Professional Documents
Culture Documents
Fitri Ratnawati
Ulfa Muzliyati
Rinda Farlina
Eka Putri Fajriani
Tri Supartini
I1032141006
I1032141022
I1032141025
I1032141042
I1032141046
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah tentang Asuhan Keperawatan kanker tiroid ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Endokrin kelompok mahasiswa keperawatan
UNTAN untuk mata kuliah Sistem Endokrin.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ichsan Budiharto, M.Kep., Ners selaku dosen mata kuliah +ystem endokrin
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya
makalah ini.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Namun, kami menyadari bahwa kekurangan dalam penyusunan makalah ini
pasti ada.Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun
senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca baik itu mahasiswa maupun masyarakat dan dapat
menjadi sumber ilmu pengetahuan yang berguna untuk kita semua. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................................3
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................4
2.1 Pengkajian............................................................................................................4
2.2 Diagnosa Keperawatan Kanker Tiroid.................................................................7
2.3 Intervensi..............................................................................................................7
2.4 Evaluasi..............................................................................................................21
BAB III PENUTUP.....................................................................................................22
3.1 Kesimpulan........................................................................................................22
3.2 Saran...................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
LAMPIRAN................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan tersering
(Laseduw, 2012). Kanker merupakan penyakit yang diakibatkan pertumbuhan
sel-sel jaringan tubuh secara tidak normal, sehingga berubah menjadi sel kanker.
Selanjutnya, sel kanker ini dapat berkembang atau menyebar ke bagian tubuh
lain, sehingga bila sudah parah dapat menyebabkan kematian. Sebagian
masyarakat menganggap kanker sama dengan tumor. Padahal tumor adalah
segala benjolan tidak normal atau abnormal pada tubuh yang bukan radang.
Sedangkan kanker adalah tumor yang bersifat ganas. Biasanya, apabila kanker
belum meluas dan merusak jaringan di sekitarnya, penderita tidak merasakan
gejala ataupun keluhan. Oleh karena itulah, banyak orang yang sudah terkena
kanker, tetapi tidak menyadari. Mereka baru sadar jika terkena penyakit itu,
apabila sudah ada gejala dan keluhan, atau apabila penyakit sudah mulai
berkembang. Tidak sedikit pula penderita yang melakukan pemeriksaan ke
rumah sakit setelah penyakit cukup parah (Saripudin, 2010).
Kanker tiroid merupakan kanker yang menyerang kelenjar tiroid. Kelenjar
tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di
depan leher, di bawah kotak suara (laring) yang menghasilkan hormon tiroksin
yang mengatur denyut jantung, tekanan darah, laju metabolisme, suhu dan berat
badan. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering
menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Nodul merupakan
benjolan, akan tetapi dalam ilmu kedokteran merupakan nama lain dari tumor.
Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak dan biasanya kanker tiroid bisa
disembuhkan. Kanker tiroid seringkali membatasi kemampuan menyerap yodium
dan membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang kanker
1
USG tidak didapatkan hasil yang bermakna. Selain itu, penelitian mengenai
kanker tiroid juga pernah dilakukan oleh Utama (2012) mengenai nilai diagnostik
karakteristik klinis dibandingkan dengan biopsi patologi anatomi dalam
mendiagnosis kanker tiroid dan disimpulkan bahwa pemeriksaan klinis untuk
mendiagnosis dan mengarahkan suatu nodul ganas tiroid adalah baik.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui proses pengkajian pada klien dengan kanker tiroid.
2. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan kanker tiroid.
3. Mengetahui diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan kanker
tiroid.
4. Mengetahui intervensi pada klien dengan kanker tiroid.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Anamnesis (keterangan riwayat penyakit) merupakan bagian penting
dalam menegakkan diagnosis. Pasien dengan nodul tiroid nontoksik baik
jinak maupun ganas, biasanya datang dengan keluhan kosmetik atau takut
timbulnya keganasan. Sebagian besar keganasan tiroid tidak menimbulkan
keluhan, kecuali jenis anaplastic yang sangat cepat membesar dalam
beberapa minggu saja. Pasien umumnya mengeluh adanya gejala penekanan
pada jalan napas (sesak) atau pada jalan makanan (sulit menelan). Pada
nodul dengan adanya perdarahan atau disertai infeksi, bisa menimbulkan
rasa nyeri. Keluhan lain pada keganasan tiroid yang mungkin timbul adalah
suara serak (Johnson, 2000).
2. Pemeriksaan Fisik
Perlu dibedakan antara nodul tiroid jinak dan ganas. Yang jinak dari
riwayat keluarga : nodul jinak, strumadifus, multinoduler. Pertumbuhannya
relative, besarnya tetap. Konsistensinya lunak, rata dan tidak terfiksir. Gejala
penekanan dan penyebaranya tidak ada. Sedangkan yang ganas, dari riwayat
keluarga : karsinoma medulare, nodul soliter, usia kurang dari 20 tahun atau
di atas 60 tahun. Pria beresiko dua kali dari pada wanita dan riwayat
terekspos radiasi leher. Pertumbuhannya cepat membesar. Konsistensi padat,
keras, tidak rata dan terfiksir. Gejala penekanan, ada gangguan menelan dan
suara serak. Penyebaranya terjadi pembesaran kelenjar limfe leher.
a. Penampilan secara umum : amati wajah klien terhadap adanya edema
b.
c.
d.
e.
3. Pengkajian Psikososial
1. Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri atau bahkan mania.
2. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur
sepanjang hari.
3. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen
konsep diri.
4. Pengkajian
yang
lain
menyangkut
terjadinya
Hipotiroidme
atau
Hipertoroidisme
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diagnostic dilakukan untuk mengevaluasi
nodul tiroid dapat berupa pemeriksaan laboratorium untuk penentuan status
fungsi dengan memeriksa kadar TSHs dan hormon tiroid, pemeriksaan
Ultrasonografi, sidik tiroid, CT-Scan atau MRI, serta biopsy aspirasi jarum
halus dan terapi supresi tiroksin untuk diagnostic.
a. Pemeriksaan Laboratorium dimaksudkan untuk memperoleh hasil
pemeriksaan fungsi tiroid baik hipertiroid maupun hipotiroid yang dapat
mendeteksi kemungkinan keganasan. Pemeriksaan TSH yang meningkat
berguna untuk tiroiditis. Pemeriksaan kadar antibody antitiroid
peroksidase dan antibody antitiroglobulin penting untuk diagnosis
tiroiditis kronik. Hashimoto yang sering timbul nodul uni atau bilateral.
Sehingga masih mungkin terdapat keganasan.
b. Pemeriksaan Calcitonin merupakan pertanda untuk kanker tiroid jenis
modulare, sedangkan pemeriksaan kadar tiroglobulin cukup sensitive
untuk keganasan tiroid tetapi tidak spesifik. Karena bisa ditemukan pada
keadaan lain seperti tiroiditis dan adenoma tiroid.
c. Pemeriksaan Ultrasonografi yang merupakan pemeriksaan noninvasive
dan ideal. Khususnya dengan menggunakan high frequency real-time
(generasi baru USG). Dengan alat ini akan diperoleh gambaran
anatomic secara detail dari nodul tiroid, baik volume (isi), perdarahan
intra-noduler, serta membedakan Dari satu penelitian USG nodul tiroid
didapatkan 69% solid, 12% campuran dan 19 % kista. Dari kista
tersebut hanya 7% yang ganas, sedangkan dari nodul yang solid atau
campuran
berkisar
20%.nodul
solid/kistik/campuran
solid-kistik.
No
1
2.3 Intervensi
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
NOC
bersihan jalan nafas Respiratory status :
Ventilation
b.d obstruksi trachea
Respiratory status :
akibat desakan
Airway patency
massa tumor.
Definisi:
Kriteria Hasil :
ketidakmampuan
untuk membersihkan
sekresi atau
obstruksi dari
saluran pernapasan
untuk
mempertahankan
kebersihan jalan
napas.
Batasan
karakteristik:
Tidak ada batuk
Suara napas
Mendemonstrasikan
Intervensi
Tindakan
Rasional
1. Kaji
fungsi 1. Penurunan bunyi
pernapasan
(bunyi
napas
napas,
menunjukkan
kecepatan, irama,
etelektasis, ronkhi
kedalaman,
menunjukkan
dan
penggunaan otot
akumulasi sekret
bantu napas)
dan
ketidakefektifan
pengeluaran
sekresi yang
sianosis dan
selanjutnya dapat
dyspneu (mampu
menimbulkan
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan
7
penggunaan otot
2. Kaji kemampuan
klien
mengeluarkan
sekresi.
pernapasan
Lalu 2. Pengeluaran sulit
tambahan
Perubahan frequensi
volume sputum
3. Berikan
posisi
napas
Perubahan irama
semi/fowler
tercekik, irama
napas
Sianosis
Kesulitan berbicara
nafas, frekuensi
klien
pernapasan dalam
rentang normal,
batuk efektif
atau mengeluarkan
suara
Penurunan bunyi
napas
Dipsnue
Gelisah
orthopneu
Mata terbuka lebar
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Lingkungan:
- Perokok pasif
- Menghisap asap
- Merokok
Obstruksi jalan
-
napas:
Spasme jalan
napas
Materi asing
latihan
3. Posisi fowler
memaksimalkan
ekspansi paru dan
menurunkan upaya
bernapas. Ventilasi
abnormal)
Mampu
membuka area
mengidentifikasikan
dan mencegah factor
yang dapat
atelektasis dan
4. Pertahankan
intake
cairan
menghambat jalan
nafas
2500ml/hari
kecuali
meningkatkan
gerakan sekret ke
sedikitnya
tidak
diindikasikan
untuk dikeluarkan
4. Hidrasi yang
adekuat membantu
5. Bersihkan sekret
mengencerkan
sekret dan
trakhea,
mengefektifkan
perlu
bila
lakukan
pengisapan
(suction)
dalam jalan
-
pembersihan jalan
napas
5. Mencegah
obstruksi dan
napas
Adanya jalan
aspirasi.
Pengisapan
napas buatan
Fisiologis:
- Infeksi
- Disfungsi
diperlukan bila
klien tidak mampu
mengeluarkan
neurovaskular
sekret. Eliminasi
lendir dengan
suction sebaiknya
dilakukan dalam
jangka waktu
6. Kolaborasi
pemberian
sesuai indikasi
Obat antibiotic
dengan
pengawasan efek
samping suction
6. Pengobatan
antibiotik yang idal
berdasarkan pada
7. Agen mukotik
8. Bronkodilator
jenis aminophilin
via intravena
pneumonia
7. Agen mukolitik
menurunkan
kekentalan dan
perlengkatan sekret
paru untuk
memudahkan
9. Kortikosteroid
pembersihan
8. Bronkodilator
meningkatkan
diameter lumen
percabangan
trakheobronkhial
sehingga
menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara
9. Kortikosteroid
berguna pada
keterlibatan luas
dengan hipoksemia
dan bila reaksi
inflamasi
mengancam
2
NOC
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu
pengalaman sensori
kehidupan
1. Mengetahui daerah
1. Kaji nyeri
nyeri, kualitas,
kapan nyeri
dirasakan, factor
pencetus,berat
mengontrol
2. Ajarkan
teknik
nyeri(tahu
tidak menyenangkan
penyebab nyeri,
mampu
kerusakan jaringan
menggunakan
3. Berikan analgetik
teknik
potensial atau
nonfarmakologi
sesuai program
4. Observasi TTV
digambarkan dalam
untuk mengurangi
hal kerusakan
nyeri, mencari
sedemikian rupa
bantuan)
Melaporkan bahwa
(international
association for the
relaksasi kepada
pasien
nyeri berkurang
dengan
10
ringannya nyeri
yang dirasakan
2. Untuk
mengajarkan
pasien apabila
nyeri timbul
3. Untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Untuk mengetahui
keadaan umum
pasien
study of pain):
menggunakan
managemen nyeri
Mampu mengenali
intensitas ringan
nyeri (skala,
intensitas,
frekuensi dan
diantisipasi atau
diprediksi dan
berlangsung >6
bulan
Batasan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
karakteristik:
Perubahan selera
makan
Perubahan tekanan
darah
Perubahan frequensi
jantung
Perubahan frequensi
pernapasan
Diaphoresis
Perilaku distraksi
(mis; berjalan
mondar-mandir
mencari orang lain
dan/atau aktifitas
lain, aktifitas yang
berulang)
Mengekspresikan
perilaku (mis;
gelisah, merengek,
11
menangis)
Sikap melindungi
area nyeri
Dilatasi pupil
Gangguan tidur
Faktor yang
berhubungan:
Agen cidera (mis;
biologis, zat
kimia, fisik, dan
3
psikologis)
Kerusakan
komunikasi verbal
NOC
Anxiety self
kelambatan atau
control
Coping
Sensory function:
menerima,
memproses,
penerimaan,
mengirim, dan/atau
intepretasi dan
menggunakan sistem
ekspresi pesan
Lisan, tulisan, dan
ketiadaan
kemampuan untuk
symbol.
Batasan
karakteristik:
Tidak ada kontak
nonverbal
meningkat
Komunikasi
mata.
Tidak dapat
ekspresif
berbicara
Kesulitan
): ekspresi pesan
mengekspresikan
(kesulitanberbicara
verbal dan atau
nonverbal yang
12
sakit tenggorokan
akibat
edema
jaringan
atau
kerusakan
karena
pembedahan pada
saraf
laryngeal
yang
berakhir
dalam
beberapa
hari
kerusakan
saraf
menetap
dapat
terjadi
kelumpuhan
pita
suara
atau
pikiran secara
verbal (mis;afasia,
bermakna
Komunikasi
penekanan
trakea
2. Menurunkan
resektif (kesulitan
disfasia, apraksia,
disleksia)
Kesulitan menyusun
mendengar):
kalimat
Kesulitan menyusun
komunikasi dan
penerimaan
intrepretasi pesan
2. Pertahankan
kebutuhan
komunikasi yang
berespon,
sederhana,
beri
mengurangi bicara
kata-kata (mis;
pertanyaan yang
afonia, dislaila,
nonverbal
Gerakan
hanya
terkoordinasi:
memerlukan
mampu
jawaban ya atau
disartria)
Kesulitan memahami
pola komunikasi
yang biasa
Tidak bicara
Ketidakmampuan
mengkoordinasi
gerakan dalam
bicara dalam
menggunakan
bahasa pemberi
isyarat
Pengolahan
asuhan
Ketidaktepatan
informasi: klien
verbalisasi
Sulit bicara
Bicara dengan
mampu untuk
kesulitan
Menolak bicara
menggunakan
Faktor yang
berhubungan:
Ketiadaan orang
terdekat
Perubahan konsep
diri
Harga diri rendah
tidak
3. Memberikan
3. Memfasilitasi
metode
ekspresi
komunikasi
dibutuhkan
alternative
sesuai,
seperti
mengatur dan
papan
tulis,
mengontrol respon
ketakutan dan
kecemasan
13
dan
mungkin.
terhadap
ketidakmampuan
yang
yang
memperoleh,
informasi
Mampu
pada
Kunjungan
untuk
pasien
kronik
Perubahan harga diri
Kurang informasi
berbicara
Mampu
pasien
memanagemen
kemampuan fisik
yang dimiliki
Mampu
mengkomunikasik
an kebutuhan
secara
teratur
5. Beritahu
pasien
untuk
terus-
berkomunikasi
5. Mencegah
pasien
bicara
yang
menerus
dipaksakan
untuk
membatasi bicara
menciptakan
dengan lingkungan
social
kebutuhan
yang
diketahui
atau
memerlukan
6. Pertahankan
bantuan
6. Meningkatkan
lingkungan yang
kemampuan
tenang
mendengarkan
komunikasi
perlahan
dan
menurunkan
kerasnya
suara
yang
harus
diucapkan
pasien
untuk
4
Ansietas b.d
perubahan status
NOC
Ansiety self-
14
1. Gunakan
pendekatan
dapat
didengarkan
1. Meningkatkan
kenyamanan
kesehatan.
Definisi: perasaan
Kriteria Hasil :
seringkali tidak
spesifik atau tidak
yang
menyenangkan
meminimalkan
kecemasan
2. membantu pasien
2. Nyatakan
Klien mampu
dengan
mengidentifikasika
harapan
n dan
terhadap pelaku
mengungkapkan
diketahui oleh
individu); perasaan
control
Anxiety level
Coping
gejala cemas
Mengidentifikasi,
jelas
positif
pasien
3. Jelaskan semua
prosedur
dan
takut yang
mengungkapkan
apa
disebabkan oleh
dan menunjukkan
dirasakan
antisipasi terhadap
teknik untuk
selama prosedur
mengontrol cemas
Vital sign dalam
batas normal
Postur tubuh,
merupakan isyarat
kewaspadaan yang
memperingatkan
yang
kecemasan
3. meningkatkan
sikap
dan
kooperatif
mengurangi
dengan
pasien
4. Mengurangi
prespektif
kecemasan pasien
pasien terhadap
memampukan
tingkat aktivitas
untuk
individu untuk
menunjukkan
memberikan
bertindak
berkurangnya
keamanan
menghadapi
kecemasan
mengurangi
mengurangi
kecemasan
4. Pahami
ekspirasi wajah,
situasi stress
5. Temani pasien
5. Meningkatkan
kenyamanan
pasien sehingga
dan
takut
6. Dorong
keluarga untuk
karakteristik:
Perilaku:
- Penurunan
untuk
melibatkan
individu akan
ancaman.
Batasan
untuk berperilaku
menemani anak
bisa mnegurangi
kecemasan
6. Dukungan akan
memberikan
keyakinan
terhadap
kenyataan
produktivitas
Gerakan yang
harapan untuk
15
irreleven
Gelisah
Melihat sepintas
Insomnia
Kontak mata
yang buruk
Mengekspresikan
sembuh atau
masa depan
7. membantu untuk
7. Lakukan back/
neck rub
8. Dengarkan
kekhawatiran
pasien
karena
penuh perhatian
dengan
adekuat
Rasa nyeri yang
diberikan
pada
individu
akan
diri
dan
mendorong
kesinambungan
9. Identifikasi
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
10. Berikan
obat
untuk
mengurangi
meningkatkan
kecemasan
ketidak
berdayaan.
Fisologis:
- Wajah tegang,
-
yang
harga
peristiwa hidup
- Agitasi
- Mengintai
- Tampak waspada
Afektif:
- Gelisah, distress
- Kesedihan yang
-
dukungan
meningkatkan
perubahan dalam
mendalam
Ketakutan
Perasaan tidak
melakukan ADL
8. Perhatian
dan
tremor tangan
Peningkatan
keringat
- Gemetar
Simpatik
- Anoreksia
- Diare, mulut
kering
16
usaha tersebut
9. memantau derajat
kecemasan pasien
10. mengurangi
kecemasan
Jatung berdebar-
debar
Peningkatan
tekanan darah
vertigo
Letih, Gangguan
tidur
Kesemutan pada
ekstermitas
- Sering berkemih
Kognitif
- Menyadari gejala
-
fisiologis
Kesulitan
berkonsentrasi
Khawatir,
melamun
Faktor yang
berhubungan:
Perubahan dalam
(status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status
17
peran)
Pemajanan toksin
terkait keluarga
Herediter
Infeksi/ kontaminasi
interpersonal
Penularan penyakit
interpersonal
Stress, ancaman
kematian
5
Kurang pengetahuan
NOC
Kriteria Hasil :
b.d kurang informasi
Pasien mampu
tentang peyakit.
menjelaskan
Definisi: ketiadaan
kembali tentang
atau defisiensi
informasi kognitif
yang berkaitan
dengan topic
tertentu.
Batasan
karakteristik:
perilaku hiperbola
ketidak akuratan
tentang
penyakitnya
2. Jelaskan tentang
proses
penyakit
(tanda
dan
mengenal
gejala),
kebutuhan
identifikasi
perawatan dan
kemungkinan
cemas
penyebab
3. Jelaskan kondisi
tentang klien
4. Jelaskan tentang
mengikuti perintah
ketidakakuratan
diketahui
pasien
penyakit
Pasien mampu
pengobatan tanpa
yang
apa
tentang
penyakitnya
2. meningkatkan
pengetahuan
mengurangi cemas
3. mempermudah
intervensi
4. Mencegah
keparahan penyakit
program
melakukan tes
perilaku tidak tepat
pengobatan
dan
5. memberikan
alternatif
(mis; hysteria,
pengobantan.
5. Diskusikan
bermusuhan,
agitasi, apatis)
pengungkapan
18
perubahan
gaya
hidup
yang
dan
gambaran pola
hidup sehat
masalah
mungkin
6. memberi gambaran
factor yang
digunakan untuk
tentang
berhubungan:
mencegah
komplikasi
6. Diskusikan
keterbatasan
kongnitif
salah interpretasi
digunakan
7. Mereview
informasi
kurang pajanan
kurang minat dalam
7. Tanyakan
kembali
belajar
kurang dapat
pengetahuan
mengingat
tidak familiar
penyakit,
klien
tentang
prosedur
dengan sumber
perawatan
informasi
dan
pengobatan
2.4 Evaluasi
Evaluasi
dilakukan
dengan
memperhatikan
Nursing
Outcomes
19
pilihan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker tiroid merupakan salah satu gangguan endokrin. Gangguan ini lebih
banyak terjadi pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2:1 sampai 3:1.
Insidensinya berkisar antara 5,4 30 %. Berdasarkan usia, kanker tiroid jenis
papiler biasanya terjadi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun. Yang berperan
dalam well differentiated carcinoma (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan
goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah arcin arcino.
Kanker tiroid jenis meduler dapat diketahui dengan tes laboratorium, yaitu
pemeriksaan kalsitonin dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang
diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tirotoksitosis walaupun
jarang. Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan
untuk melihat obstruksi karena penekanan tumor dan melihat klasifikasi pada
massa tumor. Ultrasonografi diperlukan untuk membedakan tumor solid dan
kistik, dan cara ini aman serta tepat.
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas dan jinak. Dengan menggunakan
radioisotropik dapat dibedakan hot nodul dan cold nodul. Aspirasi banyak
dipergunakan sebagi prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor
terutama pada tumor tiroid.
3.2 Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan temanteman. Selain itu penyakit karsinoma tyroid ini sangat berbahaya. Kita harus bisa
20
menghindari dan etiologi lainnya yang bisa menyebabkan alergi dan timbulnya
penyakit ini.
Selama kelompok menyelesaikan makalah ini kelompok merasa kesulitan
karena kurangnya literature dari perpustakaan. Kelompok mengharapkan peran
dari kampus untuk memperbanyak buku-buku, terutama pada penyakit
karcinoma tyroid ini. Sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu dan semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Closkey, J.C, Bulecheck, G.M. 1996. Iowa Intervension Project : Nursing
Intervension Classification (NIC) 2nd. St.Louis: Mosby.
21
LAMPIRAN
Pathway Kanker Tiroid
22
(Isselbacher, 2000)
23
Pertanyaan:
1. Rima : kel 4
Kenapa mengangkat bersihan jalan napas b.d obstruksi
2. Iren :
Lima komponen konsep diri.
3. Ananda
Pemeriksaan penunjang yang efektif untuk mengidentifikasi
24