Professional Documents
Culture Documents
ARTIKEL
ARTIKEL
batasan-batasan
tertentu
yang
dinyatakan
dalam
bentuk
persamaan
atau
pertidaksamaan linear. Dengan kata lain program linear memberikan kontribusi dalam
pengoptimalan suatu fungsi sasaran sehingga dapat diperoleh suatu keuntungan,
misalnya laba maksimum dari suatu perdagangan atau menentukan jarak terpendek
dari suatu lintasan yang akan dilalui.
Ada dua hal penting yang terkait dengan pengoptimalan ini yaitu perumusan
model matematik secara tepat dari masalah realistik dan proses penyelesaian dalam
model itu untuk memperoleh nilai optimal (Khaulah, 2006:2). Salah satu bahan kajian
menarik dari suatu model matematik dan telah diaplikasikan secara meluas adalah
model matematik yang melibatkan fingsi-fungsi linear. Leon (1986:2 dalam Khaulah,
2006:2) menjelaskan bahwa tidak terlalu berlebihan untuk memperkirakan 75% dari
masalah matematika yang dijumpai dalam sains dan industri meliputi penyelesaian
program linear.
Berdasarkan uraian di atas, perkuliahan matematika di kelas hendaknya
ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman
yang telah dimiliki oleh mahasiswa. Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep
matematika yang telah dimiliki mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari sangat
penting dilakukan. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada
matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan
menerapkan matematika dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari yaitu
melalui perkuliahan penyelesaian masalah.
Perkuliahan penyelesaian masalah merupakan suatu pendekatan perkuliahan
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi mahasiswa untuk
belajar tentang proses berpikir kritis dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah,
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
menentukan
jumlah
skor
perolehan
masing-masing
perangkat
dan
ST
100%
SM
Keterangan:
2.
Skor
75% SR 100%
50% SR 75%
25% SR 50%
SR 25%
Kriteria
Valid tanpa revisi
Belum valid dengan sedikit revisi
Belum valid dengan banyak revisi
Tidak valid
ST
100%
SM
, Sahertian (2000: 60)
Keterangan:
3.
Skor
90% SR 100%
80% SR 90%
70% SR 80%
60% SR 70%
SR 60%
Kriteria
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
tiap akhir penelitian. Setelah hasil tes mahasiswa didapatkan, hasil tes diberi skor
sesuai pedoman penskoran kemudian dianalisis menggunakan rumus:
SR
ST
100
SM
Keterangan:
skor 65% memenuhi indikator berpikir kritis dari skor total yang diperoleh
mahasiswa pada saat tes dapat digunakan rumus:
TB
t
100%
n
Keterangan:
TB = Persentase tuntas belajar
t
Hasil Penelitian
Hasil observasi pada hari tersebut, mahasiswa yang dinyatakan aktif pada
angkatan 2009/2010 offering A berjumlah 50 mahasiswa dengan laki-laki 12
mahasiswa dan perempuan 38 mahasiswa. Pada pelaksanaan tes awal ada 8 mahasiswa
yang tidak hadir, 1 mahasiswa dengan keterangan ijin berinisial AT dan 7 mahasiswa
lainnya tanpa keterangan dengan inisial AC, DK, WM, SB, DSN, AWI, dan EES.
Berdasarkan hasil tes awal di atas terlihat bahwa seluruh mahasiswa yang
mengikuti tes tidak ada yang mencapai skor 65%, dan untuk materi mengubah soal
cerita ke bentuk matematis dengan penyelesaian masalah (item soal 1 dan 2), tingkat
pencapaian sebesar 0% pada indikator 1c dan 2a, berarti daya berpikir mahasiswa
masih rendah belum mencapai indikator berpikir kritis.
Hasil validasi terhadap perangkat perkuliahan dan instrumen penelitian dapat
dilihat pada Tabel berikut.
10
Lembar Kerja
Mahasiswa
Skor Total
(ST)
Persentase
Skor RataRata (SR)
Kriteria SR
Instrumen Tes
Skor Total
(ST)
Persentase
Skor RataRata (SR)
Kriteria SR
Lembar
Observasi
Aktivitas
Mahasiswa
Skor Total
(ST)
Persentase
Skor RataRata (SR)
Kriteria SR
Validator I
Validator II
Validator III
92
101
96
89%
97%
92%
Valid tanpa
revisi
Valid tanpa
revisi
Valid tanpa
revisi
63
65
65
93%
96%
96%
Valid tanpa
revisi
Valid tanpa
revisi
Valid tanpa
revisi
27
30
29
84%
94%
91%
Valid tanpa
revisi
Valid tanpa
revisi
Valid tanpa
revisi
46
54
51
82%
96%
91%
Valid tanpa
revisi
Valid tanpa
revisi
Valid tanpa
revisi
Proses perkuliahan pada siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, masingmasing pertemuan 2 jam pelajaran yaitu 2 x 50 menit. Dilaksanakannya proses
perkuliahan pertemuan I adalah memperhatikan cakupan materi dan indikator
keberhasilan perkuliahan serta waktu yang terjadwal dalam 1 kali pertemuan.
Perkuliahan dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan perkuliahan yang telah
disusun sebelumnya.
11
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 April 2010 mulai
pukul 12.30 sampai 14.00 WIB. Jumlah mahasiswa yang hadir 45 orang dari 50
mahasiswa yang dinyatakan masih aktif pada angkatan 2009/2010 offering A Program
Studi Pendidikan Matematika Universitas Kanjuruhan Malang. Ada 5 mahasiswa yang
tidak hadir, 1 mahasiswa dengan keterangan ijin dan 4 mahasiswa tanpa keterangan.
Berdasarkan hasil pengamatan P1 pada observasi aktivitas mahasiswa dalam kriteria
baik dan hasil pengamatan P2 pada observasi aktivitas mahasiswa dalam kriteria baik,
maka dapat disimpulkan aktivitas mahasiswa pada pertemuan I dalam kriteria baik.
Namun masih banyak deskriptor aktivitas mahasiswa yang belum muncul secara
maksimal, yaitu: membaca masalah yang diberikan, berdiskusi dalam kelompok untuk
memahami jenis persoalan, berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan jenis
variabel aktivitas, aktif menyampaikan ide dalam menentukan variabel fungsi objektif,
aktif menyampaikan ide dalam menentukan variabel fungsi kendala, aktif
menyampaikan ide untuk menyelesaikan persoalan, mengisi lembar kerja, menjawab
persoalan, menuliskan hasil diskusi, menyampaikan hasil diskusi dengan baik dan
jelas, memperhatikan pandapat/penjelasan dari kelompok lain, menghargai pendapat
teman, dan membuat suatu kesepakatan bersama.
Berdasarkan perolehan hasil diskusi LKM I pertemuan I bahwa semua kelompok
telah mencapai skor 65%. Namun persentase pencapaian skor maksimum dari setiap
indikator ada yang belum mencapai 65%. Persentase pencapaian terendah masingmasing indikator sebesar 33% untuk indikator 2a (item soal No. 1 dan 2). Sedangkan
skor ketuntasan belajar hanya ada 2 kelompok yang sudah mencapai skor 85%. Hasil
tersebut diperoleh dari kegiatan evaluasi yang dilakukan peneliti untuk mengetahui
sejauh mana mahasiswa telah mencapai indikator yang diteliti.
12
13
sebesar 88% pada item 3b untuk No. soal 1 dan 2. Hal ini menunjukkan bahwa
perkuliahan pada siklus I memenuhi kriteria ketuntasan yaitu paling sedikit 85%.
Hasil Analisis (refleksi)
Dari hasil observasi perkuliahan diperoleh untuk pertemuan I aktivitas
mahasiswa berdasarkan pengamatan P1 sebesar 81% sehingga dalam kriteria baik,
sedangkan pengamatan P2 sebesar 86% sehingga dalam kriteria baik, maka dapat
disimpulkan aktivitas mahasiswa pada pertemuan I dalam kriteria baik.
Observasi perkuliahan pada pertemuan II aktivitas mahasiswa berdasarkan
pengamatan P1 sebesar 87% sehingga dalam kriteria baik, sedangkan pengamatan P2
sebesar 88% sehingga dalam kriteria baik, maka dapat disimpulkan aktivitas
mahasiswa pada pertemuan II dalam kriteria baik.
Dari hasil diskusi LKM I diketahui bahwa persentase mahasiswa yang
memperoleh skor 65% sebesar 96% dari keseluruhan mahasiswa yang mengikuti
kegiatan diskusi. Hasil persentase pencapaian setiap indikator yang diteliti pada LKM
II pertemuan II menunjukkan beberapa indikator telah mencapai 100% pencapaian.
Namun terdapat beberapa indikator yang belum mencapai skor maksimum sebesar
88%, hal ini menunjukkan bahwa perkuliahan pada siklus I memenuhi kriteria
ketuntasan belajar yaitu paling sedikit 85% indikator telah dicapai mahasiswa yang
mengikuti kegiatan diskusi.
Berdasarkan hasil analisa uraian data di atas maka kegiatan perkuliahan pada
siklus I telah mencapai kriteria keberhasilan. Dengan demikian disimpulkan bahwa
siklus I telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian
tindakan kelas ini.
14
15
Berdasarkan perolehan hasil diskusi LKM II di atas terlihat bahwa ada 3 kelompok
atau 21 dari 35 mahasiswa atau sebesar 51% yang belum mencapai skor 65%, dan
sebanyak 24 mahasiswa dari 35 mahasiswa atau sebesar 69% mahasiswa yang hadir
memperoleh skor 65%. Persentase terendah pencapaian setiap indikator sebesar
62%. Dengan demikian hasil pada pertemuan I belum mencapai kriteria ketuntasan
belajar sehingga perlu diperbaiki pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan Kedua perkuliahan mengubah soal cerita ke bentuk matematik di angkatan
2009/2010 offering A Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Kanjuruhan
Malang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22 Mei 2010. Kegiatan perkuliahan
dimulai pukul 12.30 WIB sampai 14.00 selama 2 kali 50 menit yaitu 2 jam pelajaran.
Indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam perkuliahan adalah mengubah soal
cerita ke bentuk matematik, menentukan daerah himpunan penyelesaian, menentukan
koordinat
titik-titik
sudutnya
dan
menentukan
nilai
optimumnya
dengan
16
17
Adapun hasil tes akhir yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 5 Juni 2010
terdapat pada tabel penelitian, ada 40 mahasiswa yang mengikuti tes dari 50
mahasiswa angkatan 2009/2010 offering A, dimana tes hasil belajar ada 6 mahasiswa
yang tidak hadir tanpa keterangan dengan inisial LIS, AC, EP, IS, SB, dan AWI serta 1
mahasiswa dengan keterangan ijin yaitu UR.
Berdasarkan tabel di atas bahwa ada 4 mahasiswa dari 43 mahasiswa atau
sebesar 9% mahasiswa mengikuti tes belum mencapai skor 65%. Sedangkan 39 atau
sebesar 91% mahasiswa yang mengikuti tes yang telah mencapai skor 65%.
Persentase ketuntasan belajarnya secara klasikal sebesar 91%.
Pembahasan
Sebelum materi program linear diajarkan, peneliti mempersiapkan mahasiswa
agar benar-benar siap untuk belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Orton (1992:9-10)
bahwa peserta didik yang siap untuk belajar akan belajar lebih banyak daripada peserta
didik yang tidak siap. Kegiatan menyiapkan mahasiswa meliputi persiapan fisik dan
persiapan mental. Persiapan fisik meliputi menyediakan semua sarana yang diperlukan
berupa bahan ajar dan lembar kerja mahasiswa, dan membagi mahasiswa dalam
kelompok-kelompok. Sedangkan persiapan mental meliputi kegiatan menyampaikan
salam,
18
19
secara mandiri dan bekerja sama, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk melakukan kegiatan penemuan.
Perkuliahan materi mengubah soal cerita ke bentuk matematik dalam penelitian
ini dilakukan dengan mambagi mahasiswa kedalam kelompok yang terdiri dari 7
mahasiswa. Pemilihan kelompok sebanyak 7 mahasiswa didasarkan pada alasan, jika
satu kelompok terdiri dari 7 anggota, maka dalam mengutarakan ide atau gagasan
dalam menyelesaikan suatu persoalan akan lebih komplek, kerja sama dan
pertimbangan bagi anggota yang memiliki kemampuan kurang dapat didorong atau
diberi penjelasan dengan anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih.
Sebaliknya, jika ukuran kelompok terlalu kecil maka akan sulit bagi kelompok itu
berfungsi secara efektif.
Perkuliahan mengenai proses berpikir kritis mahasiswa melalui perkuliahan
penyelesaian masalah program linear ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya proses
berpikir kritis mahasiswa melalui perkuliahan penyelesaian masalah program linear.
Peningkatan proses berpikir kritis mahasiswa tentang (1) mengubah soal cerita ke
bentuk matematik, (2) menentukan daerah himpunan penyelesaian masalah, (3)
menentukan titik-titik pojoknya, dan (4) menentukan nilai optimumnya. Peningkatan
proses berpikir tersebut tentunya juga merujuk pada 4 indikator berpikir kritis yang
dijabarkan sebagai berikut: (1) identifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan,
(2) perumusan masalah kebentuk matematik, (3) penerapan strategi penyelesaian
masalah, dan (4) interpretasi.
Pada saat proses belajar dilaksanakan dengan proses berpikir kritis melalui
strategi diskusi ada beberapa mahasiswa masih bersikap pasif dan cenderung
menunggu perintah dosen. Mahasiswa tersebut kelihatan aktif berdiskusi dengan
temannya ketika dosen berada di dekatnya atau ketika dosen memberikan arahan
20
padanya. Agar semua mahasiswa dapat melakukan proses berpikir dalam penyelesaian
masalah pada waktu belajar dosen mengupayakan dengan mengorganisasikan
mahasiswa secara berkelompok agar berdiskusi dalam mengemukakan ide/gagasannya
pada sesama mahasiswa dapat terjadi. Kemudian dosen juga berupaya memberi
kesempatan kepada mahasiswa mengemukakan pendapatnya secara bertahap.
Diorganisasikannya mahasiswa secara berkelompok dalam belajar kemudian
saling evaluasi dan berinterpretasi antar pasangan dimaksudkan lebih memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengemukakan pendapat dalam belajar
mengemukakan ide. Ketika mahasiswa belajar berpikir secara kritis dan logis dengan
cara berdiskusi dengan kelompok, mahasiswa lebih banyak melakukan perdebatan dan
saling melengkapi. Mahasiswa lebih leluasa menyelesaikan tugas-tugas belajar yang
disajikan dalam LKM. Kegiatan interaksi antar mahasiswa tersebut
juga sesuai
dengan yang dinyatakan Marrilyn (2004:263) bahwa interaksi antar mahasiswa dalam
kolaborasi lebih memungkinkan mahasiswa memahami ide dan pemikiran temannya
serta memiliki kesempatan untuk menyusun kembali ide-ide matematika yang sedang
mereka pelajari.
Proses berpikir dalam mengemukakan ide mahasiswa dan dosen terjadi
ketika dosen melakukan kegiatan tanya jawab kepada mahasiswa dengan melakukan
tanya jawab, pemberian LKM, dan ketika dosen memberikan arahan kepada
mahasiswa yang menemui masalah dalam proses perkuliahan. Dengan LKM dosen
memberikan kesempatan kepada mahasiswa mengekplorasi masalah atau kasus yang
dihadapi dan dengan metode informalnya mahasiswa mengkonstruksi pengetahuan
baru yang diharapkan dimiliki mahasiswa setelah melakukan aktivitas belajar. Dalam
hal ini dosen menstruktur tugas-tugas sedemikian rupa agar mahasiswa bersama-sama
21
dengan dosen dapat menyelesaikan tugas-tugas belajar yang cenderung tidak dapat
mahasiswa selesaikan seandainya dilakukan sendiri (Marrilyn, 2004:262).
Penggunaan LKM dalam perkuliahan juga diharapkan dapat mendorong
mahasiswa bekerja dan belajar secara mandiri dan melalui proses berpikir dalam
menyelesaikan masalah dalam belajar. Machmud (2001:7) menyatakan bahwa lembar
kerja dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerja secara mandiri
dan bekerja sama, serta memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan
penemuan.
Setelah mahasiswa dapat menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan LKM,
kegiatan saling evaluasi dan interpretasi belajar dilakukan secara klasikal. Secara
bergantian masing-masing mahasiswa menyampaikan hasil kerja mereka dan
mahasiswa yang lain membandingkan dengan hasil pekerjaannya serta memberikan
komentar. Hadi (2005:38-39) menyatakan dengan melakukan aktivitas bersama di
dalam perkuliahan matematika kesempatan dan ruang untuk dapat mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman matematika akan lebih banyak bagi mahasiswa.
Tidak dapat terlaksananya aktivitas diskusi dan interpretasi dalam belajar
secara maksimal dan merata dapat dikarenakan mahasiswa belum terbiasa dan baru
beberapa kali melakukannya. Pada dasarnya mahasiswa semester II angkatan
2009/2010 offering A sudah bisa melakukan diskusi dalam belajar dengan indikator
berpikir kritis.
Simpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal
berikut. Pembahasan mengenai hasil proses berpikir kritis mahasiswa melalui
perkuliahan penyelesaian masalah program linear terdiri atas 3 bagian. Pertama,
mahasiswa yang memiliki kemampuan tinggi. Secara berkelompok, proses berpikir
132
22
kritis mereka dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan indikator yang diteliti.
Adapun indikator berpikir kritis yang diteliti yaitu menentukan unsur-unsur yang
diketahui dan ditanyakan, menerapkan strategi penyelesaian masalah, merumuskan
masalah ke bentuk matematik, dan interpretasi. Pada lembar kerja mahasiswa I
maupun lembar kerja mahasiswa II, sesuai dengan langkah-langkah dan prosedur
penyelesaian masalah yang diberikan. Saat bekerja secara berkelompok pada lembar
kerja mahasiswa I maupun lembar kerja mahasiswa II proses berpikirnya sesuai
dengan prosedur langkah-langkah indikator berpikir kritis. Mahasiswa berkemampuan
tinggi mampu melakukan langkah-langkah: (1) identifikasi unsur-unsur yang diketahui
dan ditanyakan, (2) membentuk rumusan masalah ke bentuk matematik, (3) mampu
menerapkan strategi untuk penyelesaian masalah, dan (4) mampu menginterpretasikan
hasil diskusi mereka dengan tepat.
Kedua, mahasiswa yang memiliki kemampuan sedang. Secara berkelompok
proses berpikir kritis mereka, dari lembar kerja mahasiswa I tidak sesuai dengan
indikator berpikir kritis, artinya ada beberapa indikator belum terpenuhi dari
keseluruhan indikator berpikir kritis. Tetapi pada lembar kerja mahasiswa II, proses
berpikir mereka sesuai dengan indikator berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah.
Ketika bekerja secara berkelompok pada lembar kerja mahasiswa I, mahasiswa yang
memiliki kemampuan sedang ini perlu diberikan bantuan atau petunjuk dari teman
mereka yang memiliki kemampuan tinggi. Tetapi pada saat menyelesaikan lembar
kerja mahasiswa II, mahasiswa berkemampuan sedang sudah tidak perlu lagi
mendapat bantuan dari teman yang memiliki kemampuan tinggi. Mahasiswa
berkemampuan sedang proses berpikir kritis mereka pada lembar kerja mahasiswa I
hanya mampu melakukan beberapa langkah dengan tepat. Kesalahan yang banyak
mereka lakukan dalam proses penyelesaian masalah yaitu terletak pada identifikasi
23
24
akhir penelitian diketahui bahwa mahasiswa yang memperoleh skor 65% telah
mencapai ketuntasan belajar, dimana persentase pencapaian sebesar 91%.
Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan penelitian, maka disarankan kepada pengajar
untuk menggunakan strategi proses berpikir dalam perkuliahan matematika di kelas,
dengan memperhatikan beberapa hal berikut:
1.
2.
serta
menghilangkan
kekhawatiran
bahwa
mahasiswa
yang
4.
25
ARTIKEL
Oleh :
Nur Farida
NIM 107671554170
26