Fisik
Perlu dibedakan antara nodul tiroid jinak dan ganas. Yang jinak dari
riwayat keluarga : nodul jinak, strumadifus, multinoduler. Pertumbuhannya
relative, besarnya tetap. Konsistensinya lunak, rata dan tidak terfiksir. Gejala
penekanan dan penyebaranya tidak ada. Sedangkan yang ganas, dari riwayat
keluarga : karsinoma medulare, nodul soliter, usia kurang dari 20 tahun atau
di atas 60 tahun. Pria beresiko dua kali dari pada wanita dan riwayat
terekspos radiasi leher. Pertumbuhannya cepat membesar. Konsistensi padat,
keras, tidak rata dan terfiksir. Gejala penekanan, ada gangguan menelan dan
suara serak. Penyebaranya terjadi pembesaran kelenjar limfe leher.
a. Penampilan secara umum : amati wajah klien terhadap adanya edema
b.
c.
d.
e.

disekitar leher, adanya nodul yang membesar disekitar leher.


Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik.
Parastesia dan reflek tendon menurun.
Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara.
Bila nodul besar dapat menyebabkan sesak nafas.
4

3. Pengkajian Psikososial
1. Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri atau bahkan mania.
2. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur
sepanjang hari.
3. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen
konsep diri.
4. Pengkajian

yang

lain

menyangkut

terjadinya

Hipotiroidme

atau

Hipertoroidisme
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diagnostic dilakukan untuk mengevaluasi
nodul tiroid dapat berupa pemeriksaan laboratorium untuk penentuan status
fungsi dengan memeriksa kadar TSHs dan hormon tiroid, pemeriksaan
Ultrasonografi, sidik tiroid, CT-Scan atau MRI, serta biopsy aspirasi jarum
halus dan terapi supresi tiroksin untuk diagnostic.
a. Pemeriksaan Laboratorium dimaksudkan untuk memperoleh hasil
pemeriksaan fungsi tiroid baik hipertiroid maupun hipotiroid yang dapat
mendeteksi kemungkinan keganasan. Pemeriksaan TSH yang meningkat
berguna untuk tiroiditis. Pemeriksaan kadar antibody antitiroid
peroksidase dan antibody antitiroglobulin penting untuk diagnosis
tiroiditis kronik. Hashimoto yang sering timbul nodul uni atau bilateral.
Sehingga masih mungkin terdapat keganasan.
b. Pemeriksaan Calcitonin merupakan pertanda untuk kanker tiroid jenis
modulare, sedangkan pemeriksaan kadar tiroglobulin cukup sensitive
untuk keganasan tiroid tetapi tidak spesifik. Karena bisa ditemukan pada
keadaan lain seperti tiroiditis dan adenoma tiroid.
c. Pemeriksaan Ultrasonografi yang merupakan pemeriksaan noninvasive
dan ideal. Khususnya dengan menggunakan high frequency real-time
(generasi baru USG). Dengan alat ini akan diperoleh gambaran

anatomic secara detail dari nodul tiroid, baik volume (isi), perdarahan
intra-noduler, serta membedakan Dari satu penelitian USG nodul tiroid
didapatkan 69% solid, 12% campuran dan 19 % kista. Dari kista
tersebut hanya 7% yang ganas, sedangkan dari nodul yang solid atau
campuran

berkisar

20%.nodul

solid/kistik/campuran

solid-kistik.

Gambaran yang mengarah keganasan seperti massa solid yang


hiperkoik, irregularitas, sementara gambaran neovaskularisasi dapat
dijumpai pada pemeriksaan dengan USG.
d. Pemeriksaan Sidik Tiroid dapat memberikan gambaran morfologi
fungsional, hasil pencitraannya merupakan refleksi dari fungsi jaringan
tiroid. Bahan radioaktif yang digunakan I-131 dan Tc-99m. pada sidik
tiroid 80-85% nodul tiroid memberikan hasil dingin (cold), sedangkan
10-15% mempunyai resiko ganas. Nodul panas (hot) dijumpai sekitar
5% dengan resiko ganas paling rendah, sedang nodul hangat (warm) 1015% dari seluruh nodul dengan resiko ganas kurang dari 10%.
e. Pemeriksaan CT Scan (Computed Tomographic Scanning) dan MRI
(Magnetic Resonance Imaging) diperlukan bila ingin mengetahui
adanya perluasan struma substernal atau terdapat kompresi atau
penekanan pada jalan napas.
f. Pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus dianggap sebagai metode
yang efektif untuk membedakan nodul jinak atau ganas pada nodul
tiroid yang soliter maupun pada yang multinoduler. Pemeriksaan biopsy
aspirasi jarum halus ini mempunyai sensitivitas sebesar 83% dan
spesifitas 92%.
g. Terapi Suspresi Tiroksin (untuk diagnostic). Rasionalisasi dari tindakan
ini adalah bahwa TSH merupakan stimulator kuat untuk fungsi kelenjar
tiroid dan pertumbuhannya. Tes ini akan meminimalisasi hasil negative
palsu pada biopsy aspirasi jarum halus (Price, 1995).

2.2 Diagnosa Keperawatan Kanker Tiroid


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trachea
akibat desakan massa tumor.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya desakan atau pembengkakan oleh nodul
tumor.
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit
(NANDA, 2005).

No
1

2.3 Intervensi
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan

Tujuan & Kriteria


Hasil

NOC
bersihan jalan nafas Respiratory status :
Ventilation
b.d obstruksi trachea
Respiratory status :
akibat desakan
Airway patency
massa tumor.
Definisi:
Kriteria Hasil :
ketidakmampuan
untuk membersihkan
sekresi atau
obstruksi dari
saluran pernapasan
untuk
mempertahankan
kebersihan jalan
napas.
Batasan
karakteristik:
Tidak ada batuk
Suara napas

Mendemonstrasikan

Intervensi
Tindakan
Rasional
1. Kaji
fungsi 1. Penurunan bunyi
pernapasan
(bunyi

napas
napas,

menunjukkan

kecepatan, irama,

etelektasis, ronkhi

kedalaman,

menunjukkan

dan

penggunaan otot

akumulasi sekret

bantu napas)

dan

batuk efektif dan

ketidakefektifan

suara nafas yang

pengeluaran

bersih, tidak ada

sekresi yang

sianosis dan

selanjutnya dapat

dyspneu (mampu

menimbulkan

mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan
7

penggunaan otot
2. Kaji kemampuan
klien

bantu napas dan


peningkatan kerja

mengeluarkan
sekresi.

pernapasan
Lalu 2. Pengeluaran sulit

catat karakter dan

bila sekret sangat

tambahan
Perubahan frequensi

nafas yang paten

volume sputum
3. Berikan
posisi

napas
Perubahan irama

(klien tidak merasa

semi/fowler

tercekik, irama

tinggi dan bantu

napas
Sianosis
Kesulitan berbicara

nafas, frekuensi

klien

pernapasan dalam

napas dalam dan

rentang normal,

batuk efektif

atau mengeluarkan
suara
Penurunan bunyi
napas
Dipsnue
Gelisah
orthopneu
Mata terbuka lebar
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Lingkungan:
- Perokok pasif
- Menghisap asap
- Merokok
Obstruksi jalan
-

napas:
Spasme jalan

napas
Materi asing

dan hidrasi yang


tidak adekuat)

latihan

3. Posisi fowler
memaksimalkan
ekspansi paru dan
menurunkan upaya

tidak ada suara nafas

bernapas. Ventilasi

abnormal)
Mampu

membuka area

mengidentifikasikan
dan mencegah factor
yang dapat

atelektasis dan

4. Pertahankan
intake

cairan

menghambat jalan
nafas

jalan napas besar

2500ml/hari
kecuali

meningkatkan
gerakan sekret ke

sedikitnya
tidak

diindikasikan

untuk dikeluarkan
4. Hidrasi yang
adekuat membantu

5. Bersihkan sekret

mengencerkan

dari mulut dan

sekret dan

trakhea,

mengefektifkan

perlu

bila
lakukan

pengisapan
(suction)

dalam jalan
-

kental (efek infeksi

pembersihan jalan
napas
5. Mencegah
obstruksi dan

napas
Adanya jalan

aspirasi.
Pengisapan

napas buatan
Fisiologis:
- Infeksi
- Disfungsi

diperlukan bila
klien tidak mampu
mengeluarkan

neurovaskular

sekret. Eliminasi

lendir dengan
suction sebaiknya
dilakukan dalam
jangka waktu
6. Kolaborasi
pemberian

kurang dari 10 enit


obat

sesuai indikasi
Obat antibiotic

dengan
pengawasan efek
samping suction
6. Pengobatan
antibiotik yang idal
berdasarkan pada

7. Agen mukotik

tes uji resistensi


bakteri terhadap
jenis antibiotik
sehingga lebih
mudah mengobati

8. Bronkodilator
jenis aminophilin
via intravena

pneumonia
7. Agen mukolitik
menurunkan
kekentalan dan
perlengkatan sekret
paru untuk
memudahkan

9. Kortikosteroid

pembersihan
8. Bronkodilator
meningkatkan
diameter lumen
percabangan
trakheobronkhial

sehingga
menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara
9. Kortikosteroid
berguna pada
keterlibatan luas
dengan hipoksemia
dan bila reaksi
inflamasi
mengancam
2

Nyeri b.d adanya


desakan atau
pembengkakan oleh
nodul tumor.
Definisi:

NOC
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu

pengalaman sensori

kehidupan
1. Mengetahui daerah

1. Kaji nyeri

nyeri, kualitas,
kapan nyeri
dirasakan, factor
pencetus,berat

mengontrol
2. Ajarkan

teknik

dan emosiaonal yang

nyeri(tahu

tidak menyenangkan

penyebab nyeri,

yang muncul akibat

mampu

kerusakan jaringan

menggunakan

3. Berikan analgetik

yang actual atau

teknik

potensial atau

nonfarmakologi

sesuai program
4. Observasi TTV

digambarkan dalam

untuk mengurangi

hal kerusakan

nyeri, mencari

sedemikian rupa

bantuan)
Melaporkan bahwa

(international
association for the

relaksasi kepada
pasien

nyeri berkurang
dengan
10

ringannya nyeri
yang dirasakan
2. Untuk
mengajarkan
pasien apabila
nyeri timbul
3. Untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Untuk mengetahui
keadaan umum
pasien

study of pain):

menggunakan

awitan yang tiba-tiba

managemen nyeri
Mampu mengenali

atau lambat dari

intensitas ringan

nyeri (skala,

hingga berat dengan

intensitas,

akhir yang dapat

frekuensi dan

diantisipasi atau
diprediksi dan
berlangsung >6
bulan
Batasan

tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

karakteristik:
Perubahan selera
makan
Perubahan tekanan
darah
Perubahan frequensi
jantung
Perubahan frequensi
pernapasan
Diaphoresis
Perilaku distraksi
(mis; berjalan
mondar-mandir
mencari orang lain
dan/atau aktifitas
lain, aktifitas yang
berulang)
Mengekspresikan
perilaku (mis;
gelisah, merengek,
11

menangis)
Sikap melindungi
area nyeri
Dilatasi pupil
Gangguan tidur
Faktor yang
berhubungan:
Agen cidera (mis;
biologis, zat
kimia, fisik, dan
3

psikologis)
Kerusakan
komunikasi verbal

NOC
Anxiety self

b.d cedera pita suara.


Definisi: penurunan,

kelambatan atau

control
Coping
Sensory function:

menerima,

hearing & vision


Fear self control
Kriteria Hasil :
Komunikasi:

memproses,

penerimaan,

mengirim, dan/atau

intepretasi dan

menggunakan sistem

ekspresi pesan
Lisan, tulisan, dan

ketiadaan
kemampuan untuk

symbol.
Batasan
karakteristik:
Tidak ada kontak

nonverbal

meningkat
Komunikasi

mata.
Tidak dapat

ekspresif

berbicara
Kesulitan

): ekspresi pesan

mengekspresikan

(kesulitanberbicara
verbal dan atau
nonverbal yang

12

1. Kaji bicara secara 1. Suara serak dan


periodic

sakit tenggorokan
akibat

edema

jaringan

atau

kerusakan

karena

pembedahan pada
saraf

laryngeal

yang

berakhir

dalam

beberapa

hari

kerusakan

saraf

menetap

dapat

terjadi

kelumpuhan

pita

suara

atau

pikiran secara
verbal (mis;afasia,

bermakna
Komunikasi

penekanan
trakea
2. Menurunkan

resektif (kesulitan

disfasia, apraksia,
disleksia)
Kesulitan menyusun

mendengar):

kalimat
Kesulitan menyusun

komunikasi dan

penerimaan
intrepretasi pesan

2. Pertahankan
kebutuhan
komunikasi yang
berespon,
sederhana,

beri
mengurangi bicara

kata-kata (mis;

verbal dan atau

pertanyaan yang

afonia, dislaila,

nonverbal
Gerakan

hanya

terkoordinasi:

memerlukan

mampu

jawaban ya atau

disartria)
Kesulitan memahami
pola komunikasi
yang biasa
Tidak bicara
Ketidakmampuan

mengkoordinasi
gerakan dalam

bicara dalam

menggunakan

bahasa pemberi

isyarat
Pengolahan

asuhan
Ketidaktepatan

informasi: klien

verbalisasi
Sulit bicara
Bicara dengan

mampu untuk

kesulitan
Menolak bicara

menggunakan

Faktor yang
berhubungan:
Ketiadaan orang
terdekat
Perubahan konsep
diri
Harga diri rendah

tidak
3. Memberikan

3. Memfasilitasi

metode

ekspresi

komunikasi

dibutuhkan

alternative
sesuai,

seperti

mengatur dan

papan

tulis,

mengontrol respon
ketakutan dan
kecemasan

kertas tulis atau


papan gambar
4. Antisipasi
4. Menurunkan
kebutuhan sebaik
ansietas
kebutuhan

13

dan

mungkin.

terhadap
ketidakmampuan

yang

yang

memperoleh,

informasi
Mampu

pada

Kunjungan
untuk

pasien

kronik
Perubahan harga diri
Kurang informasi

berbicara
Mampu

pasien

memanagemen
kemampuan fisik

yang dimiliki
Mampu
mengkomunikasik
an kebutuhan

secara

teratur
5. Beritahu

pasien

untuk

terus-

berkomunikasi

5. Mencegah

pasien

bicara

yang

menerus
dipaksakan

untuk

membatasi bicara
menciptakan

dengan lingkungan
social

kebutuhan

yang

diketahui

atau

memerlukan
6. Pertahankan

bantuan
6. Meningkatkan

lingkungan yang

kemampuan

tenang

mendengarkan
komunikasi
perlahan

dan

menurunkan
kerasnya

suara

yang

harus

diucapkan

pasien

untuk
4

Ansietas b.d
perubahan status

NOC
Ansiety self-

14

1. Gunakan
pendekatan

dapat

didengarkan
1. Meningkatkan
kenyamanan

kesehatan.
Definisi: perasaan

tidak nyaman atau ke


khawatiran yang
samar disertai respon
autonomy (sumber

Kriteria Hasil :

seringkali tidak
spesifik atau tidak

yang

pasien yang bisa

menyenangkan

meminimalkan
kecemasan
2. membantu pasien

2. Nyatakan

Klien mampu

dengan

mengidentifikasika

harapan

n dan

terhadap pelaku

mengungkapkan

diketahui oleh
individu); perasaan

control
Anxiety level
Coping

gejala cemas
Mengidentifikasi,

jelas

positif

pasien
3. Jelaskan semua
prosedur

dan

takut yang

mengungkapkan

apa

disebabkan oleh

dan menunjukkan

dirasakan

antisipasi terhadap

teknik untuk

selama prosedur

bahaya. Hal ini

mengontrol cemas
Vital sign dalam

batas normal
Postur tubuh,

merupakan isyarat
kewaspadaan yang
memperingatkan

yang

kecemasan
3. meningkatkan
sikap
dan

kooperatif
mengurangi

dengan
pasien
4. Mengurangi

prespektif

kecemasan pasien

pasien terhadap

adanya bahaya dan

bahasa tubuh dan

memampukan

tingkat aktivitas

untuk

individu untuk

menunjukkan

memberikan

bertindak

berkurangnya

keamanan

menghadapi

kecemasan

mengurangi

mengurangi

kecemasan

4. Pahami

ekspirasi wajah,

situasi stress
5. Temani pasien

5. Meningkatkan
kenyamanan
pasien sehingga

dan

takut
6. Dorong
keluarga untuk

karakteristik:
Perilaku:
- Penurunan

untuk

melibatkan

individu akan

ancaman.
Batasan

untuk berperilaku

menemani anak

bisa mnegurangi
kecemasan
6. Dukungan akan
memberikan
keyakinan
terhadap
kenyataan

produktivitas
Gerakan yang

harapan untuk

15

irreleven
Gelisah
Melihat sepintas
Insomnia
Kontak mata

yang buruk
Mengekspresikan

sembuh atau
masa depan
7. membantu untuk
7. Lakukan back/
neck rub
8. Dengarkan

kekhawatiran

pasien

karena

penuh perhatian

dengan

adekuat
Rasa nyeri yang

diberikan

pada

individu

akan

diri

dan

mendorong
kesinambungan
9. Identifikasi
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
10. Berikan
obat
untuk
mengurangi

meningkatkan

kecemasan

ketidak
berdayaan.
Fisologis:
- Wajah tegang,
-

yang

harga

peristiwa hidup
- Agitasi
- Mengintai
- Tampak waspada
Afektif:
- Gelisah, distress
- Kesedihan yang
-

dukungan

meningkatkan

perubahan dalam

mendalam
Ketakutan
Perasaan tidak

melakukan ADL
8. Perhatian
dan

tremor tangan
Peningkatan

keringat
- Gemetar
Simpatik
- Anoreksia
- Diare, mulut
kering

16

usaha tersebut
9. memantau derajat
kecemasan pasien
10. mengurangi
kecemasan

Jatung berdebar-

debar
Peningkatan
tekanan darah

dan denyut nadi


Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan
tekanan darah
-

dan denyut nadi


Diare, mual,

vertigo
Letih, Gangguan

tidur
Kesemutan pada

ekstermitas
- Sering berkemih
Kognitif
- Menyadari gejala
-

fisiologis
Kesulitan

berkonsentrasi
Khawatir,
melamun

Faktor yang
berhubungan:
Perubahan dalam
(status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status
17

peran)
Pemajanan toksin
terkait keluarga
Herediter
Infeksi/ kontaminasi
interpersonal
Penularan penyakit
interpersonal
Stress, ancaman
kematian
5

Kurang pengetahuan

NOC
Kriteria Hasil :
b.d kurang informasi
Pasien mampu
tentang peyakit.
menjelaskan
Definisi: ketiadaan
kembali tentang
atau defisiensi
informasi kognitif
yang berkaitan
dengan topic
tertentu.
Batasan
karakteristik:
perilaku hiperbola
ketidak akuratan

1. Kaji pengetahuan 1. mengetahui


klien

tentang

penyakitnya
2. Jelaskan tentang
proses

penyakit

(tanda

dan

mengenal

gejala),

kebutuhan

identifikasi

perawatan dan

kemungkinan

cemas

penyebab
3. Jelaskan kondisi
tentang klien
4. Jelaskan tentang

mengikuti perintah
ketidakakuratan

diketahui

pasien

penyakit
Pasien mampu

pengobatan tanpa

yang

apa
tentang

penyakitnya
2. meningkatkan
pengetahuan

mengurangi cemas

3. mempermudah
intervensi
4. Mencegah
keparahan penyakit

program

melakukan tes
perilaku tidak tepat

pengobatan

dan
5. memberikan

alternatif

(mis; hysteria,

pengobantan.
5. Diskusikan

bermusuhan,
agitasi, apatis)
pengungkapan

18

perubahan

gaya

hidup

yang

dan

gambaran pola
hidup sehat

masalah

mungkin

6. memberi gambaran

factor yang

digunakan untuk

tentang

berhubungan:

mencegah

terapi yang bisa

komplikasi
6. Diskusikan

keterbatasan
kongnitif
salah interpretasi

digunakan
7. Mereview

tentang terapi dan


pilihannya

informasi
kurang pajanan
kurang minat dalam

7. Tanyakan
kembali

belajar
kurang dapat

pengetahuan

mengingat
tidak familiar

penyakit,

klien

tentang

prosedur

dengan sumber

perawatan

informasi

dan

pengobatan

2.4 Evaluasi
Evaluasi

dilakukan

dengan

memperhatikan

Nursing

Outcomes

Classification yang telah ditetapkan guna mengetahui perkembangan kondisi


pasien setelah dilakukan implementasi sesuai Nursing Intervention Classification
(Closkey, 1996).

19

pilihan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker tiroid merupakan salah satu gangguan endokrin. Gangguan ini lebih
banyak terjadi pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2:1 sampai 3:1.
Insidensinya berkisar antara 5,4 30 %. Berdasarkan usia, kanker tiroid jenis
papiler biasanya terjadi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun. Yang berperan
dalam well differentiated carcinoma (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan
goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah arcin arcino.
Kanker tiroid jenis meduler dapat diketahui dengan tes laboratorium, yaitu
pemeriksaan kalsitonin dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang
diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tirotoksitosis walaupun
jarang. Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan
untuk melihat obstruksi karena penekanan tumor dan melihat klasifikasi pada
massa tumor. Ultrasonografi diperlukan untuk membedakan tumor solid dan
kistik, dan cara ini aman serta tepat.
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas dan jinak. Dengan menggunakan
radioisotropik dapat dibedakan hot nodul dan cold nodul. Aspirasi banyak
dipergunakan sebagi prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor
terutama pada tumor tiroid.

3.2 Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan temanteman. Selain itu penyakit karsinoma tyroid ini sangat berbahaya. Kita harus bisa

20

menghindari dan etiologi lainnya yang bisa menyebabkan alergi dan timbulnya
penyakit ini.
Selama kelompok menyelesaikan makalah ini kelompok merasa kesulitan
karena kurangnya literature dari perpustakaan. Kelompok mengharapkan peran
dari kampus untuk memperbanyak buku-buku, terutama pada penyakit
karcinoma tyroid ini. Sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu dan semaksimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
Closkey, J.C, Bulecheck, G.M. 1996. Iowa Intervension Project : Nursing
Intervension Classification (NIC) 2nd. St.Louis: Mosby.

21

Isselbacher, Kurt J. 2000. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:


EGC.
Johnson, M dkk. 2000. Iowa Intervension Project : Nursing Outcomes Classification
(NOC) 2nd. St.Louis: Mosby.
NANDA. 2005. Nursing Diagnosis Definition & Classification 2005-2006.
Philadelphia.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 3.
Yogjakarta: Mediaction.
Price, Sylvia Anderson & Lorraine M.W. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta: EGC.

LAMPIRAN
Pathway Kanker Tiroid

22

(Isselbacher, 2000)

23

Pertanyaan:
1. Rima : kel 4
Kenapa mengangkat bersihan jalan napas b.d obstruksi
2. Iren :
Lima komponen konsep diri.
3. Ananda
Pemeriksaan penunjang yang efektif untuk mengidentifikasi

24

You might also like