You are on page 1of 7
ANALISIS ZAT PEWARNA MERAH PADA MAKANAN JAJANAN ANAK-ANAK YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA TIMUR. Analysis of Red Dye as coloring agent Children Snack Sold at Elementary School in East Jakarta. Fatimah Nisma dan Dewi Indah Setyawati Prodi Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA, Jakarta Naskah diterima tanggal 1 April 2014 ABSTRACT Dyes are added to food or drink to fix or give the color so it looks more attractive. Generally traders snack food dye added to the food product. However, itis added synthetic dyes are prohibited in food. This study aims to analyze the content of the red dye in the children’s snack food sold in elementary school in East Jakarta municipalities. Has done research identifying red dyes in food snacks children. Samples were taken from the street vendors who sail at the elementary school in East Jakarta. Samples were taken from 33 elementary schools zoned for sampling and randomly selected. Samples in the form of food and drink is red then analyzed using paper chromatography method and UV-Vis spectrophotometry. Red dye in the wool samples extracted using an acid solution and then the dye is released in an alkaline solution. Samples can be extracted as many as 27 samples, while the other 6 samples can not be extracted by using fleece. The results obtained from 33 samples contained 3 samples (9.09%) were positive for the dye rhodamine B, 6 samples (18. 18%) containing karmoisin, 3 samples (9.09%) containing eritrosin, 10 samples (30, 3%) containing ponceau 4R, 6 samples that can not be extracted with the fleece is likely to contain natural dyes, and 5 samples can not be identified. Keywords : snack food, red dye, east Jakarta ABSTRAK Pewama umumnya sengaja ditambahkan pada makanan atau minuman untuk memperbaiki atau memberi wamna sehingga teriihat lebih menarik. Para pedagang makanan jajanan menambahkan zat pewarna ke dalam produk makanannya, tetapi kadangkala juga ditambahkan zat pewarna sintetik yang dilarang penggunaannya pada makanan, Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan zat pewarna merah dalam makanan jajanan anak-anak yang dijual di sekolah dasar di wilayah kotamadya Jakarta Timur. Telah ilakukan penelitian identifikasi zat warna merah dalam makanan jajanan anak-anak. Sampel diambil dari 33 sekolah dasar yang ditetapkan sebagai wilayah sampling dan dipilin secara acak. Sampel berupa makanan dan minuman berwarna merah kemudian dianalisis menggunakan metode kromatografi kertas dan spektrofotometri UV-Vis. Zat wama merah dalam sampel diekstraksi dengan air dan dipanaskan, zat warna terserap oleh bulu domba dengan menggunakan larutan asam kemudian zat warna dilepaskan dalam larutan basa. Sampel yang dapat diekstraksi sebanyak 27 sampel, sedangkan 6 sampel lainnya tidak dapat terekstraksi. Hasil diperoleh 3 sampel (9,09%) yang positif mengandung zat wama rhodamin B, 6 sampel (18,18%) mengandung karmoisin, 3 sampel (9,09%) mengandung eritrosin, 10 sampel (80,3%) mengandung ponceau 4R, 6 sampel yang tidak dapat terekstraksikemungkinan mengandung pewama alami, dan 5 sampel tidak dapat teridentifikasi Kata kunci :jajanan anak-anak, pewama merah, Jakarta Timur PENDAHULUAN Penentuan mutu produk makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur, dan nilaigizinya. ‘Alamat korespondensi: Jl. Delima IVIV Perumnas Kiender, Jakarta Timur. 13480 ‘email: ftimahnisma@yahoo.com Di samping itu ada faktor lain, misalnya sifat mikrobiologis. Tetapi sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor wama tampillebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan (Winamo, 2002). Warna dapat merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan Selain itu wama dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia yang terjadi dalam makanan (deMan, 143 ‘Analisis Zat Pewama Merah... (Fotimah Nisma, dkky 1997), Selain sebagaifaktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata (Winamo, 2002). Pada awalnya, makanan diberi wana dengan zat wama alami yang diperoleh dari tumbuhan, hewan atau mineral. Zat warna ini telah digunakan sejak dulu dan umumnya dianggap lebih aman dari pada zat wama sintetik. Akan tetapi zat warna alami memiliki keterbatasan diantaranya, zat wara alami umumnya tidak stabil terhadap pengaruh cahaya dan panas, konsentrasi pigmen rendah, keseragaman wama kurang baik dan spektrum wama tidak seluas zat wama sintetik sehingga sering tidak cocok digunakan pada industri makanan (deMan, JM. 1997). Penggunaan zat wama sintetik semakin berkembang karena zat wama sintetik memilki beberapa keungguian diantaranya, lebih stabil dan lebih tahan terhadap berbagai kondisi ingkungan. Daya mewamainya lebih kuat, lebih seragam dan memiliki spektrum warna lebih luas. Selain itu, zat warna sintetik lebih murah dan lebih mudah digunakan. (Winarno, 2002 dan Smith, 1991). Pada umumnya masyarakat kurang memahami akan adanya zat warna sintetik yang dijinkan dan yang ditarang digunakan dalam makanan. Penggunaan zat warna sintetik dalam jumiah cukup tinggi dan secara terus-menerus dapat mengakibatkan keracunan dengan gejala diare, ginjal membesar, tumor, kanker dan bahkan kematian karena di dalam beberapa zat warna sintetik mengandung logam berbahaya, seperti arsen dan ‘senyawa organik poliaromatis (Nollet, 1996 dan Taylor, 1980). Sifat racun zat warna di atas terlihat pada data penelitian pada mencit dan tikus yang diberi Rhodamin B dan Metanil Yellow selama 3 minggu berturut-turut menunjukkan adanya kelainan patologi, seperti hepatoma, limfoma dan gangguan pada ginjal hingga menyebabkan kematian pada hewan percobaan.(Budiarso dkk, 2002). Wilayah Kotamadya Jakarta Timur meliputi 10 Kecamatan yakni kecamatan Matraman, Jatinegara, Pulo Gadung, Kramatjati, Duren Sawit, Pasar Rebo, Ciracas, Makasar, Cipayung, dan Cakung. Jumlah total sekolah dasar diwilayah Jakarta Timur sebanyak 1028 sekolah dasar, meliputi Sekolah Dasar Negeri dan ‘Swasta serta Madrasah /fidaiyah Negeri dan Swasta. (Anonim. 2012). Masing-masing sekolah umumnya memilki kantin sekolah, namun selain adanya kantin sekolah terdapat juga para pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar wilayah sekolah dasar. Para pedagang tersebut umumnya menjual produk makanan atau minuman yang unik dan menarik dengan harga yang terjangkau untuk anak-anak sekolah dasar. Hal ini yang memotivasi anak-anak untuk membelimakanan jaianan di uar kantin sekolah. Produk yang dijual oleh ara pedagang kaki ima umumnya kurang memenuhi syarat Kesehatan dan nilai gizi dikarenakan kurangnya Pengetahuan mengenai kualitas dan nilai gizi suatu roduk makanan maupun minuman, Berdasarkan survei yang dilakukan sebelum penelitian ternyata diperoleh data di wilayah kotamadya Jakarta Timur banyak terdapat pedagang makanan jajanan anak-anak yang menjual produknya yang berwama merah. Pewarna merah yang ditambahkan kemungkinan adalah thodamin B, karmoisin, eritrosin dan Ponceau 4R, sedangkan makanan jajanan anak-anak tersebut di antaranya berupa kue, sirup, sosis, gulali, jelly, dan aos. Metode analisis yang digunakan untuk identifikasi zat pewarna adalah metode kromatografi kertas dan spektrofotometri UV-Vis. Metode kromatografi kertas merupakan metode pemisahan berdasarkan polaritas suatu zat dalam suatu pelarut Pengembang yang dapat dihitung berdasarkan harga R, zat tersebut yang kemudian dibandingkan dengan harga R,zat pembanding. Metode spektrofotometri UV- \Vis adalah metode analisis yang digunakan untuk tujuan identifikasi maupun penetapan kadar suatu zat berdasarkan nilai serapan maksimum pada panjang gelombang maksimum tertentu yang khas dimiliki oleh suatu zat. Bila Harga R, dan panjang gelombang maksimum suatu zat pewama yang dianalisis sama dengan harga R, dan panjang gelombang maksimum, zatpewama pembanding, maka dapat dinyatakan kedua zat tersebut adalah zat yang sama. Dari latarbelakang di atas, maka perlu dilakukan analisis terhadap makanan jajanan anak-anak. yang mengandung zat pewarna merah yang dijual di Sekolah Dasar di wilayah kotamadya Jakarta Timur. Analisis zat pewarna merah ini dilakukan dengan Menggunakan metode kromatografi kertas dan spektrofotometri UV-Vis, METODOLOG! Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium kimia analisa dan instrumen prodi Farmasi, FFS UHAMKA, muiai dari bulan Juli hingga Oktober 2013. ‘Alat_ dan Bahan Alat yang digunakan adalah kertas Whatman No. 1, bejana kromatografi, spektrofotometer UV-Vis dan alat-alat gelas yang biasanya ada di laboratorium, sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yakni: 1. Bulu domba, bulu domba yang diperoleh kemudian dicuci hingga bersih dan dikeringkan. Setelah kering dihilangkan lemaknya dengan menggunakan larutan petroleum eter kemudian dicuci hingga bersin dan dikeringkan. 2. Bahan baku pembanding, bahan baku pembanding warna merah yang digunakan adalah, zat warna karmoisin, eritrosin, ponceau 4R dan rhodamin B. 3. Bahan kimia, bahan kimia yang digunakan adalah n-butanol, asam asetat glasial, metil etil keton, aseton, etanol, natrium klorida, amonia, natrium hidroksida, asam klorida, dan aquadest. 4, Sampel, sampel adalah makanan jajanan anak-anak berupa makanan maupun minuman berwama merah yang dijual oleh pedagang kaki lima yang berjualan di 33 Sekolah Dasar wilayah kotamadya Jakarta Timur. Prosedur Penelitian 4. Pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan di 33 Sekolah Dasar di witayah kotamadya Jakarta Timur. Diperoleh data dari Diknas bahwa di wilayah kotamadya Jakarta Timur terdapat kurang lebih 1028 Sekolah Dasar (Anonim. 2012). Menghitung banyaknya sampel yang diambil dari suatu populasi dengan menggunakan metode Balanced Lattice, yakni sebagai berikut Jumlah sampel yang diambil = YN +1 , DimanaN adalah jumiah populasi. Jumlah sekolah dasar yang dijadikan sampel adalah 33 sekolah, dan setiap kecamatan mewakili 3 sekolah. Sampel yang diambil adalah makanan maupun minuman yang berwarna merah yang dijual oleh pedagang kaki lima yang berjualan di sekolah dasar wilayah Kotamadya Jakarta Timur. Sampel tersebut di antaranya berupa 4 jenis sirop, 3 jenis bapao, 2 gulali, 3 es campur, 3 saos tomat, 4 jenis jelli, 2 dodol, 2 kembang gula, 3 jenis sosis, 3 daging burger dan 2 kolang kaling dan 2 jenis sambel saus cabe. 2. Preparasi sampel (Departemen Perindustrian. 1992) a. Sampel makanan yang mengandung lemak. Sebanyak 20 g sampel ditimbang lalu dihaluskan. Kemudian sampel tersebut dicampur dengan 14 mL air, 25 mL. etanol dan 1 mL ammonia. ‘Campuran diaduk hingga merata dan didiamkan selama 30 menit, kemudian disaring dan hasil saringan dipanaskan di atas penangas air hingga cairannya menjadi pekat b. Sampel makanan yang memiliki komponen utama pati. ‘Sebanyak 20 g sampel ditimbang kern digerus ditambahkan 50 mL larutan amonia 2% dalam etanol 70%. Dibiarkan 15 menit kemudian disentrifugasi hingga cairannya memisah. Kemudian cairan dipindahkan ke dalam cawan porselin dan diuapkan di atas penangas air. Kemudian residu dilarutkan datam air yang telah ditambahkan sedikit asam asetat. . Sampel makanan yang larut dalam air. ‘Sebanyak 30 g sampel ditimbang kemudian dilarutkan dalam air kemudian diasamkan dengan sedikit asam asetat. 4. Sampet minuman ringan. Minuman ringan umumnya sudah asam, sehingga dapat langsung dilakukan penarikan dengan benang wool. Jika reaksinya tidak asam, maka harus diasamkan sedikit dengan asam asetat. 3. Ekstraksi zat warna dari sampel (Departemen Perindustrian. 1992) ‘Sebanyak 2 g bulu domba dimasukkan ke dalam ‘sampel yang telah dipersiapkan. Kemudian dipanaskan di atas penangas air selama kurang lebih 10 menit, sambil diaduk sehingga warna dari sampel dapat terserap oleh bulu domba. Setelah itu, bulu domba diangkat dan dicuci berulang-ulang dengan air hingga bersih. Bulu domba tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian ditambahkan larutan amonia 10%, lalu dipanaskan di atas penangas air hingga zat wama pada bulu domba luntur dan larutan menjadi berwama. Setelah itu, bulu domba diangkat dan larutan berwama tersebut disaring. Kemudian fitrat dipekatkan di atas penangas air. 4. Identifikasi zat warna menggunakan kromatografi kertas. Hasil ekstraksi zat wamna dari sampel yang telah dipekatkan, kemudian ditotolkan pada kertas ‘Whatman No. 1 dengan jarak tepi2 cm, jarak penotolan 4,50m, dan jarak elusi 12 cm. Zatwarna pembanding ditotolkan di samping zat warna sampel. Zat warna pembanding yang digunakan adalah karmoisin, eritrosin, ponceau 4R dan rhodamin B. Kemudian sampel dielusi menggunakan 3 macam eluen yang berbeda, yaitu: (1) larutan NaCI2% dalam etanol 50%, (2) campuran metil etil keton:aseton:air (7: 3: 3) dan (3) campuran n. butanol: asam asetat glasial: air (40: 20:24), Setelah selesai dielusi dengan kertas Whatman No. 1, sampel diangkat dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Bercak yang tampak dilihat secara visual langsung atau menggunakan sinar, UV. Kemudian dihitung harga R, dar tiap bercak, dan harga R,zat wamasampel dibandingkan dengan harga R,zatwama pembanding 5. Identifikasi zat warna menggunakan spektrofotometer UV-Vis Panjang gelombang maksimum dari masing- ‘masing zat wamna pembanding dan sampel diiakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer. Pelarut zatwama pemibanding dan sampel digunakan 3 macam pelarut, yakni air, HCI 0,1 N dan NaOH 0,1 N. Zat warna pembanding dan sampel masing-masing diukur pada panjang gelombang 380-780 nm. Kemudian panjang gelombang maksimum dan spektrogram sampel dibandingkan dengan panjang gelombang maksimum dan spektrogram zat warna pembanding. Bila panjang gelombang maksimum serta spektrogram zatwarna pembanding dan sampel sama maka dapat dinyatakan kedua zat tersebut adalah sama. HASIL DAN PEMBAHASAN Bulu domba yang digunakan harus bebas lemak. Bulu domba yang berlemak akan memperlambat proses penarikan zat pewama karena serat bulu domba yang seharusnya berikatan dengan zat pewarna akan terhalang oleh lemak. Selain itu, zat wama yang terekstraksi akan mengandung lemak yang akan mengganggu proses analisis. Hasil ekstraksi zat wara yang dilakukan terhadap 33 sampel dengan menggunakan serat bulu 145, ‘Analisis Zat Powama Merah... (Fatimah Nisma, ak) Tabel |. Data harga R, zat warna pembanding dalam 3 macam eluen Hai NO ZatWarna Pembanding Eluen A, Eluen 8 Elven © 1. Rhodamin B 083 0,96 092 2 Karmoisin 025 0,04 050 3. Eritrosin 0.30 0,80 093 Ponceau 4R 050 0 025 Keterangan: Eluen A = Larutan NaCl 2% dalam etanol 50% Eluen B = Campuran metil etil keton: aseton: air (7: 3: 3) Eluen C = Campuran n. butanol: asam asetat glasial: air (40: 20:24) Tabol IL Data harga R, sampel dalam 3 macam eluen Keterangan Etuen © Karmoisin Sampel HargaRe Eluen A__Elven B 7 0.25 0.63 2 0.30 0.94 3 0.50 0,25 4. 0.50 0.30 5 * 0,50 0 6. 0,50 0 7. 0.50 0 8 0.30 0,75 a 0.83 0.96 10. 0,25 0,04 “ 0.25 0,04 2. 0,30 0,80 3. 0.83 0.96 4 0.46 0,02 16. 0.25 0,13 16. 0.50 0 17 0.38 0 18. 0.83 0.96 9, 0.25 0.04 20. 0,50 0 24 0,50 0,03 2. 0.13 23. 0.08 24. 0,03, 25 0,25 26 0,33 27. 0.63 ketérangan 0,50 0,93 Eritrosin 0,25 Ponceau 4R 0,25 Ponceau 4R 0.43, - Ponceau 4R Ponceau 4R Eritrosin Rhodamin B Karmoisin Karmoisin Eritrosin Rhodamin B Karmoisin Ponceau 4R Rhodamin B Kammoisin Ponceau 4R Ponceau 4R Ponceau 4R Ponceau 4R Eluen A = Larutan NaCl 2% dalam etano! 50% Eluen B = Campuran metil etil keton: aseton: air (7: 3: 3) Eluen C = Campuran n. butanol: asam asetat glasial: air (40: 20:24) domba ternyata diperoleh 27 sampel zat wama yang dapat terekstraksi dan 6 sampel zat warna yang lainnya luntur setelah dicuci dengan air ketika proses ekstraksi dilakukan, Zat wama dari sampel yang tidak dapat terekstraksi kemungkinan merupakan pewarna alami 4, Identifikasi zat warna pembanding dan sampel menggunakan metode kromatografi kertas Pada Tabel | merupakan hasil kromatogram zat warna pembanding yang dielusi menggunakan 3 macam ‘eluen, yakni eluen A (Larutan NaCl 2% dalam etanol 50%), eluen B (Campuran metil etl keton: aseton: air 8: 3)dan eluen C (Campuran n. butanol: asam asetat air (40: 20: 24), Pada eluen A, bercak yang 146 dinasilkan tampak sedikit berekor, pemisahannnya kurang baik, kestabilan eluen cukup baik, dan waktu celusinya agak lama (kurang lebih 1 jam). Pada eluen B bercak yang dihasilkan cukup baik, waktu elusinya cepat, namun kurang baik mengelusi zat warna Ponceau 4R. Selain itu, kestabilan elven B kurang stabil, adanya komponen yang mudah menguap sehingga menyebabkan susunan komponen eluen berubah sehingga kemampuan mengelusinya berkurang menyebabkan keterulangan harga R, senyawa kurang baik (harga R, berubah-ubah). Adanya zat warna yang tidak terelusi dapat disebabkan karena senyawa zat warna tersebut sangat polar terhadap fase $$ _ — ———————________ __rroie—e—ecrec—ceEeEeeee FARMASAINS Vol 2 No. 3, April 2014 ‘abel IIL Data panjang gelombang maksimumzat wama pembanding dalam 3 macam pelarut —_ Parag GelombangMaksimamPdart No Wana Perbanding Air HCIO,1N NaOHO,1 N T__ RhodaminB og 567 553 2 Karmoisin 513 516 505.5 3 Ertrosin 5285 : 528.5 4 Ponceau 4R 508.5 505.5 438 diam cai yang membentuk kompleks dengan selulosa kertas sehingga tidak dapat terbawa oleh fase gerak Pada eluen C bercak yang dihasilkan cukup bagus, pemisahannya baik, namun waktu elusinya lama (Kurang lebih 2 jam). Tabel Ii merupakan hasil kromatogram sampel yang dielusi dengan 3 macam eluen. Sampel ditotolkan bersisian dengan zat wana pembanding, penotolan sampel dfakukan duplo untuk memperkuat hasil identifikasi zat warna sampel. Bentuk bercak dan harga Rf sampel bervariasi. Hal ini dikarenakan kepolaran masing- masing senyawa yang berbeda- beda pada masing-masing eluen yang digunakan. Harga R, yang diperoleh terkadang menunjukkan sedikit perbedaan dengan elusi sebelumnya, wataupun perbedaannya tidak terlalu besar. Nilai R, dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain kejenuhan bejana kromatografi dan kestabilan eluen. Kestabilan eluen diperkirakan berdasarkan susunan dan sifat komponennya. Susunan dari eluen mudah berubah, antara lain karena. Adanya komponen eluen yang mudah menguap dan kadar komponen tersebut kecil, Jumiah Komponen penyusunnya banyak, Volume eluen yang terlalu kecil dibandingkan volume bejana dan waktu penjenuhan yang terialu lama. Bercak berekor juga kerap kali terjadi pada saat percobaan, penyebabnya antara lain zat yang ditotolkan terlalu tinggi konsentrasinya, titik penotolan terlalu melebar, adanya matriks sampel yang terbawa, ketidaktepatan pemilihan eluen terhadap jenis sampel yang dianalisis, dan keadaan bejana yang tidak jenuh. Solusinya adalah mengoptimalkan jumiah penotolan untuk memperbaiki lebar penotolan maka digunakan pipa kapiler. Selain itu, sebaiknya digunakan lebih dari satu Tabel IV. Data panjang gelombang maksimum sampel dalam 3 macam pelarut PanjangGelombangMaksimumPelarut Sampel FCTOTN NaOH OTN Keterangan 1 513 315 506 Karmoisin 2 5265 5265 Eritrosin 3 5065 506 439 Ponceau 4R 4 506 508 4375 Ponceau 4R 5. 483,5 485 - - 6 507 506.5 440.5 Ponceau 4R 7 507 506.5 439 Ponceau 4R 8. 526,5 - 526,5 Eritrosin 9. 553 557 552,5 Rhodamin B 10. 513 515,5 505.5 Karmoisin 11 513,5, 516 505 Karmoisin 12 526.5 - 5265 Eritrosin 3 552 5585 5525 Rhodamin 8 14 4785 479 - - 415. 514.5 516 508 Karmoisin 16. 507 06,5 437.5 Ponceau 4R 17. : 492 - - 18. 553 857.5 553 Rhodamin B 19, 5135 516 5055 Karmoisin 20. 507 506 437 Ponceau 4R 21 506 508 437 Ponceau 4R 22. 476 . - - 23 497 500 - 2 24 507 5065 4385 Ponceau 4R 25. 507 5065 438 Ponceau 4R 26. 508 506 437.5 Ponceau 4R 27. 5145 515 5055 Karmoisin 147 Analisis Zet Pewama Merah. ah Nisma, dh) macam eluen sehingga dapat diketahui perbandingan harga R, suatu senyawa dalam masing-masing eluen yang berbeda. Kejenuhan bejana juga berpengaruh pada bentuk bercak kromatogram. Bejana yang tidak jenuh menyebabkan bercak membentuk garis ‘melengkung atau bergelombang. (Handloser. 2002). 2. Identifikasi zat warna pembanding dan sampel menggunakan metode spektrofotometri Wis Tabel Ill merupakan data panjang gelombang maksimum zat warna pembanding yang diukur menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis dengan menggunakan 3 jenis pelarut, yaitu air, HCI0,1 Ndan NaOH 0,1 N. Panjang gelombang maksimum zatwama pembanding berbeda-beda pada masing-masing pelarut. Hal ini disebabkan kepolaran zat wama yang berbeda pada 3 jenis pelarut tersebut. Mabel IV, merupakan data hasil penentuan panjang gelombang maksimum sampel dengan menggunakan 3 macam pelarut, yakni air, HCI 0,1 N dan NaOH 0,1 N. Dari sejumlah 27 sampel yang dianalisis ternyata 3 sampel teridentifikasi mengandung zat warna yang tidak diljinkan, yakni Rhodamin B, sedangkan sejumiah sampel lainnya mengandung zat, ‘wamna yang dijinkan pada makanan maupun minuman, yakni sebanyak 6 sampel teridentifikasi rhengandung Karmoisin, 3 sampel positif mengandung Eritrosin, dan 10 sampel teridentifikasi mengandung Ponceau 4R dilihat dari harga R, dan panjang gelombang maksimumnya. Tabel V. Data harga Rdan panjang gelombang maksimum sampel yang diidentifikasi mengandung zat warna rhodamin B No Zatwama HargaRy, AMaksimum A B Cc Air HCI NaOH 1 Rhodamin B 0,83 0.96 0,92 553 557 553 2° Sampei no. 9 083 096 0,92 553 557 5526 3, Sampelno 13 «083096 «(0,92 5525585 5525 4, Sampel no. 18 083 (0,98 092 553 5575 553 Keterangan: Eluen A = Larutan NaCl 2% dalam etanol 50% Eluen B = Campuran metil etil keton: aseton: air (7: 3: 3) Eluen C = Campuran n. butanol: asamasetat glasial: air (40: 20: 24) Tabel VI. Data harga Rrdan 4 maksimum sampel yang diidentifikas! mengandung zat wama karmoisin NO Zatwama HargaRs ‘Maksimum A B Cc Air H lat 1 Karmoisin 025 004 050 513 —“5T6 05.5 2 Sampelno. 4 025 063 050 513 515 $08 3 ‘Sampel no.10 0,25 0,04 0,50 513 515,5 505,5 4 Sampel no. 11 0.25 004 «050 513,516 605 5 Sampel no. 15 0,25 0,13 0,50 514,5 516 506 6 — Sampel no, 19 0,25 0,04 «050 513,516 = 5055 7 Sampel no. 27 025 063 (050 514.5 515 5055 Tabel VI. Data harga R; dan 2 maksimum sampel yang diidentifikasi mengandung zat warna Enitrosin No. Zatwarna Harga Ry 2 Maksimum A 5 Cc Air HCI_NaOH 1. Efitrosin 030 080 093 8265 - 5266 2. Sampelno.2 0,30 0,94 0,93 5265 = - = (5265 3. Sampelno.8 0,30 075 0,93 5265 - 5265 4 Sampel no. 0,30 0,80 0,93 6265 = - = (828,5 12 Kelerangan: Eluen A = Larutan NaCl 2% dalam etano! 50% Eluen B = Campuran metil efil keton: aseton: air (7: 3: 3) Eluen C = Campuran n. butanol: asam asetat glasial: air (40: 20: 24) 148 FARMASAINS Vol 2_No. 3, 2014 Tabel Vill, Data harga ReDan 4 Maksimum sampel yang dildentifikas! mengandung zat wama Ponceau 4R HargaRy 2Maksimum No. Zatwama B c Ar HCI NaOH 1 Ponceau 48 050 0 025 S065 5065 438 2 Sampelno3 0,50 0,25 0,25 508.5 505439 3 Sampelno4 = 0.50 0,30 0,25 5065084375 4 = Sampelno5 0,50 00,43. 507) 506.5 40,5 5 Sampelno6 «0,80 00,25 507) 508,549 6 — Sampelno16 0,50 00,25 507 506,5437,5 7 Sampelno20 «0,50 00.25 807 8064857 8 Sampelno21 0,50 0,03 0,25 506 506.437 9 — Sampeino24 0,50 0,03 «0,25 507 506,5.438,5 10 Sampelno25 0.50 0,25 «0,25 507 506.5 438 41 ___Sampeino26 0,50 0,33 0,25 5065 08_—437,5 Untuk tabel V, i, Vildan Vill adalah merupakan DAFTAR PUSTAKA data yang diperoleh untuk memastikan jenis zatwarna yang terkandung dalam dalam makanan termasuk zat ‘warna yang dilarang untuk ditambahkan pada makanan dan minuman yang ditemukan disampel uji. Dari ke tiga tabel tersebut di atas dapat dipastikan bahwa ditemukan 3 sampel menggunakan zat wama rodamin B, 6 sampel menggunakan karmoisin, 3 sampel menggunakan eritrosin dan 10 sampel teridentifikasi menggunakan ponceau 4 R Sampel yang teridentifikasi mengandung thodamin B sebagai zat wama yang dilarang untuk ditambahkan pada makanan dan minuman adalah sampel no 9, 13 dan 18. Sampel no 9 berupa jelli dan waktu diektraksi larut baik dalam air, sampel no 13 merupakan es campur (minuman ringan) sedangkan sampel no 18 adalah gulali (perman dari gula yang diwarnai) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dari 33 sampel yang dianalisis terdapat9,09% yang mengandung zat warna yang tidak dijinkan digunakan pada makanan yakni zat wana Rhodamin B, sedangkan sejumiah sampel lainnya mengandung zat warna yang diljinkan pada makanan maupun minuman Saran 1. Perlu melakukan penyuluhan kepada pedagang pembuat makanan dan minuman untuk menggunakan zat warna yang diljinkan pada makanan maupun minuman. 2, Pihak sekolah dasar maupun masyarakat untuk selalu ikut serta memberikan perhatian dan penyuluhan kepada siswa untuk tidak mengkonsumsi jajanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Anonim 2007, www. gn-ota.or.id. 4 juni 2012 pukul 11:00. Budiarso, wan TGN, Sihombing dan Oey Kam Nio. 1982. Kelainan patologi pada mencit dan mencit disebabkan oleh zat warna Rhodamin B dan Metanil Yellow. Badan Penelitian Kanker dan Pengembangan Radiologi. Jakarta. Hal. 12-13, Cyberindo Aditama. 2006, Pewama Tekstil Dalam Jajanan Anak. htto:// cyberwoman.cbn.net.id/chprtveommorl banner.aspx.diakses pada —_tanggal3 ‘Juni 2009 pukul. 15:30 deMan, JM. 1997, Kimia Makanan. Edisi I. Terjemahan: Kosasih Padmawinata. ITB Press, Bandung. Hal. 238, 253. Departemen Perindustrian. SNI01-2895-1992. Cara Uji Pewama Tambahan Makanan. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI. 1996. Kumpulan Peraturan Perundang-undanganBidang + Sediaan Farmasi, Makanan, Alat Kesehatan dan Bahan Berbahaya (Umum). Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Hal 215-220. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI. 1989. Metode Analisis Pewarna Sintetik Pada Makanan- minuman, Departemen Kesehatan RI. Hal. 13-15 Nollet, LML. 1998. Handbook of Food Analysis. Volume Il, Marcel Deker, Inc, New York. Hal. 1723-1740. ‘Smith, J. 1991. Food Addictive User's Handbook. Blackien and Son, Ltd, London. Hal. 89-97, 411-113. Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Pustaka Utama, Jakarta, Hal. 171-199. Winamo, FG dan Titi Sulistyowati Rahayu. 1994, Bahan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Hal27, 29, 67-79. kses pada tanggal 149

You might also like