Professional Documents
Culture Documents
rongga peritoneum, kata asites berasal dari bahasa yunani askites dan askos yang
berarti kantong dan perut. Perkembangan asites penting dalam perjalanan
alamiah sirosis karena dikaitkan dengan mortalitas 50% lebih dari dua tahun dan
menandakan kebutuhan untuk mempertimbangkan transplantasi hati sebagai
terapi pilihan. Sebagian besar (80%) dari pasien yang hadir dengan asites yang
mendasarinya adalah sirosis, dengan sisanya karena keganasan (10%), gagal
2
jantung (3%), TBC (2%), pankreatitis (1%), dan penyebab langka lainnya.
cairan >1500 ml, asites dapat diidentifikasi dengan teknik pemeriksaan shifting
dullness. Teknik ini adalah teknik pemeriksaan yang paling sensitif untuk menilai
adanya asites.1
Pendekatan klinik pada pasien dengan asites, lebih ditekankan pada keadaan
klinis pasien. Pada pasien dengan asites yang baru diketahui, prioritas utamanya
adalah menemukan etiologi asites, dan
Sedangkan pada pasien yang sudah diketahui penyakit yang mendasarinya seperti
sirosis hepatis, pendekatan klinik lebih ditujukan untuk memperbaiki kondisi
pasien dan mencegah ke arah komplikasi asites seperti hepatorenal sindrom. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Asites adalah keadaan patologis berupa terkumpulnya cairan dalam
rongga peritoneum abdomen. Istilah asites berasal dari bahasa yunani askites
dan askos yang berarti kantong dan perut. Pada laki-laki sehat, dapat
ditemukan sedikit atau tidak ada cairan didalam rongga peritoneum,
sebaliknya pada perempuan sehat dapat ditemukan sedikit (20cc) cairan
tergantung dari fase siklus menstruasi.3
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya asites sangat bervariasi dan kasus yang paling
sering diakibatkan oleh sirosis hati, dan hepatic decompensation, 75-80%
kasusnya menunjukan adanya asites. Penyebab lainnya adalah keganasan
perioneum (metastasis peritoneum yang berasal dari tumor di saluran
gastroinstestinal, dan kanker ovarium), gagal jantung kongestif, peritoneum
tuberkulosa, dan beberapa kasus lainnya yang jarang anatara lain : perikarditis,
malnutrisi, meighs syndrom, budd chiari syndrom, dan lain-lain.2
Tabel 2.1 Etiologi Asites2
Penyebab
Persentase
Liver Disease:
Cirrhosis
Fulminant Hepatic Failure
Fatty liver of pregnancy
Neoplasms:
Hepatoma
Liver, peritoneal or lymphatic metastases
Lymphoma with Lymph Obstruction
Pseudomyxoma peritonei
Meigs Syndrome (Ovarian Fibroid)
Heart Failure:
Cor pulmonal heart disease & COPD
ASHD or VHD with biventricular CHF
Constrictive Pericarditis
Infections:
80-85%
10%
3%
Tuberculosis
Spontaneous Bacterial Peritonitis
Pelvic Inflammatory Disease (Chlamydia)
HIV
Venous occlusion:
Supradiaphragmatic IVC Occlusion
Budd-Chiari Syndrome
Veno-occlusive disease \\
Dialysis Related
Nephrotic Syndrome
Inflammatory:
Pancreatitis
Bile Peritonitis
Chronic lymphatic inflammation/fibrosis
Connective Tissue Disease
Trauma:
Ruptured Viscus
Trauma to the abdominal cysterna chyli
Nutritional:
Marasmus
Kwashiokor
Endocrine:
Myxedema
Endometriosis
1%
<1%
<1%
<1%
<1%
<1%
b.
adalah salah satu contoh penimbunan cairan di rongga peritoneum yang terjadi
melalui mekanisme transudasi. Asites jenis ini paling sering dijumpai di
Indonesia. Asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik pada beberapa
penyakit. Asites juga menyebabkan pengelolaan penyakit dasarnya menjadi
semakin kompleks.2
2.4 Patogenesis Asites
5
akan
meningkatkan
tekanan
hidrostatik
venosa
ditambah
Peningkatan
epinefrin dan norepinefrin,
sertagaram
hipoalbuminemia
Terbentuk kadar
Asites
Retensi air dan
juga
berkontribusi
dalam
pembentukan
asites.
Hipoalbuminemia
asites lebih besar daripada pasien tanpa asites. Dengan demikian, asites jarang
terjadi pada pasien sirosis tanpa hipertensi porta dan hipoalbuminemia.6
2.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis asites, dapat dinilai dari beberapa hal,
antara lain dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Tahap awal untuk menegakkan diagnosis asites adalah dengan
melakukan anamnesis menyeluruh pada pasien, dan lebih mencari tahu
mengenai perjalanan penyakit pasien. Ascites bisa timbul mendadak atau
perlahan-lahan tergantung pada penyebabnya. Ascites ringan mungkin tidak
bergejala, moderate ascites mungkin memberi gejala peningkatan berat badan
dan rasa berat di perut, ascites dalam jumlah besar juga memberi gejala rasa
tidak nyaman di perut, dapat menimbulkan hernia umbilicalis, serta
menyebabkan elevasi dari diafragma yang akan menimbulkan gejala sesak
napas.5
Pada penderita ascites harus ditanyakan gejala penyakit atau faktor
risiko dari penyakit yang dipikirkan merupakan penyebab timbulnya ascites.
Pada penyakit hati, harus ditanyakan kebiasaan mengkonsumsi alkohol,
penggunaan jarum suntik bergantian, riwayat transfusi, konsumsi obatobatan, riwayat hepatitis serta penyakit hati dalam dalam keluarga. Pada
pasien dengan sirosis hepatis dapat ditemukan gejala umum yang terjadi
8
antara lain ikterus, asites dan edema perifer, hematemesis melena atau
ensefalopati (baik tanda gejala minimal hingga perubahan status mental.9
Untuk cardiac ascites harus ditanyakan gejala nyeri dada, sesak napas,
palpitasi, kelelahan, dan kecemasan. Selain itu untuk faktor risiko penyakit
kardiovaskuler seperti, riwayat merokok, alkohol, dan riwayat penyakit
jantung dikeluarga.10 Untuk ascites karena keganasan perlu diketahui riwayat
keganasan pada pasien terutama keganasan payudara, saluran pencernaan,
ovarium, atau lymphoma, serta harus ditanyakan gejala distensi abdominal,
nyeri abdomen difus, sesak (elevasi diafragma) ataupun gejala gangguan
pencernaan dan rasa terbaka didada yang dapat berkaitan dengan peningkatan
tekanan intraabdominal.11 Untuk negara berkembang, harus juga dipikirkan
kemungkinan asites yang disebabkan oleh tuberculosis, sehingga perlu
ditanyakan riwayat penyakit tuberculosis dan gejala konstitusi dari
tuberculosis berupa demam, penurunan berat badan ataupun keluhan nyeri
abdomen pada peritonitis TB.12 Mungkin juga terjadi pancreatic ascites, pada
pasien dengan riwayat pancreatitis kronis. Harus diingat bahwa pada seorang
pasien mungkin ditemukan lebih dari satu faktor predisposisi. 5
b. Pemeriksaan Fisik
Penderita dengan asites yang sudah pada tahap lanjut akan lebih mudah
untuk dikenali, pada inspeksi akan tampak perut yang membuncit, seperti
pada perut katak, selain itu umbilikus seolah bergerak ke arah kaudal
mendekati simpisis os pubis. Sering juga dijumpai hernia umbilikalis akibat
tekanan intraabdomen yang meningkat. Pada pemeriksaan perkusi, pekak
samping akan meningkat dan akan terjadi shifting dullness. Cairan asites yang
masih sedikit akan lebih susah untuk dideteksi, pada keadaan ini pemeriksaan
dengan teknik pudle sign akan lebih mudah mendeteksi adanya asites. Untuk
menegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi.
Ultrasonografi memiliki ketelitian yang tinggi untuk mendeteksi adanya
cairan asites. Selain itu pemeriksaan dengan menggunakan ultrasonografi
9
10
11
jari tangan untuk mengetuk dengan cepat pada salah satu pinggang pasien,
raba sisi pinggang yang lain untuk merasakan impuls yang ditansmisikan
melalui cairan asites. 11
12
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Structural Testing
Computed Tomography (CT Scan ) dan Ultrasonografi abdomen
sangat berguna untuk menilai ukuran, dan menentukan adanya
pembesaran hati (hepatomegali), dan tanda-tanda hipertensi portal
(splenomegali), serta menilai lebarnya vena portal, dan vena hepatika
untuk menyingkirkan dugaan trombosis vena hepatika dan sindrom
Budd Chiari. Namun pemeriksaan menggunakan USG memiliki
keterbatasan untuk menilai asites pada pasien obesitas, karena
gelombang asites akan terhalang oleh jaringan lemak dan gas yang ada
di abdomen.
Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas dapat menilai
adanya varises esofagus dan portal gastropathy yang mengarahkan ke
hipertensi portal. Sedangkan pada pemeriksaan Radiografi thoraks
dapat menunjukaan tanda-tanda infeksi tuberculosa yang mengarahkan
pada diagnosa peritoneum tuberculosa. 3
2. Parasentesis Diagnostik
Parasentesis diagnostik sebaiknya dilakukan pada setiap pasien
baru. Pemeriksaan cairan asites akan sangat membantu dan memberikan
informasi
yang
sangat
penting
untuk
pengelolan
selanjutnya.
parasentesis
sebaiknya
rutin
digunakan
untuk
13
linea
albaa,
fascia
transversalis,
jaringan
ikat
musculus
obliqus
abdominis,
internus
fascia
abdominis,
transversalis,
musculus
jaringan
ikat
1.
Protein
dapat
digunakan
untuk
membantu
Transudat (Protein
<2,5g/dL)
Keganasan (20% kasus)
Tuberculosis (30% kasus)
Sirosis (85% kasus)
Protein-losing enteropathy
Penyakit jaringan ikat
Sindroma nefrotik
Asites pankreatik
15
Sirosishepatis
Asites yang disebabkan
keganasan
Asites yang disebabkan
Tinggi
gangguan jantung
Keterangan.
*Tinggi = >1,1g/dL Rendah <1,1g/dL
**Tinggi = >2,5g/dL, Rendah <2,5g/dL
3. Hitung Sel
Peningkatan jumlah sel leukosit menunjukan adanya proses
inflamasi. Untuk menilai asal infeksi, akan lebih tepat dengan
menggunakan hitung jenis sel. Sel PMN yang meningkat lebih dari
250/mm
menunjukan
peritonitis
bakteri
spontan,
sedangkan
sitologi asites dengan cara yang baik akan memberikan hasil true
positive hampir 100%. Sampel untuk pemeriksaan sitologi harus cukup
banyak 200 ml untuk meningkatkan sensitivity. Tumor penghasil
asites tidak melalui mekanisme karsinomatosis peritoneum sehingga
tidak dapat dipastikan melalui sitologi asites. tumor-tumor tersebut
16
TandaMakroskopis
Berat
Jenis
Protein
g/L
Sirosis
Bewarna seperti
jerami atau
mengandung bercak
getah empedu
Berwarna seperti
jerami, hemoragik,
mucinous atau chylous
Cairan jernih, keruh,
hemoragik, chylous
< 1,016
(95%)
< 25
(95%)
Bervariasi
> 1,016
(45%)
Bervariasi
>1,016
(50%)
> 25
(75%)
20%
> 25
(50%)
7%
Jika
purulen
>1,016
Bervarias,
<1,016
(60%)
<1,016
Jika
purulen
>2,5
Bervariasi
15-33
Tidak biasa
Terutama leukosit
polimorfonuklear
10%
<25
(100%)
Tidak biasa
<1000 (90%)
Biasanya mesotel
mononuklear
<250, mesotelial,
mononuklear
Bervariasi
sering,
>1,016
Bervariasi
sering>25
Bervariasi
Mungkinde
ngan
bercakdarah
Neoplasma
Peritonitis
Tuberculosa
Peritonitis
Piogenik
Keruh, ataupurulent
Gagal
Jantung
Kongestif
Nefrosis
Berwarna seperti
jerami
Asites
Pankreatik
(Pankreatitis,
pseudokista)
Berwarna seperti
jerami atau chylous
Keruh, hemoragik,
atau chylous
Jumlah sel
Eritrosit>1
Leukosit per L
0.000 /L
1%
< 250 (90%) *
terutama sel
mesotelial
Bervariasi
Tes Lainnya
Sitologi, cell
block, biopsi
peritoneal
Biopsi
peritoneal,
pewarnaan dan
kultur untuk
basil tahanasam
(BTA)
Kultur,
pewarnaan gram
+
Jika chylous,
ektraksiieter,
pewarnaansuda
n
Peningkatan
kadar
Amylase dalam
cairan asitesdan
serum
Keterangan * : Karena keadaan pada saat pemeriksaan cairan asites dan memilih pasien tidak
identik untuk setiap seri, angka angka presentasi (dalam tanda kurung) harus
dipertimbangkan sebagai indikasi yang menunjukan urutan besarnya insidensi dan bukan
menunjukkan insidensi yang tepat untuk setiap hasil pemeriksaan yang abnormal.
17
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan asites sebaiknya dilaksanakan secara komperhensif, meliputi :
1. Nonfarmakologi
a. Tirah Baring
Tirah baring dapat memperbaiki efektivitas diuretika, pada pasien
asites transudat yang berhubungan dengan hipertensi porta. Perbaikan
efek diuretik tersebut berhubungan dengan perbaikan aliran darah ginjal
dan filtrasi glomerulus akibat tirah baring. Tirah baring akan
menyebabkan aktivitas simpatis dan sistem renin angiotensinaldosteron menurun. Yang dimaksud dengan tirah baring adalah bukan
istirahat total di tempat tidur, tanpa melakukan aktivitas. Tetapi tidur
telentang, dan kaki sedikit diangkat, selama beberapa jam setelah
minum obat diuretik.3
b. Diet Rendah Garam
Diet rendah garam ringan sampai sedang dapat membantu diuresis.
Konsumsi garam (NaCL) perhari sebaiknya dibatasi hingga 4060meq/hari. Hiponatremia ringan sampai sedang bukan merupakan
kontraindikasi untuk memberikan diet rendah garam, mengingat
hiponatremia pada pasien asites transudat bersifat relatif. Jumlah total
Na dalam tubuh sebenarnya diatas normal. Konsentrasi NaCl yang amat
rendah justru dapat menganggu fungsi ginjal.3
2. Farmakologi
a. Diuretika
Diuretika yang dianjurkan adalah diuretika yang bekerja secara
antialdosteron, misalnya spironolakton. Diuretika ini merupakan
diuretik hemat kalium, yang bekerja di tubulus distal dan menahan
reabsorsi Na. Efektivitas obat ini bergantung pada konsentrasinya di
plasma, semakin tinggi semakin efektif. Dosis yang dianjurkan antara
100-600mg/hari. Spironolakton berperan sebagai antagonis aldoseron
yang bekerja di tubulus distal, pengunaanya efektif pada pasien asites
dengan etiologi sirosis hepatis.3
18
Pada
pasien
yang
tidak
berespon
dengan
penggunaan
19
21
Asites
tesis diagnostic hitung jenis sel, diff count, serum asites albumin ratio, kultur kuman
Serum Asites <1,1 g/dl (tidak ada hipertensi porta)
(Hipertensi porta)
Pengobatan berdasarkan penyebabnya (Etiologi)
Asites tense
Ya : 4-6L paracentesis
Tidak :
Hentikan pemakain ethanol.
Batasi garam 2g/hari (86 meq)
Fluid restriction not necessary if NaRespontidakbaik:
>120
Paracentesis jikadibutuhkan, jika pengunaan diuretik sudah resistent pe
Pengunaan diuretik :
Transplantasi Hati
Ringan :spironolakton : 25-50 mg/hari
TIPSspironolakton
:Transjugular/hari
intrahepatic portosystemic shunting untuk keadaan k
Berat : 40 mg furosemid atau 100 mg
Bisaditingkatkan sampai 160 mg furosemid atau 400 mg spironolakton / hari
Untuk pasien Hiperkalemia :Gunakan hanya furosemid
Untuk pasien hipokalemia : Gunakan hanya Spironolakton
penyakit
yang
mendasarinya
maka
asites
dapat
yang
merupakan
komplikasi
penyakit
yang
tidak
dapat
23
DAFTAR PUSTAKA
24
11. Bickley L,S, Szilagyi P,G. Bates' Guide to Physical Examination and History
Taking, 10th Edition. United States of America. Lippincott Williams & Wilkin.
2009. P.449-50
12. Snell, R, S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed. 6. Jakarta.
EGC. 2006. P.193-4.
13. Glickman R, M. Abdominal Swelling and Ascites. In: Kasper L, D, Fauci, A,
S, Long, D, L, Braunwald E, Hauser S, L, Jameson J, L. Harrisons Principles
Of Internal Medicine. Ed. 16th. United States of America. Mc-Graw Hill.
2005. P. 243-6.
25