You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

BY. F / BY. Ny. R DENGAN OMPHALOCELE


DI RUANG 15
RS DR. SAIFUL ANWAR MALANG

UNTUK MEMENUHI TUGAS PROFESI NERS


DEPARTEMEN ANAK

DISUSUN OLEH :
INNANI WILDANIA HUSNA
150070300011138

PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
OMPHALOCELE
1. Definisi

Omfalokel adalah adanya protusi (keadaan menonjol kedepan) pada waktu lahir
dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen di umbilikus
dan usus yang menonjol hanya di tutupi oleh membrane tipis transparan yang
terdiri dari amnion dan peritoneum. (W. A. Newman Dorland, 2002).

Omphalocele adalah protrusi visera intra abdominal ke dasar korda umbilical


kantong tertutup peritoneum tanpa kulit (Donna L. Wong, 2004)

Omfalokel adalah kelainan yang disebaban oleh kegagalan alat dalam kembali
kerongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebabkan
timbulnya omfalokel. (Ngastiyah, 2005).

Gambar 1. Bayi dengan Omfalokel


2. Anatomi Fisiologi
Usus Halus
Usus halus adalah segmen pertemuan antara panjang dari saluran Gastrointestinal (GI)
yang jumlah panjangnya kira kira dua pertiga dari panjang total saluran. Bagian ini
membalik dan melipat dari yang memungkinkan kira kira 7000 cm area permukaan
untuk sekresi dan absrobsi. Usus halus dibagi dalam tiga bagian anatomik :
a. Bagian atas disebut Duodenum
b. Bagian tengah disebut Yeyunum
c. Bagian wajah disebut Ileum
(Brunner and Suddart (Edisi 8),2001).

Gambar 2. Anatomi Usus Halus


Fungsi usus halus terdiri dari :
a. Menerima zat zat makanan yang sudah dicerna untuk disearap melalui
kapiler kapiler darah dan saluran saluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohidrat diserap adalam bentuk monosakarida.
Usus Besar
Usus besar mempunyai beberapa bagian yaitu :
a. Seikum (berbentuk seperti cacing sehingga disebut sebagai umbai cacing)
b. Kolon asenden (panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan
membujur ke atas dari ileum sampai kebawah hati)
c. Appendiks (usus buntu : berbentuk seperti corong dari akhir seikum yang
mempunyai pintu keluar)
d. Kolon transversum (panjang 38 cm, membujur dari kolon esenden sampai ke
kolon desenden)
e. Kolon desendens (panajang 25 cm, terletak dibawah bagian kiri abdomen
membujur dari atas ke baawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum
kiri)
f. Kolon sigmoid (lanjutan dari kolon desendens yang terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyeripai huruf S)

Gambar 3. Anatomi Usus Besar


Fungsi usus besar, terdiri dari :
a. Menyerap air dari makanan
b. Tempat tinggal bakteri koli
c. Tempat feses
(Syaifuddin, 2000)
3. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, omphalokel yang kecil terjadi dengan rasio 1 kasus dalam
5.000 kelahiran. Omphalokel yang besar terjadi dengan rasio 1 kasus dalam 10.000
kelahiran. Perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah 1:1. Menurut catatan
Dinas Kesehatan Bangka Belitung, dalam kurun waktu tiga bulan belakangan ini,
setidaknya ada enam kasus kelahiran dengan usus terburai. Padahal, selama ini catatan
medis memperlihatkan, angka kejadian kelainan dinding perut adalah sekali dalam tiap
200.000 kelahiran. Perempuan umur 40 tahun atau lebih cenderung melahirkan bayi
dengan omphalokel. Angka kematian kelainan ini tinggi bila omfalokel besar karena
kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.
4. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa
faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalokel
diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil, defisiensi
asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan genetik serta polihidramnion.

Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:


a. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi,
penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor tersebut
berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan lahir pada umur kehamilan
kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis dan
omfalokel paling sering dijumpai.
b. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding
abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis
masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum
Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu
kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus. Bila suatu kelainan
didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak untuk dilakukan
amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
c. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan kemungkinan
tersebut harus dilacak dengan USG.
5. Patofisiologi
a.

Selama perkembangan embrio,ada suatu kelemahan yang terjadi pada dinding


abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada
salah satu samping umbilikus.hal ini menyebabakan organ visera abdomen
keluar dari kapasitas abdomen dan terbungkus kantong.

b. Terjadinya penurunan kapasitas abdomen yang dianggap abnormal.


c.

Omfalokel terbentuk akibat kegagalan fungsi dalam pembentukan dinding


abdomen ,dan terbentuk defek.

d. Letak defek umumnya di sebelah kanan umbilikus


e.

Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin,akibatnya usus


menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi dari cairan
as.amino,usus juga terlihat pendek dan rongga abdomen sempit.

f.

Usus,visera dan seluruh permukaan rongga abdomen yang berhubungan


dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh
cepat berlangsung,sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi,kontaminasi usus
dengan kuman dapat terjadi,dan distensi usus sehingga mempersulit koreksi
pemasukan kerongga abdomen pada saat pembedahan.

g. Embriogenesis pada saat janin berumur 5 -6 minggu isi abdomen terletak

diluar embrio.pada usia 10minggu terjadi pegembangan lumen abdomen


sehingga usus dari extra peritoneum akan masukke rongga perut.bila proses ini
terhambat maka akan terbentuk kantong di pangkal umbilikus yang terisi
usus,lambung dan kadang hati.dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum
dan lapisan amino yang keduanya bening sehingga isi kantong tampak
keluar,keadaan ini disebut omfalokel.bila usus keluar di titik terlemah dikanan
umbilikus,usus akan berada diluar rongga perut tanpa di bungkus,peritoneum
dan amino keadaan ini disebut gastrokhisis.
Pathway
Kelainan
bawaan

Alat dalam gagal kembali ke


rongga dalam abdomen
Isi abdomen masuk ke dalam
umbilikus
Korda terobek

Omfalokel

Ileus obstruksi
Kekurangan
cairan
(dehidrasi)

Kenaikan suhu tubuh


(hipertemi)

Usus keluar
Pertahanan
tubuh primer
tidak adekuat

Agen cidera
biologis
Nyeri
Keterbatasan
koognitif

Defisiensi
pengetahuan
orangtua

Resiko infeksi
Ansietas

6. Manifestasi klinis
Menurut A.H. Markum, manifestasi dari omphalokel adalah :
a. Organ visera / internal abdomen keluar
b. Penonjolan pada isi usus
c. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
Sedang tanda yang lain :
a. Apabila berukuran kecil di dalam korda umbilicus terdapat sembuhan yang
berisi usus
b. Apabila ukuran besaar di dalam korda berisi hati dan usus
c. Tali pusat tampak terletak di daerah apeckantong dengan pembuluh darah
umbilicus meluncur sepanjang kantong masuk kedalam rongga perut
d. Sering ditemukan pada bayi premature
e. Umbilicus menonjol keluar.
7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan maternal serum alfa fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal
defek pada dinding abdome dapat di deteksi dengan peningkatan serum MSAFP

USG

Radiologi
o

Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan


memperlihatkan marker struktural.

Echocardiography fetus untuk membantu melihat kelainan jantung.

8. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan Terapeutik menurut Suriadi & Yuliani R (2001) adalah :

a. Perawatan pra-bedah
Terpeliharanya suhu tubuh
Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang mengalami prolaps
sangat meningkatkan area permukaan.

Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk mencegah distensi


usus-usus yang mempersulit pembedahan.

Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang tidak


melengket seperti xeroform, kemudian dengan kerlix dan pembungkus
Saran untuk menutup usus atau menutup dengan kasa steril lembab dengan
cairan NaCl steril untuk mencegah kontaminasi

Omphalocele dianjurkan tidak melakukan traksi yang berlebihan pada


mesenterium.

Terapi intravena untuk hidrasi


Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena: Besarnya kantong,
luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar di dalam kantong, akan
menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omphalocele kecil, dapat
dilakukan operasi satu tahap. Dinding kantong dibuang, isi kantong
dimasukkan ke dalam rongga perut, kemudian lubang ditutup dengan
peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi biasanya omphalocele terlalu besar dan
rongga perut terlalu kecil sehingga isi kantong tidak dapat dimasukkan ke
dalam perut.
Jika dipaksakan, maka karena regangan pada dinding perut, diafragma
akan terdorong ke atas sehingga terjadi gangguan pernapasan. Obstruksi
vena cava inferior dapat juga terjadi karena tekanan tersebut.
Tindakan

yang

dapat

dilakukan

ialah

melindungi

kantong

omphalocele dengan cairan antiseptik, misalnya betadin dan menutupnya


dengan kain dakron agar tidak tercemar. Dengan demikian, ada kesempatan
untuk terjadinya epitelisasi dari tepi, sehingga seluruh kantong tertutup
epitel dan terbentuk hernia ventralis yang besar. Epitelisasi ini
membutuhkan waktu 3-4 bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis
tersebut dapat dikerjakan setelah anak berumur 5-10 bulan.

Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan


b. Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang
pada dinding abdomen. Tujuan pebedahan adalah untuk mengembalikan visera
kedalam kavum abdomen dan menutup diding abdomen.

Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan saja,


namun jika lubangnya besar maka akan dicangkok dengan mengambil kulit dari
bokong atau paha bayi. Operasi koreksi ini untuk menempatkan usus ke dalam
rongga perut dan menutup lubang. Harus dikerjakan secepat mungkin sebab
tidak ada perlindungan infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin
sukar karena usus akan udem.

c. Paska Bedah
Perawatan paska bedah neonatus rutin
Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukan
Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik
Pemberian antibiotika
Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan
Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali lagi
mengalami pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat. Namun ini
tergantung dari kondisi si bayi (lemah atau tidak).

1) Bayi post bedah omphalokel yang masih dalam perawatan


2) Bayi post operasi omphalokel dengan dinding abdomen yang sudah rapi
seperti orang normal lainnya.
9. Komplikasi
Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai
kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosi.
komplikasi dari omphalokel adalah :

Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan
yang telanjang.

Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang
adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.

Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang
lama.

Nekrosis

10. Prognosis
Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang
memperburuk prognosis. Omphalocele yang besar dapat ditutup meskipun dengan
operasi yang bertahap. Bayi dengan omphalocele dianggap kritis mengancam hidup
jika disertai dengan ukuran torax yang kecil dengan hipoplasia pulmoner yang
mengakibatkan gangguan pernafasan.
11. Pencegahan
Terpenuhinya nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin B komplek dan
protein.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk
memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang
memungkinkan perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
a. Identitas Pasien
yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan, perkerjaan,
suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b. Data Fokus
a) Mengkaji kondisi abdomen
b) Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
c) Kaji letak defek, umun nya berada disebelah kanan umbilicus
d) Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
e) Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/kronis sering
disebabkan oleh inflamasi dan obstruksi.
f) Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh
perlambatan pengosongan lambung, akumulasi gas / feses, inflamasi/obstruksi.
g) Mengukur temperature tubuh, Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anakanak dengan gangguan GI, biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau
inflamasi, Lakukan pengukuran suhu secara kontinyu tiap 2 jam dan Perhatikan
apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak
h) Kaji sirkulasi, Kaji adanya sianosis perifer
i) Kaji distress pernapasan

Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru

Frekuensi : Cepat (Takipneu), Normal atau lambat

Kedalaman : Normal. Dangkal (Hipopnea), terlali dalam (Hipernea)

Kemudahan : Sulit (Dispneu), Otophnea

Irama : Fariasi dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan

Opservasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, sputum,dan nyeri dada

Kaji adanya suara nafas tambahan (Mengi/wheezing)

Perhatikan bila pasien tampak pucat/ sianosis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1. Pre Op :

Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi

Defisiensi pengetahuan

orang tua tentang penyakit berhubungan dengan

keterbatasan kognitif
2. Post Op :

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Kecemasan orang tua berhubungan dengan status kesehatan

Defisiensi pengetahuan orang tua tentang cara perawatan anak post op


berhubungan dengan keterbatasan kognitif

C. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan yaitu mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dan memfasiltasi koping. ( Nursalam, 2001).
D. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan
sudah berhasil ( Nursalam, 2001).

DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A. Newman.2002.Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri. EGC : Jakarta
Ngastiyah.2005. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta
Pincus Eatzel & Len Roberts. 1995. Kapita Selekta Pediatri. EGC : Jakarta.
Suriadi & Yuliani R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Penerbit FKUI : Jakarta

You might also like