Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-undang No. 44 Tahun 2009 menuliskan mengenai definisi dari
Rumah sakit, rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggaakan pelayanan perorangan secara paripurna di mana pelayanan
yang ditawarkan meliputi rawat inap, rawat jalan dan unit gawat darurat
sedangkan World Health Organization menyebutkan bahwa rumah sakit
merupakan bagian integral dari suatu oganisasi sosial dan kesehatan dengan
menyediakan pelayanan komprehensif, kuratif dan preventif kepada masyarakat.
Pengertian Rumah Sakit secara umum menurut definisi yang sudah disebutkan
merupakan penyelenggara pelayanan kesehatan yang terdiri dari beberapa jenis
pelayanan diantaranya pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan
rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan serta pelayanan perawatan.
Semua hal tersebut terangkum dalam pelayanan yang dilakukan secara
komprehesif, kuratif dan preventif untuk penanganan masalah kesehatan pasien
baik dilakukan di rawat inap, rawat jalan maupun unit kegawatan.
Rumah sakit secara umum memiliki penyelenggaraan dengan tujuan
sama yaitu berorientasi pada kesehatan pasien namun beberapa rumah sakit
memiliki pelayanan dengan penaganan berbeda, menyesuaikan fungsi dari
rumah sakit tersebut didirikan tetapi tetap pada tujuan untuk ksehatan pasien,
seperti penanganan yang dilakukan pada rumah sakit jiwa. Rumah sakit jiwa
merupakan rumah sakit khusus yang memberikan pelayanan kesehatan bagi
pasien-pasien dengan masalah kejiwaan. Indonesia hanya memiliki 33 buah
rumah sakit milik pemerintah dan sekitar 40 buah milik swasta. Salah satu
rumah sakit jiwa yang dimiliki pemerintah provinsi di Semarang adalah RSJD
Amino Gondohutomo. Rumah sakit tersebut memiliki berbagai macam
pelayanan bagi pasiennya seperti pelayanan rawat inap yang terdiri dari ruang
rawat inap berkelas VIP, kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan rawat inap yang khusus
menangani masalah kedaruratan psikiatri yaitu Unit Perawatan Intesif Psikiatri
atau disingkat UPIP.
tetap
sama
yaitu
dapat
ditanggung
gugatkan,
sehingga
C. MANFAAT
1. Pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen
keperawatan
merupakan
proses
pengelolaan
pelayanan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat
(Gillies, 2000). Sedangkan menurut Marquis dan Huston (2010), manajemen
keperawatan adalah suatu proses keperawatan yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian.
B. Fungsi Manajemen Keperawatan
Manajemen diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu diperlukan adanya fungsi-fungsi
yang jelas mengenai manajemen. Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat
beberapa
elemen
utama
yaitu
Planning
(perencanaan),
Organizing
Perencanaan
jangka
panjang
digunakan
untuk
adalah
suatu
langkah
untuk
menetapkan,
a. Manfaat pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan
dapat mengetahui Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok,
Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut
melalui kegiatan yang dilakukannya, pendelegasian wewenang, dan
pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Tahapan dalam pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan.
3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis.
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang
c. Deskripsi peran dan fungsi
1) Kepala ruang rawat
Kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan D3 Keperawatan
yang
berpengalaman
atau
kemampuanS.Kp/S.Kep/Ners
yang
berpengalaman. Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja dinas pagi.
Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah:
a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).
b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.
c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di
ruangan.
d) Membimbing siswa/mahasiswa (bekerjasama dengan pembimbing
klinik) dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan dengan
mengikuti sistem yang sudah ada,
e) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.
dan
memfasilitasi
ketersediaan
fasilitas
yang
dibutuhkan di ruangan.
l) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang
ada diruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.
m) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk
membahas kebutuhan di ruangan.
n) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan.
o) Membuat peta resiko ruang rawat.
2) Ketua tim (Perawat Primer)
Perawat primer (PP) adalah perawat lulusan D3 keperawatan dengan
pengalaman minimal 4 tahun atau perawat S.Kp/Ners dengan pengalaman
minimal 1 tahun. perawat primer dapat bertugas pada pagi, sore, atau
malam hari. Namun sebaiknya perawat primer hanya bertugas pada pagi
atau sore saja karena bila bertugas pada malam hari perawat primer akan
libur beberapa hari sehingga sulit menilai perkembangan klien. Tugas dan
tanggung jawab perawat primer (PP) adalah :
10
11
dan
memfasilitasi
terlaksananya
kegiatan
perawat
assosiate.
j) Mengatur pelaksanaan kolaborasi dan pemeriksaan laboratorium.
k) Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah tanggung jawabnya
bersama dengan perawat assosiate.
l) Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila
PP tidak ada, visite didampingi oleh perawat assosiate sesuai timnya.
m) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari.
n) Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap dua hari
untuk membahas kondisi perawatan klien (tergantung pada kondisi
klien).
o) Bila perawat primer cuti atau libur, tugas-tugas perawat primer
didelegasikan kepada perawat assosiate yang telah ditunjuk (wakil PP)
dengan bimbingan kepala ruangan.
p) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga.
q) Membuat perencanaan pulang.
3) Perawat pelaksana
Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana adalah :
a) Membaca rencana keperawatn yang telah ditetapkan PP
b) Membina hubungan terapetik dengan klien/keluarga, sebagai kontrak
lanjutan yang sudah dilakukan PP.
c) Menerima
klien
baru
(kontrak)
dan
memberikan
informasi
12
Kepemimpinan
merupakan
faktor
penting
dalam
keberhasilan
13
a. Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali
apatis dan menghilangkan inisiatif.
b. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan
antara
manusia
dan
kerja
kelompok.
Kepemimpinan
demokratis
14
telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah
diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Tugas
seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi
pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya
mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
c. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program.
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia,
serta alat untuk memperbaiki kinerja.
e. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik.
f. Menunjukkan sifat dari aktivitas
g. Melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
h. Memandang ke depan
i. Menunjukkan penerimaan pada titik kritis
j. Objektif
k. Fleksibel
l. Menunjukkan pola organisasi
m. Ekonomis
n. Mudah dimengerti
o. Menunjukkan tindakan perbaikkan.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuantujuan keperawatan adalah:
15
a. Analisa tugas: kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang
tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya
mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan
untuk analisa tugas dalam keperawatan
b. Kontrol kualitas: Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan
akibat-akibat dari pelayanan keperawatan. Apabila fungsi pengawasan dan
pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat:
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standard atau rencana kerja.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.
C. Kuantitas Ketenagaan
1. Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan
Tingkat ketergantungan dapat dinilai berdasarkan Douglas yaitu klien
dikategorikan sebagai berikut:
Kategori I: self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu1-2jam/hari
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makanan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
e. Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
f. Perawatan luka sederhana.
Kategori II: Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4
jam/hari.
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
16
c. Ambulasi dibantu
d. Pengobatan dengan injeksi
e. Klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
f. Klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
Kategori III: Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
a. Semua kebutuhan klien dibantu
b. Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
c. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
2. Cara Perhitungan Jumlah dan Kategori Tenagaan Keperawatan
a. Metode Douglas
Metode Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) memiliki
kategori nilai standar per shift dalam menetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam suatu ruang perawatan berdasarkan klasifikasi klien.
Hasil perhitungan tersebut berpengaruh terhadap beban kerja yang diterima
perawat ruangan. Nilai standar tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel kategori nilai standar per shift metode Douglas
Jml
Klie
n
Pag
i
0,17
0,34
0,51
1
2
3
Dst
b. Metode Gillies
Minimal
Sor
Mala
e
m
0,14 0,07
0,28 0,14
0,42 0,21
Klasifikasi Klien
Parsial
Pag Sor
Mala
i
e
m
0,27 0,15 0,10
0,54 0,30 0,20
0,81 0,45 0,30
Total
Pag Sor
Mala
i
e
m
0,36 0,36 0,20
0,72 0,60 0,40
1,08 0,90 0,60
17
2)
Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata rata biaya (Bed Occupancy Rate atau BOR) dengan
rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
a) Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
b) Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari (hari
minggu/libur = 52 hari, untuk hari sabtu tergantung kebijakan
rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan , begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 13
hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
c) Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau
hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau
hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
TP = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan / tahun
Jumlah jam kerja perawat/tahun x jam kerja perawat/hari
Atau
TP = A x B x 365
(365-C) x jam kerja/hari
Keterangan :
TP
: Tenaga Perawat
klien)
B
c. Depkes
Kebutuhan tenaga I = Jumlah jam perawatan yang di ruangan / hari
Jam efektif perawat
Loss Day= Jumlah hari minggu dlm 1 th + cuti + hari besar x kebutuhan tenaga I
Jam hari kerja efektif perawat
18
terkait
Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lainnya
5. Menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi.
Fungsi SOP:
1. Memperlancar tugas petugas atau tim
2. Dasar hukum bila terjadi penyimpangan
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak
4. Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja
5. Pedoman dalam melaksanakan pekerjaan tim.
Prinsip-prinsip SOP :
1. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan
2. Dapat berubah sesuai dengan perubahan standar profesi atau perkembangan
iptek serta peraturan yang berlaku
19
3. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada setiap
upaya,
pelayanan
4. Didokumentasikan.
Jenis dan Ruang Lingkup SOP:
1. Terdapat dua kelompok SOP pelayanan profesi yaitu:
a. SOP untuk aspek keilmuanadalah SOP mengenai proses kerja untuk
diagnostik dan terapi.
b. SOP untuk aspek manajerial adalah SOP mengenai proses kerja yang
menunjang SOP keilmuan dan pelayanan pasen non-keilmuan.
c. SOP profesi mencakup beberapa hal seperti pelayanan medis, pelayanan
penunjang, dan pelayanan keperawatan.
2. SOP administrasi mencakup hal sebagai berikut:
a.
Perencanaan program/kegiatan
b.
Keuangan
c.
Perlengkapan
d.
Kepegawaian
e.
Pelaporan.
ketentuan/peraturan-
20
2)
3)
4)
5)
Cara : Metoda apa yang dipakai dan mengapa dengan cara itu?
21
PERAWATAN
INTENSIF
PSIKIATRI
(UPIP)
PSYCHIATRIC
22
manik),
kadang-kadang
gagal
untuk
mempertahankan
23
diri dari tempat yang tinggi, dan menyiapkan alat untuk bunuh diri (pistol,
pisau, silet dll).
C. Alur Penerimaan Klien di UPIP
Klien yang masuk di ruang UPIP sebelumnya dilakukan triase dengan
mengkaji keluhan utama klien dengan menggunakan skor RUFA (1-30) dan
tanda vital. Kategori klien menurut skor RUFA sebagai berikut:
1. Skor 1-10 masuk intensif I
2. Skor 11-20 masuk ruang intensif II
3. Skor 21-30 masuk ruang intensif III
D. Fase Tindakan Intensif
Berdasarkan prinsip tindakan intensif, maka penanganan kedaruratan
dibagi dalam fase intensif I (24 jam pertama), fase intensif II (24-72 jam
pertama) dan fase intensif III (72 jam-10 hari.
1. Fase intensif I (24 jam pertama)
Fase intensif I adalah fase 24 jam pertama pasien dirawat dengan
observasi, diagnosa, terapi dan evaluasi yang ketat. Berdasarkan hasil
evaluasi pasien maka pasien memiliki tiga kemungkinan yaitu dipulangkan,
dilanjutkan ke fase intensif II, atau dirujuk ke rumah sakit jiwa.
a. Prinsip tindakan
1) Life saving
Mencegah cedera pada klien, orang lain dan lingkungan.
2) Indikasi
Klien dengan skor 1-10 skala RUFA
3) Pengkajian
a)
b)
Psikiater atau perawat jiwa yang baru-baru ini menangani klien (bila
memungkinkan)
24
c)
Diagnosa gangguan jiwa di waktu lalu yang mirip dengan tanda dan
gejala yang dialami klien saat ini
d)
e)
f)
g)
h)
i)
(Psikiater/Medical
Officer
Mental
Health(MOMH)/GP+
Observasi ketat
b)
diri)
c)
d)
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi
musik.
e)
25
26
F. Penanganan di UPIP
Penanganan di UPIP menggunakan pendekatan di ruang MPKP yang
terdiri dari empat pilar, yaitu:
1. Pendekatan manajemen
27
2. Compensatory reward
3. Hubungan profesional
4. Manajemen asuhan keperawatan
BAB III
PROSES PENYELESAIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Profil Rumah Sakit Dan Ruangan
28
Berdirinya
Rumah
SakitJiwa
Daerah
Sakit
Daerah
Dr.AminoGondohutomoSemarang
Sejarah
perkembangan
Rumah
Jiwa
Jawa
Tengah
sesuai
dengan
SK
Gubernur
No
440/09/2002,Februari 2002.
b. Letak Geografis Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.AminoGondohutomo
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang
terletak padaruas jalan utama merupakan rangkaian jalur tengah yang
meghubungkan kotaSemarang dengan kota Purwodadi, atau tepatnya
29
dan
strategis
karena
peran
RSJD
Semarang
yang
menangani
pasien-pasien
dengan
30
ruang
UPIP masih
digabungkan
dengan
ruang
1.
Perawat SPK
h
-
2.
Perawat D III
3.
Perawat S1
Perawat S1 + Ners
5.
Perawat S2 + Ners
1
Tabel 1. Klasifikasi Pendidikan Tenaga Keperawatan di Ruang
UPIP RSJD Amino Gondohutomo (n=15)
Rata-rata pasien setiap hari di ruang UPIP adalah 9 pasien dengan
kategori sebagai berikut :
a) 2 pasien kategori perawatan partial
b) 13 pasien kategori perawatan minimal
Kebutuhan tenaga kerja di ruang UPIP adalah :
Pagi
kategori partial
2 x 0,27 = 0,54
kategori minimal
13 x 0,34 = 4,42
jumlah
4,96
31
Siang
2 x 0,15 = 0,3
13 x 0,28 = 3,64
Malam
2 x 0,07 = 0,14 13 x 0,30 = 3,9
jumlah kebutuhan tenaga kerja dalam 1 hari
Tabel 2. Kebutuhan Tenaga Kerja dalam 1 Hari
3,94
4,04
12,94
Analisis :
Kebutuhan tenaga kerja perawat dalam 1 hari adalah 12 orang
ditambah 1 orang (kepala ruang), sehingga menjadi 13 orang.
Kondisi di ruangan UPIP terdapat 14 perawat dan 1 kepala ruang.
Hal ini menunjukkan bahwa ruang UPIP sudah sesuai untuk
menjalankan MPKP.
2) Tenaga non Keperawatan
Jumlah petugas administrasi di ruang UPIP RSJD Amino
Gondohutomo adalah sebanyak 1 orang.
No
Jabatan
Jumla
h
1.
Administrasi
1
Tabel 3. Jumlah tenaga non keperawatan
Analisis:
Dalam pelasanaan MPKP dibutuhkan seseorang yang bertugas
melaksanakan dokumentasi administrasi ruangan. Ruang UPIP sudah
memenuhi syarat tersebut karena sudah memiliki seorang tenaga non
keperawatan.
3) Kasus yang Sering Ditemukan
Kasus kesehatan jiwa yang ditemui pada bulan September 2014 adalah
sebagai berikut:
a) Sepuluh Besar Jenis Penyakit
Kode
F.20.0
F.20.3
F.20.2
F.20.1
F.23.2
F.32.2
F.30.2
Jenis penyakit
Sch. Paranoid
Sch. Tak Terinci
Sch. Katatonik
Sch. Hebefrenik
Gangguan Psikotik Akut
Depresi Berat
Gangguan Bipolar Tipe
Jumlah Kasus
13
17
13
2
7
5
4
Prosentase
17%
23%
17%
3%
9%
11%
5
Manik
32
F.00.0
F.31.2
F.20.9
Demensia Sinilis
Schizofrenia Ytt
Jenis penyakit
RPK
RBD
DPD
ISOS
HDR Kronik
Halusinasi
Waham
Kerusakan Komunikasi
Jumlah Kasus
41
16
14
9
10
4
-
Prosentase
55%
21%
19%
12%
13%
5%
-
9
10
Verbal
Berduka Kompleks
Penatalaksanaan
Regimen
Keluarga Inefektif
Regimen Terapeutik
4) Struktur Organisasi
papan
struktur
organisasi.
Kebijakan
RSJD
Amino
Tugas pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan di bangsal
rawat inap yang berada di bawah tanggung jawabnya.
ii.
Fungsi Perencanaan
i)
33
ii)
iii.
34
35
r) Menyelenggarakan
diskusi
kasus/
conference
dalam
36
37
untuk membagi tugas sesuai jumlah perawat dan jumlah pasien pada
setiap shift sesuai dengan kebutuhan dan tenaga yang tersedia.
b. Money
1) Sumber Pemasukan
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan bahwa
sumber pemasukan atau anggaran dari Rumah Sakit tidak berupa
uang secara langsung, akan tetapi berupa barang sesuai dengan
permintaan yang diajukan oleh ruangan ke bagian Sarana Prasarana
yang telah disetujui.
2) Pengeluaran
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruang, ruangan tidak
memiliki pengeluaran berupa uang karena ruangan juga tidak
mendapatkan pemasukan berupa uang dari anggaran RS. Pemasukan
dan pengeluaran ruangan bersifat sentralisasi langsung dari rumah
sakit.
3) Sistem Evaluasi Anggaran (Laporan Pertanggungjawaban)
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan bahwa
ruang UPIP tidak memiliki sistem evaluasi anggaran dikarenakan
semua pemasukan dan pengeluaran sudah dipusatkan di rumah sakit.
4) Kendala dalam Anggaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan bahwa
kendala dalam pengadaan atau permintaan barang bisa dikatakan
lama apabila barang yang diminta merupakan barang yang dirasa
mahal.
c. Method
1) Pelaksanaan Timbang Terima Pasien
Berdasarkan hasil observasi selama 7 hari (6-11 Oktober
2014) pelaksanaan timbang terima pasien dilakukan oleh antar
perawat shift (perawat shift sebelumnya dengan perawat shift
38
keperawatan
berdasarkan
kegawatdaruratan
psikiatri.
39
40
yang
dikaji.
Bagian
penentuan
diagnose,
dengan
41
langsung
diletakkan
di
masing-masing
loker
obat
42
JUMLAH KONDISI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
1
1
2
2
1
1
3
1
1
2
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
43
b) Alat-Alat Non-Medis
Tabel 8. Daftar Alat-Alat Non-Medis di Ruang UPIP pada Bulan
Oktober 2014
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
JENIS BARANG
Tempat tidur pasien
Matras/kasur
Almari + laci pasien
Meja makan
Meja komputer
Kursi computer
Kursi sandar
Loker obat
Troli tindakan
Kipas angin gantung
Telepon
Almari kayu
Hand rub
TV 14
Komputer
CPU
Keyboard
Stabilisator
Wastafel
Tiang infus
Jam dinding
Dispenser
Ruang nurse station
Ruang ganti pakaian dan
JUMLAH
23
21
12
2
1
1
18
1
1
1
2
1
8
1
1
1
1
1
1
3
2
1
1
1
KONDISI
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
25.
26.
11
1
Baik
Baik
27.
28.
29.
30
31.
32.
33.
34.
35.
36.
besar
Tirai skat
Sendok
Gelas
Rak piring
Gayung
Ember
Rak sepatu
Rak susun
Box linen kotor
Box linen bersih
2
25
25
1
17
17
1
1
1
1
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
44
37.
38.
39.
40.
41.
42.
1
1
1
3
5
1
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
43.
terjadi bencana
Helm pengaman
Baik
3) Sterilisasi Alat
Pembersihan linen (sprei, selimut, sarung bantal, seragam pasien) dan
alat restrain dilakukan dengan mengirimkan barang tersebut ke
laundry.
4) Kamar pasien
Ruang UPIP memiliki 5 jenis ruangan dengan total ruangan 8 buah
yaitu ruang intensif laki-laki dan perempuan, ruang obervasi, ruang
fisik laki-laki dan wanita, 2 buah ruang intermediet, dan ruang
isolasi.
a) Ruang Intensif
Ruang intensif laki-laki dan perempuan masing-masing memiliki
2 buah tempat tidur dengan kasur busa dan satu bantal. Ruang
ini difasilitasi satu buah AC, lampu penerang satu buah, dan
almari troli 1 buah.
b) Ruang Observasi
Ruang observasi memiliki 2 buah tempat tidur dengan kasur
busa dan dua bantal. Ruang ini difasilitasi satu buah AC, lampu
penerang satu buah, dan almari troli 2 buah.
c) Ruang Fisik
Ruang observasi memiliki 2 buah tempat tidur dengan kasur
busa dan dua bantal. Ruang ini difasilitasi satu buah AC, lampu
penerang satu buah, dan almari troli 2 buah
45
d) Ruang Intermediete
i.
Ruang I
Ruang observasi memiliki 4 buah tempat tidur dengan
kasur busa dan 4 bantal. Ruang ini difasilitasi satu buah
AC, lampu penerang 2-3 buah, 1 kamar mandi dengan
closet, gayung, dan ember
ii.
Ruang II
Ruang observasi memiliki 5 buah tempat tidur dengan 4
kasur busa dan 2-3 bantal. Ruang ini difasilitasi satu buah
AC, lampu penerang satu buah, dan almari troli 2 buah, 1
kamar mandi dengan closet, gayung, dan ember
e) Ruang Isolasi
Ruang isolasi memiliki 2 buah kamar terpisah. Masing-masing
kamar memiliki 1 tempat tidur, I kasur busa, 1 almari troli, 1
meja troli. Ruang ini dilengkapi 2 buah kamar mandi, 1 kasur
lipat, 2 buah kursi, 2 buah sekat, 3 tiang infuse, dua buah AC
pada masing-masing kamar.
5) Fasilitas staf
1) Ruang perawat dan operasional
2) Nurse Station
a) 1 meja administrasi
b) 1 rak untuk lembar ASKEP
c) 1 meja kerja
d) 6 Kursi
e) 2 pesawat telepon
f) 1 buah monitor CCTV (ruang intermediete dan lobi depan
gedung UPIP)
g) 1 almari troli obat
h) 1 perangkat komputer
i) 1 CPU
j) 1 Westafel
46
k) 2 buah handsrub
l) 1 kamar mandi
m) 1 televisi
n) 1 AC
o) 1 jam dinding
3) Ruang Istirahat perawat
a) 1 dispenser
b) 3 Kasur busa
c) 1 buah Almari Loker
2. PROSES
a. Planning
1) Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondohutomo Semarang yaitu
Menuju Pelayanan Kesehatan Jiwa Paripurna yang Bermutu
2) Misi Rumah Sakit
Adapun misi RSJD Amino Gondohutumo yaitu:
a) Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa
paripurna
b) Meningkatkan sarana, prasarana, dan teknologi pelayanan.
c) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
d) Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang kesehatan jiwa
3) Misi Bidang Keperawatan
1) Mengembangkan pelayanan keperawatan jiwa secara menyeluruh
untuk mewujudkan pelayanan prima didukung SDM yang
professional
2) Meningkatkan sarana dan prasarana bidang keperawatan guna
tercapainya pelayanan prima
3) Mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan penelitian bidang
keperawatan yang berkelanjutan
47
4) Mengembangkan
kapasitas
dan
profesionalisme
SDM
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan
SDM
keperawatan.
a. Perencanaan Harian dan Bulanan
Berdasarkan wawancara tanggal 6 Oktober 2014 yang dilakukan
dengan kepala Ruang UPIP didapatkan informasi bahwa kepala
48
meningkatkan
kemajuan
ruang.
Rapat
bulanan
49
baik
buruk
50
i.
ii.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
ii.
iii.
iv.
51
52
diskusi
kasus/
conference
dalam
53
54
baik
buruk
penjadwalan
perawat
ruangan
diatur
oleh
kepala
55
56
3) Motivasi Pegawai
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang UPIP didapatkan
bahwa motivasi perawat dan staff dalam menjalankan tugas-tugas
sesuai tupoksinya sudah dirasa baik.
57
baik
buruk
58
menunjukkan
kegiatan
timbang
terima
pasien
kepala
ruang
dengan
tegas
mengambil
alih
dalam
pengambilan keputusan.
e. Pengadaan Ronde untuk Penyelesaian Masalah Pasien
59
miss
60
melakukan
restrain
pada
pasien.Tidak
ada
tindakan
61
62
baik
buruk
kualitas
dokumentasi
keperawatan
didapatkan
63
kualitas
dokumentasi
keperawatan
didapatkan
untuk
perencanaan
pulang
pada
pasien
(Discharge
64
Kategori
Penilaian
F.
INPUT
E.
Analisa SWOT
A. STRENGTH
1. Man
a. Jumlah tenaga perawat sudah lebih dari cukup menurut rumu
b. Sudah ada petugas admin yang mengurusi adminstrasi pasien
c. Beberapa perawat ruangan sudah mengikuti pelatihan yang d
d. Kepala ruang, tiga ketua tim dan satu perawat pelaksana su
mem
untuk pasien
b. Laundry
H. Fasilitas laundry dimanfaatkan ruangan untuk mengga
dan linen yang kotor dengan yang bersih
65
5. Machine
a. terdapat komputer untuk mempermudah kerja admin.
b. terdapatperlengkapan baik alat medis maupun non medis
instensif
2. Money
J.
3. Methods
a. Sistem timbang terima pasien kurang optimal dalam m
diberikan
d. Tidak terdapat pelaksanaan terapi modalitas sesuai kondisi
4. Materials
a. Tidak ada triage algoritma untuk klasifikasi penanganan pas
5. Machine
a. Ketidaktersediaan alat untuk melaksanakan terapi modalitas
K.
C. OPPORTUNITY
1. Man
a. Jumlah tenaga dan latar belakang pendidikan telah m
keperawatan
b. SAK dan SPO telah ada sehingga dapat dioptimalkan dalam
4. Material
M.
5. Machine
66
N.
O.
D. THREATENED
1. Man
a. Perawat bebas mengajukan permintaan jadwal jaga shift
T.
PROSES
ruangan pasien
b. Tidak pernah terjadi konflik yang berakibat fatal
c. Penyelesaian masalah dilakukan secara musyawarah
d. Pengambilan keputusan dilakukan secara bersama dan keb
5. Controlling
a. Controlling atau supervise dilakukan secara berkala tiap
terhadap dokumentasi asuhan keperawatan
Y.
Z.
B. WEAKNESS
a. Pelaksanaan merode tim di ruang UPIP belum berjalan se
67
kualitatif
d. Tidak ada tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasie
C. OPPORTUNITY
1. Kepala ruang melakukan audit dokumentasi keperawatan secara
2. Pelatihan untuk mengup-grade kemampuan perawat sudah diad
3. Adanya mahasiswa praktikan yang memberi informasi terkini m
4. Kepala ruang sangat terbuka dengan segala informasi yang m
maupun keluhan
5. Sarana dan prasarana ruangan cukup memadai untuk dilakukan
AB.
D. THREATENED
1. Kemungkinan perawat akan menolak dengan inovasi yang diber
2. Kemungkinan pasien dapat merusak sarana dan prasana yang te
3. Pasien tidak mendapatkan pelayanan yang optimal dan akan m
AD.
AE.
rumah sakit
AC.
OUTPUT
A. STRENGTH
1. Dokumentasi asuhan keperawatan
AG. Secara kuantitatif :
AF.
- aspek pengkajian dengan nilai 95%
- aspek Riagnose 80%
- aspek perencanaan dengan nilai 86%
- aspek tindakan dengan nilai 90%
- aspek evaluasi 90%, dan
- aspek catatan asuhan keperawatan 92%.
AH.
Secara kualitatif :
AL.
-
Secara kualitatif :
genogram
- 7 dari 15 askep tidak mencatat ruangan pasien dirawat
- 9 dari 15 askep tidak memberi lingkaran pada jenis kelami
- 7 dari 15 askep tidak mengisi evaluasi SOAP sesuai denga
2. Discharge planning
AM. Tidak adanya lembar discharge planning pada dokumen
AN.
C. OPPORTUNITY
1. Terdapat mahasiswa praktikan dari Universitas Diponego
D. THREATNED
1. Banyaknya jumlah pasien yang masuk ke ruang UPIP sehingga
dan TOI
2. Meningkatbeban kerja perawat membuat terbengkalainya dokum
69
AP.
2. Analisa SWOT Masalah di Ruang UPIP
a. Analisa SWOT Manajemen Ruang UPIP berdasarkan GAFR
AS.
intensif
dapat
digunakan
sebagai
indikator
pasien
Weakness :
AV.
Threat :
1. Tidak ada penilaian lanjutan dari hasil pengkajian
1. Masih minimnya
awal berdasarkan GAFR, acuan yang digunakan
berasal dari Pans Score
2. Penggunaan ruangan tidak sesuai dengan penilaiain
tenaga
keperawatan
yang
tenaga
keperawatan
yang
skor GAFR/RUFA
mengeatahui fungsi GAFR/RUFA
AW.
b. Analisa SWOT Pelaksanaan Terapi Modalitas sebagai Intervensi Keperawatan bagi Pasien di ruang UPIP
AX.
Faktor Internal
AY.
Faktor Eksternal
70
AZ. Strength :
BA. Oportunity :
- Ruangan/kamar yang ada di ruang UPIP sudah sesuai - Sudah banyak penelitian yang mendukung mengenai
untuk pemberian terapi modalitas seperti terapi musik
intensive I-III
BB. Weakness :
BD. Threat :
- Belum ada sarana dan media untuk mendukung - Terjadi kerusakan media oleh pasien jika tidak diawasi
-
secara ketat
Adanya kemungkinan penolakan dari pasien ketika tidak
menyukai terapi musik yang diberikan
71
BT.
Faktor Eksternal
BY.
Opportunity :
BZ. Pelaksanaan pre & post conference dan ronde
keperawatan sejalan dengan visi dan misi rumah
sakit untuk meningkatan mutu pelayanan
CC.
Threat :
CD.
Koordinasi dengan tenaga kesehatan lain
kurang optimal
CE.
3. Analisa Data Fokus
CF. Data Fokus
CG. Masalah
CH.
DS :
CM. Manajemen ruangan UPIP
1. Kepala ruang mengatakan bahwa ruangan belum menerapkan skor GAFR sebagai
belum berdasarkan skor GAFR
penentuan klasifikasi pembagian ruangan pasien.
72
2. Katim (Tn.A) mengatakan bahwa di ruang UPIP belum ada klasifikasi pasien
berdasarkan skor GAFR.
3. Katim (Ny.U) dan perawat pelaksana (Tn.W) mengatakan bahwa pengguanaan
ruangan tidak berdasarkan tingkat keparahan pasien tetapi fleksibel saja.
CI.
CJ. DO :
CK.
Ruang UPIP memiliki 8 ruangan yaitu :
1. 2 ruang intensive
2. 2 ruang intermediete
3. 1 ruang observasi
4. 2 ruang fisik dan
5. 1 ruang isolasi.
e. Penggunaan ruangan tidak disesuaikan dengan keadaan pasien dan fungsi
masing-masing ruangan misal pasien baru dengan agresifitas yang tinggi
dimasukkan ke dalam ruang intermediet
f. Tidak ada lembar penilaian skor GAFR di rekam medik pasien
CL.
CN. DS:
CV. Belum
terlaksananya
1. Perawat pelaksana (Tn.W) mengatakan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan
pelaksanaan
terapi
modalitas
kepada pasien di ruang UPIP hanya pemantauan
berdasarkan skor GAFR
2. Perawat pelaksana (Tn.W) mengatakan bahwa tidak adanya intervensi keperawatan
yang spesifik di ruang UPIP dibandingkan dengan ruang perawatan biasa.
CO.
CP.
DO:
1. Kegiatan harian pasien :
CQ.
7.30-8.00 = makan pagi
73
CR.8.00-11.30 = istirahat
CS. 11.30-12.00 = makan siang
CT. 12.00-14.00 = tidur siang
CU. 2. Pasien tidak pernah diberikan terapi modalitas
CW. DS:
DA. Kurang
lengkapnya
1. Kepala ruang mengatakan bahwa banyak terjadi pengosongan pada dokumentasi
dokumentasi keperawatan
keperawatan
CX. DO:
2. Dalam 1 minggu terdapat 3 dokumentasi keperawatan yang dikembalikan untuk
dilengkapi oleh perawat ruangan.
3. Berdasarkan kuantitatif dokumentasi keperawatan:
- aspekRiagnose 80% 7 dari 15 askep didapatkan diagnose tidak dirumuskan
-
DB.
dilakukan
DS :
DC.
DF.
dan
ronde
di ruang UPIP belum berjalan kembali karena budaya dari kinerja perawat tidak keperawatan
mengharuskan diadakannya ronde keperawatan untuk menyelesaikan masalah
tertentu.
DD. DO :
- Pelaksanaan timbang terima pasien di ruang UPIP belum memiliki jadwal/ waktu
yang tidak konsisten sehingga setiap hari tidak ada keteraturan waktu pelaksanaan
-
timbang terima.
Berdasarkan hasil observasi, pre dan post conference, dan ronde keperawatan
belum terlaksana.
Tidak ada post conference di ruang UPIP hanya ada timbang terima pasien dari
dinas pagi ke dinas siang
DE.
75
DG.
Prioritas Masalah
DH.
Prioritas
masalah
berdasarkan
teknik
kriteria
matriks
dengan
DI.
sebagai berikut:
-
Nilai 4 = penting
Masalah
Manajemen
DK.
J DQ.
Mg
DS.
Sv Mn
DT. DU.
Nc Af
umlah
DV. DW. DX.
rioritas
DY.
EA.
EB. EC.
ED. EE.
EF.
EG.
EI.
EJ.
EO.
EK.
lengkapnya
dokumentasi
76
keperawatan
EP.
Belum
EQ.
ER. ES.
ET. EU.
EV.
EW.
FY.
78
FZ.
GA.
No
GB.
Masalah
F. Plan of Action
GC. Tujuan
GD.
GL. Jangka
pendek
GM. Jangk
a panjang
GU. Perawa
t memahami
fungsi GAFR
dan antusias
terhadap
penerapan
manajemen
ruangan
berdasarkan
skor GAFR
GV. Ruang
an UPIP
menerapkan
manajemen
ruangan
berdasarkan
skor GAFR
dalam
penanganan
pasien
GE.
Sasa
ran
GW. Selu
ruh perawat
yang ada di
ruang UPIP
GF.
Rencana
1. Membuat
algoritma
penanganan
pasien dengan
masalah intensif
psikiatrik
berdasarkan skor
GAFR dari
pasien masuk
hingga pasien
pindah ruang
atau pulang
2. Memasang papan
algoritma
penanganan
pasien intensif
psikiatrik
3. Mensosialisasika
n algoritma
penanganan
pasien intensif
psikiatrik
4. Melakukan role
GG. W
aktu
GH. Kriteria
Evaluasi
GX. 1
6-26
Oktober
2014
1. Algoritma
sudah terpasang
di ruang UPIP
2. 5 dari 10
perawat
memahami
algoritma
penanganan
pasien
berdasarkan
skor GAFR
3. 5 dari 10
perawat mampu
menjelaskan
kembali
algoritma
penanganan
pasien
berdasarkan
skor GAFR
GY.
GI.
PJ
GZ. Ayu
Hilda
HA. Ade
Rahmah
HB. Lidia
Ruli
79
HE. Terlaks
ananya terapi
modalitas
sebagai
intervensi
keperawatan
bagi pasien di
ruang UPIP
HF.
Terlak
sananya terapi
modalitas
sebagai
intervensi
keperawatan
bagi pasien di
ruang UPIP
secara
berkelanjutan
oleh perawat
UPIP
HG. Pera
wat dan
pasien di
ruang UPIP
play penerapan
algoritma
penanganan
pasien
5. Melakukan
pendampingan
pada perawat
ruangan dalam
penerapana
algoritma
1. Mengenalkan
jenis terapi
modalitas pada
perawat
berdasarkan skor
GAFR
2. Melaksanakan
terapi modalitas
dengan
memberikan
terapi musik dan
berolahraga
bersama pasien
di pagi hari
HH. 1
6-26
Oktober
2014
1. 5 dari 10
HI.
Rara
perawat
Shizuka
bersedia untuk
HJ.
Maghfir
menerapkan
oh
terapi
HK. Ade
modalitas
Rahmah
2. 5 dari 10
HL.
perawat
melaksanakan
terapi
modalitas
3. Dalam 10 hari
implementasi
terapi dapat
dilakukan
sebanyak 5 kali
80
HP.Tercipt
anya
instrum
ent
audit
dokum
entasi
kepera
watan
baik
secara
kualitat
if
HQ. Terlak
sananya audit
dokumentasi
keperawatan
secara berkala
berdasarkan
instrument
audit yang
telah dibuat
HR. Kep
ala ruang
UPIP dan
katim
1. Membuat
instrument audit
dokumentasi
keperawatan
berdasarkan
kuantitas dan
kualitas
2. Mensosialisasik
an instrument
audit
dokumentasi
keperawatan
berdasarkan
kuantitas dan
kualitas
3. Melakukan
pengauditan
selama 10 hari
HS. 1
6-26
Oktober
2014
1. Kepala ruang
dan katim
memahami
instrument
yang telah
dibuat
2. Kepala ruang
menggunakan
instrument
tersebut untuk
mengaudit
dokumentasi
keperawatan
HT. Ayu
Hilda
HU. Rara
Shizuka
HV. Lidia
Ruli
81
HW. HX. 1.
4.
Conferens ; pre
dan post
HY. 2. Ronde
HZ.
T
erlaksa
nanya
pre and
post
confere
ns dan
ronde
kepera
watan
IA.
Pre
and post
conferens
dapat
dilaksanakan
setiap hari
dan ronde
keperawatan
dapat
terjadwal
secara rutin
IB.
Pera
wat di ruang
UPIP
1. Berkoordinasi
dengan kepala
ruangan untuk
menjadwalkan
kegiatan ronde
keperawatan
secara berkala
IC.
2. Melakukan role
play untuk
kegiatan pre
and post
conferens dan
ronde
keperawatan
ID.
1
6-26
Oktober
2014
1. Dalam 10
hari pre
and post
conferens
dilaksanaka
n sebanyak
5 kali
2. Dalam 10
hari ronde
keperawatan
dapat
dilakukan 2
kali
3. Tersusunnya jadwal
pelaksanaan
ronde
IE.
Rara
Shizuka
IF.
Maghfir
oh
IG.
Ade
Rahmah
IH.
II.
IJ.
IK.
IL.
IM.
IN.
IO.
82
1. Klasifikasi
penanganan
pasien UPIP
JF.
JG.
JH.
JI.
JJ.
JK.
JL.
JM.
JN.
JO.
JP.
JQ.
JR.
JS.
IR. Renc
ana
Tind
akan
JT. Mem
buat
algor
itma
pena
ngan
an
pasie
n
deng
an
masa
lah
inten
sif
psiki
atrik
dari
pasie
n
masu
k
IS.
Ta
nggal
JU. 2
0
O
kt
o
b
er
2
0
1
4
IT. Impleme
ntasi
JV. Koordinas
i dengan
ruangan
tentang
skoring
GAFR
sebagai
panduan
penangan
an pasien
UPIP
JA. Struktur
JB. Proses
JC. Hasil
JW. Mahasis
wa
membuat
rencana
alur
penangan
an pasien
di UPIP
berdasark
an
skoring
GAFR
JX. Mahasi
swa
mencar
i
literatu
re
menge
nai
teori
GAFR
dan
penera
pannya
di
ruanga
n
intensif
psikiatr
ik
JY. Disepa
kati
bahwa
belum
bisa
mener
apkan
skorin
g
GAFR
di
UPIP
dan
memil
ih
mengg
unaka
n
PANS
S
score
untuk
diguna
kan
sebaga
IV. Evaluasi
JD. Fakto
JE. Fakto
r
r
Pend
Peng
ukun
hamb
g
at
JZ. Adan
KA.
ya
Intervensi
dukun
keper
gan
awata
dari
n
karu
yang
untuk
telah
pemili
didap
han
atkan
PANS
meng
S
gunak
score
an
sebag
skorin
ai
g
pedo
GAF
man
R
penan
sebag
ganan
ai
pasien
pandu
di
an
UPIP
penan
dan
ganan
memo
pasie
difika
n di
si
UPIP
83
i
pedom
an
penan
ganan
pasien
di
UPIP
hingg
a
pasie
n
pinda
h
ruang
KD.
22
O
kt
o
b
er
2
0
1
4
KE.
K
oordinasi
dengan
kepala
ruang
mengenai
skema
alur
penangan
an pasien
UPIP
KF. Mahasis
wa
membuat
desain
alur
penangan
an pasien
UPIP
berdasark
an
PANSS
score dan
modifika
si
intervensi
keperawa
tan
KG.
Mahasiswa
mencar
i
bebera
pa
referen
si
menge
nai
PANSS
score
dan
klasifik
asi
penang
anan
pasien
UPIP
KH.
Skema
alur
penan
ganan
pasien
UPIP
dan
klasifi
kasi
interve
nsi
kepera
watan
telah
disusu
n
interv
ensi
sesuai
denga
n
masal
ah
keper
awata
n
yang
timbu
l
KI. Klasif
ikasi
interv
ensi
penan
ganan
pasien
UPIP
yang
telah
disusu
n
sudah
sebagi
an
dilaku
kan
oleh
peraw
at
84
KJ. -
dalam
memb
erikan
interv
ensi
di
ruang
UPIP
KT.
KU.
KM.
27
O
kt
o
b
er
2
0
1
4
KN.
M
ensosialis
asikan
algoritma
penangan
an pasien
intensif
psikiatrik
KO.
M
ahasiswa
mensosia
lisasikan
hasil
penyusun
an
algoritma
penangan
an pasien
UPIP
KP. Mahasi
swa
dan
perawa
t
ruanga
n
berdisk
usi
untuk
merevi
si
bersam
a
skema
alur
penang
anan
pasien
UPIP
KQ.
Mahasisw
a dan
peraw
at
menye
pakati
alur
skema
penan
ganan
pasien
UPIP
KR.
Perawat
dan
mahas
iswa
telah
sepak
at
denga
n alur
skema
penan
ganan
pasien
UPIP
yang
telah
dibuat
KV.1
N
KW.
M
emasang
KX.
M
ahasiswa
KY.Kepala
ruanga
KZ.Telah
terpas
LA.Lokas
i
85
KS. Pener
apan
klasifi
kasi
penan
ganan
pasie
n
UPIP
meng
gunak
an
alur
yang
telah
dibuat
belum
terlak
sana
secara
meny
eluru
h
LB. -
2. Dokumentasi
keperawatan
LC. Terci
ptany
a
instru
ment
audit
doku
menta
si
keper
awata
n baik
secara
kuanti
tatif
dan
kualit
atif
o
v
e
m
b
er
2
0
1
4
papan
algoritma
penangan
gan pasien
UPIP
memasan
g papan
algoritma
penangan
gan
pasien
UPIP
LD.1
7
O
kt
o
b
er
2
0
1
4
LE. Mencari
instrumen
tA
sebagai
alat audit
dokument
asi
keperawat
an secara
kuantitaif
LF. Mahasis
wa
mencari
instrume
nt A
untuk
audit
dokumen
tasi
keperawa
tan
secara
kuantitati
f
n
memfa
silitasi
mahasi
swa
dalam
pemasa
ngan
papan
algorit
ma
penang
angan
pasien
UPIP
LG.Mahasi
swa
mencar
i
referen
si yang
berisi
instrum
ent A
via
internet
ang
papan
algorit
ma
penan
ganga
n
pasien
UPIP
pemas
angan
papan
algori
tma
strate
gis
dan
muda
h
dilihat
LH.Mahas
iswa
menye
pakati
mengg
unaka
n
instru
ment
A
untuk
audit
dokum
entasi
kepera
watan
yang
telah
LI. Refer
ensi
meng
enai
instru
ment
A
yang
diperl
ukan
muda
h
ditem
ukan
di
intern
et
LJ. Akses
intern
et
kadan
gkadan
g
terha
mbat
86
LK.
LL.
LM.
17
O
kt
o
b
er
2
0
1
4
LN.Menyusun
instrumen
t audit
dokument
asi
keperawat
an secara
kualitatif
berdasark
an form
proses
keperawat
an
(pengkajia
n,
diagnose,
intervensi,
implemen
LO.Mahasis
wa
menyusu
sn
instrume
nt audit
dokumen
tasi
keperawa
tan
secara
kualitatif
LP. Mahasi
swa
menyu
sun
instrum
ent
audit
dokum
entasi
kepera
watan
secara
kualitat
if
dengan
mempe
rhatika
n
ditemu
kan
dan
mengg
unaka
n
instru
ment
A
hanya
sekali
saat di
awal
penga
uditan
LQ.Mahas
iswa
menye
pakati
instru
ment
audit
dokum
entasi
kepera
watan
secara
kualita
tif
yang
telah
disusu
n
LR. Instru
ment
audit
doku
menta
si
keper
awata
n
secara
kualia
tif
disusu
n
sesuai
denga
n
forma
87
LS.
tasi dan
evaluasi)
yang telah
dimiliki
sesuai
SOP RSJ.
LT.
LU.
LV. 2
0
O
kt
o
b
er
2
0
1
4
LW.
M
ensosialis
asikan
instrumen
t audit
dokument
asi
keperawat
an
secarakual
itatif yang
telah
disusun
format
dokum
entasi
yang
dimilik
i
rumah
sakit
LX.Mahasis
wa
mensosia
lisasikan
instrume
nt audit
dokumen
tasi
keperawa
tan
secara
kualitatif
LY. Mahasi
swa
berdisk
usi
dengan
kepala
ruang
dan
perawa
t
ruanga
n
menge
nai
format
bersa
ma
LZ. Mahas
iswa,
kepala
ruang
dan
peraw
at
sepaka
t
untuk
mengg
unaka
n
instru
ment
t
doku
menta
si
yang
dimili
ki
rumah
sakit
sehin
gga
lebih
muda
h
dalam
proses
penyu
sunan
MA.
Kepala
ruang
dan
peraw
at
setuju
denga
n
instru
ment
audit
yang
telah
dibuat
88
MB.
audit
dokum
entasi
MC.
MD.
ME.
21-30
O
kt
o
b
er
2
0
1
4
MF.Melakuka
n
pengaudit
an
dokument
asi
keperawat
an per
hari
MG.
M
ahasiswa
melakuka
n
pengaudit
an
dokumen
tasi
keperawa
tan per
hari
MH.
Mahasiswa
melaku
kan
pengau
ditan
dokum
entasi
kepera
watan
yang
telah
diisi
oleh
perawa
t
ruanga
n
yang
telah
disusu
n
untuk
diguna
kan
sebaga
i alat
penga
uditan
dokum
entasi
kepera
watan
MI. Telah
dilaku
kan
penga
uditan
dokum
entasi
kepera
watan
setiap
hari
denga
n
katego
ri
buruk
(0-45),
sedang
untuk
digun
akan
sebag
ai alat
penga
uditan
MJ. Pelak
sanaa
n
penga
uditan
dilaku
kan
oleh
mahas
iswa
setela
h
peraw
at
ruang
an
selesa
i
89
MK.
Adanya
berka
s
doku
menta
si
keper
awata
n
(RM
pasie
n)
yang
belum
semp
at
diaudi
setiap
hari
(2650),
baik
(5175)
dan
sangat
baik
(76100)
dalam
bertug
as
menul
is
doku
menta
si
asuha
n
keper
awata
n
sehin
gga
tidak
meng
gangg
u
peraw
at
dalam
bekerj
a
ML.
MM.
MN. H. RENCANA TINDAK LANJUT
MO.
Masalah
MT.
Klasifik
asi penanganan
MP. Tujuan
MV.
Jangka
Pendek
MQ. Hasil
MR. Analisa
1. Mahasiswa dan kepala ruang MZ. Masalah
menyepakati
skema
alur terselesaikan
MS. RTL
1. Penanganan pasien UPIP
dilakukan sesuai dengan
90
t
karen
a
pasie
n
pinda
h
ruang
pada
hari
terseb
ut
pasien UPIP
MU.
NA. Dokumentasi
keperawatan
NB.
MW.
(< 3 minggu)
penanganan
pasien
UPIP
1. Perawat memahami
berdasarkan modifikasi PANSS
fungsi GAFR dan
score dan GAFR
antusias terhadap
2. Skema
alur/algoritma
penerapan manajemen
penanganan pasien UPIP telah
ruangan berdasarkan
dibuat berdasarkan PANSS score
skor GAFR
3. Algoritma penanganan pasien
MX. Jangka Panjang
UPIP dibuat sesuai dengan
MY. (>3 minggu)
modifikasi kategori pasien dan
1. Ruangan UPIP
intervensinya
menerapkan manajemen 4. Sosialisasi mengenai algoritma
ruangan berdasarkan
penanganan pasien UPIP telah
skor GAFR dalam
dilakukan
kepada
perawat
penanganan pasien
ruangan
5. Papan algoritma penanganan
pasien UPIP telah terpasang di
ruangan
NC.
Jangka
1. Telah dilakukan pengauditan NK. Masalah
pendek
secara
kuantitatif
dengan terselesaikan
ND.
(< 3 minggu)
instrument A
1. Terciptanya instrument 2. Telah tersusun instrument audit
audit dokumentasi
dokumentasi keperawatan secara
keperawatan baik secara
kualitatif
kuantitatif dan kualitatif 3. Telah dilakukan pengauditan
NE.
dokumentasi keperawatan secara
NF.Jangka panjang
kualitatif dengan hasil :
NG.
(>3 minggu)
a. Pada
sub
pengkajian
NH. 1. Terlaksananya
didapatkan bahwa :
audit dokumentasi
1) P3,P6,P7,P8,P9,P10
keperawatan secara
sebanyak 1 kali
1. Instrument
audit
dokumentasi
keperawatan
secara
kualitatif yang telah
dibuat oleh mahasiswa
digunakan sebagai alat
pengauditan
yang
digunakan oleh kepala
ruang
2. Kepala ruang setiap hari
melakukan pengauditan
dokumentasi
keperawatan
secara
91
berkala berdasarkan
instrument audit yang
telah dibuat
kualitatif
sehingga
pengisian dokumentasi
keperawatan
akan
terevaluasi lebih lengkap
92
NN.
NO.
NP.
93
NQ.
NR.
94
NS.
NT.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengkajian
NU.
Hasil pengkajian manajemen keperawatan selama 1 minggu
didapatkan masalah yang terdapat di ruang UPIP diantaranya adalah masalah
klasifikasi penanganan pasien UPIP berdasarkan skor GAFR, pelaksanaan
terapi modalitas sebagai intervensi keperawatan bagi pasien UPIP, dokumentasi
keperawatan, dan pelaksanaan pre dan post conferences serta ronde
keperawatan. Namun, setelah dilaksanakan seminar hasil pengkajian bersama
perawat ruang UPIP disepakati bahwa masalah yang akan diselesaikan selama
praktik manajemen keperawatan ini adalah masalah klasifikasi penanganan
pasien UPIP dan dokumentasi keperawatan. Rencana tindakan yang dilakukan
untuk menangani permasalahan tersebut telah disepakati bersama dengan
kepala ruang pada saat seminar hasil pengkajian pada minggu ke-2 praktik
manajemen.
1. Klasifikasi penanganan pasien UPIP berdasarkan skor GAFR
NV. Klasifikasi penanganan pasien UPIP berdasarkan skor
GAFR belum diterapkan di ruang UPIP padahal penataan ruang sudah
diatur berdasarkan fungsi masing masing dari perawatan intensif pasien
gangguan jiwa seperti ruang intermediate, observasi, intensif dan fisik.
Desain ruang juga sudah memenuhi standart keselamatan pasien dengan
fasilitas seperti kaca anti pecah pada setiap kamar dan jarak kamar dengan
nurse station sudah menyesuaikan dengan fungsi ruangan intensif
sehingga mudah memantau keadaan pasien. Namun, di ruang UPIP tidak
memiliki penilaian lanjutan dari hasil pengkajian awal berdasarkan GAFR.
Masalah ini muncul disebabkan juga karena masih minimnya tenaga
keperawatan yang mengetahui klasifikasi penanganan pasien berdasarkan
skoring GAFR.
NW. Tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
membuat algoritma penanganan pasien dengan masalah intensif psikiatrik
berdasarkan skor GAFR dari pasien masuk hingga pasien pindah ruang
atau pulang, memasang papan algoritma penanganan pasien intensif
psikiatrik dan mensosialisasikannya kepada perawat ruangan.
2. Dokumentasi keperawatan yang belum optimal baik secara kuantitatif
maupun kualitatif
NX. Dokumentasi keperawatan adalah media tertulis perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dan digunakan sebagai alat
pertanggungjawaban telah dilaksanakannya proses keperawatan. Kualitas
dokumentasi keperawatan menunjukan kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan. Masalah yang ditemukan di ruang UPIP terkait dokumentasi
95
97
98
99
OO.
PI
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
100
b.
OP.
OQ.
OR.
OS.
OT.
OU.
OV.
OW.
OX.
OY.
OZ.
Diagram batang terkait frekuensi kemunculan poin pengkajian dengan kategori buruk/ sedang selama tanggal
21-30 Oktober 2014 didapatkan bahwa poin pengkajian P12 memiliki kemunculan terbanyak (2x kemunculan) dengan
kategori buruk/ sedang. Poin pengkajian P3, P6, P7, P8, P9, P10 memiliki frekuensi kemunculan yang sama yaitu 1x dengan
kategori buruk/ sedang selama implementasi. Hasil audit ini menunjukkan bahwa alat ini mampu digunakan sebagai bahan
evaluasi.
PA.
1) Perkembangan poin P3
101
Chart Title
3000%
2500%
2000%
1500%
1000%
500%
0%
P3
PB.
2) Perkembangan poin P7
3) Perkembangan DE5
DE5
200%
150%
DE5
100%
50%
0%
PC.
PD.
4) Perkembangan DE7
102
DE7
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
PE.
DE7
5) Perkembangan d 10
PF.
PG.
PH.
PI.
103
c.
5
4
3
2
1
0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
D8
D9
D10
D11
D12
104
PM.
PN.
PO.
PP.
PQ.
PR.
PS.
PT.
PU. Diagram batang terkait frekuensi kemunculan poin pengkajian dengan kategori buruk/ sedang selama tanggal
21-30 Oktober 2014 didapatkan bahwa poin diagnosa-evaluasi D11 memiliki kemunculan terbanyak (6x kemunculan) dengan
kategori buruk/ sedang. Poin diagnosa-evaluasi D4 memiliki kemunculan sebanyak 5x, D6 dan D7 memiliki kemunculan
sebanyak 3x, D5 dan D10 memiliki frekuensi kemunculan yang sama yaitu 1x dengan kategori buruk/ sedang selama
implementasi.
PV.
105
PW.
PX.
BAB V
PENUTUP
PY.
A. KESIMPULAN
1. Mengoptimalkan intervensi keperawatan intensif psikiatri di ruang UPIP
PZ.
Hasil implementasi selama 7 hari diperoleh alur alogaritma
penanganan pasien gawat darurat psikiatri yang sudah disetujui oleh
pembimbing akademik dan perawat ruang dimana isi alur berupa penjabaran
penanganan pasien sejak awal masuk berdasarkan fase kegawatan dan
tindakan yang sesuai dengan fase kegawatannya pula, alur tersebut juga
dijelaskan tindakan perawat apabila terdapat pasien yang mengalami
kemunduran maupun perbaikan kondisi.
2. Mengoptimalkan kualitas pendokumentasian keperawatan di ruang UPIP
QA. Hasil audit berdasarkan kualitas dokumentasi keperawatan
selama 8 hari diperoleh data bahwa poin pengkajian yang paling sering tidak
dilengkapi pada P12 yang berisi mengenai persiapan pasien pulang dan pada
poin diagnosa-evaluasi diperoleh skor paling rendah pada poin D11 dengan
frekunsi 6 dan D4 dengan frekuensi 4, di mana masing-masing berisi
mengenai kesesuaian SOAP dengan implementasi dan pemberian lingkaran
pada jenis kelamin pasien.
QB.
B. SARAN
1. Perawat Ruang UPIP
QC.
Perawat ruangan diharapkan mampu menerapkan SAK yang
sudah ditetapkan oleh rumah sakit dan secara aktif meningkatkan kualitas
tindakan kegawatdaruratan psikiatrik serta pendokumentasian asuhan
keperawatan kepada pasien supaya asuhan keperawatan yang dibuat dapat
dipertanggung jawabkan.
QD.
QE.
2. Bidang Keperawatan
QF.Bidang keperawatan diharapkan mampu memberikan fasilitas berupa
pemberian informasi terhadap seluruh tenaga keperawatan di RSJD Amino
Gondo Hutomo untuk meningkatkan kualitas pendokumentasian asuhan
106
QM.
QN.
QO.
QP.
QQ.
QR.
QS.
QT.
QU.
QV.
QW.
QX.
DAFTAR PUSTAKA
QY.
QZ.
RA.
Jakarta: EGC.
107
RB.
Marquis,
B.L.
&
Huston,
C.J.
2010.
Kepemimpinan
dan
Michael H. Allen, Chair Peter Forster, Joseph Zealberg, Glenn Currier. 2002.
Report and Recommendations Regarding Psychiatric Emergency and Crisis
Services. American Psychiatric Association.
RD.
RE.
RF.
Daerah
Surakarta.Jakarta:
Universitas
Indonesia;
2009.Diakses
Swanburg,
R.C.
2000.Pengantar
Kepemimpinan
dan
Manajemen
Keperawatan.Jakarta: EGC.
RH.
RI.
RJ.
RK.
108