You are on page 1of 3

TUBERCULOSIS

No. Dokumen

SOP
PEMERINTAH KOTA
KOTAMOBAGU

Dr. Ulmiwidaya Sudibyo


NIP:198010212008022001
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis
bakteri tahan asam (BTA), dan ditandai dengan pembentukan tuberkel di
jaringan paru.

Pengertian
Tujuan

No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

: /SOP /PKMMK/ /2016


:
:
:

memberikan pelayanan pengobatan (kuratif)


memberikan kepastian agar pengobatan dijalankan sesuai dengan
aturan yang ditetapkan sehingga dapat dicegah kemungkinan
drop-out.

Permenkes no 21 th 2013 tentang penanggulangan HIV-AIDS


Dirjen PP dan PL.2012. Pedoman penerapan layanan komprehensif
HIV-IMS berkesinambungan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Peraturan Gubernur Jawa Barat no 78 tahun 2010 tentang
pencegahan dan penanggulangan Human Immunodeficiency Virus
dan Acquired Immunodeficiency Deficiency Syndrome

Kebijakan
Referensi

LangkahLangkah
/Prosedur

Kriteria Diagnosis :
- Gejala dan tanda klinis umunya minimal berupa malaise,
kelemahan badan, lesu, nafsu makan menurun (anoreksia),
penurunan berat badan, suhu badan sedikit meningkat pada sore
hari, batuk, ronkhi krepitasi di apek paru, hemoptoe.
- Gejala dan tanda klinis mungkin tidak ada sama sekali
- Tes tuberculin atau PPD positif, terutama jika baru terjadi konversi
dari negatif menjadi positif.
- Adanya infiltrat di apek atau subklavia, sering dengan kavitas
- Mycobacterium tuberculosis pada sputum, cairan lambung atau
usapan nasofaring.
Pemeriksaan
Anamnesis :
- Gejala mungkin minimal atau tidak ada sama sekali, non spesifik.
- Batuk, rasa malas, mudah capai, lesu, berat badan menurun, suhu
badan meningkat pada sore hari, keringat malam dan neri pleuritik.
- Batuk darah (hemoptoe), atau riak bercampur darah sugestif untuk
adanya penyakit tuberkulosis.
- Mungkin didapatkan gejala dari luar paru, seperti pada laring, usus,
ginjal dan susunan saraf pusat.
- Riwayat kontak dengan penderita yang sudah diketahui menderita
tuberkulosis.
Pemeriksaan Fisik
Tanda klini sering tidak ada. Ronkhi krepitasi di apek atau lobus
superior paru yabg persisten mungkin dijumpai. Ronkhi ini sering
terdengar pada waktu pasien inspirasi setelah batuk.
- Pada penyakit yang telah lanjut mungkin dijumpai retraksi dinding
dada, deviasi trachea, mengi (wheezing), ronkhi basah, tanda
konsolidasi paru, atau kavitasi (tidak terandalkan).
- Tuberkulosis paru tidak dapat disingkirkan hanya melalui
pemeriksaan fisik saja. Paling sedikit diperlukan pemeriksaan foto
thorak.
-

Pemeriksaan Penunjang
- Tes reaksi kulit (tes tuberculin, PPD)
- Pemeriksaan bakteriologis
Sputum 3 kali sewaktu, pagi, sewaktu dan kultur, cairan lambung,
biopsy limfonodi.
- Radiologis
Rntgen thorak, mungkin diperlukan lebih dari sekali
pemeriksaan, tak ada yang patognomonis.
- Serologis : Imuzim, Peroksidase Anti Peroksidase (PAP), PCR TB,
Mycodot, ICT-TB.
Diagnosa Banding
- Pneumonia bakterial atau viral
- Abses paru
- Mikosis paru
- Karsinoma bronkhogenik
- Sarkoidosis
- Infeksi Mikobakterium atipik
Prosedur
a. Persiapan : - membuat diagnosis dan menentukan masuk kategori
berapa
- menentukan PMO (pemantau minum obat)
- edukasi penderita dan PMO sebaik mungkin
b. Alat
: - status pasien (TB-01 sampai dengan TB-09)
- obat tuberkulostatika :
Kombipak I (HRZ)
Kombipak II (HRZE)
Kombipak III (HR)
Kombipak IV (HRE)
Streptomycin
c. Cara kerja :
- Pasien rawat jalan
Berikan edukasi sebaik-baiknya, berikan motivasi minum obat
sesuai ketentuan, nutrisi dll.
Obat anti tuberkulosis (OAT)
1. Untuk kategori I : Apus BTA (+), meningitis TB, TB
disseminated, Pericarditis TB, Peritonitis TB, Pleuritis
TB bilateral, TB spinal dengan komplikasi neurologis,
Apus BTA (-) dengan keterlibatan parenkim paru yang
luas ( >10 cm2), TB intestinal, TB traktus urinarius.
Diberikan OAT : 2 HRZE / 4 H3R3 + B6
2. Untuk kategori II : TB relaps atau gagal pengobatan
Diberikan OAT : 2 HRZES / HRZE / 4 H3R3 + B6
3. Untuk kategori III : Apus BTA (-) dengan keterlibatan
parenkim paru terbatas ( < 10 cm2), TB anak, effusi
pleura unilateral.
4. Untuk kategori IV : TB kronik.
Belum ada ketentuan program yang bersifat nasional.
Selain obat OAT diberikan quinolon, Ciprofloxacin 1 x
1000 mg, atau Ofloxacin 1 x 800 mg selama 6 bulan.
Bila tidak memungkinkan minimal INH seumur hidup.
- Pasien rawat inap
Indikasi untuk diagnostik dan isolasi pasien sementara waktu
( 2 minggu awal terapi).
- Perawatan Umum
1. Diet TKTP, istirahat cukup

2. OAT, regimen sesuai dengan kategori (seperti tertulis


pada rawat jalan)
- Isoniazid (H) 400 mg/hari (harus diberikan suplemen
piridoksin 25 50 mg/hari).
- Rifampisin (R) 450 mg/hari (BB < 50 kg), 600
mg/hari (BB > 50 kg).
- Pirazinamida (Z) 3 dd 500 mg selama 2 bulan
pertama.
- Etambutol 25 mg/Kg BB/hari.
- Streptomisin injeksi 1 mg, intramuskuler, setiap hari
selama 2 bulan
pertama.
Obat batuk sebaiknya tidak diberikan, kecuali jika
sangat mengganggu dapat diberikan Codein sulfat 4 6
dd 10 15 mg.
- Perawatan khusus
1. Kortikosteroid diberikan pada kondisi sangat parah dan
tampak toksik, dapat memperbaiki perasaan, nafsu
makan, menurunkan demam dan pada TB milier dengan
atau tanpa gejala meningitis.
2. Terapi kolaps untuk pneumotorak.
3. Pembedahan jika ada kecurigaan perubahan kearah
ganas, stenosis bronchus, focus yang menjadi sumber
kekambuhan, menutup empiema kronik, hemoptoe
masif.
- Perawatan Intensif
Jika ada perdarahan masif, bahaya aspirasi dan resiko
penyebaran ke bagian lain paru, terapi anti sok, pemberian
obat penenang (Phenobarbital 60 120 mg, subkutan),
Codein sulfat 4 6 dd 10 - 15 mg untuk menekan batuk
(tidak boleh morfin), dapat ditambahkan pemberian
Vasopresin 10 UI dalam 10 ml NaCl 0,9 % intravena, pelanpelan.
Lama Perawatam
- Umumnya 2 3 minggu.
- Lama pengobatan sebaiknya 6 8 bulan.
- Perbaikan pada Rntgen torak terlihat setelah terapi 4 minggu.
- Konversi sputum setelah 2 3 bulan terapi.
- Terapi teratur selama 2 minggu dapat membuat penderita
tidak berbahaya
terhadap masyarakat sekitarnya

You might also like