You are on page 1of 26

1

Proses Berpikir Kritis Mahasiswa melalui Perkuliahan Penyelesaian Masalah


Program Linear
Nur Farida
Abstract: To measures to think critical, researcher formulates" how does student
university critical thinking process pass program problem completion lecturing linear?
" This research aims to flatten the happening of Student University critical thinking
process passes program problem completion study linear for student university
semester II offering A Mathematics Education Study Program at University
Kanjuruhan Unlucky School Year 2009/2010. Has 4 indicators among others: critical
thinking process is traced to pass by steps next. First, elements identification that
known and asked, student university is given program troubleshoot linear formed story
exercise, while lecturer personates fasilitator with give troubleshoot. Second, strategy
applications for problem completion, student university discusses correct manner to
finish problem. Lecturer personates mediator in discussion activity. Third, problem
formulation to mathematical form, student university with in the group cooperates to
formulate problem is mathematical form. Fourth, interpretation, student university
makes report from result discussion and can explain to the friends. Lecturer does
evaluation towards process and result learns. This research result is got from
observation and test ends research. from lecturing observation result in my cycle I is
got for my meeting I is student university activity based on observation P1 as big as
81% so that in good criteria. while observation P2 as big as 86% so that in good
criteria, so inferential student university activity in my meeting I in good criteria.
Lecturing observation in meeting II student university activity based on observation
P1 as big as 87% so that in good criteria. While observation P2 as big as 88% so that
in good criteria, so inferential student university activity in meeting II in good criteria.
From lecturing observation result in cycle II got for my meeting I is student university
activity based on observation P1 as big as 85% so that in good criteria. While
observation P2 as big as 87% so that in good criteria, so inferential student university
activity in my meeting I in good criteria. Lecturing observation in meeting II student
university activity based on observation P1 as big as 95% so that in criteria very good.
While observation P2 as big as 91% so that in criteria very good, so inferential student
university activity in meeting II in criteria very good. Based on test result ends
research revealed percentage final test classical (TB) as big as 91%.
Kata-kata Kunci: Proses Berpikir Kritis, Perkuliahan Penyelesaian Masalah,
Penyelesaian Masalah, Program Linear.
Program linear merupakan salah satu pokok bahasan yang terdapat pada
mata kuliah di Perguruan Tinggi. Program linear merupakan salah satu aplikasi
matematika yang sering digunakan dalam belajar matematika dan belajar penyelesaian
masalah yang berkaitan dengan proses optimalisasi dari fungsi linear yang memenuhi

batasan-batasan

tertentu

yang

dinyatakan

dalam

bentuk

persamaan

atau

pertidaksamaan linear. Dengan kata lain program linear memberikan kontribusi dalam
pengoptimalan suatu fungsi sasaran sehingga dapat diperoleh suatu keuntungan,
misalnya laba maksimum dari suatu perdagangan atau menentukan jarak terpendek
dari suatu lintasan yang akan dilalui.
Ada dua hal penting yang terkait dengan pengoptimalan ini yaitu perumusan
model matematik secara tepat dari masalah realistik dan proses penyelesaian dalam
model itu untuk memperoleh nilai optimal (Khaulah, 2006:2). Salah satu bahan kajian
menarik dari suatu model matematik dan telah diaplikasikan secara meluas adalah
model matematik yang melibatkan fingsi-fungsi linear. Leon (1986:2 dalam Khaulah,
2006:2) menjelaskan bahwa tidak terlalu berlebihan untuk memperkirakan 75% dari
masalah matematika yang dijumpai dalam sains dan industri meliputi penyelesaian
program linear.
Berdasarkan uraian di atas, perkuliahan matematika di kelas hendaknya
ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman
yang telah dimiliki oleh mahasiswa. Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep
matematika yang telah dimiliki mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari sangat
penting dilakukan. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada
matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan
menerapkan matematika dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari yaitu
melalui perkuliahan penyelesaian masalah.
Perkuliahan penyelesaian masalah merupakan suatu pendekatan perkuliahan
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi mahasiswa untuk
belajar tentang proses berpikir kritis dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah,
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Perkuliahan penyelesaian masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi


dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar.
Peran dosen dalam perkuliahan penyelesaian masalah adalah menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog (dalam Nurhadi,
2004:56).
Sehubungan masih jarangnya penggunaan perkuliahan penyelesaian masalah
matematika di kelas, perlu kiranya dilakukan upaya pengembangan model perkuliahan
penyelesaian masalah matematika. Menurut Polya, ada 4 tahap penyelesaian masalah
(NCTM:2000), yaitu:
a.

Memahami masalah, artinya dengan membaca masalah atau soal diharapkan


mahasiswa dapat mengerti maksud dari kalimat dalam soal dan selanjutnya dapat
menuliskan apa unsur yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

b. Merencanakan penyelesaian masalah, artinya mahasiswa diharapkan dapat


menuliskan kendala-kendala yang ada ke dalam kalimat matematik yang berupa
sistem pertidaksamaan linear dan dapat menulis fungsi objektifnya.
c. Melaksanakan rencana penyelesaian masalah, artinya mencari titik selesaian pada
daerah himpunan penyelesaian (HP) yang menyebabkan bernilai optimum.
d. Melihat kembali penyelesaian, artinya selesaian yang telah didapat dikembalikan
kedalam soal dengan cara substitusi untuk menyakinkan bahwa selesaian tersebut
benar sebagai jawaban dari masalah yang ditanyakan dalam soal.
Menurut NCTM (2000), perkuliahan penyelesaian masalah matematika dapat
meningkatkan proses berpikir kritis mahasiswa.
Berpikir kritis didefinisikan oleh Johnson (2002) merupakan sebuah proses
terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti menyelesaikan
masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisa asumsi, dan melakukan

penelitian ilmiah. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara


sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Berpikir kritis merupakan
sebuah proses sistematis sehingga memungkinkan mahasiswa untuk merumuskan,
mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri.
Dalam proses belajar mengajar, masih banyak pengajar matematika yang
mengajarkan prosedur dengan tanpa menjelaskan mengapa prosedur tersebut
digunakan. Akibatnya mahasiswa beranggapan bahwa dalam menyelesaikan masalah
cukup memilih prosedur penyelesaian yang sesuai dengan masalah yang diberikan.
Dalam penelitian ini peneliti berupaya mengembangkan model perkuliahan
matematika dengan pendekatan perkuliahan penyelesaian masalah menurut Polya
untuk mahasiswa matematika semester II pada pokok bahasan program linear.
Selanjutnya mengkaji peningkatan proses berpikir kritis mahasiswa melalui
perkuliahan penyelesaian masalah program linear.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut: Bagaimanakah proses berpikir kritis mahasiswa melalui
perkuliahan penyelesaian masalah program linear?
Adapun tujuan pada penelitian ini adalah: Untuk memaparkan terjadinya
proses berpikir kritis mahasiswa melalui perkuliahan penyelesaian masalah program
linear.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu, (1) manfaat bagi dosen
matematika yang meneruskan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dalam mengembangkan suatu prosedur perkuliahan di kelas. (2) manfaat bagi peneliti
lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan jika dosen ingin melakukan
penelitian. (3) manfaat bagi mahasiswa pendidikan matematika, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengembangkan suatu prosedur


perkuliahan dan dapat dijadikan sebagai referensi dalam membuat karya ilmiah.
Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk meningkatkan proses berpikir kritis melalui
penyelesaian masalah pada materi program linear. Data yang akan dikumpulkan dalam
penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mengenai proses berpikir kritis melalui
penyelesaian masalah pada program linear. Peneliti merupakan instrumen utama dalam
penelitian ini. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai perancang, pelaksana,
pengumpul dan penganalisa data, penarik kesimpulan dan pembuat laporan. Karena
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dan melihat
karakteristik penelitian seperti dipaparkan di atas, maka pendekatan yang sesuai dan
digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, karena dalam penelitian ini
peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian mulai awal sampai akhir penelitian,
yang melibatkan dosen sebagai praktisi dan teman sejawat sebagai pengamat.
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru atau
dosen di dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai dosen,
sehingga hasil belajar mahasiswa menjadi meningkat (Wardani, 2003). Menurut
Kemmis dan Mc Taggart dalam Mcniff (2002) penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
4 tahap yaitu: perencanaan (plan), melakukan tindakan (action), pengamatan
(observe), evaluasi dan refleksi (reflect). (Arikunto, 2002:83).
Penelitian ini berangkat dari permasalahan praktis yang ada di kelas dimana
peneliti selaku pengelola perkuliahan, kemudian direfleksikan (dilakukan pemikiran
kembali terhadap proses perkuliahan yang selama ini telah dijalankan) dan dianalisis
berdasarkan teori-teori yang menunjang. Dalam penelitian ini fokus utamanya adalah

kegiatan perkuliahan dan berupaya untuk memperbaiki perkuliahan. Peneliti juga


terlibat langsung dari awal sampai akhir. Peneliti bertindak sebagai perencana,
perancang, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, dan pelapor penelitian.
Dengan melihat karakteristik penelitian ini, yakni penelitian berawal dari
permasalahan praktis yang di kelas, penelitian melalui refleksi diri, fokus penelitian
adalah kegiatan perkuliahan dan bertujuan untuk memperbaiki perkuliahan, maka jenis
penelitian yang sesuai dengan penelitian ini berdasarkan pada karakteristik penelitian
tindakan kelas yang dinyatakan Wardani (2003) di atas termasuk jenis penelitian
tindakan kelas.
Dipilihnya jenis penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini adalah karena
tujuan penelitian ini sesuai dengan karakteristik PTK, yaitu ingin memperbaiki
kualitas proses berpikir kritis melalui perkuliahan penyelesaian masalah pada materi
program linear. Penelitian ini berangkat dari permasalahan praktis yang ada di kelas
dimana peneliti selaku pengelola kegiatan perkuliahan, kemudian direfleksikan dan
dianalisa berdasarkan teori-teori yang menunjang.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki perkuliahan,
meningkatkan hasil belajar, dan menemukan alternatif pengelolaan kelas yang lebih
kondusif dalam perkuliahan dengan perkuliahan melalui penyelesaian masalah.
Teknik Analisis Data
1. Hasil Validasi Perangkat Perkuliahan dan Instrumen Penelitian
Data hasil validasi perangkat perkuliahan dan instrumen tes diperoleh melalui
kegiatan validasi yang dilakukan oleh 3 orang validator. Setelah mengisi lembar
validasi, skor hasil validasi dari masing-masing validator ditotal kemudian diolah
menjadi persentase skor rata-rata hasil validasi.

Hasil validasi terhadap perangkat perkuliahan dan instrumen penelitian dianalisis


dengan

menentukan

jumlah

skor

perolehan

masing-masing

perangkat

dan

dikonsultasikan dengan kriteria sebagai berikut:


SR

ST
100%
SM

Keterangan:

SR = Persentase skor rata-rata hasil validasi


S T = Skor total hasil validasi dari masing-masing validator
S M = Skor maksimal yang dapat diperoleh dari hasil validasi
Kesimpulan analisis data disesuaikan dengan kriteria persentase skor rata-rata
hasil validasi dapat dilihat dalam tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.4 Data Skor Validasi dan Kriteria Penskoran
No
1
2
3
4

2.

Skor
75% SR 100%
50% SR 75%
25% SR 50%
SR 25%

Kriteria
Valid tanpa revisi
Belum valid dengan sedikit revisi
Belum valid dengan banyak revisi
Tidak valid

Data Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa


Data aktivitas mahasiswa diperoleh melalui kegiatan observasi yang dilakukan

observer selama perkuliahan berlangsung. Setelah lembar observasi diisi kemudian


dianalisis menggunakan analisis persentase skor rata-rata hasil observasi (SR).
SR

ST
100%
SM
, Sahertian (2000: 60)

Keterangan:

SR = Persentase skor rata-rata hasil observasi

S T = Skor total hasil validasi dari masing-masing obsrver

S M = Skor maksimal yang dapat diperoleh dari hasil observer


Kesimpulan analisis data disesuaikan dengan kriteria persentase skor rata-rata
hasil observasi dapat dilihat dalam tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Data Skor Observasi Mahasiswa dan Kriteria Penskoran
No
1
2
3
4
5

3.

Skor
90% SR 100%
80% SR 90%
70% SR 80%
60% SR 70%
SR 60%

Kriteria
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

Data Hasil Tes Belajar


Data tentang hasil belajar mahasiswa diperoleh dari hasil tes tertulis mahasiswa

tiap akhir penelitian. Setelah hasil tes mahasiswa didapatkan, hasil tes diberi skor
sesuai pedoman penskoran kemudian dianalisis menggunakan rumus:
SR

ST
100
SM

Keterangan:

SR = Skor rata-rata hasil tes satu mahasiswa


S T = Skor total hasil tes satu mahasiswa

S M = Skor maksimal hasil tes


Kriteria keberhasilan tindakan ditentukan berdasarkan kriteria belajar tuntas.
Mahasiswa dikatakan tuntas dalam belajar jika mahasiswa memperoleh skor 65%,
sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah persentase semua indikator yang
diteliti yaitu mencapai skor 85% dari jumlah skor semua indikator yang diteliti
(Mulyasa, 2006:254). Untuk menentukan persentase banyaknya mahasiswa mendapat

skor 65% memenuhi indikator berpikir kritis dari skor total yang diperoleh
mahasiswa pada saat tes dapat digunakan rumus:

TB

t
100%
n

Keterangan:
TB = Persentase tuntas belajar
t

= Jumlah skor semua soal yang diperoleh masing-masing mahasiswa

= Jumlah skor maksimum teoritis

Hasil Penelitian
Hasil observasi pada hari tersebut, mahasiswa yang dinyatakan aktif pada
angkatan 2009/2010 offering A berjumlah 50 mahasiswa dengan laki-laki 12
mahasiswa dan perempuan 38 mahasiswa. Pada pelaksanaan tes awal ada 8 mahasiswa
yang tidak hadir, 1 mahasiswa dengan keterangan ijin berinisial AT dan 7 mahasiswa
lainnya tanpa keterangan dengan inisial AC, DK, WM, SB, DSN, AWI, dan EES.
Berdasarkan hasil tes awal di atas terlihat bahwa seluruh mahasiswa yang
mengikuti tes tidak ada yang mencapai skor 65%, dan untuk materi mengubah soal
cerita ke bentuk matematis dengan penyelesaian masalah (item soal 1 dan 2), tingkat
pencapaian sebesar 0% pada indikator 1c dan 2a, berarti daya berpikir mahasiswa
masih rendah belum mencapai indikator berpikir kritis.
Hasil validasi terhadap perangkat perkuliahan dan instrumen penelitian dapat
dilihat pada Tabel berikut.

10

Tabel Kriteria Hasil Validasi Perangkat Perkuliahan


Jenis Perangkat Perkuliahan
dan Instrumen Penelitian
Skor Total
(ST)
Rencana
Persentase
Pelaksanaan
Skor RataPerkuliahan
Rata (SR)
Kriteria SR

Lembar Kerja
Mahasiswa

Skor Total
(ST)
Persentase
Skor RataRata (SR)
Kriteria SR

Instrumen Tes

Skor Total
(ST)
Persentase
Skor RataRata (SR)
Kriteria SR

Lembar
Observasi
Aktivitas
Mahasiswa

Skor Total
(ST)
Persentase
Skor RataRata (SR)
Kriteria SR

Validator I

Validator II

Validator III

92

101

96

89%

97%

92%

Valid tanpa
revisi

Valid tanpa
revisi

Valid tanpa
revisi

63

65

65

93%

96%

96%

Valid tanpa
revisi

Valid tanpa
revisi

Valid tanpa
revisi

27

30

29

84%

94%

91%

Valid tanpa
revisi

Valid tanpa
revisi

Valid tanpa
revisi

46

54

51

82%

96%

91%

Valid tanpa
revisi

Valid tanpa
revisi

Valid tanpa
revisi

Proses perkuliahan pada siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, masingmasing pertemuan 2 jam pelajaran yaitu 2 x 50 menit. Dilaksanakannya proses
perkuliahan pertemuan I adalah memperhatikan cakupan materi dan indikator
keberhasilan perkuliahan serta waktu yang terjadwal dalam 1 kali pertemuan.
Perkuliahan dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan perkuliahan yang telah
disusun sebelumnya.

11

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 April 2010 mulai
pukul 12.30 sampai 14.00 WIB. Jumlah mahasiswa yang hadir 45 orang dari 50
mahasiswa yang dinyatakan masih aktif pada angkatan 2009/2010 offering A Program
Studi Pendidikan Matematika Universitas Kanjuruhan Malang. Ada 5 mahasiswa yang
tidak hadir, 1 mahasiswa dengan keterangan ijin dan 4 mahasiswa tanpa keterangan.
Berdasarkan hasil pengamatan P1 pada observasi aktivitas mahasiswa dalam kriteria
baik dan hasil pengamatan P2 pada observasi aktivitas mahasiswa dalam kriteria baik,
maka dapat disimpulkan aktivitas mahasiswa pada pertemuan I dalam kriteria baik.
Namun masih banyak deskriptor aktivitas mahasiswa yang belum muncul secara
maksimal, yaitu: membaca masalah yang diberikan, berdiskusi dalam kelompok untuk
memahami jenis persoalan, berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan jenis
variabel aktivitas, aktif menyampaikan ide dalam menentukan variabel fungsi objektif,
aktif menyampaikan ide dalam menentukan variabel fungsi kendala, aktif
menyampaikan ide untuk menyelesaikan persoalan, mengisi lembar kerja, menjawab
persoalan, menuliskan hasil diskusi, menyampaikan hasil diskusi dengan baik dan
jelas, memperhatikan pandapat/penjelasan dari kelompok lain, menghargai pendapat
teman, dan membuat suatu kesepakatan bersama.
Berdasarkan perolehan hasil diskusi LKM I pertemuan I bahwa semua kelompok
telah mencapai skor 65%. Namun persentase pencapaian skor maksimum dari setiap
indikator ada yang belum mencapai 65%. Persentase pencapaian terendah masingmasing indikator sebesar 33% untuk indikator 2a (item soal No. 1 dan 2). Sedangkan
skor ketuntasan belajar hanya ada 2 kelompok yang sudah mencapai skor 85%. Hasil
tersebut diperoleh dari kegiatan evaluasi yang dilakukan peneliti untuk mengetahui
sejauh mana mahasiswa telah mencapai indikator yang diteliti.

12

Pertemuan ke dua perkuliahan mengubah soal cerita ke bentuk matematik di angkatan


2009/2010 offering A Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Kanjuruhan
Malang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 1 Mei 2010. Kegiatan perkuliahan
dimulai pukul 12.30 WIB sampai 14.00 selama 2 kali 50 menit yaitu 2 jam pelajaran.
Indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam perkuliahan adalah mengubah soal
cerita ke bentuk matematik, menentukan daerah himpunan penyelesaian, dan
menentukan koordinat titik-titik sudutnya dengan memperhatikan 4 indikator berpikir
kritis yaitu identifikasi

unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan, perumusan

masalah ke bentuk matematik, penerapan strategi penyelesaian masalah, dan


interpretasi.
Berdasarkan hasil pengamatan P1 pada observasi aktivitas mahasiswa dalam
kriteria baik dan hasil pengamatan P2 pada observasi aktivitas mahasiswa dalam
kriteria baik, maka dapat disimpulkan aktivitas mahasiswa pada pertemuan I dalam
kriteria baik. Namun ada beberapa deskriptor aktivitas mahasiswa yang belum muncul
secara maksimal, yaitu: berdiskusi dalam kelompok untuk memahami persoalan,
berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan jenis variabel aktivitas, aktif
menyampaikan ide untuk menyelesaikan persoalan, mengisi lembar kerja, menjawab
persoalan, menuliskan hasil diskusi, menyampaikan diskusi dengan baik dan jelas,
memperhatikan pendapat/penjelasan dari kelompok lain, menghargai pendapat teman,
membuat suatu kesepakatan bersama.
Berdasarkan perolehan hasil diskusi LKM I pada pertemuan II bahwa semua
kelompok telah mencapai skor 65%. Persentase pencapaian ketuntasan belajar setiap
indikator telah mencapai 85%. Persentase pencapaian terendah setiap indikator

13

sebesar 88% pada item 3b untuk No. soal 1 dan 2. Hal ini menunjukkan bahwa
perkuliahan pada siklus I memenuhi kriteria ketuntasan yaitu paling sedikit 85%.
Hasil Analisis (refleksi)
Dari hasil observasi perkuliahan diperoleh untuk pertemuan I aktivitas
mahasiswa berdasarkan pengamatan P1 sebesar 81% sehingga dalam kriteria baik,
sedangkan pengamatan P2 sebesar 86% sehingga dalam kriteria baik, maka dapat
disimpulkan aktivitas mahasiswa pada pertemuan I dalam kriteria baik.
Observasi perkuliahan pada pertemuan II aktivitas mahasiswa berdasarkan
pengamatan P1 sebesar 87% sehingga dalam kriteria baik, sedangkan pengamatan P2
sebesar 88% sehingga dalam kriteria baik, maka dapat disimpulkan aktivitas
mahasiswa pada pertemuan II dalam kriteria baik.
Dari hasil diskusi LKM I diketahui bahwa persentase mahasiswa yang
memperoleh skor 65% sebesar 96% dari keseluruhan mahasiswa yang mengikuti
kegiatan diskusi. Hasil persentase pencapaian setiap indikator yang diteliti pada LKM
II pertemuan II menunjukkan beberapa indikator telah mencapai 100% pencapaian.
Namun terdapat beberapa indikator yang belum mencapai skor maksimum sebesar
88%, hal ini menunjukkan bahwa perkuliahan pada siklus I memenuhi kriteria
ketuntasan belajar yaitu paling sedikit 85% indikator telah dicapai mahasiswa yang
mengikuti kegiatan diskusi.
Berdasarkan hasil analisa uraian data di atas maka kegiatan perkuliahan pada
siklus I telah mencapai kriteria keberhasilan. Dengan demikian disimpulkan bahwa
siklus I telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian
tindakan kelas ini.

14

Proses perkuliahan pada siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan,


masing-masing pertemuan 2 jam pelajaran yaitu 2 x 50 menit. Dilaksanakannya proses
perkuliahan pertemuan I adalah memperhatikan cakupan materi dan indikator
keberhasilan perkuliahan serta waktu yang terjadwal dalam 1 kali pertemuan.
Perkuliahan dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan perkuliahan yang telah
disusun sebelumnya.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 8 Mei 2010 mulai
pukul 12.30 sampai 14.00 WIB. Jumlah mahasiswa yang hadir 35 dari 50 mahasiswa
yang dinyatakan masih aktif pada angkatan 2009/2010 offering A Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas Kanjuruhan Malang, 14 mahasiswa dengan tanpa
keterangan dan 1 mahasiswa dengan keterangan ijin. Banyaknya mahasiswa yang
tidak hadir tersebut disebabkan beredar isu bahwa pada hari tersebut perkuliahan
ditiadakan sehubungan dengan kegiatan yang diadakan oleh pihak kampus.
Berdasarkan hasil pengamatan P1 pada observasi aktivitas mahasiswa dalam
kriteria baik dan hasil pengamatan P2 pada observasi aktivitas mahasiswa dalam
kriteria baik, maka dapat disimpulkan aktivitas mahasiswa pada pertemuan I dalam
kriteria baik. Namun ada beberapa deskriptor aktivitas mahasiswa yang belum muncul
secara maksimal, yaitu: membaca masalah yang diberikan, berdiskusi dalam kelompok
untuk memahami jenis persoalan, berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan jenis
variabel aktivitas, saling bekerja sama dalam kelompok, aktif menyampaikan ide
untuk menyelesaikan persoalan, menjawab persoalan, menuliskan hasil diskusi,
menyampaikan diskusi dengan baik dan jelas, memperhatikan pendapat/penjelasan
dari kelompok lain, menghargai pendapat teman, membuat suatu kesepakan bersama.

15

Berdasarkan perolehan hasil diskusi LKM II di atas terlihat bahwa ada 3 kelompok
atau 21 dari 35 mahasiswa atau sebesar 51% yang belum mencapai skor 65%, dan
sebanyak 24 mahasiswa dari 35 mahasiswa atau sebesar 69% mahasiswa yang hadir
memperoleh skor 65%. Persentase terendah pencapaian setiap indikator sebesar
62%. Dengan demikian hasil pada pertemuan I belum mencapai kriteria ketuntasan
belajar sehingga perlu diperbaiki pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan Kedua perkuliahan mengubah soal cerita ke bentuk matematik di angkatan
2009/2010 offering A Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Kanjuruhan
Malang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22 Mei 2010. Kegiatan perkuliahan
dimulai pukul 12.30 WIB sampai 14.00 selama 2 kali 50 menit yaitu 2 jam pelajaran.
Indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam perkuliahan adalah mengubah soal
cerita ke bentuk matematik, menentukan daerah himpunan penyelesaian, menentukan
koordinat

titik-titik

sudutnya

dan

menentukan

nilai

optimumnya

dengan

memperhatikan 4 indikator berpikir kritis yaitu identifikasi unsur-unsur yang diketahui


dan ditanyakan, perumusan masalah ke bentuk matematik, penetapan strategi
penyelesaian masalah, dan interpretasi.
Berdasarkan hasil pengamatan P1 pada observasi aktivitas mahasiswa dalam
kriteria sangat baik dan hasil pengamatan P2 pada observasi aktivitas mahasiswa
dalam kriteria sangat baik, maka dapat disimpulkan aktivitas mahasiswa pada
pertemuan II dalam kriteria sangat baik. Namun ada beberapa deskriptor aktivitas
mahasiswa yang belum muncul secara maksimal, yaitu: aktif bekerja sama dalam
kelompok, mengisi lembar kerja, menjawab persoalan, menuliskan hasil diskusi,
memperhatikan pendapat/penjelasan dari kelompok lain, menghargai pendapat teman,
membuat suatu kesepakatan bersama.

16

Hasil Analisis (refleksi)


Dari hasil observasi perkuliahan diperoleh untuk pertemuan I aktivitas
mahasiswa berdasarkan pengamatan P1 sebesar 85% sehingga dalam kriteria baik,
sedangkan pengamatan P2 sebesar 87% sehingga dalam kriteria baik, maka dapat
disimpulkan aktivitas mahasiswa pada pertemuan I dalam kriteria baik.
Observasi perkuliahan pada pertemuan II aktivitas mahasiswa berdasarkan
pengamatan P1 sebesar 95% sehingga dalam kriteria sangat baik, sedangkan
pengamatan P2 sebesar 91% sehingga dalam kriteria sangat baik, maka dapat
disimpulkan aktivitas mahasiswa pada pertemuan II dalam kriteria sangat baik.
Dari hasil diskusi LKM diketahui bahwa persentase mahasiswa yang
memperoleh skor 65% sebesar 91% dari keseluruhan mahasiswa yang mengikuti
kegiatan diskusi kelompok. Hal ini menunjukan bahwa perkuliahan pada siklus II
memenuhi kriteria ketuntasan belajar yaitu paling sedikit 85% dari jumlah indikator
yang diteliti.
Berdasarkan hasil analisa data dari uraikan di atas maka kegiatan perkuliahan
pada siklus II telah mencapai kriteria keberhasilan. Dengan demikian disimpulkan
bahwa siklus II telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian
tindakan kelas ini.
Setelah empat kali pertemuan pada setiap dua kali siklus tes akhir penelitian
dilakukan dengan instrumen tes yang telah disusun sebelumnya yaitu berupa uraian
soal cerita. Jumlah butir soal adalah 2 butir dan harus dikerjakan semuanya oleh
mahasiswa. Penskoran hasil tes mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan dalam
rencana pelaksanaan perkuliahan yang mengacu pada indikator berpikir kritis dengan
menggunakan rubrik penskoran.

17

Adapun hasil tes akhir yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 5 Juni 2010
terdapat pada tabel penelitian, ada 40 mahasiswa yang mengikuti tes dari 50
mahasiswa angkatan 2009/2010 offering A, dimana tes hasil belajar ada 6 mahasiswa
yang tidak hadir tanpa keterangan dengan inisial LIS, AC, EP, IS, SB, dan AWI serta 1
mahasiswa dengan keterangan ijin yaitu UR.
Berdasarkan tabel di atas bahwa ada 4 mahasiswa dari 43 mahasiswa atau
sebesar 9% mahasiswa mengikuti tes belum mencapai skor 65%. Sedangkan 39 atau
sebesar 91% mahasiswa yang mengikuti tes yang telah mencapai skor 65%.
Persentase ketuntasan belajarnya secara klasikal sebesar 91%.
Pembahasan
Sebelum materi program linear diajarkan, peneliti mempersiapkan mahasiswa
agar benar-benar siap untuk belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Orton (1992:9-10)
bahwa peserta didik yang siap untuk belajar akan belajar lebih banyak daripada peserta
didik yang tidak siap. Kegiatan menyiapkan mahasiswa meliputi persiapan fisik dan
persiapan mental. Persiapan fisik meliputi menyediakan semua sarana yang diperlukan
berupa bahan ajar dan lembar kerja mahasiswa, dan membagi mahasiswa dalam
kelompok-kelompok. Sedangkan persiapan mental meliputi kegiatan menyampaikan
salam,

menyampaikan tujuan, memotivasi mahasiswa tentang pentingnya materi

program linear, dan mengingatkan materi prasyarat.


Penyampaian tujuan perkuliahan dalam penelitian ini dapat memberikan
motivasi belajar pada mahasiswa dan menjadikan mahasiswa terfokus pada satu tujuan
yang perlu mereka capai. Dalam penelitian ini, mahasiswa nampak sangat antusias
menyimak penyampaian tujuan perkuliahan oleh dosen. Buktinya mahasiswa benarbenar memperhatikan penyampaian tujuan. Keantusiasan mahasiswa ini menjadi satu
bukti bahwa mahasiswa mulai termotivasi. Hal ini mendukung pendapat Dahar

18

(1988:174) bahwa penyampaian tujuan perkuliahan selain dapat memotivasi juga


dapat memusatkan perhatian peserta didik terhadap aspek yang relevan dalam
perkuliahan.

Tetapi pemberian motivasi semata kepada mahasiswa belum cukup untuk


menyiapkan mahasiswa agar benar-benar siap belajar. Hal lain yang sangat diperlukan
adalah pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diperlukan untuk mempelajari
materi program linear. Oleh karena itu, peneliti melakukan kegiatan tanya jawab untuk
mengecek pemahaman mahasiswa terhadap materi mengubah soal cerita ke bentuk
matematik tersebut. Terbukti dengan kegiatan tanya jawab, banyak mahasiswa yang
antusias dan termotivasi untuk menjawab pertanyaan dosen pada materi yang
disampaikan. Hal ini didukung oleh pendapat Orton (1992:9-10) bahwa mahasiswa
yang termotivasi, tertarik, dan mempunyai keinginan untuk belajar akan belajar lebih
banyak.
Perkuliahan materi mengubah soal cerita ke bentuk matematik dilakukan
dengan menggunakan LKM. Penggunaan LKM terbukti sangat membantu arah kerja
mahasiswa. Langkah-langkah yang ditentukan dalam LKM merupakan suatu bentuk
bantuan bagi mahasiswa. Hal-hal yang perlu dilakukan mahasiswa sehubungan
langkah-langkah penyelesaian kasus dijelaskan dalam LKM. Meskipun demikian,
LKM tidak menuntun mahasiswa secara mutlak. LKM hanya menguraikan langkahlangkah secara garis besar. Mahasiswa masih diberikan kebebasan untuk
mengungkapkan ide dan kreativitasnya. Dengan demikian, mahasiswa membentuk
pengetahuan mereka sendiri bersama dengan teman sebangkunya secara aktif dengan
bantuan LKM. Hal ini mendukung pendapat Machmud (2001:7) yang menyatakan
bahwa lembar kerja dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja

19

secara mandiri dan bekerja sama, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk melakukan kegiatan penemuan.
Perkuliahan materi mengubah soal cerita ke bentuk matematik dalam penelitian
ini dilakukan dengan mambagi mahasiswa kedalam kelompok yang terdiri dari 7
mahasiswa. Pemilihan kelompok sebanyak 7 mahasiswa didasarkan pada alasan, jika
satu kelompok terdiri dari 7 anggota, maka dalam mengutarakan ide atau gagasan
dalam menyelesaikan suatu persoalan akan lebih komplek, kerja sama dan
pertimbangan bagi anggota yang memiliki kemampuan kurang dapat didorong atau
diberi penjelasan dengan anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih.
Sebaliknya, jika ukuran kelompok terlalu kecil maka akan sulit bagi kelompok itu
berfungsi secara efektif.
Perkuliahan mengenai proses berpikir kritis mahasiswa melalui perkuliahan
penyelesaian masalah program linear ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya proses
berpikir kritis mahasiswa melalui perkuliahan penyelesaian masalah program linear.
Peningkatan proses berpikir kritis mahasiswa tentang (1) mengubah soal cerita ke
bentuk matematik, (2) menentukan daerah himpunan penyelesaian masalah, (3)
menentukan titik-titik pojoknya, dan (4) menentukan nilai optimumnya. Peningkatan
proses berpikir tersebut tentunya juga merujuk pada 4 indikator berpikir kritis yang
dijabarkan sebagai berikut: (1) identifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan,
(2) perumusan masalah kebentuk matematik, (3) penerapan strategi penyelesaian
masalah, dan (4) interpretasi.
Pada saat proses belajar dilaksanakan dengan proses berpikir kritis melalui
strategi diskusi ada beberapa mahasiswa masih bersikap pasif dan cenderung
menunggu perintah dosen. Mahasiswa tersebut kelihatan aktif berdiskusi dengan
temannya ketika dosen berada di dekatnya atau ketika dosen memberikan arahan

20

padanya. Agar semua mahasiswa dapat melakukan proses berpikir dalam penyelesaian
masalah pada waktu belajar dosen mengupayakan dengan mengorganisasikan
mahasiswa secara berkelompok agar berdiskusi dalam mengemukakan ide/gagasannya
pada sesama mahasiswa dapat terjadi. Kemudian dosen juga berupaya memberi
kesempatan kepada mahasiswa mengemukakan pendapatnya secara bertahap.
Diorganisasikannya mahasiswa secara berkelompok dalam belajar kemudian
saling evaluasi dan berinterpretasi antar pasangan dimaksudkan lebih memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengemukakan pendapat dalam belajar
mengemukakan ide. Ketika mahasiswa belajar berpikir secara kritis dan logis dengan
cara berdiskusi dengan kelompok, mahasiswa lebih banyak melakukan perdebatan dan
saling melengkapi. Mahasiswa lebih leluasa menyelesaikan tugas-tugas belajar yang
disajikan dalam LKM. Kegiatan interaksi antar mahasiswa tersebut

juga sesuai

dengan yang dinyatakan Marrilyn (2004:263) bahwa interaksi antar mahasiswa dalam
kolaborasi lebih memungkinkan mahasiswa memahami ide dan pemikiran temannya
serta memiliki kesempatan untuk menyusun kembali ide-ide matematika yang sedang
mereka pelajari.
Proses berpikir dalam mengemukakan ide mahasiswa dan dosen terjadi
ketika dosen melakukan kegiatan tanya jawab kepada mahasiswa dengan melakukan
tanya jawab, pemberian LKM, dan ketika dosen memberikan arahan kepada
mahasiswa yang menemui masalah dalam proses perkuliahan. Dengan LKM dosen
memberikan kesempatan kepada mahasiswa mengekplorasi masalah atau kasus yang
dihadapi dan dengan metode informalnya mahasiswa mengkonstruksi pengetahuan
baru yang diharapkan dimiliki mahasiswa setelah melakukan aktivitas belajar. Dalam
hal ini dosen menstruktur tugas-tugas sedemikian rupa agar mahasiswa bersama-sama

21

dengan dosen dapat menyelesaikan tugas-tugas belajar yang cenderung tidak dapat
mahasiswa selesaikan seandainya dilakukan sendiri (Marrilyn, 2004:262).
Penggunaan LKM dalam perkuliahan juga diharapkan dapat mendorong
mahasiswa bekerja dan belajar secara mandiri dan melalui proses berpikir dalam
menyelesaikan masalah dalam belajar. Machmud (2001:7) menyatakan bahwa lembar
kerja dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerja secara mandiri
dan bekerja sama, serta memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan
penemuan.
Setelah mahasiswa dapat menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan LKM,
kegiatan saling evaluasi dan interpretasi belajar dilakukan secara klasikal. Secara
bergantian masing-masing mahasiswa menyampaikan hasil kerja mereka dan
mahasiswa yang lain membandingkan dengan hasil pekerjaannya serta memberikan
komentar. Hadi (2005:38-39) menyatakan dengan melakukan aktivitas bersama di
dalam perkuliahan matematika kesempatan dan ruang untuk dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman matematika akan lebih banyak bagi mahasiswa.
Tidak dapat terlaksananya aktivitas diskusi dan interpretasi dalam belajar
secara maksimal dan merata dapat dikarenakan mahasiswa belum terbiasa dan baru
beberapa kali melakukannya. Pada dasarnya mahasiswa semester II angkatan
2009/2010 offering A sudah bisa melakukan diskusi dalam belajar dengan indikator
berpikir kritis.
Simpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal
berikut. Pembahasan mengenai hasil proses berpikir kritis mahasiswa melalui
perkuliahan penyelesaian masalah program linear terdiri atas 3 bagian. Pertama,
mahasiswa yang memiliki kemampuan tinggi. Secara berkelompok, proses berpikir

132

22

kritis mereka dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan indikator yang diteliti.
Adapun indikator berpikir kritis yang diteliti yaitu menentukan unsur-unsur yang
diketahui dan ditanyakan, menerapkan strategi penyelesaian masalah, merumuskan
masalah ke bentuk matematik, dan interpretasi. Pada lembar kerja mahasiswa I
maupun lembar kerja mahasiswa II, sesuai dengan langkah-langkah dan prosedur
penyelesaian masalah yang diberikan. Saat bekerja secara berkelompok pada lembar
kerja mahasiswa I maupun lembar kerja mahasiswa II proses berpikirnya sesuai
dengan prosedur langkah-langkah indikator berpikir kritis. Mahasiswa berkemampuan
tinggi mampu melakukan langkah-langkah: (1) identifikasi unsur-unsur yang diketahui
dan ditanyakan, (2) membentuk rumusan masalah ke bentuk matematik, (3) mampu
menerapkan strategi untuk penyelesaian masalah, dan (4) mampu menginterpretasikan
hasil diskusi mereka dengan tepat.
Kedua, mahasiswa yang memiliki kemampuan sedang. Secara berkelompok
proses berpikir kritis mereka, dari lembar kerja mahasiswa I tidak sesuai dengan
indikator berpikir kritis, artinya ada beberapa indikator belum terpenuhi dari
keseluruhan indikator berpikir kritis. Tetapi pada lembar kerja mahasiswa II, proses
berpikir mereka sesuai dengan indikator berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah.
Ketika bekerja secara berkelompok pada lembar kerja mahasiswa I, mahasiswa yang
memiliki kemampuan sedang ini perlu diberikan bantuan atau petunjuk dari teman
mereka yang memiliki kemampuan tinggi. Tetapi pada saat menyelesaikan lembar
kerja mahasiswa II, mahasiswa berkemampuan sedang sudah tidak perlu lagi
mendapat bantuan dari teman yang memiliki kemampuan tinggi. Mahasiswa
berkemampuan sedang proses berpikir kritis mereka pada lembar kerja mahasiswa I
hanya mampu melakukan beberapa langkah dengan tepat. Kesalahan yang banyak
mereka lakukan dalam proses penyelesaian masalah yaitu terletak pada identifikasi

23

unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan, membentuk rumusan masalah ke bentuk


matematik dengan cara mengaitkan antara unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan,
dan melakukan interpretasi.
Ketiga, mahasiswa yang memiliki kemampuan kurang. Secara berkelompok,
proses berpikir mereka, dari lembar kerja mahasiswa I maupun lembar kerja
mahasiswa II, tidak sesuai dengan indikator berpikir kritis yang diteliti. Mahasiswa
berkemampuan kurang masih perlu diberikan bantuan dan arahan dari teman mereka
yang berkemampuan tinggi. Adapun tujuan dari pemberian arahan dan petunjuk dari
teman berkemampuan tinggi yaitu untuk mendapatkan langkah-langkah proses
penyelesaian masalah yang lebih benar. Namun ada fenomena nyata di lapangan,
mahasiswa yang berkemampuan kurang cenderung malas membaca dan memahami
soal atau masalah yang diberikan. Ketika menemukan bilangan di dalam soal, mereka
langsung menyusunnya ke bentuk matematik tanpa memahami soal lebih lanjut.
Akibatnya hasil pekerjaannya tidak memenuhi indikator berpikir kritis yang diteliti.
Mahasiswa berkemampuan kurang sama sekali tidak mampu melakukan langkahlangkah indikator berpikir kritis, yaitu (1) identifikasi unsur-unsur yang diketahui dan
ditanyakan, (2) membentuk rumusan masalah ke bentuk matematik, (3) mampu
menerapkan strategi untuk penyelesaian masalah, dan (4) melakukan interpretasi.
Berdasarkan observasi aktivitas mahasiswa semester II angkatan 2009/2010
offering A diperoleh, hasil observasi

perkuliahan yang diperoleh siklus I untuk

pertemuan I aktivitas mahasiswa dalam kriteria baik. Hasil observasi perkuliahan


pertemuan II aktivitas mahasiswa dalam kriteria baik. Hasil observasi diperoleh pada
siklus II pertemuan I aktivitas mahasiswa dalam kriteria baik. Hasil observasi
perkuliahan pertemuan II aktivitas mahasiswa dalam kriteria sangat baik. Pada tes

24

akhir penelitian diketahui bahwa mahasiswa yang memperoleh skor 65% telah
mencapai ketuntasan belajar, dimana persentase pencapaian sebesar 91%.
Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan penelitian, maka disarankan kepada pengajar
untuk menggunakan strategi proses berpikir dalam perkuliahan matematika di kelas,
dengan memperhatikan beberapa hal berikut:
1.

Bagi dosen hendaknya lebih aktif mendesain bahan ajar


berupa lembar kerja mahasiswa (LKM) yang digunakan dalam pembelajaran.
Dengan adanya LKM mahasiswa akan dapat lebih terfokus perhatiannya dan dapat
berdiskusi dalam belajar.

2.

Bagi peneliti berpikir kritis berikutnya hendaknya


mereka lebih memberi kesempatan kepada mahasiswa berinteraksi dalam belajar
matematika,

serta

menghilangkan

kekhawatiran

bahwa

mahasiswa

yang

berkemampuan rendah tidak dapat melakukan kegiatan menentukan unsur-unsur


yang diketahui dan ditanyakan, merumuskan masalah ke bentuk matematik,
menerapkan strategi penyelesaian masalah, serta melakukan interpretasi.
3.

Kajian dalam penelitian ini terbatas, oleh karena itu


perlu adanya pengkajian lebih luas lagi, dengan menggunakan pola yang berbeda,
serta menggunakan subjek penelitian yang lebih banyak.

4.

Untuk penelitian selanjutnya, data dari hasil penelitian


ini dapat digunakan sebagai pijakan dasar dalam rangka menentukan permasalahan
penelitian, sehingga hasil penelitian akan datang memiliki makna yang lebih tinggi
bagi upaya peningkatan perkuliahan matematika.

25

PROSES BERPIKIR KRITIS MAHASISWA MELALUI


PERKULIAHAN PENYELESAIAN MASALAH
PROGRAM LINEAR

ARTIKEL

Oleh :

Nur Farida
NIM 107671554170

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JULI 2010

26

You might also like