You are on page 1of 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Keluarga Berencana
A. Pengertian keluarga berencana
Menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yangmembantu
individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objekobjek tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkankelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,mengontrol waktu
saat saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, dan untuk
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004,p27).
Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu merupakan
suatu unsur penting dalam upaya pencapaian pelayanankesehatan Reproduksi.
Secara khusus dalam hal ini termasuk hak setiap orang untuk memperoleh
informasi dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif,
terjangkau dan akseptabel. (Saifuddin,2010, pJM-1).
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan
penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1).
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004;
27).
KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah
dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78)
KB adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas ( UU No.
52 tahun 2009 )
B. Tujuan Keluarga Berencana
1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia.

2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu


dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
C. Sasaran Program KB
1) Sasaran langsung
Pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
2) Sasaran tidak langsung
Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani,2010; 29).
D. Ruang lingkup Program KB
Menurut Handayani (2010:29) ruang lingkup program KB,meliputi:
1) Komunikasi informasi dan edukasi.
2) Konseling.
3) Pelayanan infertilitas.
4) Pendidikan seks.
5) Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.
6) Konsultasi genetic
E. Manfaat usaha KB di pandang dari segi kesehatan
Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat
kehamilan yang dialami wanita.
2. Akseptor KB
A. Pengertian akseptor KB
Akseptor KB adalah peserta keluarga berencana ( Family Planning
Participant ) yaitu pasangan usia subur dimana salah seorang menggunakan salah
satu cara / alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan , baik melalui
program maupun non program ( Depkes 2001 ).
Akseptor KBadalah peserta keluarga berencana (Family Planning Participant)
yaitu pasangan usia subur dimana salah seorang menggunakan salah satu cara /
alat atau obat kontrasepsi ( BKKBN 2007 )
B. Jenis - Jenis Akseptor KB
1) Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu
cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri
kesuburan.
2) Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu
kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara
yang sama maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3
(tiga) bulan berturut turut dan bukan karena hamil.

3) Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat /
obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat
kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
4) Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
5) Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
6) Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi
lebih dari 3 bulan
(BKKBN, 2007)
C. Sasaran akseptor KB
Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu
1) Fase menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan
yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun
adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai
alasan.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya
kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%.
Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta
efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil
KB, AKDR dan cara sederhana
2) Fase mengatur / menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2 - 4 tahun. Umur terbaik untuk melahirkan adalah usia antara 20-30
tahun. Krtiteria kontrasepsi yang perlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas
tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi.Kontrasepsi
dapat dipakai 3 - 4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan, serta tidak
menghambat produksi air susu ibu ( Asi ).Kontrasepsi yang disarankan
menurut kondisi ibu yaitu AKDR, Suntik Kb, Pil Kb atau implant.
3) Fase mengakhiri kesuburan / tidak hamil lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan
hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu
dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode
kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB ( Pinem 2009 )

3. Kontrasepsi
A. Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra yang berarti mencegah atau melawan
dan Konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah upaya mencegah
pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan.
Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang
membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks
dan kedua - duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki
kehamilan (Depkes, 1999).
Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha
itu dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen ((Prawirohardjo, 2008; )
B. Faktor faktor dalam memilih metode kontrasepsi
Bahwa sampai saat ini kita mengetahui belumlah tersedia satu metode
kontrasepsi yang benar 100% ideal/ sempurna. Pengalaman menunjukan bahwa
saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk supermarket/
toko, dimana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang
diinginkannya (Hartanto, 2004, p36).
Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi :
1) Faktor pasangan (Motivasi dan Rehabilitas)
Faktor pasangan memiliki beberapa sub faktor seperti umur, gayahidup,
jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengankontrasepsi yang lalu,
sikap kewanitaan, dan sikap kepriaan(dukungan suami).
2) Faktor kesehatan (Kontraindikasi absolute atau relatif)
Begitu pula dengan faktor kesehatan memiliki beberapa factor didalamnya
seperti status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluargadan pemeriksaan fisik.
3) Faktor metode kontrasepsi (Penerimaan dan pemakaian)
Didalam faktor metode kontrasepsi ada faktor-faktor didalamnyaseperti
efektivitas, efek samping, kerugian, komplikasi-komplikasiyang potensial dan
biaya.
C. Syarat - Syarat Kontrasepsi
Sebagai usaha untuk mencegah kehamilan hendaknya kontrasepsi memiliki
syarat-syarat sebagai berikut :
1) Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan
2) Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat
mencegah kehamilan
3) efek samping yang merugikan tidak ada.
4) lima kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
5) tidak mengganggu hubungan persetubuhan.

6) tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama


pemakaiannya.
7) cara penggunaannya sederhana.
8) harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
9) dapat diterima oleh pasangan suami istri.
(Mochtar, 1998).
D. Jenisjenis kontrasepsi berdasarkan kandungannya yang tersedia antara lain adalah :
1) Kontrasepsi hormonal seperti pil, suntikan, implant, dan akhir akhir ini
diperkenalkan IUD Mirema atau LNG-IUS
2) Kontrasepsi non hormonal seperti kondom, IUD-TCu dan metode kontap
( menurut Asih, Oesman 2009)
E. Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi (BKKBN, 2011) :
1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ( MKJP ), yang termasuk kategori ini dalah
jenis susuk atau implant, IUD, MOP dan MOW
a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR ) atau lebih dikenal dengan Intra
Uterine Device ( IUD ) adalah alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim,
sangat efektif dan aman. Memiliki efektivitas penggunaan hingga 10 tahun,
tergantung dengan jenisnya. Mudah u ntuk berhentu dan mudah dilepas kapan
saja
Cara Kerja AKDR ini adalah sebagai berikut :
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke Tuba Falopi
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
Keuntungan AKDR ini antara lain :
Memiliki efektivitas tinggi ( 6 kegagalan dalam 1000 kehamilan )
a) AKDR dapat efektif segera setekah pemasangan
b) Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti )
c) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat ingat
d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan kenyamanan
e)
f)
g)
h)

seksual karena tidak perlu takut hamil lagi


Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR ( CuT380A )
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
Kesuburan segera kembali setelah IUD diangkat
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus ( apabila

tidak terjadi infeksi )


i) Dapat menggunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir )
j) Tidak ada interaksi dengan obat obatan
k) Membantu mencegah kehamilan ektopik

Kontraindikasi dari kotrasepsi ini adalah sebagai berikut :


a) Hamil atau diduga hamil
b) Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit
c)
d)
e)
f)

kelamun
Pernah menderita radang rongga panggul
Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
Riwayat kehamilan ektopik
Penderita kankker alat kelamin

Efek samping yang umum terjadi adalah sebagai berikut :


a) Perdarahan dan kram selama minggu minggu pertama setelah
pemasangan. Kadang kadang juga keputihan bertambah banyak.
Disamping itu juga pada saat berhubungan ( senggama ) terjadi ekspulsi
( IUD bergeser dari posisi ) sebagian atau seluruh nya
b) Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman, dab
dihubungkan dengan resiko infeksi rahim
c) Perubahan siklus haid ( umumnya pada 3 bulan pertama dan kurang
setelah 3 bulan )
d) Haid lebih lama, banyak dan lebih sakit saat haid
e) Perdarahan antar menstruasi
b. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit ( AKBK ) atau lebih dikenal dengan istilah
susuk kb ( Implant) adalah alat kontrasepsi berebantuk kapsul kecil yang
ditanam di bawah kulit. Efektif digunakan untik mencegah kehamilan sampai
dengan 3 hingga 5 tahun, tergantung jenisnya. Aman bagi hamper semua
wanita yang menggunakan, namun harus segera dilepas apabila sudah habis
batas waktu penggunaan
Cara kerja Implant adalah dengan mengganggu serviks menjadi kental,
mengganggu pembentukan proses endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi dan mengurangi transportasi sperma serta menekan ovulasi
Keuntangan dari penggunaan implant adalah sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
e)

Sekali pasang utnuk 5 tahun


Tidak mempengaruhin produksi ASI
Tidak mempengaruhi tekanan darah
Pemeriksaanpanggul tidak diperlukan sebelum pemakaian
Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi, tetapi belum mantap
untuk di tubektomi

f) Baik untuk wanita yang ingin metode yang praktis


g) Tinggal di daerah terpencil
h) Tidak khawatir jika tidak dapat haid
Kontraindikasi penggunaan implant adalah sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)

Hamil atau disangka hamil


Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
Tumor atau keganasan
Penyakit jantung , darah tinggi, kencing manis

Efek samping dari implant antara lain :


a) Kadang kadang pada saat pemasangan akan terasa nyeri
b) Selain itu ditemukan haid yang tidak teratur, sakit kepala,kadang kadang
terjadi spotting atau anemia karna perdarahan yang kronis
c. Metode Operasi Wanita ( MOW ) merupakan metode kontrasepsi dengan
cara melakukan tibdakan operasi. Rahim tidak diangkat, sehingga si ibu
bisa tetap menstruasi, tidak ada efek samping dalam waktu jangka panjang.
Metode ini tidak mudah dikembalikan ke semula dan bersifat permanen
sehingga hanya dianjurkan bagi PUS yang sudah tidak menginginkan anak
lagi.
d. Metode Operasi Pria ( MOP ) merupakan metode kontraspsi dengan
tindakan operasi kecil pada saluran vas differens pria. Aman bagi hamper
semua pria dan tidak mempengaruhi kemampuan seksual. Sama hal nya
dengan MOW, metode ini juga bersifat permanen walaupun perkembangan
teknologi kedokteran dapat disambung lagi ( rekanalisasi ), namun tidak
dianjurkan bagi PUS yang masing menginginkan mempunyai anak.
2) Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ( Non MKJP ), yang termasuk dalam
kategori ini dalah kondom, pil, suntik, dan metode - metode lain selain metode
yang termasuk dalam MKJP ( Kusumaningrum, Radita 2008 )
a. Suntik Kb adalah obat suntik yang berisi zat yang dpat mencegah lepasnya sel
telur dari indung telur, mengentalnya lendir mulut rahim sehingga sperma
tidak dapat masuk kedalam rahim dan menipiskan selaput lendir rahim
sehingga calin janin tak dapat tertanam dalam rahim (BKKBN 2006)
Keuntungan alat kontrasepsi suntik yaitu :
a) Efektivitas tinggi
b) Bertahan sampai 812 minggu
c) Penurunan dismenorea dan menoragi yang menyebabkan anemiaberkurang
d) Penurunan gejala pramenstruasi
e) Penyakit radang panggul berkurang

f) Kemungkinan penurunan endometriosis karena pengentalan lender serviks


g) Efektivitas
tidak
berkurang
karena
diare,
muntah
atau
penggunaanantibiotik.
Berdasarkan keuntungan diatas maka akseptor KB suntik akandapat
beraktivitas dengan baik sebagaimana orang sehat lainnyasehingga dapat
dikatakan bahwa dengan menggunakan alat kontrasepsiKB suntik semua
kegitan dapat dilakukan seperti biasa.
Kerugian dengan dilakukannya KB menggunakan Suntik adalah :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak atau amenore


Keterlambatan kembali subur sampai satu tahun, berat badanmeningkat
Galaktore (produksi cairan susu)
Setelah diberikan tidak dapat ditarik kembali
Berkaitan dengan osteoporosis pada pemakaian jangka panjang
Efek suntikan pada kanker payudara
Hal ini berarti akseptor KB suntik akan mengalami tidak subursampai satu

tahun dan perdarahaan yang tidak teratur sehingga untukbisa subur kembali
diperlukan waktu yang lebih lama apabiladibandingkan dengan alat
kontrasepsi yang lain (Everett, 2008).

Efek Samping KB Suntik


Efek samping dari pemakaian KB suntik dapat berupa :
a)
b)
c)
d)
e)

gangguanhaid
mual
sakit kepala
penambahan berat badan
terkadang ibumengeluh gairahnya menurun

(BKKBN, 2007).
b. Pil KB
Pil KB atau kontrasepsi oral berisi bentuk sintetis dua hormon yang
diproduksi secara alami dalam tubuh: estrogen dan progesteron. Kedua
hormon tersebut mengatur siklus menstruasi wanita. Pil KB bekerja dengan
dua cara. Pertama, menghentikan ovulasi (mencegah ovarium mengeluarkan

sel telur). Kedua, mengentalkan cairan (mucus) serviks sehingga menghambat


pergerakan sperma ke rahim.
Pil KB sangat bisa diandalkan (efektivitasnya mencapai 99%). Pil KB juga
memberikan

kendali

di

tangan

wanita

untuk

mencegah kehamilan.

Kekurangan Pil KB adalah tidak melindungi terhadap PMS, harus diambil


setiap hari sesuai jadwal (tidak boleh terlewatkan barang sehari pun agar
efektif), dan menambah hormon sehingga meningkatkan risiko trombosis,
penambahan berat badan, sakit kepala, mual dan efek samping lainnya. Pil KB
tidak boleh diambil oleh wanita dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti
diabetes, penyakit liver, dan penyakit jantung.
c. Kondom
Kata kondom berasal dari kata Latin condus yang berarti baki atau nampan
penampung. Kondom adalah semacam kantung yang Anda sarungkan ke penis
ereksi sebelum melakukan hubungan seksual. Kondom dijual dalam berbagai
ukuran dan bentuk. Kondom memiliki kelebihan melindungi dari PMS dan
tidak memengaruhi hormon. Kekurangannya adalah efektivitasnya. Sekitar 215% wanita masih hamil meskipun pasangannya menggunakan kondom.
Selain itu, banyak pria merasakan berkurangnya sensasi seksual dengan
pemakaian kondom.
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pemakaian MKJP
A. Faktor Individu
1) Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang
dalam pemakaian alat kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai
peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan
yang berumur tua (Notoadmojo, 2003)
Pengaruh umur untuk keikutsertaan dalam penggunaan kontrasepsi dapat
dilihat dari pembagian umur berikut ini,
a. Umur ibu kurang dari 20 tahun :
a) penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral
b) penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda
frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai kegagalan
tinggi.
c) Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan
d) Umur dibawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.
b. Umur ibu antara 20-30 tahun :
a) Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.

b) Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai IUD


sebagai pilihan utama. Pilihan kedua adalah norplant atau pil
c. Umur ibu diatas 30 tahun
a) Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom
biasanya merupakan pilihan kedua.
b) Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterilisasi)
dapat

dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral,

kondom, maupun pil dalam arti mencegah (Hartanto, 2004).


Menurut penelitan yang dilakukan Radita Kusumanignrum, 2008,
menunjukan bahwa faktor tingkat kesejahteraan keluarga, kepemilikan
jamkesmas, tingkat pengetahuan, dukungan pasangan, dan pengaruh agama
tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi
yang digunakan pada PUS, dan setelah dilakukan uji Binary Logistic diketahui
bahwa umur istri merupakan faktor yang paling berpengaruh. (Radita, 2008)
Menurut Hartanto (1996), pola dasar penggunaan kontrasepsi yang
rasional pada umur diantara 20-30 tahun adalah kontrasepsi yang mempunyai
reversibilitas yang tinggi karena pada umur tersebut PUS masih berkeinginan
untuk mempunyaianak. Sedangakan pada umur > 30 tahun kontrasepsi yang
dianjurkan adalah yang mempunyai efektivitas tinggi dan dapat dipakai untuk
jangka panjang.
Hasil penelitian Pranita (2002), menyatakan terdapat hubungan bermakna
antara umur responden dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Responden
yang berumur kurang dari 30 tahun mempunyai peluang lebih tinggi untuk
memilih kontrasepsi mantap dibandingkan dengan responden yang berumur
lebih dari 30 tahun.
Dalam penelitan Yusuf (2002) dinyatakan ada hubungan yang bermakna
antara umur dengan penggunaan MKJP. Pada kelompok responden yang
berumur tua (> 30 tahun) sebagian besar menggunakan MKJP (50%)
dibandingkan dengan kelompok responden yang berumur muda (< 30 tahun)
yaitu hanya sebesar 11,1%. Dari nilai OR dapat diketahui bahwa kemungkinan
ibu yang berumur tua untuk menggunakan kontrasepsi MKJP adalah sebesar 8
kali dibandingkan ibu yang berumur muda.
Menurut penelitian Dainy (2011), didapatkan bahawa terdapat hubungan
antara umur ibu dengan penggunaan MKJP (P value= 0,007 dan OR 2,5).
2) Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk


bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Oleh karena itu
orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikia
pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar
penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga (Manuaba,
1998)
Menurut suatu penelitian, tingkat pendidikan akan memengaruhi wawasan
dan pengetahuan ibu. Semakin rendah pendidikan ibu maka akses terhadap
informasi tentang KB khususnya KB IUD akan berkurang sehingga ibu akan
kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif, alat kontrasepsi yang
mana akan dipilih oleh ibu (Winarni dkk, 2007)
Menurut Kusumaningrum (2009) pendidikan merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap
pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB.
Hasil penelitian Yusuf (2001) menyatakan bahwa ada hubungan antara
proposi penggunaan MKJP oleh responden yang berpendidikan rendah dan
berpendidikan tinggi. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai kemungkinan
3 kali lebih besar untuk menggunakan kontrasepsi MKJP dibandingkan
dengan Ibu yang berpendidikan rendah.
3) Pekerjaan
Penelitian yang dilakukan oleh BKKBN (1998) status pekerjaan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadapa pemakaian kontrasepsi
mantap. Jadi besar kemungkinan wanita yang bekerja akan lebih menyadari
kegunaan dan manfaat KB dan lebih mengetahui berbagai metode kontrasepsi
dari wanita yang tidak bekerja.
Hasil penelitian pranita (2002) menyatakan terdapat hubungan bermakna
antara pekerjaan dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Responden yang
tidak bekerja mempunyai peluang 1.9 kali lebih tinggi untuk memilih nonkontrasepsi mantap dibandingkan dengan responden yang bekerja.
4) Jumlah anak
Jumlah anak adalah keseluruhan jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh
seorang ibu. Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan
semakin memiliki resiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah
anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf
hidup keluarga secara maksimal (Singarimbun, 1994).

Hasil penelitian Pranita (2002) menyatakan terdapat hubungan bermakna


antara jumlah anak masih hidup dengan pemakaian kontrasepsi mantap.
Dengan interpretasi bahwa responden yang mempunyai anak kurang dari 3
orang yang masih hidup mempunyai peluang 7.5 kali lebih tinggi untuk
memilih

kontrasepsi

mantap

dibandingkan

dengan

responden

yang

mempunyai anak masih hidup lebih dari sama dengan 3 orang.


Hasil penelitian Yusuf (2001) menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara proporsi penggunaan MKJP dengan kelompok responden
yang memiliki jumlah anak hidup yang kecil dengan kelompok responden
yang memiliki jumlah anak yang lebih besar. Responden yang memiliki
jumlah anak > 2 orang mempunyai kemungkinan 20x lebih besar untuk
menggunakan MKJP dibandingkan dengan ibu yang mempunyai anak < 2
orang.
Menurut Amiranty (2003) dalam BKKBN, umur dan jumlah anak yang
pernah dilahirkan seorang wanita akan mempengaruhi tingkat pemakaian
kontrasepsi. Wanita denga umur tinggi pada umumnya memiliki anak lebih
banyak cenderung memakai kontrasepsi, terutama untuk membatasi kelahiran.
Sebaliknya pemakaian kontrasepsi pada wanita muda yang belum mempunyai
anak atau yang baru mempunyai anak dalam jumlah sedikit cenderung
ditujukan untuk menjarangkan dan atau menunda kehamilan.
5) Jumlah anak yang diinginkan
Jumlah anak yang diinginkan adalah pengakuan dari responden berapa
jumlah anak yang diinginkannya. Sebagian besar atau dua dari tiga wanita
Indonesia umumnya, menginginkan mempunyaianak tiga orang atau kurang,
dan sepertiga lainnya ternyata masih menginginkan jumlah anaksebanyak,
yaitu lebih dari tiga orang. Hal ini memberi petunjuk bahwa sebagian besar
wanitamenyadari pentingnya keluarga kecil seperti yang dianjurkan program
KB. Namun begitu, perlumenjadi perhatian pengelola, karena cukup banyak
(sepertiga) wanita yang masih menginginkan anakdengan jumlah lebih dari
tiga orang. Pola yang sama terlihat jika dilihat berdasarkan pemakaianMKJP
maupun non MKJP. (BKKBN, 2009)
B. Faktor Program
1) Pengetahuan tentang KB
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya

datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan
orang lain, didapat dari buku,surat kabar, atau media massa, elektronik
(Notoatmodjo, 2003).Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap
proses menerima atau menolak inovasi. Menurut Roger (1983), prilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum
seseorang mengadopsi prilaku baru, dalam diri seseorang tersebut terjadi
proses berurutan, yaitu :
1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) .
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus tersebut, disini sikap subjek
mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau pun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan
baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan
kesehatan yangbertujuan untuk meningkatkan prilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau
respondenkedalam pengetahuan yang ingin diketahui (Notoatmodjo, 2003).

2) Informed Choiced dan Inform Consent


Informed choiced adalah penjelasan tentang pilihan kontrasepsi oleh
petugas yang diberikan kepadaresponden/ibu untuk membantupengambilan
keputusan (pra-pelayanan)dalam memilih cara KB yang akandigunakan.
Informed Consentadalah Persetujuan oleh ibu/ suami responden terhadap
kontrasepsi yang akan dipakai/dilayani responden,yaitu berupa tandatangan
pada

lembar

persetujuan,

setelahmereka

tentangkontrasepsi oleh petugas pada prapelayanan.

mendapat

penjelasan

Dari hasil analisis yang dilakukan bkkbn, ditemukan hanya sepertiga dari
peserta KB yang terpapar dengan informed choicedmaupun menandatangani
informed

consent.

informedchoiced,

Proporsi

maupun

responden

informed

MKJP

consent

yang

seharusnya

mendapatkan
lebih

besar

dibandingkan non-MKJP. Akan tetapi hasilpenelitian tersebut terungkap hanya


25 persen peserta MKJP yang mendapatkan informed choiced,sementara
informed consent sebesar 29 persen. Jika dibandingkan dengan kelompok
wanita non-MKJP proporsinya relatif lebih tinggi, masing-masing sebesar 32
persen dan 29 persen. Hal inimenunjukkan konseling pra-pelayanan KB oleh
petugas masih kurang serta sosialisasi program KBMKJPmasih belum merata
kepada petugas kesehatan. (BKKBN, 2009)
C. Faktor Lingkungan
1) Peranan pasangan
Menurut BKKBN (2000) penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung
jawab bersama pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kotrasepsi
yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami dan istri. Suami
dan istri harus saling mendukung

dalam penggunaan metode kontrasepsi

karena KB dan kesehatan reproduksi bukan hanya urusan pria atau wanita saja
Dari hasil penelitian Dainy (2011), diperoleh informasi bahwa tidak ada
hubungan secara signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan MKJP
dengan P value 0,723. Dari Penelitian Tatarini (2009) menunjukan bahwa ada
hubungan antar dukungan sumai dengan pemakaian alat kontrasepsi (p value=
0,0001)
2) Media Informasi
Media informasi merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan informasi dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat dari si penerima.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa dengan media informasi baik dari
televisi, majalah, radio maupun dari penyuluhan merangsang ibu untuk
memilih alat kontrasepsi IUD
3) Peranan petugas KB
Menurut analisis BKKBN tahun 2009, informasi KB yang diterima oleh
responden berasal dari petugas kesehatan pada pra playanan, namun proporsi
peran petugas, peran tokoh masyarakat dan media massa masih lebih rendah
dibandingkan dengan peran pasangan maupun keluarga responden.

D. Faktor sarana
1) Ketersediaan alat/obat kontrasepsi
Ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk
tersedia atau

tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan

kontrasepsi). Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi


harus tersedia dan mudah diperoleh. Promosi metode kontrasepsi melalui
media, melalui kontak langsung oleh petugas program KB, oleh dokter dan
sebagainya dapat meningkatkan secara nyata pemilihan metode kontrasepsi
2) Tempat pelayanan
Menurut Depkes (2007) pemanfaatan pelayan kesehatan berhubungan
dengan akses geografi, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tempat
memfasilitasi atau menghambat pemanfaatan ini adalah hubungan antara
lokasi suplai dan lokasi dari klien yang di ukur dengan jarak, waktu tempuh
atau biaya tempuh. Hubungan antara akses geograafi dan volume dari
pelayanan bergantung dari jenis pelayanan oleh berkurangnya sumber dana
yang ada. Peningkatan akses dipengarhi oleh berkurangnya jarak, waktu
tempuh ataupun biaya tempuh
3) Biaya
Dalam pemasran sosial KB dikaitkan dengan penggunaan jas pelayanan
dan penggunaan alat kontrasepsi. Secara implicit terdapr dua aspek pentik dari
harga atau biaya yaitu: aspek finansial dan aspek non finansial. Aspek
finansial yaitu jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan
kontrasepsi serta alat kontrasepsi. Aspek non finansial yaitu usaha, waktu dan
ketidaknyamanan yang dialami oleh akseptor dalam upayanya memperoleh
produksi sosial yang ditawarkan. Pada sisi lai, biaya dengan aspek finansial
mempunyai aksesbilitas, dimana biaya dapat mempengaruhi jangkauan
terhadap calon akseptor. Semakin maha harganya semakin terbatas akses calon
akseptor untuk mendatangi sarana pelayanan tersebut dan alat kontasepsoi
tertentu. (BKKBN, 1994) dalam (Kemala, 2002)
Dalam penelitain Amiranty (2003) menyatakan ada perbedaan yang
signifikan biaya pelayanan KB antara pemakai MKJP dengan pemakai NMKJP.

KERANGKA TEORI

Faktor Individu :
- Umur
- Lama menikah
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Jumlah anak
- Jumlah anak yang diinginkan
Faktor Program :

Penggunaan MKJP

- Pengetahuan tentang KB
- Informed choiced
- Informed consent
Faktor Lingkungan :

Faktor Sarana :

Peran pasangan
Media Informasi
Peran petugas

(BKKN, 2009; Alus 2011)

Ketersediaan
alat/obat
kontrasepsi
Tempat pelayanan
Biaya

You might also like

  • Aktif Bekerja
    Aktif Bekerja
    Document1 page
    Aktif Bekerja
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Bab Ii Fix
    Bab Ii Fix
    Document18 pages
    Bab Ii Fix
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Materi 2 DR Ulan
    Materi 2 DR Ulan
    Document19 pages
    Materi 2 DR Ulan
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Berat Badan 1
    Berat Badan 1
    Document1 page
    Berat Badan 1
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Surat Pernyataan Mempunyai Tempat Praktik
    Surat Pernyataan Mempunyai Tempat Praktik
    Document1 page
    Surat Pernyataan Mempunyai Tempat Praktik
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Daftar Pertanyaan
    Daftar Pertanyaan
    Document2 pages
    Daftar Pertanyaan
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Sop Common Cold
    Sop Common Cold
    Document1 page
    Sop Common Cold
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Surat Lamaran Kerja
    Surat Lamaran Kerja
    Document1 page
    Surat Lamaran Kerja
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Labirinitis
    Labirinitis
    Document2 pages
    Labirinitis
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Tinitus
    Tinitus
    Document13 pages
    Tinitus
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Tinitus
    Tinitus
    Document13 pages
    Tinitus
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Epistaksis
    Epistaksis
    Document12 pages
    Epistaksis
    Leo Kolong
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Slide Jurnal Vit A
    Slide Jurnal Vit A
    Document16 pages
    Slide Jurnal Vit A
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Referat Pertusis
    Referat Pertusis
    Document18 pages
    Referat Pertusis
    Vera Septia Nalurita
    No ratings yet
  • Virus
    Virus
    Document12 pages
    Virus
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Refreshing
    Refreshing
    Document2 pages
    Refreshing
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Slide BP
    Slide BP
    Document42 pages
    Slide BP
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Lapkas SN
    Lapkas SN
    Document18 pages
    Lapkas SN
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Lapkas SN
    Lapkas SN
    Document30 pages
    Lapkas SN
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Lapkas SN
    Lapkas SN
    Document18 pages
    Lapkas SN
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Lapkas BP
    Lapkas BP
    Document35 pages
    Lapkas BP
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Torch Zahra
    Torch Zahra
    Document42 pages
    Torch Zahra
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Lapkas NH
    Lapkas NH
    Document32 pages
    Lapkas NH
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Document10 pages
    Kejang Demam
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Referat Pertusis
    Referat Pertusis
    Document18 pages
    Referat Pertusis
    Vera Septia Nalurita
    No ratings yet
  • Dis Tosia
    Dis Tosia
    Document26 pages
    Dis Tosia
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Sri Ulandari A Taufan
    No ratings yet