You are on page 1of 108

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-undang No. 44 Tahun 2009 menuliskan mengenai definisi dari
Rumah sakit, rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggaakan pelayanan perorangan secara paripurna di mana pelayanan
yang ditawarkan meliputi rawat inap, rawat jalan dan unit gawat darurat
sedangkan World Health Organization menyebutkan bahwa rumah sakit
merupakan bagian integral dari suatu oganisasi sosial dan kesehatan dengan
menyediakan pelayanan komprehensif, kuratif dan preventif kepada masyarakat.
Pengertian Rumah Sakit secara umum menurut definisi yang sudah disebutkan
merupakan penyelenggara pelayanan kesehatan yang terdiri dari beberapa jenis
pelayanan diantaranya pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan
rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan serta pelayanan perawatan.
Semua hal tersebut terangkum dalam pelayanan yang dilakukan secara
komprehesif, kuratif dan preventif untuk penanganan masalah kesehatan pasien
baik dilakukan di rawat inap, rawat jalan maupun unit kegawatan.
Rumah sakit secara umum memiliki penyelenggaraan dengan tujuan
sama yaitu berorientasi pada kesehatan pasien namun beberapa rumah sakit
memiliki pelayanan dengan penaganan berbeda, menyesuaikan fungsi dari
rumah sakit tersebut didirikan tetapi tetap pada tujuan untuk ksehatan pasien,
seperti penanganan yang dilakukan pada rumah sakit jiwa. Rumah sakit jiwa
merupakan rumah sakit khusus yang memberikan pelayanan kesehatan bagi
pasien-pasien dengan masalah kejiwaan. Indonesia hanya memiliki 33 buah
rumah sakit milik pemerintah dan sekitar 40 buah milik swasta. Salah satu
rumah sakit jiwa yang dimiliki pemerintah provinsi di Semarang adalah RSJD
Amino Gondohutomo. Rumah sakit tersebut memiliki berbagai macam
pelayanan bagi pasiennya seperti pelayanan rawat inap yang terdiri dari ruang
rawat inap berkelas VIP, kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan rawat inap yang khusus
menangani masalah kedaruratan psikiatri yaitu Unit Perawatan Intesif Psikiatri
atau disingkat UPIP.

Istilah intensif dipakai karena mengacu pada implementasi yang


dilakukan secara khusus keada pasien dan istilah kedaruratan dipakai karena
mengacu pada kondisi pasien, sehingga dengan kondisi darurat tersebut sangat
diperlukan intervensi segera dengan tujuan menghindari kondisi yang buruk
(Allen, Forster, Zealberg dan Currier, 2002). Pasien-pasien di UPIP memiliki
kriteria sendiri yaitu kondisi pasien mengancam atau sudah menghilangkan
kehidupan, mengganggu kesehatan, harta benda dan memiliki peluang untuk
membahayakan diri pasien dan lingkungan sekitar pasien, sehingga tenaga
kesehatan harus segera melakukan penanganan secara berkesinambungan dan
ketat (Allen, Forster, Zealberg dan Currier, 2002). Penanganan pasien di UPIP
berbeda dengan penanganan pasien yang berada di ruang intensif rumah sakit
umum, tindakan-tindakan pada ruang UPIP disesuaikan dengan level
kedaruratan yang dialami pasien. Level kedaruratan dikategorikan menjadi 3
fase tindakan yaitu intensif I sampai III di mana masing-masing fase memiliki
penanganan tersendiri(Allen, Forster, Zealberg dan Currier, 2002).
Intervensi pada ruang UPIP akan berbeda dengan intervensiyang
dilakukan saat pasien berada di rumah sakit umum, karena yang menjadi
permasalahan tidak terdapat pada fisik tetapi pada kejiwaan sehingga perlu
perlakuan khusus saat merawat pasien dengan masalah kejiwaan (Endang
Caturini, 2009 dan Keliat, 2009). Pemberian implementasi yang berkualitas akan
mempengaruhi kondisi kejiwaan pasien sehingga dengan perawatan yang tepat
akan memberi pengaruh besar bagi kesembuhan jiwa pasien, menurut penelitian
yang dilakuka oleh Keliat mengenai musik sebagai intervensi terapi modalitas
yang digunakan di ruang UPIP menunjukkan keefektivan terhadap perubahan
pada kondisi kejiwaan pasien (Keliat 2009). Melalui pemberian intervensi
keperawatan yang tepat dan terapeutik akan memberikan perbaikan kejiwaan
pasien selama perawatan dan memberi dampak positif untuk perawatan
selanjutnya baik di ruang biasa atau di rumah(Allen, Forster, Zealberg dan
Currier, 2002 dan Keliat, 2009).
Intervensi yang diberikan pasti berbeda jika dibandingkan dengan
intervensi di ruang biasa akan tetapi dalam hal pedokumentasian keperawatan

tidak memiliki perbedaan yang berarti karena prinsip pendokumentasian


keperawatan

tetap

sama

yaitu

dapat

ditanggung

gugatkan,

sehingga

pendokumentasian keperawatan pada pasien di UPIP harus sesuai dengan SAK


yang sudah disepakati di mana asuhan keperawatan bersifat komnikaid sehingga
dapat dilanjutka oleh tenaga keperawatan selanjutnya dan harus sesuai dengan
kondisi pasien yang sebenarnya.
Hasil pengkajian melalui observasi dan wawancara dengan salah satu
perawat UPIP diperoleh data bahwa belum terdapat intervensi keperawatan yang
dilakukan tenaga keperawatan untuk pasien UPIP selama masa perawatannya,
ruangan yang sebenarnya memiliki fungsi masing-masing juga belum digunakan
secara optimal sesuai fungsinya sehingga beberapa perawat masih ada yang
kebingungan untuk menempatkan pasien karena ketidaktahuan perawat megenai
level kedaruratan di mana level tersebut akan membantu perawat dalam
mengkategorikan pasien sehingga mudah dalam penempatan ruangan dan
intervensi yang harus diberikan, selain itu hasil data yang diperoleh dari data
checklist kualitas dokumentasi keperawatan pada bagian evaluasi SOAP
ditemukan 7 dari 15 asuhan keperawatan tidak sesuai dengan impelementasi
yang diberikan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengoptimalkan manajemen mutu pelayanan keperawatan pada pasien jiwa
di ruang UPIP
2. Tujuan Khusus
a. Mengoptimalkan intervensi keperawatan intensif psikiatri di ruang UPIP
b. Mengoptimalkan kualitas pendokumentasian keperawatan di ruang UPIP

C. MANFAAT
1. Pasien

Memberikan mutu pelayanan keperawatan yang berkualitas untuk


peningkatan derajat kesehatan pada kejiwaan pasien.
2. Perawat
Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang sudah disepakati sehingga
dapat dipertanggung-jawabkan.
3. Rumah Sakit
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan mengoptimalkan sumber
daya yang sudah dikembangkan oleh rumah sakit sehingga dapat
meningkatkan kualitas perawatan dari rumah sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen

keperawatan

merupakan

proses

pengelolaan

pelayanan

keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat
(Gillies, 2000). Sedangkan menurut Marquis dan Huston (2010), manajemen
keperawatan adalah suatu proses keperawatan yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian.
B. Fungsi Manajemen Keperawatan
Manajemen diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu diperlukan adanya fungsi-fungsi
yang jelas mengenai manajemen. Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat
beberapa

elemen

utama

yaitu

Planning

(perencanaan),

Organizing

(pengorganisasian), Actuating (pelaksanaan), Controlling (pengendalian atau


evaluasi).
1. Planning (perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen,
oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Menurut Muninjaya (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari
fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak
mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah
memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa
yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat,

menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan


program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
a. Tujuan perencanaan
Adapun tujuan perencanaan adalah:
1) Sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua
anggota paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya
dalam mencapai tujuan baik secara mandiri maupun tim.
2) Mengurangi dampak perubahan.
3) Meminimalkan hasil yang sia-sia, yang tidak efektif dan tidak efisien
serta menghindari pengulangan kegagalan.
4) Menetapkan standar pengontrolan/pengendalian: membandingkan kinerja
dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan.
5) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.
6) Efektif dalam hal biaya.
b. Tahapan dalam perencanaan
Ada empat tahapan dalam perencanaan yaitu:
1) Menetapkan tujuan.
2) Merumuskan keadaan sekarang.
3) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.
4) Mengembangkan serangkaian kegiatan.
c. Jenis perencanaan
Ada dua jenis perencanaan, yaitu :
1) Perencanaan strategi
Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka
panjang yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu
organisasi.

Perencanaan

jangka

panjang

digunakan

untuk

mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien,


juaga digunakan untuk merevisi pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi
dengan keadaan masa kini.
2) Perencanaan operasional

Perencanaan operasional menguraikan kativitas dan prosedur yang akan


digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan
siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas,
menetapkan prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan orangorang untuk bekerja dan metode untuk mengevaluasi perawatan pasien.
d. Manfaat perencanaan
Adapun manfaat perencanaan antara lain:
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
2) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih
jelas.
3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
5) Memudahkan koordinasi.
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
7) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
8) Menghemat waktu dan dana.
e. Keuntungan perencanaan
Keuntungan dari perencanaan yaitu:
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.
3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama
fungsi keperawatan.
4) Memodifikasi gaya manajemen.
5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
6) Meningkatkan keterlibatan anggota.
f. Kelemahan perencanaan
Selain memiliki keuntungan, perencanaan juga memiliki kelemahan.
Kelemahan perencanaan antara lain:

1) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan


pada kontribusi kerja.
2) Cenderung menunda kegiatan.
3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif.
4) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didaptkan oleh penyelesaian
situasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat masalah
itu terjadi.
5) Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang tidak
konsisten.
g. Langkah-langkah dalam perencanaan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan adalah:
1) Pengumpulan data.
2) Analisis lingkungan (SWOT: Strenght, Weakness, Opportunities, Threats)
yang dibuat oleh Albert Humphrey pada tahun 1960-1970.
3) Pengorganisasian data: memilih data yang mendukung dan data yang
menghambat.
4) Pembuatan rencana: tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target,
waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang
digunakan.
2. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian

adalah

suatu

langkah

untuk

menetapkan,

menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas


dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai
tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua
kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai
rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap
kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan
kerja di antara para pekerjanya.

a. Manfaat pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan
dapat mengetahui Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok,
Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut
melalui kegiatan yang dilakukannya, pendelegasian wewenang, dan
pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Tahapan dalam pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan.
3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis.
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang
c. Deskripsi peran dan fungsi
1) Kepala ruang rawat
Kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan D3 Keperawatan
yang

berpengalaman

atau

kemampuanS.Kp/S.Kep/Ners

yang

berpengalaman. Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja dinas pagi.
Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah:
a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).
b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.
c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di
ruangan.
d) Membimbing siswa/mahasiswa (bekerjasama dengan pembimbing
klinik) dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan dengan
mengikuti sistem yang sudah ada,
e) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.

f) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran, dan


mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktik keperawatan.
g) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
klien dan keluarga klien dan tim kesehatan lain, antara lain kepala
ruang rawat mengingatkan kembali klien dan keluarga tentang perawat
atau tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang
bersangkutan.
h) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal 5
setiap hari.
i) Melaksanakan pembinaan terhadap perawat primer (PP) dan perawat
asosiet (PA) dalam hal implementasi keperawatan profesional
termasuk sikap dan tingkah laku.
j) Bila perawat primer cuti, tugas dan tanggung jawabnya didelegasikan
pada perawat primer yang lain atau wakil PP pemula yang ditunjuk
tetapi tetap dibawah pengawasan kepala ruang rawat.
k) Merencanakan

dan

memfasilitasi

ketersediaan

fasilitas

yang

dibutuhkan di ruangan.
l) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang
ada diruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.
m) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk
membahas kebutuhan di ruangan.
n) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan.
o) Membuat peta resiko ruang rawat.
2) Ketua tim (Perawat Primer)
Perawat primer (PP) adalah perawat lulusan D3 keperawatan dengan
pengalaman minimal 4 tahun atau perawat S.Kp/Ners dengan pengalaman
minimal 1 tahun. perawat primer dapat bertugas pada pagi, sore, atau
malam hari. Namun sebaiknya perawat primer hanya bertugas pada pagi
atau sore saja karena bila bertugas pada malam hari perawat primer akan
libur beberapa hari sehingga sulit menilai perkembangan klien. Tugas dan
tanggung jawab perawat primer (PP) adalah :

10

a) Melakukan kontrak dengan klien atau keluarga pada awal masuk


ruangan sehingga tercipta hubunga terapetik. Hubungan ini dibina
secara terus menerus pada saat melakukan pengkajaian/tindakan
kepada klien/keluarga. Panduan orientasi ini sebaiknya dilaminating
dan digantung di kamar klien sehingga setiap saat klien/keluarga dapat
membaca kembali.
b) Menghitung tingkat ketergantungan klien/beban kerja.
c) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi
pengkajian yang sudah dilakukan perawat primer pada sore, malam
atau pada hari libur.
d) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar
rencana perawatan sesuai dengan hasil pengkajian.
e) Menjelaskan rencana asuhan keperawatan (renpra) yang sudah
ditetapkan kepada perawat assosiate di bawah tanggung jawabnya
sesuai dengan klien yang dirawat pada saat preconfrence sebagai
penanggung jawabnya.
f) Menetapkan perawat assosiate yang bertanggung jawab pada setiap
klien, setiap kali giliran jaga (shift). Pembagian tugas didasarkan pada
jumlah klien, tingkat ketergantung klien, dan tempat tidur yang
berdekatan. Bila pada satu tugas jaga (shift) PP didampingi oleh 2
perawat assosiate, maka semua klien dibagi pada kedua perawat
assosiate sebagai penanggung jawabnya. Perawat primer akan
membantu dan membimbing perawat assosiate dalam memberikan
asuhan keperawatan. Bila perawat primer hanya didampingi oleh 1
perawat assosiate pada satu tugas jaga maka jumlah klien yang
menjaditanggung jawab perawat primer adalah sebanyak 20% dan
klien tersebut termasuk klien dengan tingkat ketergantungan minimal
serta klien lainnya menjadi tanggung jawab perawat assosiate.
Penetapan ini dimaksudkan agar perawat primer di bawah tanggung
jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan.

11

g) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek pekerjaaan perawat


assosiate dalam melakukan tindakan keperawatan apakah sesuai
dengan SOP).
h) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh perawat assosiate.
i) Membantu

dan

memfasilitasi

terlaksananya

kegiatan

perawat

assosiate.
j) Mengatur pelaksanaan kolaborasi dan pemeriksaan laboratorium.
k) Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah tanggung jawabnya
bersama dengan perawat assosiate.
l) Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila
PP tidak ada, visite didampingi oleh perawat assosiate sesuai timnya.
m) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari.
n) Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap dua hari
untuk membahas kondisi perawatan klien (tergantung pada kondisi
klien).
o) Bila perawat primer cuti atau libur, tugas-tugas perawat primer
didelegasikan kepada perawat assosiate yang telah ditunjuk (wakil PP)
dengan bimbingan kepala ruangan.
p) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga.
q) Membuat perencanaan pulang.
3) Perawat pelaksana
Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana adalah :
a) Membaca rencana keperawatn yang telah ditetapkan PP
b) Membina hubungan terapetik dengan klien/keluarga, sebagai kontrak
lanjutan yang sudah dilakukan PP.
c) Menerima

klien

baru

(kontrak)

dan

memberikan

informasi

berdasarkan format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di


tempat.
d) Melakukan tindakan keperawatan pada klien berdasarkan rencana
keperawatan.

12

e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan


mendokumentasikan pada format yang telah disediakan.
f) Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.
g) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.
h) Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah
yang perlu diselesaikan.
i) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan, dan tindakan.
j) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada
klien/keluarga yang dilakukan oleh PP.
k) Melakukan inventaris fasilitas yang terkait dengan timnya.
l) Membantu tim lain yang membutuhkan.
m) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang
menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.
3. Actuating (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat
dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang
nyata.

Kepemimpinan

merupakan

faktor

penting

dalam

keberhasilan

manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah


suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya
menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan
bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh
sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus
mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca,
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan
menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugastugas pokok organisasi. Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat
beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu :

13

a. Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali
apatis dan menghilangkan inisiatif.
b. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan
antara

manusia

dan

kerja

kelompok.

Kepemimpinan

demokratis

meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.


c. Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu
kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal
ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang
merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan
professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi
autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat
professional.
4. Controlling (pengendalian/evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan
fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu
apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang
telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan
untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki
(Fayol,2008).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang

14

telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah
diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Tugas
seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi
pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya
mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
c. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program.
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia,
serta alat untuk memperbaiki kinerja.
e. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik.
f. Menunjukkan sifat dari aktivitas
g. Melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
h. Memandang ke depan
i. Menunjukkan penerimaan pada titik kritis
j. Objektif
k. Fleksibel
l. Menunjukkan pola organisasi
m. Ekonomis
n. Mudah dimengerti
o. Menunjukkan tindakan perbaikkan.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuantujuan keperawatan adalah:

15

a. Analisa tugas: kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang
tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya
mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan
untuk analisa tugas dalam keperawatan
b. Kontrol kualitas: Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan
akibat-akibat dari pelayanan keperawatan. Apabila fungsi pengawasan dan
pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat:
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standard atau rencana kerja.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.
C. Kuantitas Ketenagaan
1. Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan
Tingkat ketergantungan dapat dinilai berdasarkan Douglas yaitu klien
dikategorikan sebagai berikut:
Kategori I: self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu1-2jam/hari
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makanan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
e. Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
f. Perawatan luka sederhana.
Kategori II: Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4
jam/hari.
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

16

c. Ambulasi dibantu
d. Pengobatan dengan injeksi
e. Klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
f. Klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
Kategori III: Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
a. Semua kebutuhan klien dibantu
b. Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
c. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
2. Cara Perhitungan Jumlah dan Kategori Tenagaan Keperawatan
a. Metode Douglas
Metode Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) memiliki
kategori nilai standar per shift dalam menetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam suatu ruang perawatan berdasarkan klasifikasi klien.
Hasil perhitungan tersebut berpengaruh terhadap beban kerja yang diterima
perawat ruangan. Nilai standar tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel kategori nilai standar per shift metode Douglas
Jml
Klie
n

Pag
i
0,17
0,34
0,51

1
2
3
Dst
b. Metode Gillies

Minimal
Sor
Mala
e
m
0,14 0,07
0,28 0,14
0,42 0,21

Klasifikasi Klien
Parsial
Pag Sor
Mala
i
e
m
0,27 0,15 0,10
0,54 0,30 0,20
0,81 0,45 0,30

Total
Pag Sor
Mala
i
e
m
0,36 0,36 0,20
0,72 0,60 0,40
1,08 0,90 0,60

Prinsip perhitungan rumus Gillies yaitu :


Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1) Waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) terdiri dari :
-

keperawatan mandiri (self care) = 2 jam

keperawatan partial (partial care ) = x 4 = 3 jam

keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam

keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.

17

2)

Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata rata biaya (Bed Occupancy Rate atau BOR) dengan
rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
a) Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
b) Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari (hari
minggu/libur = 52 hari, untuk hari sabtu tergantung kebijakan
rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan , begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 13
hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
c) Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau
hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau
hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
TP = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan / tahun
Jumlah jam kerja perawat/tahun x jam kerja perawat/hari

Atau
TP = A x B x 365
(365-C) x jam kerja/hari

Keterangan :
TP

: Tenaga Perawat

: Jam efektif/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan

klien)
B

: Sensus harian (BOR x Jumlah tempat tidur)

: Jumlah hari libur

c. Depkes
Kebutuhan tenaga I = Jumlah jam perawatan yang di ruangan / hari
Jam efektif perawat
Loss Day= Jumlah hari minggu dlm 1 th + cuti + hari besar x kebutuhan tenaga I
Jam hari kerja efektif perawat
18

Faktor koreksi =Kebutuhan tenaga I + loss day x 25%


100
Kebutuhan tenaga = Kebutuhan tenaga I + Faktor koreksi

D. Standar operasional Prosedur (SOP)


Suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong
dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan
untuk suatu organisasi atau instansi. Departemen Kesehatan RI mendefinisikan
SOP adalah tata cara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja
tertentu yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi
tertentu sehingga suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.
SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang har dilalui untuk
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (KARS, 2000).
SOP dibuat dengan tujuan:
1. Petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim dalam
organisasi atau unit
2. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
4.

terkait
Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan

administrasi lainnya
5. Menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi.
Fungsi SOP:
1. Memperlancar tugas petugas atau tim
2. Dasar hukum bila terjadi penyimpangan
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak
4. Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja
5. Pedoman dalam melaksanakan pekerjaan tim.
Prinsip-prinsip SOP :
1. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan
2. Dapat berubah sesuai dengan perubahan standar profesi atau perkembangan
iptek serta peraturan yang berlaku

19

3. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada setiap
upaya,

disamping tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap kegiatan

pelayanan
4. Didokumentasikan.
Jenis dan Ruang Lingkup SOP:
1. Terdapat dua kelompok SOP pelayanan profesi yaitu:
a. SOP untuk aspek keilmuanadalah SOP mengenai proses kerja untuk
diagnostik dan terapi.
b. SOP untuk aspek manajerial adalah SOP mengenai proses kerja yang
menunjang SOP keilmuan dan pelayanan pasen non-keilmuan.
c. SOP profesi mencakup beberapa hal seperti pelayanan medis, pelayanan
penunjang, dan pelayanan keperawatan.
2. SOP administrasi mencakup hal sebagai berikut:
a.

Perencanaan program/kegiatan

b.

Keuangan

c.

Perlengkapan

d.

Kepegawaian

e.

Pelaporan.

3. Proses pembuatan SOP melalui beberapa tahap antara lain:


a. Merumuskan tujuan protap
Poin dalam merumuskan tujuan prota dituangkan dalam penentuan
judul.
b. Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap :
menterjemahkanpolicy/kebijakan/ketentuan

ketentuan/peraturan-

peraturan kebijakan berguna untuk terjaminnya suatu kegiatan, membuat


standar kinerja, dan menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja.
c. Membuat aliran proses
Aliran proses tersebut digambarkan dalam bentuk bagan-bagan proses
atau urutan jalannya suatu produk/ tatacara yang mencatat segala
peristiwa seperti memberi gambaran lengkap tentang apa yang

20

dilaksanakan dan membantu setiap pelaksanaan untuk memahami peran


dan fungsinya dengan pihak lain.
Syarat suatu bagan harus dibuat atas dasar pengamatan langsung,
tidak boleh dibuat atas dasar apa yang diingat serta disusun dalam Flow
of Work.
Berikut teknik membuat pertanyaan-pertanyaan dasar:
1)

Tujuan : Apa sebenarnya yang dikerjakan dan mengapa?

2)

Tempat : Dimana saja dilakukan dan mengapa?

3)

Urutan : Kapan dilakukan dan mengapa waktu itu?

4)

Petugas : Siapa yang melakukan dan mengapa oleh dia?

5)

Cara : Metoda apa yang dipakai dan mengapa dengan cara itu?

d. Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan


Prosedur atau pelaksanaan disusun berdasarkan atas hasil pertanyaanpertanyaan diatas (flow of work) yang menggambarkan suatu unit
kegiatan yang terbagi habis dengan kriteria tercapai kepuasan kerja dan
tercapainya tujuan.
E. Standar Asuhan Keperawatan
Standar adalah suatu laporan yang menjelaskan penampilan kerja yang
dapat diukur melalui mutu struktur, proses, dan hasil (Gillies dalam Mayasari,
2010). Standar asuhan keperawatan adalah merupakan pernyataan kualitas yang
diinginkan dan dapat dinilai dari pemberian asuhan keperawatan terhadap
pasien. Standar ini akan memberikan petunjuk kinerja mana yang tidak sesuai
atau tidak dapat diterima.
Alasan lain diberlakukannya SAK yaitu sebagai salah satu kriteria asuhan
profesional, tolok ukur mutu asuhan keperawatan, salah satu dasar hukum
asuhan profesional. Kemudian tujuan dari diberlakukan SAK antara lain, secara
umum untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan,
sedangkan secara khusus untuk mengetahui mutu asuhan keperawatan,
mengetahui kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan,
meningkatkan tingkat kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan, kualitas

21

pelayanan keperawatan meningkat dan menurunkan biaya perawatan, serta


melindungi kepentingan pasien dan perawat yaitu melindungi perawat dari
kelalaian serta melindungi klien dari tindakan yang tidak terapeutik (Purwanto,
2001).
Inti dari adanya kriteria kualitas asuhan keperawatan mencakup : aman,
akurasi, kontuinitas, efektif biaya, manusiawi dan memberikan harapan yang
sama tentang apa yang baik bagi perawat dan pasien. Standar menjamin perawat
mengambil keputusan yang layak dan wajar dan melaksanakan intervensi
intervensi yang aman dan akuntabel.
II. UNIT

PERAWATAN

INTENSIF

PSIKIATRI

(UPIP)

PSYCHIATRIC

INTENSIVE CARE UNIT (PICU)


A. Definisi Psychiatric Intensive Care Unit
PICU singkatan dari Psychiatric Intensive Care Unit. PICU dalam bahasa
Indonesia di kenal dengan UPIP (Unit Perawatan Intensif Psikiatri). Kedaruratan
psikiatrik adalah suatu gangguan akut pada pikiran, perasaan, perilaku atau
hubungan sosial yang membutuhkan suatu intervensi segera (Allen, Forster,
Zealberg, & Currier, 2002). PICU atau UPIP merupakan gabungan pelayanan
gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang dapat diselenggarakan di
rumah sakit jiwa dan pelayanan pada ruangan ini ditujukan untuk klien
gangguan jiwa dalam kondisi krisis psikiatrik (Keliat, 2009).

B. Indikasi Masuk UPIP


Indikasi masuk UPIP adalah klien dengan kedaruratan psikiatrik dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Ancaman segera terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda atau lingkungan.
2. Menyebabkan kehilangan kehidupan, gangguan kesehatan, kerusakan harta
benda dan lingkungan.

22

3. Memiliki kecenderungan peningkatan bahaya yang tinggi dan segera terhadap


kehidupan, kesehatan, harta benda atau lingkungan.
Pengukuran tingkat kedaruratan pada klien menggunakan skala GAF
(General Adaptive Function) dengan rentang skor 1-30. Skor GAF dapat
digunakan untuk mengetahui kondisi klien dan dapat dikaji setiap shift. Kategori
klien yang berada dalam rentang skor 1-30 GAF adalah:
1. Skor 21 30
Pada skor 21-30 perilaku dipengaruhi oleh waham atau halusinasi,
ketidakmampuan untuk berfungsi hampir pada semua bidang (misalnya
tinggal ditempat tidur) sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan. Pada resiko
bunuh diri dapat ditandai dengan sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri,
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/
tidak berdaya dan mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
manggambarkan harga diri rendah.
2. Skor 11 20
Terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang lain (misalnya usaha bunuh
diri tanpa harapan yang jelas akan kematian, sering melakukan kekerasan,
kegembiraan

manik),

kadang-kadang

gagal

untuk

mempertahankan

perawatan diri yang minimal (misalnya mengusap fases), gangguan yang


jelas dalam komunikasi (sebagian besar inkoheren atau membisu). Usaha
bunuh diri dapat ditandai dengan aktif memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri, mengatakan ingin bunuh
diri namun tanpa rencana yang spesifik, menarik diri dari pergaulan sosial.
3. Skor 1 10
Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persisten dan parah,
ketidakmampuan persisten untuk mempertahankan hiegene pribadi yang
minimal, tindakan bunuh diri yang serius dengan aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, menjatuhkan

23

diri dari tempat yang tinggi, dan menyiapkan alat untuk bunuh diri (pistol,
pisau, silet dll).
C. Alur Penerimaan Klien di UPIP
Klien yang masuk di ruang UPIP sebelumnya dilakukan triase dengan
mengkaji keluhan utama klien dengan menggunakan skor RUFA (1-30) dan
tanda vital. Kategori klien menurut skor RUFA sebagai berikut:
1. Skor 1-10 masuk intensif I
2. Skor 11-20 masuk ruang intensif II
3. Skor 21-30 masuk ruang intensif III
D. Fase Tindakan Intensif
Berdasarkan prinsip tindakan intensif, maka penanganan kedaruratan
dibagi dalam fase intensif I (24 jam pertama), fase intensif II (24-72 jam
pertama) dan fase intensif III (72 jam-10 hari.
1. Fase intensif I (24 jam pertama)
Fase intensif I adalah fase 24 jam pertama pasien dirawat dengan
observasi, diagnosa, terapi dan evaluasi yang ketat. Berdasarkan hasil
evaluasi pasien maka pasien memiliki tiga kemungkinan yaitu dipulangkan,
dilanjutkan ke fase intensif II, atau dirujuk ke rumah sakit jiwa.
a. Prinsip tindakan
1) Life saving
Mencegah cedera pada klien, orang lain dan lingkungan.
2) Indikasi
Klien dengan skor 1-10 skala RUFA
3) Pengkajian
a)

Riwayat perawatan yang lalu

b)

Psikiater atau perawat jiwa yang baru-baru ini menangani klien (bila
memungkinkan)

24

c)

Diagnosa gangguan jiwa di waktu lalu yang mirip dengan tanda dan
gejala yang dialami klien saat ini

d)

Stressor sosial, lingkungan, dan kultural yang menimbulkan masalah


klien saat ini.

e)

Kemampuan dan keingginan klien untuk bekerjasama dalam proses


treatment.

f)

Riwayat pengobatan dan respons terhadap terapi, mencakup jenis


obat yang didapat, dosis, respons terhadap obat, efek samping dan
kepatuhan minum obat, serta daftar obat terakhir yang diresepkan
dan nama dokter yang meresepkan.

g)

Pemeriksaan kognitif untuk mendeteksi kerusakan kognitif atau


neuro psikiatrik

h)

Tes kehamilan untuk semua klien usia subur.

i)

Pengkajian lengkap harus dilakukan dalam 3 jam pertama. Selain itu


klien harus diperiksa oleh seorang psikiater/dokter umum kesehatan
jiwa

(Psikiater/Medical

Officer

Mental

Health(MOMH)/GP+

(General Practitioner)/GP++) dalam 8 jam pertama dengan prioritas


pertama adalah psikiater. Bila tidak ada psikiater maka klien dapat
ditangani oleh MOMH. Selanjutnya bila tidak ada MOMH dapat
ditangani GP+ atau GP++. Klien-klien yang berada dalam kondisi
membutuhkan penangan sangat segera harus dikaji dan bertemu
dengan psikiater/MOMH dalam 15 menit pertama.
4) Intervensi:
a)

Observasi ketat

b)

Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar (makan, minum, perawatan

diri)
c)

Manajemen pengamanan klien yang efektif (jika dibutuhkan)

d)

Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi

musik.
e)

Evaluasi: dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah

kondisi klien memungkinkan untuk dipindahkan ke ruang intensif II.

25

f)Bila kondisi klien diatas 10 skala RUFA maka klien dapat


dipindahkan ke intensif II.
2. Fase intensif II (24-72 jam)
Fase intensif II perawatan pasien dengan observasi kurang ketat sampai
dengan 72 jam. Berdasarkan hasil evaluasi maka pasien pada fase ini
memiliki empat kemungkinan yaitu dipulangkan, dipindahkan ke ruang fase
intensif III, atau kembali ke ruang fase intensif I.
b. Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase krisis (Intensif I)
Mempertahankan pencegahan cedera pada klien, orang lain dan
lingkungan
c. Indikasi
Klien dengan skor 11-20 skala RUFA
d. Intervensi
1) Observasi frekuensi dan intensitas yang lebih rendah dari fase intensifI
2) Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi
musik dan terapi olahraga
3) Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi
klien memungkinkan untuk dipindahkan ke ruang intensif III
4) Bila kondisi klien di atas skor 20 skala RUFA, maka klien dapat
dipindahkan ke intensif III, bila dibawah skor 11 skala RUFA maka
klien dikembalikan ke fase intensif I.
3. Fase intensif III (72 jam-10 hari)
Fase intensif III pasien di kondisikan sudah mulai stabil, sehingga
observasi menjadi lebih berkurang dan tindakan-tindakan keperawatan lebih
diarahkan kepada tindakan rehabilitasi. Fase ini berlangsung sampai dengan
maksimal 10 hari. Merujuk kepada hasil evaluasi maka pasien pada fase ini
dapat dipulangkan, dirujuk ke rumah sakit jiwa atau unit psikiatri di rumah
sakit umum, ataupun kembali ke ruang fase intensif I atau II
a. Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase akut (Intensif II)

26

Memfasilitasi perawatan mandiri klien.


b. Indikasi
Klien dengan skor 21-30 skala RUFA
c. Intervensi
1) Observasi dilakukan secara minimal
2) Klien lebih banyak melakukan aktivitas secara mandiri
3) Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik,
terapi olahraga, dan life skill therapy.
4) Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi klien
memungkinkan untuk dipulangkan.
5) Bila kondisi klien diatas skor 30 skala RUFA maka klien dapat
dipulangkan dengan mengontak perawat CMHN terlebih dahulu. Bila
dibawah skor 20 skala RUFA klien dikembalikan ke fase intensif II, dan
bila dibawah skor 11 RUFA klien dikembalikan ke fase intensif I.
E. Terapi Modalitas Pada Setiap Fase
Menurut Keliat dalam penelitian Sulistyowati, pelaksanaan terapi
modalitas dapat menggunakan di dalam implementasi di ruang UPIP. Terapi
modalitas dapat berupa terapi musik. Pelaksanaan terapi musik di UPIP
dibedakan sebagai berikut:
1. Intensif I
Tujuan: klien menjadi lebih tenang.
2. Intensif II dan III
Tujuan: klien menjadi lebih tenang dan terjadi perubahan perilaku pada klien.

F. Penanganan di UPIP
Penanganan di UPIP menggunakan pendekatan di ruang MPKP yang
terdiri dari empat pilar, yaitu:
1. Pendekatan manajemen

27

2. Compensatory reward
3. Hubungan profesional
4. Manajemen asuhan keperawatan

BAB III
PROSES PENYELESAIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Profil Rumah Sakit Dan Ruangan

28

1. Profil Rumah Sakit


a. Sejarah

Berdirinya

Rumah

SakitJiwa

Daerah

Sakit

Daerah

Dr.AminoGondohutomoSemarang
Sejarah

perkembangan

Rumah

Jiwa

Dr.AminoGondohutomoSemarangpertama kali berdiri pada tahun 1814


di Jl.Sompok Semarang, sebagai tempat penampungan bagi pasien
psikotik akut(Doorgangshuizen).Tahun 1912DoorgangshuizenSompok
dipindah ke gedungKleedingmagazjin, sebuah gedung tua yang dibangun
kurang lebih padatahun1878 di Jl. Cendrawasih, Tawang dengan
namaDoorgangshuizenTawang.Kemudian pada tanggal 21 Januari
1928DoorgangshuizenTawang berubah status menjadi Rumah Sakit Jiwa
Pusat Semarang (Kranzinnigenggestichten).
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.AminoGondohutomoSemarang
menerimaperawatan pasien-pasien psikotik mulai tanggal 2 Februari
1928. Tanggal tersebutkemudian ditetapkan sebagai hari jadi Rumah
Sakit Jiwa Pusat Semarang.Padatanggal 4 Oktober 1986 seluruh kegiatan
Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarangdipindahkan ke gedung baru di Jl.
Brigjen Sudiarto No. 347 Semarang.Tanggal 9Oktober 2001 Rumah
Sakit Jiwa Pusat Semarang berubah namamenjadi RumahSakit Jiwa
Pusat dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Dr. Amino Gondohutomoadalah nama psikiater pertama di
Indonesia kelahiran Surakarta, Jawa Tengah.Tanggal 1 Januari 2002
Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Amino GondohutomoSemarang berubah
menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Provinsi

Jawa

Tengah

sesuai

dengan

SK

Gubernur

No

440/09/2002,Februari 2002.
b. Letak Geografis Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.AminoGondohutomo
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang
terletak padaruas jalan utama merupakan rangkaian jalur tengah yang
meghubungkan kotaSemarang dengan kota Purwodadi, atau tepatnya

29

pada Jalan Brigjen Sudiarto No.347 Semarang. Pada pusat kota


Semarang dan Pusat Pemerintahan Provinsi JawaTengah sangat
menguntungkan

dan

strategis

karena

peran

RSJD

Dr.AminoGondohutomo sebagai rumah sakit khusus jiwa kelas A yang


merupakan pusatrujukan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat Jawa
Tengah. Posisitersebutmemiliki aksesibilitasyang sangat strategis dan
mudah dijangkau dari seluruhwilayah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
dengan berbagai transportasi yangtersedia. Dengan jumlah penduduk
Jawa Tengah yang mencapai33 juta jiwa,maka keberadaan RSJD
Dr.Amino Godohutomo beserta 3 rumah sakit jiwalainnya yang berada di
Jawa Tengahdi antaranya Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.Soeroyo Magelang,
Rumah Sakit Jiwa Klaten dan Rumah Sakit Jiwa Surakartamempunyai
peranan yang sangat besar dalam upaya pemberian pelayanankesehatan
jiwa secara terpadu dan menyeluruh.
2. Profil Ruangan
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangUPIP RSJD Dr.Amino
Gondohutomo Semarang pada tanggal 6 Oktober 2014 didapatkan hasil
bahwa ruang UPIP adalah salah satu ruangan di RSJD Dr.Amino
Gondohutomo

Semarang

yang

menangani

pasien-pasien

dengan

kegawatdaruratan gangguan jiwa yang memerlukan perawatan secara


intensive atau sering disebut dengan ICUnya rumah sakit jiwa karena
UPIP memiliki kepanjangan Unit Pelayanan Intensive Psikiatrik. Kapasitas
UPIP menampung maksimal 24 pasien dengan kasus-kasus yang sering
ditemui adalah pasien dengan risiko perilaku kekerasan (RPK) dan risiko
bunuh diri (RBD) dengan kondisi yang masih agresif dan perlu pengawasan
ketat.
Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2014
didapatkan hasil bahwa ruang UPIP memiliki 8 ruang perawatan diantaranya
2 ruang intensive laki-laki dan perempuan, 2 ruang intermediate, 1 ruang
observasi, 2 ruang fisik laki-laki dan perempuan, 1 ruang isolasi dan

30

dilengkapi dengan 1 ruang makan, 1 ruang perawat, 7 kamar mandi pasien, 1


kamar mandi perawat dan 3 kamar mandi pengunjung.
Manajemen

ruang

UPIP masih

digabungkan

dengan

ruang

RKO/NAPZA yang berada di lantai 2 sehingga manajemen pengelolaan


ruangan UPIP (lantai 1) dan NAPZA (lantai 2) masih dalam 1 kepimpinan
kepala ruang. Ruang UPIP memiliki total perawat berjumlah 15 orang.
Metode pelayanannya menggunakan metode tim dengan membagi tenaga
keperawatan menjadi 3 tim, yaitu 2 tim di ruang UPIP dan 1 tim di ruang
NAPZA.
B. Hasil Pengkajian
1. INPUT
a. Man
1) Tenaga Keperawatan
Jumlah total tenaga keperawatan di ruang UPIP RSJD Amino
Gondohutomo adalah sebanyak 15 perawat.
No

Klasifikasi Pendidikan Jumla

1.

Perawat SPK

h
-

2.

Perawat D III

3.

Perawat S1

Perawat S1 + Ners

5.
Perawat S2 + Ners
1
Tabel 1. Klasifikasi Pendidikan Tenaga Keperawatan di Ruang
UPIP RSJD Amino Gondohutomo (n=15)
Rata-rata pasien setiap hari di ruang UPIP adalah 9 pasien dengan
kategori sebagai berikut :
a) 2 pasien kategori perawatan partial
b) 13 pasien kategori perawatan minimal
Kebutuhan tenaga kerja di ruang UPIP adalah :
Pagi

kategori partial
2 x 0,27 = 0,54

kategori minimal
13 x 0,34 = 4,42

jumlah
4,96

31

Siang
2 x 0,15 = 0,3
13 x 0,28 = 3,64
Malam
2 x 0,07 = 0,14 13 x 0,30 = 3,9
jumlah kebutuhan tenaga kerja dalam 1 hari
Tabel 2. Kebutuhan Tenaga Kerja dalam 1 Hari

3,94
4,04
12,94

Analisis :
Kebutuhan tenaga kerja perawat dalam 1 hari adalah 12 orang
ditambah 1 orang (kepala ruang), sehingga menjadi 13 orang.
Kondisi di ruangan UPIP terdapat 14 perawat dan 1 kepala ruang.
Hal ini menunjukkan bahwa ruang UPIP sudah sesuai untuk
menjalankan MPKP.
2) Tenaga non Keperawatan
Jumlah petugas administrasi di ruang UPIP RSJD Amino
Gondohutomo adalah sebanyak 1 orang.
No

Jabatan

Jumla

h
1.
Administrasi
1
Tabel 3. Jumlah tenaga non keperawatan
Analisis:
Dalam pelasanaan MPKP dibutuhkan seseorang yang bertugas
melaksanakan dokumentasi administrasi ruangan. Ruang UPIP sudah
memenuhi syarat tersebut karena sudah memiliki seorang tenaga non
keperawatan.
3) Kasus yang Sering Ditemukan
Kasus kesehatan jiwa yang ditemui pada bulan September 2014 adalah
sebagai berikut:
a) Sepuluh Besar Jenis Penyakit
Kode
F.20.0
F.20.3
F.20.2
F.20.1
F.23.2
F.32.2
F.30.2

Jenis penyakit
Sch. Paranoid
Sch. Tak Terinci
Sch. Katatonik
Sch. Hebefrenik
Gangguan Psikotik Akut
Depresi Berat
Gangguan Bipolar Tipe

Jumlah Kasus
13
17
13
2
7
5
4

Prosentase
17%
23%
17%
3%
9%
11%
5

Manik
32

F.00.0
F.31.2
F.20.9

Demensia Sinilis

Schizofrenia Ytt

b) Sepuluh Besar Diagnosa Keperawatan


Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis penyakit
RPK
RBD
DPD
ISOS
HDR Kronik
Halusinasi
Waham
Kerusakan Komunikasi

Jumlah Kasus
41
16
14
9
10
4
-

Prosentase
55%
21%
19%
12%
13%
5%
-

9
10

Verbal
Berduka Kompleks
Penatalaksanaan

Regimen
Keluarga Inefektif
Regimen Terapeutik
4) Struktur Organisasi

Menurut hasil wawancara dengan Kepala Ruang dan perawat di


ruang UPIP pada tanggal 7 dan 9 Oktober 2014 didapatkan bahwa
bangsal UPIP baru menyusun struktur organisasi bangsal tetapi belum
memiliki

papan

struktur

organisasi.

Kebijakan

RSJD

Amino

Gondohutomo sedang menggiatkan setiap bangsal harus memiliki


struktur organisasi yang berlaku. Papan struktural ruangan belum tersedia
berhubungan dengan pengadaan barang ke pihak rumah sakit.
a) Tanggung Jawab dan Tugas Kepala Ruang
i.

Tugas pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan di bangsal
rawat inap yang berada di bawah tanggung jawabnya.

ii.

Fungsi Perencanaan
i)

Merencanakan jumlah kebutuhan tenaga sesuai dengan


persyaratan yang berlaku

33

ii)

Merencanakan dan menentukan jenis asuhan keperawatan


yang diselenggarakan sesuai kebutuhan

iii.

Fungsi pergerakan dan pelaksanaan

i) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan bangsal rawat


inap
ii) Membantu coordinator rawat inap
iii) Memberikan pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawat untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar
iv) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan
berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan rawat inap
v) Mengadakan pertemuan berkala dengan staff bangsal rawat inap yang menjadi
tanggung jawabnya
vi) Menghadiri pertemuan dengan kepala badan, kepala sub bidang, coordinator
instalasi
iv.

Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)

i) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan


ii) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan di bidang keperawatan
iii) Mengawasi peserta didik dari institusi pendidikan untuk memperoleh
pengalaman belajar, sesuai tujuan program pendidikan yang telah ditentukan
oleh institusi pendidikan
iv) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan ke dalam daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan pegawai (DP3) bagi pelaksanaan perawatan dan tenaga
lain di ruang rawat yang berada di bawah tanggung jawabnya, untuk berbagi
kepentingan (kenaikan pangkat/ golongan dan melanjutkan sekolah)
2) Tujuan dan Tugas Perawat Primer
a) Bertugas pada pagi hari
b) Bersama PA menerima operasi tugas jaga dari PA yang tugas
malam
c) Bersama PA melakukan konfirmasi/ supervise tentang kondisi
pasien segera setelah selesai operan tugas jaga setiap pasien

34

d) Bersama PA melakukan doa bersama sebagai awal dan akhir


tugas, dilakukan setelah selesai operan tugas jaga malam
e) Melakukan pre conference dengan semua PA yang ada dalam
groupnya pada setiap awal dinas pagi
f) Membagi tugas/ pasien kepada AN sesuai kemampuan dan
beban kerja
g) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah/ diagnose dan
perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang menjadi
tanggungjawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
h) Memonitor dan membimbing tugas PA
i) Membantu tugas PA untuk kelancaran pelaksanaan asuhan
pasien
j) Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan askep yang
dilakukan oleh PA yang ada di bawah tanggung jawabnya.
k) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan
yang ada dalam perencanaan askep dan ada bukti dalam
rekam kep.
l) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan
menerima laporan akhir tugas jaga dari PA untuk persiapan
tugas jaga berikutnya
m) Mendampingi PA dalam operan tugas jaga kepada PA yang
tugas jaga berikutnya
n) Memperkenalkan PA yang ada dalam satu grup/ yang akan
merawat selama pasien dirawat kepada pasien/ keluarga baru
o) Mendelegasikan tugas kepada PA pada S/ M/ HL
p) Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang bila hari tidak
bertugas
q) Menyelenggarakan diskusi kasus/ conference dengan dokter/
tim kesehatan lain setiap minggu sekali.

35

r) Menyelenggarakan

diskusi

kasus/

conference

dalam

pertemuan rutin keperawatan di ruangan minimal sebulan


sekali.
s) Menyelenggarakan diskusi kasus/ conference sesuai prosedur
t) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
3) Tugas Perawat Asosiate
a) Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari
dan kepada PA yang ada dalam 1 grup
b) Melakukan konfirmasi/ supervise tentang kondisi pasien
segera setelah selesai operan setiap pasien
c) Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang
dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga
d) Mengikuti pre conference yang dilakukan PP setiap tugas
pagi
e) Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
f) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti rekam
kep.
g) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/ keluhan
kepada PP
h) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam kep.
i) Menerima keluhan pasien/ keluarga dan berusaha untuk
mengatasinya
j) Melengkapi catatan askep pada semua pasien yang menjadi
tanggung-jawabnya
k) Melakukan evaluasi askep setiap akhir tugas pada semua
pasien yang menjadi tanggung-jawabnya dan ada bukti di
rekam kep.

36

l) Mengikuti post conference yang diadakan oleh PP pada setiap


akhir tugas dan melaporkan kondisi/ perkembangan semua
pasien yang menjadi tanggung-jawabnya kepada PP
m) Bila PP tidak ada, wajib mengenalkan PA yang ada dalam satu
grup yang akan memberikan askep pada jaga berikutnya pada
pasien/ keluarga baru
n) Melaksanakan pendelegasian tugas PP S/ M/ HL
o) Berkoordinasi dengan penanggungjwab shift jaga/ dokter/ tim
kes lain bila ada masalah pasien pada S/ M/ HL
p) Mengikuti diskusi kasus/ conference dengan dokter/ tim
kesehatan lain setiap minggu sekali.
q) Mengikuti diskusi kasus/ conference dalam pertemuan rutin
kep di ruangan
r) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian PA
5) Program Pengembangan Kinerja Staff
Hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruang dan
beberapa perawat di ruang UPIP pada tanggal 6 Oktober 2014
didapatkan bahwa untuk meningkatkan atau mengembangkan kualitas
kinerja staff dilakukan dengan pengikutsertaan staff untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan atau workshop. Hanya saja di ruangan tidak ada
pendokumentasian mengenai daftar perawat yang telah ditugaskan
mengikuti pelatihan maupun workshop.
6) Metode Pembagian Tugas Perawat
Hasil wawancara dengan ketua tim dan perawat pelaksana di
ruang UPIP pada tanggal 6 Oktober 2014 didapatkan bahwa metode
pembagian tugas perawat adalah metode tim dengan modifikasi. Tim di
ruang UPIP terbagi dalam 3 tim yaitu tim I, tim II, dan tim III. Satu tim
merupakan tim dari ruang NAPZA yang akan ikut bekerja sama apabila
ruang NAPZA sedang tidak ada pasien. Tiap timmengkoordinir 2-3
perawat pelaksana.Belum ada kejelasan pembagian ruangan sebagai
tanggung jawab tiap tim karena perawat ruangan sudah berkesepakatan

37

untuk membagi tugas sesuai jumlah perawat dan jumlah pasien pada
setiap shift sesuai dengan kebutuhan dan tenaga yang tersedia.
b. Money
1) Sumber Pemasukan
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan bahwa
sumber pemasukan atau anggaran dari Rumah Sakit tidak berupa
uang secara langsung, akan tetapi berupa barang sesuai dengan
permintaan yang diajukan oleh ruangan ke bagian Sarana Prasarana
yang telah disetujui.
2) Pengeluaran
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruang, ruangan tidak
memiliki pengeluaran berupa uang karena ruangan juga tidak
mendapatkan pemasukan berupa uang dari anggaran RS. Pemasukan
dan pengeluaran ruangan bersifat sentralisasi langsung dari rumah
sakit.
3) Sistem Evaluasi Anggaran (Laporan Pertanggungjawaban)
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan bahwa
ruang UPIP tidak memiliki sistem evaluasi anggaran dikarenakan
semua pemasukan dan pengeluaran sudah dipusatkan di rumah sakit.
4) Kendala dalam Anggaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan bahwa
kendala dalam pengadaan atau permintaan barang bisa dikatakan
lama apabila barang yang diminta merupakan barang yang dirasa
mahal.
c. Method
1) Pelaksanaan Timbang Terima Pasien
Berdasarkan hasil observasi selama 7 hari (6-11 Oktober
2014) pelaksanaan timbang terima pasien dilakukan oleh antar
perawat shift (perawat shift sebelumnya dengan perawat shift

38

selanjutnya) dengan mengoperkan semua hal mengenai keadaan


pasien. Proses timbang terima dilakukan dengan berkeliling ke
ruangan pasien. Pelaksanaan timbang terima pada shift pagi
dilakukan pukul 07.10 WIB. Selama observasi 7 hari, timbang terima
pasien pada shift pagi dilakukan pada pukul

06.45, 07.00, dan

07.10.Timbang terima pasien dilakukan oleh seluruh perawat shift


sebelum dan perawat shift selanjutnya dengan berkeliling ruangan
pasien dan terkadang hanya dilakukan antar perawat jaga. Timbang
terima yang dilakukan oleh perawat UPIP meliputi nama pasien,
keadaan umum, serta program terapi medis.
2) Ronde Keperawatan
Hasil observasi dan wawancara di ruang UPIP tanggal 6
Oktober 2014, ronde keperawatan sudah pernah dilaksanakan namun
tidak berjalan hingga saat ini.
Analisis :
Berdasarkan hasil pengkajian, timbang terima di ruang UPIP sudah
dilaksanakan dengan keliling tiap ruangan, pre dan post conference,
dan ronde keperawatan belum terlaksana.
3) Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien di
ruangan UPIP sebagai ruang intensif adalah dengan memberikan
asuhan

keperawatan

berdasarkan

kegawatdaruratan

psikiatri.

Penanganan pasien dilakukan dengan pembagian keadaan sesuai


triage berdasarkan skor GAFR/ RUFA hingga didapatkan klasifikasi
penanganan pasien untuk fase intensif I hingga fase intensif III.
Klasifikasi ini akan menentukan jenis penanganan pasien yang
dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien terkini.
Hasil wawancara kepada perawat dan observasi di ruang
UPIP selama tanggal 6 Oktober hingga 11 Oktober 2014 didapatkan
bahwa beberapa perawat tidak mengetahui pasti klasifikasi
pembagian ruangan sesuai fungsi dan kondisi pasien, ruangan belum

39

menggunakan GAFR sebagai skor untuk menilai kondisi terkini


pasien sehingga bisa ditentukan klasifikasi perawatan apa yang akan
digunakan. Observasi di ruang UPIP didapatkan bahwa ruangan
sudah memiliki beberapa jenis klasifikasi ruangan yaitu ruang
intensif laki-laki dan perempuan, ruang observasi fisik, dan ruang
intermediet. Ruang UPIP belum mengaplikasikan penilaian GAFR
untuk penempatan ruang pasien UPIP.
4) Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Pengisian dokumentasi asuhan keperawatan di ruang UPIP
menggunakan lembar checklist.

Pengkajian dokumentasi asuhan

keperawatan di ruang UPIP dilakukan dengan mengambil sampel


acak sebanyak 15 buah untuk dikaji secara kuantitas dan kualitas.
Pengkajian dilakukan dengan menggunakan lembar pengkajian
berupa checklist daftar pernyataan terkait kuantitas dan kualitas
dokumentasi asuhan keperaawatan yang dibuat.
a) Audit Dokumentasi Keperawatan Ruang UPIP Berdasarkan
Kuantitas
Gambaran umum pengkajian secara kuantitas ini adalah
seberapa besar perawat telah mengisi/ memberikan checklist
yang tersedia pada setiap bagian sesuai dengan kondisi pasien
terkini.
b) Audit Dokumentasi Keperawatan Ruang UPIP Berdasarkan
Kualitas
Kualitas dokumentasi Keprawatan Ruang UPIP dilihat dari
kesesuaian isi dokumentasi dengan tindakan hingga evaluasi
yang dilakukan pada pasien. Hasil pengkajian dari rekam
medik menunjukkan bahwa dokumentasi asuhan keperawatan
di ruang UPIP 84% sudah sesuai dengan rincian data bahwa
bagian pengkajian memiliki prosentase kesesuaian sebanyak
84.88% dengan masalah yang sering ditemui yaitu belum
dilakukannya pemberian checklist pada pengkajian fisik dan

40

psikososial secara lengkap dan pemberian gambar genogram


pasien. Masalah ini ditemui pada 8 dari 15 dokumentasi
keperawatan

yang

dikaji.

Bagian

penentuan

diagnose,

pemilihan intervensi, pemberian implementasi, dan evaluasi


didapatkan prosentase kesesuaian sebesar 84.97%

dengan

masalah yang paling sering ditemukan adalah pemberian


lingkaran pada jenis kelamin pasien, pencatatan ruang pasien
dirawat, dan kesesuaian implementasi dengan evaluasi SOAP
yang dilakukan.
5) Cara Memperkenalkan Ruangan kepada Pasien atau Keluarga
Menurut hasil wawancara kepada salah satu perawat di ruang
UPIP didapatkan bahwa memperkenalkan ruangan kepada pasien
maupun keluarga dilakukan dengan menunjukkan tempat tidur pasien
dan berada di kelas berapa pasien tersebut.
Analisis :
Perkenalan perawat kepada pasien belum dilaksanakan secara
optimal karena seharusnya perkenalan dilakukan secara langsung dan
pasien diorientasikan sarana umum di ruangan seperti kamar mandi.
6) Pengelolaan Logistik dan Obat
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang pada tanggal 6
Oktober 2014 didapatkan bahwa pengelolaan logistik dan obat sudah
ditangani oleh masing-masing perawat yang ditugaskan untuk
menangani hal tersebut.
a) Alur Penerimaan Obat Di Ruang UPIP
Hasil wawancara dengan salah satu perawat di ruang UPIP
didapatkan bahwa alur penerimaan obat dimulai dari advice
dokter yang menuliskan resep di lembar resep obat pasien ketika
visite kemudian permintaan obat tersebut diantar ke bagian
farmasi, dan kemudian obat tersebut diambil dari farmasi setelah

41

farmasi menghubungi ruang UPIP bahwa obat pasien ruang


UPIP sudah selesai disiapkan.
b) Pembagian Obat Di Ruang UPIP
Obat yang sudah diambil dari farmasi selanjutnya dipilah-pilah
menjadi obat PO, obat injeksi (baik dalam bentuk vial maupun
ampuls), spuit maupun alat invasive lainnya. Khusus untuk obat
PO

langsung

diletakkan

di

masing-masing

loker

obat

pasien.Sedangkan obat injeksi (vial dan ampuls) ditempatkan


dalam satu rak khusus obat injeksi. Spuit dan obat injeksi di
ruang UPIP ditempatkan di loker-loker obat masing-masing
pasien dalam satu almari troli obat.
7) SOP dan SAK
Hasil wawancara dengan kepala ruang UPIP pada tanggal 8
Oktober 2014 didapatkan bahwa Standar Asuhan Keperawatan
(SAK) dan Standar Operasional Prosedur (SOP)dalam hal Pelayanan
Keperawatan sudah tertuang.
d. Materials
1) Komposisi ruangan
Ruang perawat secara umum terdiri dari nurse station, almari
obat, kamar istirahat perawat, dan kamar mandi. Fasilitas yang ada
pada nurse station adalah komputer untuk administrasi dan meja
receptionist pada bagian depan yang sekaligus digunakan untuk
menyimpan dokumen-dokumen (CM pasien, dokumentasi ASKEP,
SAK, SOP, buku-buku penunjang pelayanan, blangko-blangko
kosong untuk pelayanan keperawatan dan medis, alat tulis, lembar
permintaan obat, dan lain-lain) dan terdapat meja kerja tempat
menyimpan dokumen-dokumen (CM dokter, dokumentasi askep,).
Ruang UPIP menggunakan map berwarna kuning untuk CM pasien
dan dokumentasi askep pasien, memasukkan blangko dalam map
yang sudah diberi tulisan sesuai dengan identitas pasien. Peletakkan

42

map CM dan dokumentasi askep pasien diletakkan di meja pada


nurse station. Terdapat juga alat tulis dan kursi-kursi yang biasanya
untuk duduk perawat dan untuk bekerja menulis dokumentasi
keperawatan. Terdapat 1 ruangan perawat untuk istirahat sholat, 1
wastafel dan 1 kamar mandi perawat. Ruangan memiliki 1 monitor
CCTV untuk memantau kondisi ruangan pasien yang tidak bisa
dipantau secara langsung, TV, komputer dan CPU.
Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2014
didapatkan hasil bahwa ruang UPIP memiliki 8 ruang perawatan
diantaranya 2 ruang intensive laki-laki dan perempuan, 2 ruang
intermediate, 1 ruang observasi, 2 ruang fisik laki-laki dan
perempuan, 1 ruang isolasi dan dilengkapi dengan 1 ruang makan, 1
ruang perawat, 7 kamar mandi pasien, 1 kamar mandi perawat dan 3
kamar mandi pengunjung.
2) Inventaris alat di ruangan
Penanggung jawab alat-alat di ruangan adalah kepala ruang.
Dokumentasi inventaris ruangan di update dalam hal kuantitas, jenis,
dan pemantauan keberadaan, kondisi alat serta inventaris ruangan.
a) Alat-Alat Medis
Tabel.6 Daftar Alat Medis di Ruang UPIP pada Bulan Oktober
2014
NO JENIS BARANG

JUMLAH KONDISI

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

1
1
1
2
2
1
1
3
1
1
2

Troli alat tenun


EKG
Troli EKG
Tensimeter
Termometer
Stetoskop
Timbangan berat badan
Standar infus
Troli obat emergency
Troli tindakan
Bak instrument

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

43

b) Alat-Alat Non-Medis
Tabel 8. Daftar Alat-Alat Non-Medis di Ruang UPIP pada Bulan
Oktober 2014
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

JENIS BARANG
Tempat tidur pasien
Matras/kasur
Almari + laci pasien
Meja makan
Meja komputer
Kursi computer
Kursi sandar
Loker obat
Troli tindakan
Kipas angin gantung
Telepon
Almari kayu
Hand rub
TV 14
Komputer
CPU
Keyboard
Stabilisator
Wastafel
Tiang infus
Jam dinding
Dispenser
Ruang nurse station
Ruang ganti pakaian dan

JUMLAH
23
21
12
2
1
1
18
1
1
1
2
1
8
1
1
1
1
1
1
3
2
1
1
1

KONDISI
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

25.
26.

ruang istirahat perawat


KM dan WC
Tempat sampah non medis

11
1

Baik
Baik

27.
28.
29.
30
31.
32.
33.
34.
35.
36.

besar
Tirai skat
Sendok
Gelas
Rak piring
Gayung
Ember
Rak sepatu
Rak susun
Box linen kotor
Box linen bersih

2
25
25
1
17
17
1
1
1
1

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

44

37.
38.
39.
40.
41.
42.

Box piring kotor


Lemari restrain
Kasur lipat
Meja troli
Papan promosi kesehatan
Papan nama pengaman saat

1
1
1
3
5
1

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

43.

terjadi bencana
Helm pengaman

Baik

3) Sterilisasi Alat
Pembersihan linen (sprei, selimut, sarung bantal, seragam pasien) dan
alat restrain dilakukan dengan mengirimkan barang tersebut ke
laundry.
4) Kamar pasien
Ruang UPIP memiliki 5 jenis ruangan dengan total ruangan 8 buah
yaitu ruang intensif laki-laki dan perempuan, ruang obervasi, ruang
fisik laki-laki dan wanita, 2 buah ruang intermediet, dan ruang
isolasi.
a) Ruang Intensif
Ruang intensif laki-laki dan perempuan masing-masing memiliki
2 buah tempat tidur dengan kasur busa dan satu bantal. Ruang
ini difasilitasi satu buah AC, lampu penerang satu buah, dan
almari troli 1 buah.
b) Ruang Observasi
Ruang observasi memiliki 2 buah tempat tidur dengan kasur
busa dan dua bantal. Ruang ini difasilitasi satu buah AC, lampu
penerang satu buah, dan almari troli 2 buah.

c) Ruang Fisik
Ruang observasi memiliki 2 buah tempat tidur dengan kasur
busa dan dua bantal. Ruang ini difasilitasi satu buah AC, lampu
penerang satu buah, dan almari troli 2 buah

45

d) Ruang Intermediete
i.

Ruang I
Ruang observasi memiliki 4 buah tempat tidur dengan
kasur busa dan 4 bantal. Ruang ini difasilitasi satu buah
AC, lampu penerang 2-3 buah, 1 kamar mandi dengan
closet, gayung, dan ember

ii.

Ruang II
Ruang observasi memiliki 5 buah tempat tidur dengan 4
kasur busa dan 2-3 bantal. Ruang ini difasilitasi satu buah
AC, lampu penerang satu buah, dan almari troli 2 buah, 1
kamar mandi dengan closet, gayung, dan ember

e) Ruang Isolasi
Ruang isolasi memiliki 2 buah kamar terpisah. Masing-masing
kamar memiliki 1 tempat tidur, I kasur busa, 1 almari troli, 1
meja troli. Ruang ini dilengkapi 2 buah kamar mandi, 1 kasur
lipat, 2 buah kursi, 2 buah sekat, 3 tiang infuse, dua buah AC
pada masing-masing kamar.
5) Fasilitas staf
1) Ruang perawat dan operasional
2) Nurse Station
a) 1 meja administrasi
b) 1 rak untuk lembar ASKEP
c) 1 meja kerja
d) 6 Kursi
e) 2 pesawat telepon
f) 1 buah monitor CCTV (ruang intermediete dan lobi depan
gedung UPIP)
g) 1 almari troli obat
h) 1 perangkat komputer
i) 1 CPU
j) 1 Westafel

46

k) 2 buah handsrub
l) 1 kamar mandi
m) 1 televisi
n) 1 AC
o) 1 jam dinding
3) Ruang Istirahat perawat
a) 1 dispenser
b) 3 Kasur busa
c) 1 buah Almari Loker
2. PROSES
a. Planning
1) Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondohutomo Semarang yaitu
Menuju Pelayanan Kesehatan Jiwa Paripurna yang Bermutu
2) Misi Rumah Sakit
Adapun misi RSJD Amino Gondohutumo yaitu:
a) Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa
paripurna
b) Meningkatkan sarana, prasarana, dan teknologi pelayanan.
c) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
d) Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang kesehatan jiwa
3) Misi Bidang Keperawatan
1) Mengembangkan pelayanan keperawatan jiwa secara menyeluruh
untuk mewujudkan pelayanan prima didukung SDM yang
professional
2) Meningkatkan sarana dan prasarana bidang keperawatan guna
tercapainya pelayanan prima
3) Mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan penelitian bidang
keperawatan yang berkelanjutan

47

4) Mengembangkan

kapasitas

dan

profesionalisme

SDM

keperawatan untuk mendukung pelayanan prima


5) Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat melalui
pendidikan kesehatan keperawatan jiwa untuk memperbaiki
kualitas hidup
4) Tujuan Bidang Keperawatan
1) Terlaksananya pelayanan keperawatan jiwa yang professional dan
prima
2) Tersedianya SDM keperawatan professional untuk mendukung
pelayanan prim
3) Tersedianya sarana prasarana yang memadai dan sesuai dengan
perkembangan IPTEK
4) Terlaksananya diklat dan penelitian di bidang keperwatan
5) Terlaksananya kerjasama dengan tim kesehatan dan keluarga/
pasien serta masyarakat dalam pelayanan asuhan keperawatan
5) Falsafah Bidang Keperawatan
1) Pasien adalah individu, memiliki harkat dan martabat yang harus
dihargai
2) Pasien adalah individu, memiliki kebutuhan bio psikososial
spiritual
3) Pasien adalah individu, memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan/ keperawatan yang sama
4) Pasien adalah individu, memiliki potensi untuk berubah
5) Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan terus
menerus

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangan

SDM

keperawatan.
a. Perencanaan Harian dan Bulanan
Berdasarkan wawancara tanggal 6 Oktober 2014 yang dilakukan
dengan kepala Ruang UPIP didapatkan informasi bahwa kepala

48

ruang memiliki kegiatan harian, bulanan dan tahunan dengan


perincian sebagai berikut:
1) Harian
1. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
2. Bimbingan mahasiswa
2) Bulanan
a) Rapat bulanan
Kepala ruang mengatakan bahwa setiap bulannya selalu
mengadakan rapat bulanan untuk membahas kinerja, program
yang akan dilakukan, evaluasi kekurangan dan kelebihan
guna

meningkatkan

kemajuan

ruang.

Rapat

bulanan

dijadwalkan oleh kepala bidang keperawatan dan dihadiri


oleh kepala bidang keperawatan, kepala pengembangan mutu
pelayanan, kepala instalasi rawat inap, kepala ruang dan
seluruh perawat.
3) Tahunan
Perencanaan tahunan di ruang UPIP belum ada, jika ada kegiatan
yang bersifat tahunan memang terkadang insidental dan tidak
terjadwalkan.
b. Perencanaan Logistik
Hasil wawancara tanggal 6 Oktober 2014, permintaan logistik
diajukan sesuai kebutuhan ke bagian sarana dan prasarana jika
ruangan membutuhkan logistik tertentu atau logistik yang tersedia
sudah habis. Perencanaan logistik diurus oleh seorang penanggung
jawab yang bertanggung jawab terhadap inventaris ruangan dan
kebutuhan sarana dan prasarana ruangan.
c. Visi dan Misi Ruangan
Visi dan misi ruangan sejalan dengan visi misi rumah sakit.
d. Kuesioner hasil pengkajian fungsi perencanaan perawat dalam
manajemen keperawatan

49

Diagram hasil pengkajian kuesioner fungsi manajemen


perencanaan perawat (n=10)

baik
buruk

Pada kuesioner tentang fungsi dari manajemen yang diisi oleh


perawat di ruang UPIP sejumlah 100% perawat memiliki fungsi
perencanaan manajemen yang baik.
b. Organizing
1. Struktur Organisasi Ruang UPIP
Terlampir
2. Sistem Penjadwalan
Tabel sistem penjadwalan di ruang UPIP
Shift
Pagi
Siang
Malam
3. Jobdesk

Jumlah tenaga kesehatan


1 Kepala Ruang, 2-4 Perawat
2 Perawat
2 Perawat

1) Tanggung Jawab dan Tugas Kepala Ruang


a) Tugas pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan di bangsal
rawat inap yang berada di bawah tanggung jawabnya.
b) Fungsi Perencanaan

50

i.

Merencanakan jumlah kebutuhan tenaga sesuai dengan


persyaratan yang berlaku

ii.

Merencanakan dan menentukan jenis asuhan keperawatan


yang diselenggarakan sesuai kebutuhan

c) Fungsi pergerakan dan pelaksanaan


i.

Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan


pelayanan bangsal rawat inap

ii.

Membantu coordinator rawat inap

iii.

Memberikan pengarahan dan motivasi kepada tenaga


perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
standar

iv.

Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan


cara bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat
dalam pelayanan rawat inap

v.

Mengadakan pertemuan berkala dengan staff bangsal


rawat inap yang menjadi tanggung jawabnya

vi.

Menghadiri pertemuan dengan kepala badan, kepala sub


bidang, coordinator instalasi

d) Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)


i.

Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan


yang telah ditentukan

ii.

Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan


pengetahuan dan ketrampilan di bidang keperawatan

iii.

Mengawasi peserta didik dari institusi pendidikan untuk


memperoleh pengalaman belajar, sesuai tujuan program
pendidikan yang telah ditentukan oleh institusi pendidikan

iv.

Melaksanakan penilaian dan mencantumkan ke dalam


daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai (DP3)
bagi pelaksanaan perawatan dan tenaga lain di ruang
rawat yang berada di bawah tanggung jawabnya, untuk

51

berbagi kepentingan (kenaikan pangkat/ golongan dan


melanjutkan sekolah)
2) Tujuan dan Tugas Perawat Primer
a) Bertugas pada pagi hari
b) Bersama PA menerima operasi tugas jaga dari PA yang tugas
malam
c) Bersama PA melakukan konfirmasi/ supervise tentang kondisi
pasien segera setelah selesai operan tugas jaga setiap pasien
d) Bersama PA melakukan doa bersama sebagai awal dan akhir
tugas, dilakukan setelah selesai operan tugas jaga malam
e) Melakukan pre conference dengan semua PA yang ada dalam
groupnya pada setiap awal dinas pagi
f) Membagi tugas/ pasien kepada AN sesuai kemampuan dan
beban kerja
g) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah/ diagnose dan
perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang menjadi
tanggungjawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
h) Memonitor dan membimbing tugas PA
i) Membantu tugas PA untuk kelancaran pelaksanaan asuhan
pasien
j) Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan askep yang
dilakukan oleh PA yang ada di bawah tanggung jawabnya.
k) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan
yang ada dalam perencanaan askep dan ada bukti dalam
rekam kep.
l) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan
menerima laporan akhir tugas jaga dari PA untuk persiapan
tugas jaga berikutnya
m) Mendampingi PA dalam operan tugas jaga kepada PA yang
tugas jaga berikutnya

52

n) Memperkenalkan PA yang ada dalam satu grup/ yang akan


merawat selama pasien dirawat kepada pasien/ keluarga baru
o) Mendelegasikan tugas kepada PA pada S/ M/ HL
p) Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang bila hari tidak
bertugas
q) Menyelenggarakan diskusi kasus/ conference dengan dokter/
tim kesehatan lain setiap minggu sekali.
r) Menyelenggarakan

diskusi

kasus/

conference

dalam

pertemuan rutin keperawatan di ruangan minimal sebulan


sekali.
s) Menyelenggarakan diskusi kasus/ conference sesuai prosedur
t) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
3) Tugas Perawat Asosiate
a) Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari
dan kepada PA yang ada dalam 1 grup
b) Melakukan konfirmasi/ supervise tentang kondisi pasien
segera setelah selesai operan setiap pasien
c) Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang
dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga
d) Mengikuti pre conference yang dilakukan PP setiap tugas
pagi
e) Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
f) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti rekam
kep.
g) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/ keluhan
kepada PP
h) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam kep.

53

i) Menerima keluhan pasien/ keluarga dan berusaha untuk


mengatasinya
j) Melengkapi catatan askep pada semua pasien yang menjadi
tanggung-jawabnya
k) Melakukan evaluasi askep setiap akhir tugas pada semua
pasien yang menjadi tanggung-jawabnya dan ada bukti di
rekam kep.
l) Mengikuti post conference yang diadakan oleh PP pada setiap
akhir tugas dan melaporkan kondisi/ perkembangan semua
pasien yang menjadi tanggung-jawabnya kepada PP
m) Bila PP tidak ada, wajib mengenalkan PA yang ada dalam satu
grup yang akan memberikan askep pada jaga berikutnya pada
pasien/ keluarga baru
n) Melaksanakan pendelegasian tugas PP S/ M/ HL
o) Berkoordinasi dengan penanggungjwab shift jaga/ dokter/ tim
kes lain bila ada masalah pasien pada S/ M/ HL
p) Mengikuti diskusi kasus/ conference dengan dokter/ tim
kesehatan lain setiap minggu sekali.
q) Mengikuti diskusi kasus/ conference dalam pertemuan rutin
kep di ruangan
r) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian PA

4. Kuesioner hasil pengkajian kepada perawat ruang UPIP tentang


fungsi manajemen keperawatan sebagai pengorganisasian.
Diagram hasil pengkajian kuesioner fungsi manajemen
pengorganisasian perawatan (n=10)

54

baik
buruk

Pada kuesioner tentang fungsi dari manajemen yang diisi oleh


perawat di ruang UPIP sejumlah 100% perawat memiliki fungsi
pengorganisasian manajemen yang baik
c. Staffing
1) Sistem Perekrutan Pegawai
Berdasarkan wawancara dengan perawat ruang UPIP didapatkan
data bahwa sistem perekrutan pegawai dengan cara sistem
perekrutan tenaga Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sistem
perekrutan yang secara otonomi dilakukan oleh RSJD Amino
Gondohutomo (BLUD).
2) Sistem Penjadwalan
Sistem

penjadwalan

perawat

ruangan

diatur

oleh

kepala

ruang.Sistem penjadwalan dibuat oleh kepala ruang sebelum akhir


bulan.Perawat ruangan boleh meminta jadwal seperti libur atau cuti
sebelum jadwal dibuat dengan terlebih dahulu dikomunikasikan
dengan kepala ruang yang membuat jadwal sebelum jadwal.
3) Sistem Penugasan
Sistem penugasan dalam ruang UPIP dilakukan dengan metode tim,
dimana dibagi dalam tim I, tim II dan tim III. Masing-masing tim

55

belum memiliki tanggung jawab yang jelas terhadap ruang/kamar


pasien sehingga tim tidak bertanggung jawab terhadap ruang
tertentu. Jumlah pasien yang dapat berubah setiap saat dikarenakan
UPIP sebagai ruang intensif memungkinkan sewaktu waktu pasien
dipindahkan, sehingga perawat berkesepakatan bertanggung jawab
terhadap pasien bukan berdasar ruangan tapi jumlah pasien yang
dibagi sama rata sesuai jumlah tenaga perawat setiap shift.
4) Sistem Pengembangan Staff
Hasil wawancara pada perawat ruang UPIP tanggal 6 Oktober 2014
didapatkan hasil bahwa pengembangan SDM khusunya perawat
dapat dilakukan dengan cara mengikutsertakan perawat dalam
seminar dan pelatihan di dalam dan diluar rumah sakit.
5) Pendelegasian Staff untuk Pelatihan
Hasil wawancara dengan perawat pada tanggal 6 Oktober 2014
didapatkan hasil bahwa ketika ada pelatihan, maka dari bidang
keperawatan menunjuk staf yang akan diikutkan pelatihan kemudian
dari bidang keperawatan juga meminta pertimbangan dari kepala
ruang.
6) Penggantian Staff dalam Struktur Organisasi
Berdasarkan wawancara dengan perawat tanggal 6 Oktober 2014
didapatkan hasil bahwa pergantian staff dalam struktur organisasi
perawat di ruang UPIP yaitu setiap bulan dan jika ada perawat yang
habis melahirkan dan menyusui maka perawat tersebut masuk dalam
struktur jadwal yang selalu masuk pagi.

7) Cara Meminimalisir Ketidakhadiran Pegawai


Kontrol kehadiran pegawai dilakukan setiap hari oleh kepala ruang,
Cara meminimalisir ketidakhadiran pegawai dilakukan dengan
mengingatkan jika ada perawat ruangan yang lupa jaga dengan cara
telephone atau message.Jika ada perawat ruangan yang berhalangan

56

hadir, maka perawat yang bersangkutan harus mencari perawat


pengganti dengan persetujuan dari kepala ruang. Sehingga
pelayanan keperawatan tetap dapat berjalan dengan lancar.
Pemantauan kehadiran perawat dilakukan kepala ruang ketika
operan jaga malam ke pagi dan jaga pagi ke jaga siang.
8) Penentuan Kebutuhan Perawat Sesuai Klasifikasi Pasien
Hasil wawancara dengan perawat di ruang UPIP yang dilakukan
pada tanggal 6 Oktober 2014, didapatkan data bahwa jumlah tenaga
perawat di dalam ruang UPIP tidak ditentukan berdasarkan
perhitungan khusus. Jumlah perawat ruangan ditentukan dari bidang
keperawatan.
d. Directing
1) Reward untuk Pegawai Berprestasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang UPIP didapatkan
bahwa tidak ada reward yang khusus dari ruang UPIP bagi staff
yang dirasa baik, disiplin, dan berprestasi.
2) Punishment untuk Pegawai yang Melanggar Aturan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang UPIP pada
didapatkan bahwa punishment yang diberikan kepada staff yang
melanggar aturan di rumah sakit maupun ruang UPIP adalah
diberikan punishment berupa teguran secara lisan.Namun apabila
sudah ditegur secara lisan tidak ada perubahan, maka ditindaklanjuti
secara tertulis.

3) Motivasi Pegawai
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang UPIP didapatkan
bahwa motivasi perawat dan staff dalam menjalankan tugas-tugas
sesuai tupoksinya sudah dirasa baik.

57

4) Hasil pengkajian kuesioner fungsi pengarahan dalam manajemen


keperawatan pada perawat di ruang UPIP
Diagram hasil pengkajian kuesioner fungsi manajemen
pengarahan perawat (n=10)

baik
buruk

Pada kuesioner tentang fungsi dari manajemen yang diisi oleh


perawat di ruang Anggrek sejumlah masing-masing 100%
perawat memiliki fungsi pengarahan manajemen yang baik.
e. Coordinating
a. Sistem Timbang Terima Pasien
1) Perawat yang Hadir
Timbang terima pasien (operan) pada perawat di ruang UPIP
diikuti oleh perawat yang sudah shift sebelumnya dengan
perawat yang akan berdinas selanjutnya. Semua perawat yang
dinas selanjutnya mengikuti timbang terima pasien yang terbagi
menjadi dua tim. Timbang terima pasien yang dilakukan oleh
perawat yang berdinas malam ke dinas pagi, pagi ke siang
maupun siang ke malam dilakukan dengan berkeliling ke ruang
pasien dan melihat secara langsung kondisi pasien.
2) Hal-hal yang Disampaikan

58

Kegiatan timbang terima pasien dilakukan oleh perawat shift


sebelumnya kepada perawat yang akan shift selanjutnya. Hasil
observasi

menunjukkan

kegiatan

timbang

terima

pasien

dilakukan di ruangan dengan berkeliling ke ruang pasien.


Informasi yang disampaikan dalam timbang terima, yaitu
keluhan masing-masing pasien berikut perawatannya, program
yang telah dilakukan, program yang ditunda dan yang belum
terlaksana pada saat shift, hasil dari pemeriksaan penunjang
yang baru diketahui, dan perencanaan program yang akan
dilakukan pada hari itu.
b. Sistem PreConference
Kegiatan pre conference belum terlaksana secara formal dan waktu
yang pasti setiap harinya. Informasi yang biasanya disampaikan saat
pre conference dapat disampaikan sekaligus saat overan.
c. Post Conference
Kegiatan post conference tidak juga terlaksana secara formal dimana
biasanya post conference dilaksanakan satu kali setiap siang hari
pada saat operan jaga dari perawat jaga pagi ke perawat jaga siang
yang dipimpin oleh kepala ruang atau yang mewakili dan dihadiri
oleh perawat jaga pagi maupun perawat jaga siang. Namun,
berdasarkan hasil observasi, post conference yang dilakukan
merupakan timbang terima dari dinas pagi ke dinas siang.
d. Wewenang Kepala Ruang dalam Pengambilan Keputusan
Hasil wawancara dengan kepala ruang UPIP dalam setiap
musyawarah atau diskusi yang dilakukan di ruang UPIP, semua
anggota diskusi berhak mengeluarkan pendapat kemudian setiap
pendapat tersebut akan dipertimbangkan oleh kepala ruang dengan
diambil kesepakatan bersama. Apabila kesepakatan sulit diperoleh
maka

kepala

ruang

dengan

tegas

mengambil

alih

dalam

pengambilan keputusan.
e. Pengadaan Ronde untuk Penyelesaian Masalah Pasien

59

Hasil wawancara dengan kepala ruang di ruang UPIP, pelaksanaan


ronde keperawatan di ruang UPIP belum berjalan kembali karena
budaya dari kinerja perawat tidak mengharuskan diadakannya ronde
keperawatan untuk menyelesaikan masalah tertentu.
f. Konflik dalam Ruangan
1) Konflik yang Pernah Terjadi
Hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan bahwa
selama ini tidak ada konflik antar personal yang berakibat fatal.
Konflik yang terjadi sejauh ini hanya masalah
communication.

miss

Hal yang paling sering dikeluhkan adalah

masalah penjadwalan dinas karena keterbatasan jumlah tenaga


kerja dan adanya pemintaan cuti maupun permintaan tukar
dinas hingga akhirnya terjadi ketidakoptimalan dalam bekerja,
sering memicu konflik kecil di antara pegawai ruangan.
2) Cara Mengatasi Konflik yang Terjadi di Ruangan
Cara yang dilakukan untuk mengatasi konflik di ruang UPIP
yaitu dengan musyawarah untuk mencari solusi bersama dan
memperbaiki komunikasi agar konflik tidak berkelanjutan.
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruang UPIP,
didapatkan hasil bahwa konflik yang terjadi sudah diselesaikan,
tidak ada konflik yang berkelanjutan. Konflik jadwal dinas
sudah teratasi dengan memberikan kelonggaran kepada perawat
untuk mencatat permintaan cuti di buku dan diajukan ke kepala
ruang untuk disetujui. Jadwal dinas yang dibuat oleh kepala
ruang selanjutnya diserahkan kepada perawat untuk disetujui
bersama, ketika ada yang ingin mengubah jadwal dinas
langsung bisa dikomunikasikan kepada kepala ruang.
f. Controlling
a) Kinerja Perawat
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang didapatkan bahwa
model penugasan yang diterapkan di ruang UPIP menggunakan

60

metode tim. Ruang UPIP dibagi menjadi 3 tim dengan 3 orang


katim dimana masing-masing tim memiliki 4-5 orang perawat
pelaksana. Tim I dan II berada di ruang UPIP dan tim III di ruang
napza (lantai 2). Masing-masing tim belum memiliki tanggung
jawab yang pasti untuk mengelola pasien di ruangan tertentu.
Namun, pembagian tugas dalam mengelola pasien ditentukan
berdasarkan jumlah pasien yang ada pada saat itu jadi sifatnya
insidental/fleksibel. Berdasarkan hasil observasi didapatkan data
bahwa masing-masing perawat bekerja sesuai dengan porsi dan
tugasnya masing-masing. Namun pelaksanaan metode tim memang
dirasa belum optimal karena pembagian tanggung jawab pasien
belum jelas sehingga dalam pelaksanaannya seluruh perawat
bekerjasama dan berkoordinasi bersama dalam mengelola pasien
tidak memperhatikan ranah tim yang sudah terbagi.
b) Cara Pemberian Asuhan Keperawatan
Berdasarkan hasil observasi terhadap peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di ruang UPIP
pada tanggal 6-11 Oktober 2014 didapatkan data bahwa perawat
memberikan asuhan keperawatan belum sesuai dengan kompetensi.
Tidak ada tindakan yang dilakukan kepada pasien baik SP,
komunikasi terapeutik maupun terapi modalitas.Perawat hanya
memberikan pelayanan yang rutin seperti memberi makan, obat,
dan

melakukan

restrain

pada

pasien.Tidak

ada

tindakan

keperawatan yang dilakukan terhadap pasien.Perawat hanya


mengkaji kondisi umum pasien kemudian menulis dokumentasi
keperawatan saja tanpa melakukan tindakan keperawatan kepada
pasien.
c) Waktu dalam Memberikan Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien di ruang UPIP
dilakukan secara kontinyu dan berkelanjutan selama 24 jam dari
mulai pasien masuk untuk rawat inap hingga pasien pulang,

61

dipindah, ataupun dirujuk. Perawat di setiap shift-nya akan


menuliskan kondisi dan perkembangan pasien pada buku laporan
harian yang nantinya laporan tersebut akan dioperkan atau
dialihkan oleh perawat yang bekerja pada shift selanjutnya agar
asuhan keperawatan tetap terus berjalan. Adapun yang ditulis dalam
buku laporan meliputi kondisi pasien, TTV, keluhan dan terapi
yang sudah diberikan serta program selanjutnya yang akan
dilakukan.
d) Sistem Controlling dan Supervisi dalam Pemberian Askep
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat ruang
UPIP didapatkan data bahwa supervisi atau controlling terhadap
pemberian askep dan dokumentasi keperawatan dilakukan oleh
kepala ruang dengan mengkoreksi atau mengaudit dokumen yang
telah diisi oleh perawat pelaksana. Audit yang dilakukan adalah
dengan melakukan pengecekan kelengkapan berkas, seperti tanda
tangan dan nama terang perawat yang menulis, waktu pemberian
askep, pengelompokkan berkas berdasarkan urutannya, dan
sinkronisasi isi dari dokumen.

e) Kuesioner fungsi pengendalian dalam manajemen keperawatan


pada perawat ruang UPIP
Diagram hasil pengkajian kuesioner fungsi manajemen
pengendalian perawat (n=10)

62

baik
buruk

Pada kuesioner tentang fungsi dari manajemen yang diisi oleh


perawat di ruang UPIP sejumlah 100% perawat memiliki fungsi
pengendalian manajemen yang baik.
3. OUTPUT
1. Dokumentasi Keperawatan
Berdasarkan hasil audit dokumentasi asuhan keperawatan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif yang dilakukan pada tanggal
10Oktober 2014 terhadap 15 status (medical record) pasien yang dirawat
di ruang UPIP, didapatkan data bahwa :
1) Berdasarkan kuantitas dokumentasi keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dokumentasi asuhan keperawatan
pasien menggunakan instrument A terhadap rekam medis 15 pasien
yang diambil secara acak, didapatkan hasil aspek pengkajian dengan
nilai 95%, aspek diagnosa 80%, aspek perencanaan dengan nilai
86%, aspek tindakan dengan nilai 90%, aspek evaluasi 90%, dan
aspek catatan asuhan keperawatan 92%.
2) Berdasarkan

kualitas

dokumentasi

keperawatan

didapatkan

kesesuaian isi dengan kondisi pasien terkini pada bagian pengkajian


memiliki nilai 84,88%. Dengan masalah yang sering muncul yaitu:

63

a) 8 dari 15 askep tidak terdapat checklist pada pengkajian fisik


secara lengkap
b) 8 dari 15 askep tidak terdapat checklist pada pengkajian
psikososial secara lengkap beserta genogram
3) Berdasarkan

kualitas

dokumentasi

keperawatan

didapatkan

kesesuaian isi dengan kondisi pasien terkini pada bagian diagnosa


memiliki nilai 84,97%. Dengan masalah yang sering muncul yaitu:
a) 7 dari 15 askep tidak mencatat ruangan pasien dirawat
b) 9 dari 15 askep tidak memberi lingkaran pada jenis kelamin
pasien
c) 7 dari 15 askep tidak mengisi evaluasi SOAP sesuai dengan
implementasi yang dilakukan
2. Discharge planning
Ruang UPIP tidak memiliki metode atau Standar Operasional Prosedur
(SOP)

untuk

perencanaan

pulang

pada

pasien

(Discharge

Planning).Lembar discharge planning untuk keperawatan belum ada,


yang ada yaitu lembar resume pasien pulang. Perawat biasanya
melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga sebelum pasien pulang
perihal obat yang harus diminum pasien dan jadwal kontrol pasien.
3. Infeksi nosokomial
Berdasarkan observasi di ruang UPIP didapatkan bahwa belum
diterapkan secara maksimal penggunaan APD ketika akan melakukan
tindakan kepada pasien seperti menggunakan masker atau sarung tangan.
Namun, untuk pelaksanaan cuci tangan telah dilakukan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan yang dilakukan. Hasil observasi di
ruangan terdapat 8 handsrub yang tersebar di setiap sisi ruangan dengan
poster cara cuci tangan yang benar.

64

C. Analisa Data dan Prioritas Masalah


1. Analisa SWOT Input, Proses dan Output
D.

Kategori

Penilaian
F.
INPUT

E.

Analisa SWOT

A. STRENGTH
1. Man
a. Jumlah tenaga perawat sudah lebih dari cukup menurut rumu
b. Sudah ada petugas admin yang mengurusi adminstrasi pasien
c. Beberapa perawat ruangan sudah mengikuti pelatihan yang d
d. Kepala ruang, tiga ketua tim dan satu perawat pelaksana su

ruang sudah menempuh pendidikan S2


2. Money
G.
3. Method
a. Sudah terdapat sistem dokumentasi
b. dalam lembar dokumentasi askep terdapat poin pe
implementasi dan evaluasi
c. Pembagian obat sesuai dosis
d. Ruangan sudah memiliki SPO dan SAK
e. Sudah ada jadwal supervise sebulan sekali
4. Materials
a. Komposisi Ruangan
1) Ruang UPIP memiliki klasifikasi ruangan yang

mem

seperti ruang observasi, 2 ruang intermediet, ruang in

ruang fisik laki-laki dan perempuan serta 2 ruang isolasi


2) Pada ruangan observasi memiliki fasilitas AC, 2 temp

pasien. Pada ruangan intensif memiliki fasilitas 2 tem

intermediet I memiliki fasilitas 5 tempat tidur, 1 kamar

intermediet II memiliki 4 tempat tidur, 1 kamar mandi d

dan perempuan masing-masing memiliki fasilitas AC, 2

untuk pasien
b. Laundry
H. Fasilitas laundry dimanfaatkan ruangan untuk mengga
dan linen yang kotor dengan yang bersih
65

5. Machine
a. terdapat komputer untuk mempermudah kerja admin.
b. terdapatperlengkapan baik alat medis maupun non medis

tindakan baik medis maupun keperawatan.


I.
B. WEAKNESS
1. Man
a. Ketidaktelitian tenaga keperawatan saat pengisian dokumen
b. Ketidaktahuan tenaga kesehatan mengenai fungsi ruangan b
c. Ketidaktahuan tenaga keperawatan terhadap terapi modali

instensif
2. Money
J.
3. Methods
a. Sistem timbang terima pasien kurang optimal dalam m

tidak disertai keteraturan jadwal pelaksanaannya


b. Pre dan post conference serta ronde keperawatan tidak dilak
c. Penulisan askep tidak optimal; penulisan SOAP tidak se

diberikan
d. Tidak terdapat pelaksanaan terapi modalitas sesuai kondisi
4. Materials
a. Tidak ada triage algoritma untuk klasifikasi penanganan pas
5. Machine
a. Ketidaktersediaan alat untuk melaksanakan terapi modalitas
K.

C. OPPORTUNITY
1. Man
a. Jumlah tenaga dan latar belakang pendidikan telah m

dioptimalkan sesuai peran masing- masing


b. Setiap perawat di ruangan memiliki kesempatan untuk

pendidikan formal (studi lanjut) maupun pendidikan non fo

swadaya maupun non swadaya


2. Money
L.
3. Methods
a. Perbaikan dokumentasi keperawatan dapat digunakan untu

keperawatan
b. SAK dan SPO telah ada sehingga dapat dioptimalkan dalam
4. Material
M.
5. Machine

66

N.
O.
D. THREATENED
1. Man
a. Perawat bebas mengajukan permintaan jadwal jaga shift

T.

PROSES

kinerja shift kurang optimal


2. Money
P.
3. Methods
Q.
4. Materials
R.
5. Machine
S.
A. STRENGTH
1. Planning
a. Perencanaan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan telah
2. Organizing
- Sistem penjadwalan
U.Sistem penjadwalan dibagi menjadi 3 shift
- Sistem penugasan
V. Metode pembagian tugas menggunakan system metode
- Sistem pengembangan staff
W.
Pengembangan staff secara informal melalui pel
- Cara meminimalisir ketidakhadiran pegawai
X.Bagi pegawai yang terlambat masuk dinas atau tidak m

kabar baik lewat telepon maupun SMS.


3. Directing
a. Staff yang melanggar aturan di rumah sakit maupun ruang

berupa teguran secara lisan


4. Coordinating
a. Timbang terima pasien dilakukan setiap pergantian jaga din

ruangan pasien
b. Tidak pernah terjadi konflik yang berakibat fatal
c. Penyelesaian masalah dilakukan secara musyawarah
d. Pengambilan keputusan dilakukan secara bersama dan keb
5. Controlling
a. Controlling atau supervise dilakukan secara berkala tiap
terhadap dokumentasi asuhan keperawatan
Y.
Z.

B. WEAKNESS
a. Pelaksanaan merode tim di ruang UPIP belum berjalan se
67

pembagian tanggung jawab terhadap pasien secara tepat antar ti


b. Conferences dan ronde keperawatan belum dilaksanakan di rua
c. Dokumentasi asuhan keperawatan masih memiliki kekuranga

kualitatif
d. Tidak ada tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasie

maupun terapi modalitas


e. Tidak ada triage algoritma penanganan pasien dengan gangguan
AA.

C. OPPORTUNITY
1. Kepala ruang melakukan audit dokumentasi keperawatan secara
2. Pelatihan untuk mengup-grade kemampuan perawat sudah diad
3. Adanya mahasiswa praktikan yang memberi informasi terkini m
4. Kepala ruang sangat terbuka dengan segala informasi yang m

maupun keluhan
5. Sarana dan prasarana ruangan cukup memadai untuk dilakukan
AB.

D. THREATENED
1. Kemungkinan perawat akan menolak dengan inovasi yang diber
2. Kemungkinan pasien dapat merusak sarana dan prasana yang te
3. Pasien tidak mendapatkan pelayanan yang optimal dan akan m

AD.
AE.

rumah sakit
AC.
OUTPUT
A. STRENGTH
1. Dokumentasi asuhan keperawatan
AG. Secara kuantitatif :
AF.
- aspek pengkajian dengan nilai 95%
- aspek Riagnose 80%
- aspek perencanaan dengan nilai 86%
- aspek tindakan dengan nilai 90%
- aspek evaluasi 90%, dan
- aspek catatan asuhan keperawatan 92%.
AH.

Secara kualitatif :

- pengkajian memiliki nilai 84,88%


- kesesuaian isi dengan kondisi pasien terkini pada bagian d
2. Discharge planning
AI.
Perawat selalu memberikan nasihat kepada pasien dan
rutin yang harus ditepati
AJ.
B. WEAKNESS
1. Dokumentasi asuhan keperawatan
AK. Secara kuantitatif :
68

aspekRdiagnose 80% 7 dari 15 askep didapatkan diag

masalah yang muncul pada pasien.


aspek perencanaan 86% 8 dari 15 askep didapatk
menggambarkan keterlibatan keluarga

AL.
-

Secara kualitatif :

8 dari 15 askep tidak terdapat checklist pada pengkajian fi


8 dari 15 askep tidak terdapat checklist pada pengkajian p

genogram
- 7 dari 15 askep tidak mencatat ruangan pasien dirawat
- 9 dari 15 askep tidak memberi lingkaran pada jenis kelami
- 7 dari 15 askep tidak mengisi evaluasi SOAP sesuai denga
2. Discharge planning
AM. Tidak adanya lembar discharge planning pada dokumen
AN.

C. OPPORTUNITY
1. Terdapat mahasiswa praktikan dari Universitas Diponego

keperawatan yang ikut berperan aktif dalam peningkatan mutu p


2. Lembar asuhan keperawatan yang dimiliki oleh RSJD Dr.Amin
dibuat form secara lengkap
AO.

D. THREATNED
1. Banyaknya jumlah pasien yang masuk ke ruang UPIP sehingga

dan TOI
2. Meningkatbeban kerja perawat membuat terbengkalainya dokum

69

AP.
2. Analisa SWOT Masalah di Ruang UPIP
a. Analisa SWOT Manajemen Ruang UPIP berdasarkan GAFR
AS.

AQ. Faktor Internal


AR. Faktor Eksternal
Strength :
AT. Oportunity :
1. Penataan ruang sudah diatur berdasarkan fungsi
1. Perbaikan manajemen keperawatan ruang UPIP
masing masing dari perawatan intensif pasien

sesuai dengan fungsi sebagai ruang perawatan

gangguan jiwa yaitu ruang intermediate, observasi,

intensif

intensif dan fisik.


2. Desain ruang sudah mampu memenuhi standart

dapat

digunakan

sebagai

indikator

peningkatan mutu pelayanan keperawatan di RSJ

keselamatan pasien dengan fasilitas seperti kaca anti


pecah pada setiap kamar dan jarak kamar dengan
nurse station sudah menyesuaikan dengan fungsi
ruangan intensif sehingga mudah memantau keadaan
AU.

pasien
Weakness :
AV.
Threat :
1. Tidak ada penilaian lanjutan dari hasil pengkajian
1. Masih minimnya
awal berdasarkan GAFR, acuan yang digunakan
berasal dari Pans Score
2. Penggunaan ruangan tidak sesuai dengan penilaiain

tenaga

keperawatan

yang

mengetahui klasifikasi ruangan berdasarkan kondisi


pasien.
2. Masih minimnya

tenaga

keperawatan

yang

skor GAFR/RUFA
mengeatahui fungsi GAFR/RUFA
AW.
b. Analisa SWOT Pelaksanaan Terapi Modalitas sebagai Intervensi Keperawatan bagi Pasien di ruang UPIP
AX.

Faktor Internal

AY.

Faktor Eksternal
70

AZ. Strength :
BA. Oportunity :
- Ruangan/kamar yang ada di ruang UPIP sudah sesuai - Sudah banyak penelitian yang mendukung mengenai
untuk pemberian terapi modalitas seperti terapi musik

pemberian intervensi terapi modalitas pada pasien fase

intensive I-III
BB. Weakness :
BD. Threat :
- Belum ada sarana dan media untuk mendukung - Terjadi kerusakan media oleh pasien jika tidak diawasi
-

pemberian terapi modalitas


Perawat belum mengetahui mengenai terapi modalitas
yang tepat sebagai intervensi pada pasien di fase

secara ketat
Adanya kemungkinan penolakan dari pasien ketika tidak
menyukai terapi musik yang diberikan

intensive I hingga III


BC.
BE.
BF.
BG.
BH.
BI.
c. Analisa SWOT Dokumentasi Keperawatan
BJ.
Faktor Internal
BK. Faktor Eksternal
BL. Strength :
BN. Oportunity :
- Lembar pengkajian hingga evaluasi sudah disediakan - Kelengkapan dokumentasi keperawatan sejalan dengan
secara lengkap oleh rumah sakit dan perawat hanya perlu

visi dan misi rumah sakit untuk meningkatan mutu

memberi checklist pada form yang sudah tersedia


pelayanan
BM.
BO.
BP.
Weakness :
BQ. Threat :
- Perawat sering lupa untuk memberi checklist pada lembar - Kurangnya koordinasi dan komunikasi efektif antar

71

dokumentasi keperawatan secara lengkap


Belum dilakukan audit secara berkala pada dokumentasi

sesama tenaga kesehatan dalam pengisian dokumentasi


keperawatan

keperawatan yang sudah dibuat


BR.
d. Analisa SWOT Pelaksanaan pre & post conferences serta ronde keperawatan
BS.Faktor Internal
BU.
Strength :
BV.
Kepala ruang dan katim sudah memahami
fungsi adanya conferences dan ronde keperawatan
BW.
BX.
CA.
Weakness :
1. Pelaksanaan timbang terima pasien di ruang UPIP belum
memiliki jadwal/ waktu yang tidak konsisten sehingga
setiap hari tidak ada keteraturan waktu pelaksanaan
timbang terima.
2. Conferences dan ronde keperawatan belum terlaksana di
ruang UPIP
3. Budaya dari kinerja perawat di UPIP tidak mengharuskan
diadakannya ronde keperawatan
CB.

BT.
Faktor Eksternal
BY.
Opportunity :
BZ. Pelaksanaan pre & post conference dan ronde
keperawatan sejalan dengan visi dan misi rumah
sakit untuk meningkatan mutu pelayanan
CC.
Threat :
CD.
Koordinasi dengan tenaga kesehatan lain
kurang optimal

CE.
3. Analisa Data Fokus
CF. Data Fokus
CG. Masalah
CH.
DS :
CM. Manajemen ruangan UPIP
1. Kepala ruang mengatakan bahwa ruangan belum menerapkan skor GAFR sebagai
belum berdasarkan skor GAFR
penentuan klasifikasi pembagian ruangan pasien.
72

2. Katim (Tn.A) mengatakan bahwa di ruang UPIP belum ada klasifikasi pasien
berdasarkan skor GAFR.
3. Katim (Ny.U) dan perawat pelaksana (Tn.W) mengatakan bahwa pengguanaan
ruangan tidak berdasarkan tingkat keparahan pasien tetapi fleksibel saja.
CI.
CJ. DO :
CK.
Ruang UPIP memiliki 8 ruangan yaitu :
1. 2 ruang intensive
2. 2 ruang intermediete
3. 1 ruang observasi
4. 2 ruang fisik dan
5. 1 ruang isolasi.
e. Penggunaan ruangan tidak disesuaikan dengan keadaan pasien dan fungsi
masing-masing ruangan misal pasien baru dengan agresifitas yang tinggi
dimasukkan ke dalam ruang intermediet
f. Tidak ada lembar penilaian skor GAFR di rekam medik pasien
CL.
CN. DS:
CV. Belum
terlaksananya
1. Perawat pelaksana (Tn.W) mengatakan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan
pelaksanaan
terapi
modalitas
kepada pasien di ruang UPIP hanya pemantauan
berdasarkan skor GAFR
2. Perawat pelaksana (Tn.W) mengatakan bahwa tidak adanya intervensi keperawatan
yang spesifik di ruang UPIP dibandingkan dengan ruang perawatan biasa.
CO.
CP.
DO:
1. Kegiatan harian pasien :
CQ.
7.30-8.00 = makan pagi

73

CR.8.00-11.30 = istirahat
CS. 11.30-12.00 = makan siang
CT. 12.00-14.00 = tidur siang
CU. 2. Pasien tidak pernah diberikan terapi modalitas
CW. DS:
DA. Kurang
lengkapnya
1. Kepala ruang mengatakan bahwa banyak terjadi pengosongan pada dokumentasi
dokumentasi keperawatan
keperawatan
CX. DO:
2. Dalam 1 minggu terdapat 3 dokumentasi keperawatan yang dikembalikan untuk
dilengkapi oleh perawat ruangan.
3. Berdasarkan kuantitatif dokumentasi keperawatan:
- aspekRiagnose 80% 7 dari 15 askep didapatkan diagnose tidak dirumuskan
-

berdasar masalah yang muncul pada pasien.


aspek perencanaan 86% 8 dari 15 askep didapatkan perencanaan tindakan

tidak menggambarkan keterlibatan keluarga.


4. Berdasarkan kualitas dokumentasi keperawatan didapatkan kesesuaian isi dengan
kondisi pasien terkini pada bagian pengkajian memiliki nilai 84,88%
CY.Dengan masalah yang sering muncul yaitu:
- 8 dari 15 askep tidak terdapat checklist pada pengkajian fisik secara lengkap
- 8 dari 15 askep tidak terdapat checklist pada pengkajian psikososial secara
lengkap beserta genogram
5. Berdasarkan kualitas dokumentasi keperawatan didapatkan kesesuaian isi dengan
kondisi pasien terkini pada bagian diagnosa memiliki nilai 84,97%
CZ.Dengan masalah yang sering muncul yaitu:
- 7 dari 15 askep tidak mencatat ruangan pasien dirawat
- 9 dari 15 askep tidak memberi lingkaran pada jenis kelamin pasien
- 7 dari 15 askep tidak mengisi evaluasi SOAP sesuai dengan implementasi yang
74

DB.

dilakukan
DS :

DC.

DF.

Kepala ruang UPIP mengatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan post

Belum terlaksananya pre &


conference

dan

ronde

di ruang UPIP belum berjalan kembali karena budaya dari kinerja perawat tidak keperawatan
mengharuskan diadakannya ronde keperawatan untuk menyelesaikan masalah
tertentu.
DD. DO :
- Pelaksanaan timbang terima pasien di ruang UPIP belum memiliki jadwal/ waktu
yang tidak konsisten sehingga setiap hari tidak ada keteraturan waktu pelaksanaan
-

timbang terima.
Berdasarkan hasil observasi, pre dan post conference, dan ronde keperawatan

belum terlaksana.
Tidak ada post conference di ruang UPIP hanya ada timbang terima pasien dari
dinas pagi ke dinas siang

DE.

75

DG.

Prioritas Masalah

DH.

Prioritas

masalah

berdasarkan

teknik

kriteria

matriks

dengan

memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :


-

Magnitude (Mg), yaitu kesesuaian, kecenderungan dan seringnya masalah


terjadi

Severity(Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan

Manageability(Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah

Nursing Concern(Nc), yaitu berfokus pada manajemen Keperawatan

Affordabilility(Af), yaitu ketersedian sumber daya

DI.

Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dengan kriteria

sebagai berikut:
-

Nilai 5 = sangat penting

Nilai 4 = penting

Nilai 3 = cukup penting

Nilai 2 = Kurang penting

Nilai 1 = Tidak penting


DJ.
DR.

Masalah
Manajemen

DK.

DL. DM. DN. DO. DP.

J DQ.

Mg
DS.

Sv Mn
DT. DU.

Nc Af
umlah
DV. DW. DX.

rioritas
DY.

EA.

EB. EC.

ED. EE.

EF.

EG.

EI.

EJ.

EL. EM. EN.

EO.

ruangan UPIP belum


berdasarkan skor
GAFR
DZ. Belum
terlaksananya
pelaksanaan terapi
modalitas sebagai
intervensi keperawatan
bagi pasien di ruang
UPIP
EH. Kurang

EK.

lengkapnya
dokumentasi

76

keperawatan
EP.
Belum

EQ.

ER. ES.

ET. EU.

EV.

EW.

terlaksananya pre &


post conference dan
ronde keperawatan
EX.
EY.
EZ.
FA.
FB.
FC.
FD.
FE.
FF.
FG.
FH.
FI.
FJ.
FK.
FL.
FM.
FN.
FO.
FP.
FQ.
FR.
FS.
FT.
FU.
FV.
FW.
FX.
77

FY.

78

FZ.

GA.
No

GB.

Masalah

GS. GT. Scoring


1
GAFR

F. Plan of Action
GC. Tujuan
GD.
GL. Jangka
pendek

GM. Jangk
a panjang

GU. Perawa
t memahami
fungsi GAFR
dan antusias
terhadap
penerapan
manajemen
ruangan
berdasarkan
skor GAFR

GV. Ruang
an UPIP
menerapkan
manajemen
ruangan
berdasarkan
skor GAFR
dalam
penanganan
pasien

GE.

Sasa
ran

GW. Selu
ruh perawat
yang ada di
ruang UPIP

GF.

Rencana

1. Membuat
algoritma
penanganan
pasien dengan
masalah intensif
psikiatrik
berdasarkan skor
GAFR dari
pasien masuk
hingga pasien
pindah ruang
atau pulang
2. Memasang papan
algoritma
penanganan
pasien intensif
psikiatrik
3. Mensosialisasika
n algoritma
penanganan
pasien intensif
psikiatrik
4. Melakukan role

GG. W
aktu

GH. Kriteria
Evaluasi

GX. 1
6-26
Oktober
2014

1. Algoritma
sudah terpasang
di ruang UPIP
2. 5 dari 10
perawat
memahami
algoritma
penanganan
pasien
berdasarkan
skor GAFR
3. 5 dari 10
perawat mampu
menjelaskan
kembali
algoritma
penanganan
pasien
berdasarkan
skor GAFR
GY.

GI.

PJ

GZ. Ayu
Hilda
HA. Ade
Rahmah
HB. Lidia
Ruli

79

HC. HD. Terapi


2
modalitas sesuai
skor GAFR

HE. Terlaks
ananya terapi
modalitas
sebagai
intervensi
keperawatan
bagi pasien di
ruang UPIP

HF.
Terlak
sananya terapi
modalitas
sebagai
intervensi
keperawatan
bagi pasien di
ruang UPIP
secara
berkelanjutan
oleh perawat
UPIP

HG. Pera
wat dan
pasien di
ruang UPIP

play penerapan
algoritma
penanganan
pasien
5. Melakukan
pendampingan
pada perawat
ruangan dalam
penerapana
algoritma
1. Mengenalkan
jenis terapi
modalitas pada
perawat
berdasarkan skor
GAFR
2. Melaksanakan
terapi modalitas
dengan
memberikan
terapi musik dan
berolahraga
bersama pasien
di pagi hari

HH. 1
6-26
Oktober
2014

1. 5 dari 10
HI.
Rara
perawat
Shizuka
bersedia untuk
HJ.
Maghfir
menerapkan
oh
terapi
HK. Ade
modalitas
Rahmah
2. 5 dari 10
HL.
perawat
melaksanakan
terapi
modalitas
3. Dalam 10 hari
implementasi
terapi dapat
dilakukan
sebanyak 5 kali

80

HM. HN. Dokumenta


3
si keperawatan
a. Kuantitas;
kelengkapa
n pengisian
data
b. Kualitas;
kurang
sesuianya
isi data
antara
tindakan
yang
dilakukan
dengan
kondisi
pasien
terkini
HO.

HP.Tercipt
anya
instrum
ent
audit
dokum
entasi
kepera
watan
baik
secara
kualitat
if

HQ. Terlak
sananya audit
dokumentasi
keperawatan
secara berkala
berdasarkan
instrument
audit yang
telah dibuat

HR. Kep
ala ruang
UPIP dan
katim

1. Membuat
instrument audit
dokumentasi
keperawatan
berdasarkan
kuantitas dan
kualitas
2. Mensosialisasik
an instrument
audit
dokumentasi
keperawatan
berdasarkan
kuantitas dan
kualitas
3. Melakukan
pengauditan
selama 10 hari

HS. 1
6-26
Oktober
2014

1. Kepala ruang
dan katim
memahami
instrument
yang telah
dibuat
2. Kepala ruang
menggunakan
instrument
tersebut untuk
mengaudit
dokumentasi
keperawatan

HT. Ayu
Hilda
HU. Rara
Shizuka
HV. Lidia
Ruli

81

HW. HX. 1.
4.
Conferens ; pre
dan post
HY. 2. Ronde

HZ.
T
erlaksa
nanya
pre and
post
confere
ns dan
ronde
kepera
watan

IA.
Pre
and post
conferens
dapat
dilaksanakan
setiap hari
dan ronde
keperawatan
dapat
terjadwal
secara rutin

IB.
Pera
wat di ruang
UPIP

1. Berkoordinasi
dengan kepala
ruangan untuk
menjadwalkan
kegiatan ronde
keperawatan
secara berkala
IC.
2. Melakukan role
play untuk
kegiatan pre
and post
conferens dan
ronde
keperawatan

ID.
1
6-26
Oktober
2014

1. Dalam 10
hari pre
and post
conferens
dilaksanaka
n sebanyak
5 kali
2. Dalam 10
hari ronde
keperawatan
dapat
dilakukan 2
kali
3. Tersusunnya jadwal
pelaksanaan
ronde

IE.
Rara
Shizuka
IF.
Maghfir
oh
IG.
Ade
Rahmah
IH.

II.
IJ.
IK.
IL.
IM.
IN.
IO.

82

IP. G. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


IU. Evaluasi
IQ. Masalah

1. Klasifikasi
penanganan
pasien UPIP
JF.
JG.
JH.
JI.
JJ.
JK.
JL.
JM.
JN.
JO.
JP.
JQ.
JR.
JS.

IR. Renc
ana
Tind
akan
JT. Mem

buat
algor
itma
pena
ngan
an
pasie
n
deng
an
masa
lah
inten
sif
psiki
atrik
dari
pasie
n
masu
k

IS.
Ta
nggal
JU. 2
0
O
kt
o
b
er
2
0
1
4

IT. Impleme
ntasi
JV. Koordinas
i dengan
ruangan
tentang
skoring
GAFR
sebagai
panduan
penangan
an pasien
UPIP

JA. Struktur

JB. Proses

JC. Hasil

JW. Mahasis
wa
membuat
rencana
alur
penangan
an pasien
di UPIP
berdasark
an
skoring
GAFR

JX. Mahasi
swa
mencar
i
literatu
re
menge
nai
teori
GAFR
dan
penera
pannya
di
ruanga
n
intensif
psikiatr
ik

JY. Disepa
kati
bahwa
belum
bisa
mener
apkan
skorin
g
GAFR
di
UPIP
dan
memil
ih
mengg
unaka
n
PANS
S
score
untuk
diguna
kan
sebaga

IV. Evaluasi
JD. Fakto
JE. Fakto
r
r
Pend
Peng
ukun
hamb
g
at
JZ. Adan
KA.
ya
Intervensi
dukun
keper
gan
awata
dari
n
karu
yang
untuk
telah
pemili
didap
han
atkan
PANS
meng
S
gunak
score
an
sebag
skorin
ai
g
pedo
GAF
man
R
penan
sebag
ganan
ai
pasien
pandu
di
an
UPIP
penan
dan
ganan
memo
pasie
difika
n di
si
UPIP

83

i
pedom
an
penan
ganan
pasien
di
UPIP

hingg
a
pasie
n
pinda
h
ruang

KD.
22
O
kt
o
b
er
2
0
1
4

KE.
K
oordinasi
dengan
kepala
ruang
mengenai
skema
alur
penangan
an pasien
UPIP

KF. Mahasis
wa
membuat
desain
alur
penangan
an pasien
UPIP
berdasark
an
PANSS
score dan
modifika
si
intervensi
keperawa
tan

KG.
Mahasiswa
mencar
i
bebera
pa
referen
si
menge
nai
PANSS
score
dan
klasifik
asi
penang
anan
pasien
UPIP

KH.
Skema
alur
penan
ganan
pasien
UPIP
dan
klasifi
kasi
interve
nsi
kepera
watan
telah
disusu
n

interv
ensi
sesuai
denga
n
masal
ah
keper
awata
n
yang
timbu
l
KI. Klasif
ikasi
interv
ensi
penan
ganan
pasien
UPIP
yang
telah
disusu
n
sudah
sebagi
an
dilaku
kan
oleh
peraw
at

84

KJ. -

dalam
memb
erikan
interv
ensi
di
ruang
UPIP

KT.

KU.

KM.
27
O
kt
o
b
er
2
0
1
4

KN.
M
ensosialis
asikan
algoritma
penangan
an pasien
intensif
psikiatrik

KO.
M
ahasiswa
mensosia
lisasikan
hasil
penyusun
an
algoritma
penangan
an pasien
UPIP

KP. Mahasi
swa
dan
perawa
t
ruanga
n
berdisk
usi
untuk
merevi
si
bersam
a
skema
alur
penang
anan
pasien
UPIP

KQ.
Mahasisw
a dan
peraw
at
menye
pakati
alur
skema
penan
ganan
pasien
UPIP

KR.
Perawat
dan
mahas
iswa
telah
sepak
at
denga
n alur
skema
penan
ganan
pasien
UPIP
yang
telah
dibuat

KV.1
N

KW.
M
emasang

KX.
M
ahasiswa

KY.Kepala
ruanga

KZ.Telah
terpas

LA.Lokas
i

85

KS. Pener
apan
klasifi
kasi
penan
ganan
pasie
n
UPIP
meng
gunak
an
alur
yang
telah
dibuat
belum
terlak
sana
secara
meny
eluru
h
LB. -

2. Dokumentasi
keperawatan

LC. Terci
ptany
a
instru
ment
audit
doku
menta
si
keper
awata
n baik
secara
kuanti
tatif
dan
kualit
atif

o
v
e
m
b
er
2
0
1
4

papan
algoritma
penangan
gan pasien
UPIP

memasan
g papan
algoritma
penangan
gan
pasien
UPIP

LD.1
7
O
kt
o
b
er
2
0
1
4

LE. Mencari
instrumen
tA
sebagai
alat audit
dokument
asi
keperawat
an secara
kuantitaif

LF. Mahasis
wa
mencari
instrume
nt A
untuk
audit
dokumen
tasi
keperawa
tan
secara
kuantitati
f

n
memfa
silitasi
mahasi
swa
dalam
pemasa
ngan
papan
algorit
ma
penang
angan
pasien
UPIP
LG.Mahasi
swa
mencar
i
referen
si yang
berisi
instrum
ent A
via
internet

ang
papan
algorit
ma
penan
ganga
n
pasien
UPIP

pemas
angan
papan
algori
tma
strate
gis
dan
muda
h
dilihat

LH.Mahas
iswa
menye
pakati
mengg
unaka
n
instru
ment
A
untuk
audit
dokum
entasi
kepera
watan
yang
telah

LI. Refer
ensi
meng
enai
instru
ment
A
yang
diperl
ukan
muda
h
ditem
ukan
di
intern
et

LJ. Akses
intern
et
kadan
gkadan
g
terha
mbat

86

LK.

LL.

LM.
17
O
kt
o
b
er
2
0
1
4

LN.Menyusun
instrumen
t audit
dokument
asi
keperawat
an secara
kualitatif
berdasark
an form
proses
keperawat
an
(pengkajia
n,
diagnose,
intervensi,
implemen

LO.Mahasis
wa
menyusu
sn
instrume
nt audit
dokumen
tasi
keperawa
tan
secara
kualitatif

LP. Mahasi
swa
menyu
sun
instrum
ent
audit
dokum
entasi
kepera
watan
secara
kualitat
if
dengan
mempe
rhatika
n

ditemu
kan
dan
mengg
unaka
n
instru
ment
A
hanya
sekali
saat di
awal
penga
uditan
LQ.Mahas
iswa
menye
pakati
instru
ment
audit
dokum
entasi
kepera
watan
secara
kualita
tif
yang
telah
disusu
n

LR. Instru
ment
audit
doku
menta
si
keper
awata
n
secara
kualia
tif
disusu
n
sesuai
denga
n
forma

87

LS.

tasi dan
evaluasi)
yang telah
dimiliki
sesuai
SOP RSJ.

LT.

LU.

LV. 2
0
O
kt
o
b
er
2
0
1
4

LW.
M
ensosialis
asikan
instrumen
t audit
dokument
asi
keperawat
an
secarakual
itatif yang
telah
disusun

format
dokum
entasi
yang
dimilik
i
rumah
sakit

LX.Mahasis
wa
mensosia
lisasikan
instrume
nt audit
dokumen
tasi
keperawa
tan
secara
kualitatif

LY. Mahasi
swa
berdisk
usi
dengan
kepala
ruang
dan
perawa
t
ruanga
n
menge
nai
format

bersa
ma

LZ. Mahas
iswa,
kepala
ruang
dan
peraw
at
sepaka
t
untuk
mengg
unaka
n
instru
ment

t
doku
menta
si
yang
dimili
ki
rumah
sakit
sehin
gga
lebih
muda
h
dalam
proses
penyu
sunan
MA.
Kepala
ruang
dan
peraw
at
setuju
denga
n
instru
ment
audit
yang
telah
dibuat

88

MB.

audit
dokum
entasi

MC.

MD.

ME.
21-30
O
kt
o
b
er
2
0
1
4

MF.Melakuka
n
pengaudit
an
dokument
asi
keperawat
an per
hari

MG.
M
ahasiswa
melakuka
n
pengaudit
an
dokumen
tasi
keperawa
tan per
hari

MH.
Mahasiswa
melaku
kan
pengau
ditan
dokum
entasi
kepera
watan
yang
telah
diisi
oleh
perawa
t
ruanga
n

yang
telah
disusu
n
untuk
diguna
kan
sebaga
i alat
penga
uditan
dokum
entasi
kepera
watan
MI. Telah
dilaku
kan
penga
uditan
dokum
entasi
kepera
watan
setiap
hari
denga
n
katego
ri
buruk
(0-45),
sedang

untuk
digun
akan
sebag
ai alat
penga
uditan

MJ. Pelak
sanaa
n
penga
uditan
dilaku
kan
oleh
mahas
iswa
setela
h
peraw
at
ruang
an
selesa
i

89

MK.
Adanya
berka
s
doku
menta
si
keper
awata
n
(RM
pasie
n)
yang
belum
semp
at
diaudi

setiap
hari

(2650),
baik
(5175)
dan
sangat
baik
(76100)

dalam
bertug
as
menul
is
doku
menta
si
asuha
n
keper
awata
n
sehin
gga
tidak
meng
gangg
u
peraw
at
dalam
bekerj
a

ML.

MM.
MN. H. RENCANA TINDAK LANJUT
MO.

Masalah

MT.
Klasifik
asi penanganan

MP. Tujuan
MV.
Jangka
Pendek

MQ. Hasil
MR. Analisa
1. Mahasiswa dan kepala ruang MZ. Masalah
menyepakati
skema
alur terselesaikan

MS. RTL
1. Penanganan pasien UPIP
dilakukan sesuai dengan
90

t
karen
a
pasie
n
pinda
h
ruang
pada
hari
terseb
ut

pasien UPIP

MU.

NA. Dokumentasi
keperawatan
NB.

MW.
(< 3 minggu)
penanganan
pasien
UPIP
1. Perawat memahami
berdasarkan modifikasi PANSS
fungsi GAFR dan
score dan GAFR
antusias terhadap
2. Skema
alur/algoritma
penerapan manajemen
penanganan pasien UPIP telah
ruangan berdasarkan
dibuat berdasarkan PANSS score
skor GAFR
3. Algoritma penanganan pasien
MX. Jangka Panjang
UPIP dibuat sesuai dengan
MY. (>3 minggu)
modifikasi kategori pasien dan
1. Ruangan UPIP
intervensinya
menerapkan manajemen 4. Sosialisasi mengenai algoritma
ruangan berdasarkan
penanganan pasien UPIP telah
skor GAFR dalam
dilakukan
kepada
perawat
penanganan pasien
ruangan
5. Papan algoritma penanganan
pasien UPIP telah terpasang di
ruangan
NC.
Jangka
1. Telah dilakukan pengauditan NK. Masalah
pendek
secara
kuantitatif
dengan terselesaikan
ND.
(< 3 minggu)
instrument A
1. Terciptanya instrument 2. Telah tersusun instrument audit
audit dokumentasi
dokumentasi keperawatan secara
keperawatan baik secara
kualitatif
kuantitatif dan kualitatif 3. Telah dilakukan pengauditan
NE.
dokumentasi keperawatan secara
NF.Jangka panjang
kualitatif dengan hasil :
NG.
(>3 minggu)
a. Pada
sub
pengkajian
NH. 1. Terlaksananya
didapatkan bahwa :
audit dokumentasi
1) P3,P6,P7,P8,P9,P10
keperawatan secara
sebanyak 1 kali

algoritma yang telah


dibuat
2. Intervensi
keperawatan
yang diberikan sesuai
dengan intervensi pada
algoritma yang telah
dibuat

1. Instrument
audit
dokumentasi
keperawatan
secara
kualitatif yang telah
dibuat oleh mahasiswa
digunakan sebagai alat
pengauditan
yang
digunakan oleh kepala
ruang
2. Kepala ruang setiap hari
melakukan pengauditan
dokumentasi
keperawatan
secara

91

berkala berdasarkan
instrument audit yang
telah dibuat

2) P12 sebanyak 2 kali


dalam seminggu
b. Pada sub diagnosa hingga
implementasi
didapatkan
bahwa selama seminggu
dengan kategori buruk atau
sedang
1) D4 sebanyak 5 kali
2) D5 dan D10 sebanyak 1
kali
3) D6 dan D7 sebanyak 3
kali
4) D11 sebanyak 6 kali
NI.
(tabel dan diagram
terlampir)
Keterangan :
1) P3 : memberi lingkaran
pada jenis kelamin pasien
2) P6 : memberi checklist
pada factor predisposisi
3) P7 : memberi checklist
pada pengkajian fisik
pasien secara lengkap
4) P8 : memberi checklist
pada
pengkajian
psikososial pasien secara
lengkap beserta gambar
genvogram
keluarga
pasien
5) P9 : memberi checklist

kualitatif
sehingga
pengisian dokumentasi
keperawatan
akan
terevaluasi lebih lengkap

92

pada pengkajian status


mental pasien secara
lengkap 14 point
6) P10 :
melakukan
pengkajian khusus lansia
7) P12 : memberi checklist
kebutuhan
persiapan
pulang
8) D4 : memberi lingkaran
pada jenis kelamin pasien
9) D5 : mencatat nomor RM
Pasien
10) D6 : mencatat ruangan
pasien dirawat
11) D7 : mengisi data pasien
sesuai kondisi pasien saat
diagnose ditegakkan
12) D11 : mengisi evaluasi
SOAP sesuai dengan
implementasi
yang
dilakukan
NJ.
NL.
NM.

NN.
NO.
NP.

93

NQ.
NR.

94

NS.
NT.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil Pengkajian
NU.
Hasil pengkajian manajemen keperawatan selama 1 minggu
didapatkan masalah yang terdapat di ruang UPIP diantaranya adalah masalah
klasifikasi penanganan pasien UPIP berdasarkan skor GAFR, pelaksanaan
terapi modalitas sebagai intervensi keperawatan bagi pasien UPIP, dokumentasi
keperawatan, dan pelaksanaan pre dan post conferences serta ronde
keperawatan. Namun, setelah dilaksanakan seminar hasil pengkajian bersama
perawat ruang UPIP disepakati bahwa masalah yang akan diselesaikan selama
praktik manajemen keperawatan ini adalah masalah klasifikasi penanganan
pasien UPIP dan dokumentasi keperawatan. Rencana tindakan yang dilakukan
untuk menangani permasalahan tersebut telah disepakati bersama dengan
kepala ruang pada saat seminar hasil pengkajian pada minggu ke-2 praktik
manajemen.
1. Klasifikasi penanganan pasien UPIP berdasarkan skor GAFR
NV. Klasifikasi penanganan pasien UPIP berdasarkan skor
GAFR belum diterapkan di ruang UPIP padahal penataan ruang sudah
diatur berdasarkan fungsi masing masing dari perawatan intensif pasien
gangguan jiwa seperti ruang intermediate, observasi, intensif dan fisik.
Desain ruang juga sudah memenuhi standart keselamatan pasien dengan
fasilitas seperti kaca anti pecah pada setiap kamar dan jarak kamar dengan
nurse station sudah menyesuaikan dengan fungsi ruangan intensif
sehingga mudah memantau keadaan pasien. Namun, di ruang UPIP tidak
memiliki penilaian lanjutan dari hasil pengkajian awal berdasarkan GAFR.
Masalah ini muncul disebabkan juga karena masih minimnya tenaga
keperawatan yang mengetahui klasifikasi penanganan pasien berdasarkan
skoring GAFR.
NW. Tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
membuat algoritma penanganan pasien dengan masalah intensif psikiatrik
berdasarkan skor GAFR dari pasien masuk hingga pasien pindah ruang
atau pulang, memasang papan algoritma penanganan pasien intensif
psikiatrik dan mensosialisasikannya kepada perawat ruangan.
2. Dokumentasi keperawatan yang belum optimal baik secara kuantitatif
maupun kualitatif
NX. Dokumentasi keperawatan adalah media tertulis perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dan digunakan sebagai alat
pertanggungjawaban telah dilaksanakannya proses keperawatan. Kualitas
dokumentasi keperawatan menunjukan kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan. Masalah yang ditemukan di ruang UPIP terkait dokumentasi

95

keperawatan adalah masih banyak ditemukan pengisian yang kurang


lengkap dan ketidaksesuaian antara pengisian pada lembar/ form
dokumentasi keperawatan dengan kondisi terkini pasien yang dikelola.
NY. Audit kualitas dokumentasi keperawatan merupakan suatu
sarana untuk mengeveluasi mutu/ kualitas dokumentasi keperawatan agar
tercapainya peningkatan mutu/ kualitas dokumentasi keperawatan. Hasil
kesepakatan bersama perawat ruang UPIP didapatkan bahwa instrumen
audit kualitas dokumentasi keperawatan yang telah dibuat dapat digunakan
untuk mengaudit pembuatan dokumentasi keperawatan pada tanggal 21-30
Oktober 2014. Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada bagian
pengkajian hingga evaluasi. Bagian pengkajian dokumentasi keperawatan
hanya dilakukan satu kali saat awal pasien masuk ruangan dan bagian
diagnosa hingga evaluasi dilakukan setiap hari.
NZ.
B. Hasil Implementasi
OA. Implementasi dilakukan pada tanggal 21-30 Oktober 2014. Implementasi
yang dilakukan adalah klasifikasi penanganan pasien di UPIP dan audit
dokumentasi keperawatan.
1. Klasifikasi Penanganan Pasien UPIP
OB.
Klasifikasi penanganan pasien UPIP didasarkan pada
tingkat kegawatdaruratan pasien tersebut. Intervensi yang dilakukan untuk
menangani kurang optimalnya klasifikasi penanganan pasien UPIP adalah
dengan pembuatan Algoritma Keperawatan Penanganan Pasien UPIP.
OC.
Pembuatan algoritma keperawatan penanganan pasien UPIP
melalui proses studi pustaka terkait penanganan pasien UPIP dengan
klasifikasi GAFR. Hasil studi pustaka didapatkan bahwa penanganan
pasien UPIP berdasarkan tingkat kegawatdaruratan terbagi menjadi tiga
fase yaitu fase intensif I, fase intensif II, dan fase intensif III. Pembagian
fase intensif ini didasarkan pada skor GAFR 1-30. Pasien yang memiliki
skor GAFR 1-10 akan terklasifikasi dalam fase intensif I, pasien dengan
skor GAFR 11-20 terklasifikasi dalam fase intensif II, dan pasien yang
memiliki skor GAFR 21-30 terklasifikasi dalam fase intensif III. Hasil
pembuatan algoritma keperawatan penanganan pasien UPIP berdasarkan
klasifikasi skor GAFR dikonsultasikan kepada kepala ruang UPIP sebagai
penanggung jawab manajemen ruang UPIP. Hasil konsultasi didapatkan
bahwa ruang UPIP RSJD Amino Gondohutomo tidak menggunakan metode
scoring GAFR dalam mengklasifikasikan kondisi pasien karena kebijakan
rumah sakit menggunakan PANSS score. Metode PANSS score adalah
metode kolaborasi dengan dokter dalam menentukan skor tingkat
kegawatdaruratan yang ditunjukkan dengan tingkat kegelisahan. Hal
96

tersebut menyebabkan perubahan susunan algoritma keperawatan


penanganan pasien UPIP. Algoritma disesuaikan dengan ranah
keperawatan. Susunan algoritma dimulai dari tanda dan gejala
kegawatdaruratan psikiatri dan dilanjutkan pengklasifikasian ke dalam fase
intensif I. Pasien akan diklasifikasikan fase intensif II apabila tanda dan
gejala kegawatdaruratan psikiatri telah berkurang dai fase I. Pasien yang
diklasifikasikan dalam fase intensif III adalah pasien dengan tanda dan
gejala kegawatdaruratan psikiatri yang telah terkontrol. Apabila pasien
dalam ketiga fase tersebut memiliki tanda dan gejala yang sama seperti fase
sebelumnya maka pasien tersebut akan dikembalikan ke dalam fase
sebelumnya.
2. Dokumentasi Keperawatan
OD. Intervensi yang digunakan untuk meningkatkan mutu/
kualitas dokumentasi keperawatan adalah dengan melakukan proses audit
kualitas dokumentasi keperawatan (pengkajian sampai evaluasi). Proses
audit dilakukan oleh kepala ruang (roleplay)/ hari dimulai tanggal 21-30
Oktober 2014. Pengadaan audit kualitas dokumentasi keperawatan ini
merupakan suatu sarana yang ditawarkan kelompok sebagai media
evaluasi dokumentasi keperawatan agar dapat terlihat bagaimanakah
kualitas pembuatan dokumentasi keperawatan di ruang UPIP/ hari. Hasil
audit kualitas dokumentasi keperawatan dengan menggunakan intsrumen
audit yang telah dibuat membuktikan bahwa instrumen dapat digunakan
untuk melihat poin dokumentasi keperawatan yang memerlukan perbaikan
kualitas pengisian. Proses pelaksanaan audit dokumentasi terbagi dalam
beberapa tahap yaitu:
a. Penyusunan Instrumen Audit (Konsultasi dan Pelaksanaan Pengkajian
Pre-Audit)
OE.
Instrumen audit kualitas dokumentasi keperawatan disusun
berdasarkan poin pengkajian hingga evaluasi pada dokumentasi
keperawatan ruang UPIP. Setiap poin dalam dokumentasi asuhan
keperawatan diubah menjadi daftar pernyataan dalam bentuk checklist
kuesioner. Daftar pernyataan hasil konversi dokumentasi asuhan
keperawatan ruang UPIP RSJD Amino Gondohutomo ini telah
dikonsultasikan dan disetujui oleh kepala ruang UPIP sebagai
penanggung jawab asuhan keperawatan di ruang UPIP. Instrumen yang
digunakan untuk mengaudit kualitas asuhan keperawatan terdiri dari
dua bagian. Bagian pertama adalah komponen pengkajian dan bagian
kedua adalah komponen dari diagnosa keperawatan hingga evaluasi
keperawatan.
b. Role Play

97

OF.Role play audit kualitas dokumentasi asuhan keperawatan


dilakukan setelah instrument audit siap digunakan melalui proses
konsultasi dan persetujuan. Roleplay mulai dilaksanakan tanggal 21-30
Oktober 2014. Roleplay dilaksanakan oleh masing-masing praktikan
yang sedang bermain peran sebagai kepala ruang. Audit kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan setiap shift pagi. Kualitas
asuhan keperawatan yang diaudit adalah asuhan keperawatan pada
shift siang hari sebelumnya. Tujuan ditentukannya pemilihan bagian
asuhan keperawatan shift siang karena diharapkan perawat ruangan
mengalami perbaikan kualitas setelah diberikan roleplay pengisian
dokumentasi asuhan keperawatan pada setiap shift pagi oleh praktikan
yang sedang melaksanakan permainan peran dalam melakukan
manajemen bangsal dan manajemen asuhan keperwatan di ruang UPIP.
c. Evaluasi
OG. Evaluasi hasil audit kualitas dokumentasi asuhan
keperawatan telah dicatat nilai perkembangannya setiap hari.
Komponen pada bagian pengkajian hingga evaluasi keperawatan yang
memiliki hasil penilaian audit yang rendah disampaikan saat
pelaksanaan handover ruangan dari shift pagi ke shift siang. Harapan
pemberian informasi terkait hasil penilaian audit setiap pelaksanaan
handover adalah dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi harian bagi
perawat ruangan terkait proses dokumentasi asuhan keperawatan ruang
UPIP.
OH. Hasil audit kualitas terbagi menjadi dua bagian yaitu audit
kualitas pengkajian keperawatan dan audit kualitas diagnosa hingga
evaluasi keperawatan. Hasil audit dikategorikan menjadi buruk (0% 25%), sedang (26% - 50%), baik (51% - 75%), dan sangat baik (76%100%). Poin dokumentasi keperawatan yang dinyatakan memiliki
kategori buruk-sedang dimunculkan per hari dan dilakukan
penghitungan rata-rata kemunculan dengan kategori buruk-sedang
selama implementasi (21-30 Oktober 2014). Poin dengan kemunculan
lebih dari satu kali dengan kategori buruk- sedang diharapkan mampu
untuk ditingkatkan.
OI.
OJ.
OK.
OL.
OM.
ON.

98

a. Hasil Audit Kualitas Dokumentasi Keperawatan: Pengkajian

99

OO.

FREKUENSI KEMUNCULAN POIN PENGKAJIAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KUALITAS AUDIT ASKEP


PADA 21-30 OKTOBER 2014 DI RUANG UPIP RSJD AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH
2.5
2
FREKUENSI
1.5
1
0.5
0

PI

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9

P10

P11

P12

P13

P14

P15

100

b.
OP.
OQ.
OR.
OS.
OT.
OU.
OV.
OW.
OX.
OY.

OZ.
Diagram batang terkait frekuensi kemunculan poin pengkajian dengan kategori buruk/ sedang selama tanggal
21-30 Oktober 2014 didapatkan bahwa poin pengkajian P12 memiliki kemunculan terbanyak (2x kemunculan) dengan
kategori buruk/ sedang. Poin pengkajian P3, P6, P7, P8, P9, P10 memiliki frekuensi kemunculan yang sama yaitu 1x dengan
kategori buruk/ sedang selama implementasi. Hasil audit ini menunjukkan bahwa alat ini mampu digunakan sebagai bahan
evaluasi.
PA.
1) Perkembangan poin P3

101

Chart Title
3000%
2500%
2000%
1500%
1000%
500%
0%

P3

PB.

2) Perkembangan poin P7
3) Perkembangan DE5

DE5
200%
150%

DE5

100%
50%
0%

PC.

PD.
4) Perkembangan DE7

102

DE7
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%

PE.

DE7

5) Perkembangan d 10
PF.
PG.
PH.
PI.

103

c.

FREKUENSI KEMUNCULAN POIN DIAGNOSA-EVALUASI KEPERAWATAN BERDASARKAN KUALITAS AUDIT ASKEP


PADA 21-30 OKTOBER 2014 DI RUANG UPIP
RSJD AMINO GONDO HUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH
7
6
FREKUENSI

5
4
3
2
1
0
D1

D2

D3

D4

D5

D6

D7

D8

D9

D10

D11

D12

Hasil Audit Kualitas Dokumentasi Keperawatan: Diagnosa-Evaluasi


PJ.
PK.
PL.

104

PM.
PN.
PO.
PP.
PQ.
PR.
PS.

PT.
PU. Diagram batang terkait frekuensi kemunculan poin pengkajian dengan kategori buruk/ sedang selama tanggal
21-30 Oktober 2014 didapatkan bahwa poin diagnosa-evaluasi D11 memiliki kemunculan terbanyak (6x kemunculan) dengan
kategori buruk/ sedang. Poin diagnosa-evaluasi D4 memiliki kemunculan sebanyak 5x, D6 dan D7 memiliki kemunculan
sebanyak 3x, D5 dan D10 memiliki frekuensi kemunculan yang sama yaitu 1x dengan kategori buruk/ sedang selama
implementasi.
PV.

105

PW.
PX.

BAB V
PENUTUP
PY.

A. KESIMPULAN
1. Mengoptimalkan intervensi keperawatan intensif psikiatri di ruang UPIP
PZ.
Hasil implementasi selama 7 hari diperoleh alur alogaritma
penanganan pasien gawat darurat psikiatri yang sudah disetujui oleh
pembimbing akademik dan perawat ruang dimana isi alur berupa penjabaran
penanganan pasien sejak awal masuk berdasarkan fase kegawatan dan
tindakan yang sesuai dengan fase kegawatannya pula, alur tersebut juga
dijelaskan tindakan perawat apabila terdapat pasien yang mengalami
kemunduran maupun perbaikan kondisi.
2. Mengoptimalkan kualitas pendokumentasian keperawatan di ruang UPIP
QA. Hasil audit berdasarkan kualitas dokumentasi keperawatan
selama 8 hari diperoleh data bahwa poin pengkajian yang paling sering tidak
dilengkapi pada P12 yang berisi mengenai persiapan pasien pulang dan pada
poin diagnosa-evaluasi diperoleh skor paling rendah pada poin D11 dengan
frekunsi 6 dan D4 dengan frekuensi 4, di mana masing-masing berisi
mengenai kesesuaian SOAP dengan implementasi dan pemberian lingkaran
pada jenis kelamin pasien.
QB.
B. SARAN
1. Perawat Ruang UPIP
QC.
Perawat ruangan diharapkan mampu menerapkan SAK yang
sudah ditetapkan oleh rumah sakit dan secara aktif meningkatkan kualitas
tindakan kegawatdaruratan psikiatrik serta pendokumentasian asuhan
keperawatan kepada pasien supaya asuhan keperawatan yang dibuat dapat
dipertanggung jawabkan.
QD.
QE.
2. Bidang Keperawatan
QF.Bidang keperawatan diharapkan mampu memberikan fasilitas berupa
pemberian informasi terhadap seluruh tenaga keperawatan di RSJD Amino
Gondo Hutomo untuk meningkatkan kualitas pendokumentasian asuhan

106

keperawatan serta secara khusus memberikan sarana bagi perawat di intensif


melakukan berbagai perubahan terbaru yang berkenaan dengan penanganan
perawatan pasien kegawatdaruratan.
3. RSJD Amino Gondo Hutomo
QG.
Rumah sakit diharapkan aktif dalam pengembangan yang
berkenaan dengan pemberian pelayanan prima terhadap pasien yang dirawat
di RSJD Amino Gondo Hutomo
QH.
QI.
QJ.
QK.
QL.

QM.
QN.
QO.
QP.
QQ.
QR.
QS.
QT.
QU.
QV.
QW.
QX.

DAFTAR PUSTAKA

QY.
QZ.

Gillies, D.A. 2000. Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem. Edisi


kedua. Philadelphia: W. B. Saunders.

RA.

Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.

Jakarta: EGC.
107

RB.

Marquis,

B.L.

&

Huston,

C.J.

2010.

Kepemimpinan

dan

ManajemenKeperawatan: Teori dan Aplikasi. Edisi keempat. Jakarta: EGC.


RC.

Michael H. Allen, Chair Peter Forster, Joseph Zealberg, Glenn Currier. 2002.
Report and Recommendations Regarding Psychiatric Emergency and Crisis
Services. American Psychiatric Association.

RD.

Muninjaya.1999.ManajemenKesehatan. Jakarta: EGC.

RE.

Soeroso.2003.Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit Jakarta.


Jakarta: ECG.

RF.

Sulistyowati, Endang Caturini.Pengaruh terapi musik terhadap perubahan


perilaku pada klien skizoprenia dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit
Jiwa

Daerah

Surakarta.Jakarta:

Universitas

Indonesia;

2009.Diakses

darihttp://lontar.ui.ac.id/pada tanggal 11 Oktober 2014.


RG.

Swanburg,

R.C.

2000.Pengantar

Kepemimpinan

dan

Manajemen

Keperawatan.Jakarta: EGC.
RH.
RI.
RJ.
RK.

108

You might also like