Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
1. Keluarga Berencana
A. Pengertian keluarga berencana
Menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yangmembantu
individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objekobjek tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkankelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,mengontrol waktu
saat saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, dan untuk
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004,p27).
Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu merupakan
suatu unsur penting dalam upaya pencapaian pelayanankesehatan Reproduksi.
Secara khusus dalam hal ini termasuk hak setiap orang untuk memperoleh
informasi dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif,
terjangkau dan akseptabel. (Saifuddin,2010, pJM-1).
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan
penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1).
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004;
27).
KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah
dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78)
KB adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas ( UU No.
52 tahun 2009 )
B. Tujuan Keluarga Berencana
1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia.
3) Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat /
obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat
kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
4) Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
5) Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
6) Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi
lebih dari 3 bulan
(BKKBN, 2007)
C. Sasaran akseptor KB
Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu
1) Fase menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan
yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun
adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai
alasan.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya
kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%.
Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta
efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil
KB, AKDR dan cara sederhana
2) Fase mengatur / menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2 - 4 tahun. Umur terbaik untuk melahirkan adalah usia antara 20-30
tahun. Krtiteria kontrasepsi yang perlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas
tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi.Kontrasepsi
dapat dipakai 3 - 4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan, serta tidak
menghambat produksi air susu ibu ( Asi ).Kontrasepsi yang disarankan
menurut kondisi ibu yaitu AKDR, Suntik Kb, Pil Kb atau implant.
3) Fase mengakhiri kesuburan / tidak hamil lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan
hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu
dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode
kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB ( Pinem 2009 )
3. Kontrasepsi
A. Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra yang berarti mencegah atau melawan
dan Konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah upaya mencegah
pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan.
Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang
membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks
dan kedua - duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki
kehamilan (Depkes, 1999).
Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha
itu dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen ((Prawirohardjo, 2008; )
B. Faktor faktor dalam memilih metode kontrasepsi
Bahwa sampai saat ini kita mengetahui belumlah tersedia satu metode
kontrasepsi yang benar 100% ideal/ sempurna. Pengalaman menunjukan bahwa
saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk supermarket/
toko, dimana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang
diinginkannya (Hartanto, 2004, p36).
Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi :
1) Faktor pasangan (Motivasi dan Rehabilitas)
Faktor pasangan memiliki beberapa sub faktor seperti umur, gayahidup,
jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengankontrasepsi yang lalu,
sikap kewanitaan, dan sikap kepriaan(dukungan suami).
2) Faktor kesehatan (Kontraindikasi absolute atau relatif)
Begitu pula dengan faktor kesehatan memiliki beberapa factor didalamnya
seperti status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluargadan pemeriksaan fisik.
3) Faktor metode kontrasepsi (Penerimaan dan pemakaian)
Didalam faktor metode kontrasepsi ada faktor-faktor didalamnyaseperti
efektivitas, efek samping, kerugian, komplikasi-komplikasiyang potensial dan
biaya.
C. Syarat - Syarat Kontrasepsi
Sebagai usaha untuk mencegah kehamilan hendaknya kontrasepsi memiliki
syarat-syarat sebagai berikut :
1) Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan
2) Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat
mencegah kehamilan
3) efek samping yang merugikan tidak ada.
4) lima kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
5) tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
kelamun
Pernah menderita radang rongga panggul
Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
Riwayat kehamilan ektopik
Penderita kankker alat kelamin
tahun dan perdarahaan yang tidak teratur sehingga untukbisa subur kembali
diperlukan waktu yang lebih lama apabiladibandingkan dengan alat
kontrasepsi yang lain (Everett, 2008).
gangguanhaid
mual
sakit kepala
penambahan berat badan
terkadang ibumengeluh gairahnya menurun
(BKKBN, 2007).
b. Pil KB
Pil KB atau kontrasepsi oral berisi bentuk sintetis dua hormon yang
diproduksi secara alami dalam tubuh: estrogen dan progesteron. Kedua
hormon tersebut mengatur siklus menstruasi wanita. Pil KB bekerja dengan
dua cara. Pertama, menghentikan ovulasi (mencegah ovarium mengeluarkan
kendali
di
tangan
wanita
untuk
mencegah kehamilan.
kontrasepsi
mantap
dibandingkan
dengan
responden
yang
datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan
orang lain, didapat dari buku,surat kabar, atau media massa, elektronik
(Notoatmodjo, 2003).Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap
proses menerima atau menolak inovasi. Menurut Roger (1983), prilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum
seseorang mengadopsi prilaku baru, dalam diri seseorang tersebut terjadi
proses berurutan, yaitu :
1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) .
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus tersebut, disini sikap subjek
mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau pun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan
baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan
kesehatan yangbertujuan untuk meningkatkan prilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau
respondenkedalam pengetahuan yang ingin diketahui (Notoatmodjo, 2003).
lembar
persetujuan,
setelahmereka
mendapat
penjelasan
Dari hasil analisis yang dilakukan bkkbn, ditemukan hanya sepertiga dari
peserta KB yang terpapar dengan informed choicedmaupun menandatangani
informed
consent.
informedchoiced,
Proporsi
maupun
responden
informed
MKJP
consent
yang
seharusnya
mendapatkan
lebih
besar
karena KB dan kesehatan reproduksi bukan hanya urusan pria atau wanita saja
Dari hasil penelitian Dainy (2011), diperoleh informasi bahwa tidak ada
hubungan secara signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan MKJP
dengan P value 0,723. Dari Penelitian Tatarini (2009) menunjukan bahwa ada
hubungan antar dukungan sumai dengan pemakaian alat kontrasepsi (p value=
0,0001)
2) Media Informasi
Media informasi merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan informasi dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat dari si penerima.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa dengan media informasi baik dari
televisi, majalah, radio maupun dari penyuluhan merangsang ibu untuk
memilih alat kontrasepsi IUD
3) Peranan petugas KB
Menurut analisis BKKBN tahun 2009, informasi KB yang diterima oleh
responden berasal dari petugas kesehatan pada pra playanan, namun proporsi
peran petugas, peran tokoh masyarakat dan media massa masih lebih rendah
dibandingkan dengan peran pasangan maupun keluarga responden.
D. Faktor sarana
1) Ketersediaan alat/obat kontrasepsi
Ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk
tersedia atau
KERANGKA TEORI
Faktor Individu :
- Umur
- Lama menikah
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Jumlah anak
- Jumlah anak yang diinginkan
Faktor Program :
Penggunaan MKJP
- Pengetahuan tentang KB
- Informed choiced
- Informed consent
Faktor Lingkungan :
Faktor Sarana :
Peran pasangan
Media Informasi
Peran petugas
Ketersediaan
alat/obat
kontrasepsi
Tempat pelayanan
Biaya