You are on page 1of 26

RESUME MATERI

DIFERENSIAL FUNGSI MAJEMUK


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Ekonomi
Dosen pengampu: Ardhi Prabowo

Disusun oleh:
Kelompok 5
Zuliyana Dewi Anidaningtyas

4101414001

Annisa Luthfi Fadhilah Maruf

4101414002

Nurfeti Dwi Susilowati

4101414014

Ummi Hanna Kholifah

4101414018

Ertin Aini Farhatin

4101414044

Muhammad Nur Chalim

4101414101

Rombel 3

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
DIFERENSIAL FUNGSI MAJEMUK

A. Diferensiasi Parsial
Sebuah fungsi yang hanya mengandung satu variabel bebas hanya akan
y=f ( x )
memiliki satu macam turunan. Apabila
maka turunannya
hanyalah turunan y terhadap x, dengan kata lain

y'=

dy
dx .

Sedangkan jika sebuah fungsi mengandung lebih dari satu variabel bebas
maka turunannya akan lebih dari satu macam pula, sesuai dengan jumlah
macam variabel bebasnya. Jadi, jika sebuah fungsi mempunyai n macam
variabel bebas maka ia akan memiliki n macam turunan. Jika y=f ( x , z )
maka akan terdapat dua macam turunan, yaitu turunan y terhadap x atau
y
y
dan
turunan
y
terhadap
z
x
z
Dengan demikian :
y=f ( x , z )
1
a
f x ( xz )=

y
x

y ' { f z ( xz )=
dy=

y
y
dx +
dz
x
z

p=f ( q , r , s )

af

q ( q , r , s )=

p' f r ( q , r , s )=
dp=

p
q

p
p
c f s ( q , r , s )=

r
s

p
p
p
dq+
dr +
ds
q
r
s

y
x

dan

y
z

dalam butir 1 serta

p
q ,

p
r

p
dan s

dalam

butir 2
masing-masing dinamakan derivatif parsial. Sedangkan
y
y
y
y
y
dx
dz
dq ,
dr ,
ds
,
,
dan
x
z
q
r
s

( )

( )

( ) ( )

dinamakan diferensial parsial. Adapun

dy

( )

dan

dp

dinamakan

diferensial total.
y
=3 r 2 8 xz6 z 2
1
x
2

y
=10 z4 x 212 xz +8
z

Dalam menurunkan y terhadap x yang dilambangkan dengan

y
x ,

hanya suku-suku yang mengandung variabel x yang diperhitungkan;


sedangkan suku-suku yang tidak mengandung variabel x dianggap sebagai
konstanta dan turunannya adalah nol. Dilain pihak, dalam menurunkan y
y
terhadap z yang dilambangkan dengan z hanya suku-suku yang
mengandung variabel z yang diperhitungkan; sedangkan suku-suku yang
tidak mengandung variabel z dianggap sebagai konstanta dan turunannya
adalah nol.
y
y=f ( x , z )
Sesungguhnya
dari
adalah turunan dari
x
f (x , z)

terhadap x dengan anggapan hal-hal lain tetap atau konstan

(dalam ekonomi dikenal dengan subutan asumsi ceteris paribus). Oleh


karena itu dalam menurunkan y=f (x , z ) terhadap x hanya suku-suku
yang mengandung variabel x saja yang diturunkan.
B. Derivatif dari Derivatif Parsial
Seperti halnya fungsi dengan satu variabel bebas, fungsi dengan lebih dari
satu variabel bebas pun dapat diturunkan lebih dari satu kali. Dengan kata lain
masing-masing turunan parsialnya masih mungkin diturunkan lagi. Turunan
berikut dari turunan parsial tadi sudah barang tentu bisa sangat bervariasi,
tergantung dari bentuk turunan parsial tersebut. Apabila suatu turunan parsial
berbentuk suatu fungsi yang tinggal mengandung satu macam variabel bebas,
maka turunan berikutnya hanya ada satu macam. Akan tetapi bila suatu
turunan parsial berbentuk suatu fungsi yang masih mengandung beberapa
macam variabel bebas, maka turunan berikutnya masih dapat dipecah-pecah
lagi menjadi beberapa turunan parsial pula.

y=x +5 z 4 x z 4 xz +8 z7

Contoh :
1

y
=3 x 28 xz6 z 2
x

y
2
=10 z4 x 12 xz +8
z

Dalam contoh ini baik

y
x

maupun

y
z

masih dapat diturunkan

secara parsial lagi, baik terhadap x maupun terhadap y.


y
2 y
(1a) x terhadap x : x 2 =6 x8 z
2 y
=8 x12 z
x z

(1b)

y
x

terhadap z :

(2a)

y
z

y
terhadap x : z x =8 x12 z

(2b)

y
z

terhadap z :

2 y
=1012 x
z2

Ternyata turunan parsial kedua (1a), (1b), (2a), dan (2b) masih dapat
diturunkan secara parsial lagi baik terhadap x maupun terhadap z.
2 y
3 y
(1a.1) x 2 terhadap x : x 3 =6
(1a.2)

2 y
x2

(1b.1)

2 y
x z

(1b.2)

y
x z

(2a.1)

2 y
z x

(2a.2)

2 y
z x

(2b.1)

2 y
z2

terhadap z :

3 y
=8
x2 z
3

terhadap x :

y
=8
2
x z

terhadap z :

3 y
=12
2
x z

terhadap x :

3 y
=8
z x2

terhadap z :

3 y
=12
z2 x

terhadap x :

3 y
=12
z2 x

(2b.2)

y
z2

terhadap z :

y
=0
z3

Sekarang turunan-turunan parsial ketiga ini tidak dapat lagi diturunkan


secara parsial, karena masing-masing hanya tinggal mengandung konstanta.
C. Nilai Ekstrim: Maksimum dan Minimum
Nilai nilai ekstrim (optimum) dari sebuah fungsi yang
mengandung lebih dari satu variabel bebas dapat dicari dengan pengujian
sampai derivatif keduanya :
Untuk y = f(x,x),
Maka y akan mencapai titik ekstrimnya jika :
y
y
=0 dan
=0
x
z
Syarat di atas adalah syarat yang diperlukan (necessary condition) agar
fungsinya mencapai titik ekstrim. Guna mengetahui apakah titik ekstrim itu
berupa titik maksimum ataukah titik minimum, dibutuhkan syarat yang
mencukupkan (sufficient condition), yakni :

Maksimum bila

2 y
<0 dan
x2

Minimum bila

y
>0 dan
2
x

Dalam hal

2 y
2
x

dan

2 y
2
z

2 y
<0
z2
2

y
>0
2
z

= 0, tidak bisa ditegaskan mengenai nilai

ekstrimnya. Untuk kasus semacam ini diperlukan penyelidikan dan pengujian


lebih lanjut.
Contoh :
1

Selidiki apakah titik ekstrim dari fungsi berikut ini merupakan titik
maksimum ataukah titik minimum :
y
=2 x+12
x

y=x 2+12 xz 2 +10 z 45

y
=2 z+10
z

2 x +12=0, x=6

2 z +10=0, x=5

y=( 6 )2 +12 ( 6 )( 5 )2+10 ( 5 ) 45


36+7225+5040=16
2 y
<0
x2

Karena

2 y
2
x

2 y
=2<0
x2

dan

2 y
2
z

< 0, maka titik ekstrimnya adalah titik

maksimum dengan ymaks = 16.

2 Selidiki apakah titik ekstrim dari fungsi

p=3 q 218 q+ r 28 r +50

merupakan

titik maksimum ataukah titik minimum.


p
=6 q18
q

p
=2 r +8
r

6 q18=0,q=3

2r 8=0, r=4

p=3 ( 3 )218 ( 3 )+ ( 4 )2 8 ( 4 )+ 50
2754 +1632+ 50=7
2 p
=6> 0
q2

Karena

2 p
2
q

2 p
=2>0
r2

dan

2 p
2
r

> 0, maka titik ekstrimnya adalah titik

maksimum dengan pmin = 7.


D. Optimasi Bersyarat
Dalam kenyataan sering kali kita harus mengekstrimkan atau
mengoptimumkan suatu fungsi, yakni mencari nilai maksimum atau nilai
minimumnya, tetapi terkekang oleh suatu fungsi lain yang harus dipenuhi.
Dengan kata lain fungsi yang hendak dioptimumkan tadi menghadapi suatu

kendala (constraint). Kasus optimasi bersyarat semacam ini banyak dijumpai


dalam bidang ekonomi. Misalnya seseorang hendak memaksimumkan utilitas,
atau tingkat kepuasannya, tetapi terikat pada fungsi pendapatan; atau sebuah
perusahaan ingin memaksimumkan labanya, namun terikat pada fungsi
produksi.
1. Pengganda Langrange
Perhitungan nilai ekstrim sebuah fungsi yang menghadapi kendala
berupa sebuah fungsi lain, dapat diselesaikan dengan Metoda Lagrange.
Caranya ialah dengan membentuk sebuah fungsi baru, disebut fungsi
Langrange, yang merupakan penjumlahan dari fungsi yang hendak
dioptimumkan ditambah hasil kali pengganda langrange

dengan

fungsi kendalanya.
Misalnya hendak dioptimumkan z = f(x,y) dengan syarat harus
terpenuhi u = g(x,y) maka fungsi lagrangenya :

F(x,y,) = f(x,y)
+ (x,y)
Nilai ekstrim F(x,y,) dapat dicari dengan memformulasikan masing
masing derivatif-parsial pertamanya sama dengan nol.
Fx(x,y,) = fx + gx
=0
Pengganda Langrange adalah suatu variabel tak-tentu yang hanya
bersifat sebagai pembantu. Syarat di atas merupakan syarat yang
diperlukan untuk menghitung nilai ekstrim dari fungsi baru yang dibentuk,
dan karenanya disebut sebagai syarat yang diperlukan atau necessary
condition. Akan tetapi untuk mengetahui jenis nilai ekstrim tersebut,
maksimum ataukah minimum, masih harus disidik melalui derivatifparsial keduanya, yang merupakan syarat yang mencukupkan atau
sufficient condition. Dalam hal ini nilai ekstrim tadi adalah :

Maksimum bila Fxx < 0 dan Fyy


<0
Contoh :
1

Tentukan nilai ekstrim z dari fungsi z = 2x+2y dengan syarat x2 + y2 =


8. Jelaskan jenis nilai ekstrimnya.
Fungsi langrange : F = 2x + 2y + (x2 + y2-8)
= 2x + 2y + x2 + y2 - 8
Agar F ekstrim, F = 0
Fx = 2 + 2 x = 0, diperoleh = -

1
x

.(1)
Fy = 2 + 2 y = 0, diperoleh = -

1
y

.(2)
Berdasarkan (1) dan (2)

: -

1
x

= -

atau x=y
Menurut fungsi kendala

: x2 + y2 = 8
y2 + y2 = 8
2y2 = 8
y2 = 4
y=2

Karena y = 2, x = 2
z = 2x + 2y = 8
Jadi nilai ekstrim z = 8
Penyidikan nilai ekstrimnya :
Untuk x = 2 dan y = 2, = Fxx = 2 = -1 < 0

1
2

1
y ,

Fyy = 2 = -1 < 0
Karena Fxx

dan

Fyy < 0, nilai ekstrimnya adalah nilai

maksimum dengan Zmaks = 8


Untuk x = -2 dan y = -2, =

1
2

Fxx = 2 = 1 > 0
Fyy = 2 = 1 > 0
Karena Fxx

dan

Fyy > 0, nilai ekstrimnya adalah nilai

minimum dengan Zmin = -8


2 Optimumkan z = xy dengan syarat x + 2y = 10
F = xy + (x + 2y 10)
= xy + x + 2 x 10 A
Syarat yang diperlukan agar F optimum F = 0
Fx = y + = 0, diperoleh = -y
1
Fy = x + 2 = 0, diperoleh = - 2 x
1
y = - 2 x, berarti 2y = x
x + 2y = 10
2y + 2y = 10, diperoleh y = 2,5. Selanjutnya x =
5.
Jadi, z optimum pada x = 5 dan y = 2,5; dengan
Zopt = xy = (5)(2,5) = 12,5.
2. Kondisi Kuhn Tucker
Metoda Kuhn-Tucker merupakan pengembangan lebih lanjut dari
optimasi bersyarat. Jika dalam metoda pengganda Lagrange kita
mengoptimumkan sebuah fungsi terhadap kendala yang berbentuk
persamaan, maka dalam metoda Kuhn-Tucker kita mengoptimumkan
sebuah fungsi terhadap sebuah fungsi yang berbentuk pertidaksamaan.
Bentuk permasalahannya biasanya berupa :
a. Maksimumkan fungsi tujuan f ( x , y ) terhadap kendala g(x , y ) 0

b. Minimumkan fungsi tujuan f ( x , y )

terhadap kendala

g (x , y ) 0

Prosedur penyelesaiannya dapat ditempuh melalui dua macam cara, yakni


melalui metoda lagrange yang dimodifikasi kemudian diuji dengan
kondisi(persyaratan) Kuhn-Tucker atau secara langsung dengan
menggunakan metoda Kuhn-Tucker Sendiri.
Prosedur metoda Kuhn-Tucker melalui metoda Lagrange yang
dimodifikasi dilakukan sebagai berikut:
1. Anggap kendala perstidaksamaannya sebagai suatu persamaan.
Kemudian selesaikan masalahnya dengan metoda Lagrange yang
biasa hingga diperoleh nilai optimum yang dicari (khusus dalam hal
ini fungsi baru Lagrangenya harus dibentuk dengan cara
F ( x , y , )=f ( x , y ) g( x , y ) ;
jadi
tidak
boleh
F ( x , y , )=f ( x , y ) + g(x , y)

2. Lakukan pengujian terhadap nilai

. Jika

>0

berarti nilai

optimum yang diperoleh ( berdasarkan kendala yang telah


dimodifikasikan) tadi juga merupakan nilai optimum berkenaan fungsi
kendala yang berbentuk pertidaksamaan. Jika 0 berarti optimasi
fungsi

tujuan

g( x , y )
[dalam hal

f (x, y)

tanpa

menyertakan

fungsi

kendala

sudah dengan sendirinya akan memenuhi kendalanya.


0

kendala yang bersangkutan dikatakan bersifat

tidak mengikat, oleh karenanya dapat diabaikan, dalam hal

>0

kendalanya disebut mengikat]


Sedangkan prosedur metoda Kuhn-Tucker secara langsung dilakukan
sebgai berikut:
1. Rumuskan permasalahannya, misalkan maksimumkan f (x , y )
terhadap

g ( x , y ) <0

atau meminimumkan

g ( x , y ) >0
2. Tetapkan kondisi Kuhn-Tucker:
a.

f (x , y )
g(x , y )

=0
x
x

f (x , y )

terhadap

b.

f (x , y )
g(x , y )

=0
y
y

c.

g ( x , y )=0

dimana

g(x , y ) 0

3. Ujilah 2c masing-masing untuk

g (x , y ) 0

atau
=0

dan

g ( x , y )=0

guna

menentukan mana diantaranya yang memenuhi persamaan-persamaan


2a dan 2b serta pertidaksamaan kendala g( x , y ) . Nilai x dan
y yang memenuhi tiga kondisi ini merupakan nilai-nilai yang
mengoptimummkan fungsi tujuan f ( x , y )
Contoh:
f ( x , y ) =10 xy 2,5 x2 y 2

1. Maksimumkan

terhadap

kendala

x+ y 9
Dengan menganggap kendala pertidaksamaan berlaku sebagai sebuah
(x+ y 9 menjadi x + y =9) , maka berdasarkan metoda
persamaan
lagrange:
F ( x , y , )=10 xy 2,5 x 2 y2 ( x + y=9)
F x =0 10 y 5 x =0 =10 y5 x
F y =0 10 x2 y=0 =10 x2 y
x=0,8 y
Menurut kendala :

x+ y=9 0,8 y+ y=9 1,8 y =9 y =5

y=5 x=0,8 ( 5 )=4 sehingga f ( x , y )maks=135


=10 (5 )5 ( 4 )=30
Karena
f (x , y )

>0

berarti

x=4

dan

y=5 yang memaksimumkan

terhadap kendala yang (dianggap) berbentuk persamaan,

berlaku juga terhadap kendala yang berbentuk pertidaksamaan.


Dengan
metoda
kondisi
Kuhn-Tucker
langsung
g ( x , y )=x + y9<0 :

dimana

a.

f
g

=0 10 y5 x =0
x
x

b.

f
g

=0 10 x2 y =0
y
y

c.

g=0 ( x + y9 )=0
Jika

=0

maka

dimana

g=x + y9 0

x= y=0 agar persamaan a dan b terpenuhi dan

x+ y< 9 juga terpenuhi dalam hal ini f ( 0,0 )=0

kendala

Jika x+ y9=0 maka x=9 y sehingga:


a. 10 y5 x=0 10 y45+5 y =0
10 x2 y =0 9010 y2 y=0

b.

y=5

Sehingga diperoleh

Dengan mensubstitusikan
diperoleh
Jadi,

x=4

sesuai

dan

dengan

dan =30
y=5 dan =30
5,

f ( x , y ) =10.4 .52,5. 4 252 =135 .

penyelesaian

melalui

sebelumnya, x dan y yang memaksimumkan


kendala pertidaksamaan
[ dalam pengujian
f (x , y )

=0

maksimum

f ( 4,5 )> f ( 0,0)

ke dalam a dan b,

x+ y 9

adalah

metoda
f (x, y)

lagrange

x=4 dan

y=5

terhadap

sebelumnya kita juga menemukan bahwa


pada

x= y=0.

Namun

karena

sedangkan kasusnya adalah maksimasi maka

f ( 4,5 ) yang dipilih


E. Homogenitas Fungsi
Suatu fungsi dikatakan homogen berderajat n apabila hasil kali setiap vaiabel
bebasnya dengan sebarang bilanagn menyebabkan nilai fungsinya
menjadi
apabila
Contoh:

n
n

kali. Dengan demikian,

z=f ( x , y )

z=f ( x , y )

dikatakan homogen

z=f ( x , y )=2 x 4 x y + y

1.

Adalah fungsi berderajat 3 karena


f ( x , y ) =2 3 x 34 3 x 2 y + 3 y 3 =3 ( 2 x 34 x 2 y + y 3 ) =3 f ( x , y )=3 z
z=f ( x , y )=9 x7 y

2.

adalah fungsi homogen berderajat 1, karena

f ( x , y ) =9 x7 y= ( 9 x7 y )=z
Fungsi homogen berderajat satu disebut juga fungsi homogen linier. Perihal
homogenitas fungsi merupakan bahasan penting dalam teori produksi.
Dengan diketahuinya derajat homogenitas suatu fungsi produksi akan dapat
diketahui pula tingkat penambahan hasil produksi atas penambahan factor
produksi yang digunakan.
F. Penerapan Ekonomi
Pendekatan diferensial parsial bermanfaat untuk diterapkan pada model-model
ekonomi yang mengandung lebih dari satu variabel bebas, yaitu ketika kita
ingin menelaah secaa parsial pengaruh dari salah satu variabel bebas
1. Permintaan Marjinal dan Elastisitas Permintaan Parsial
Apabila dua macam barang mempunyai hubungan dalam
penggunaannya, maka permintaan akan masing-masing barang akan
fungsional terhadap harga kedua macam barang tersebut. Fungsi permintaan
masing-masing barang dapat dinyatakan sebagai

Derivatif pertama dari

Qda

dan

Qdb

adalah fungsi-fungsi

permintaan marjinal
Qda

Pa adalah permintaan marjinal akan A berkenaan dengan

Pa

Qda
Pb

adalah permintaan marjinal akan A berkenaan dengan

Pb

Qdb
Pa

adalah permintaan marjinal akan B berkenaan dengan

Pa

Qdb
Pb

adalah permintaan marjinal akan B berkenaan dengan

Pb

Dengan dapat diturunkannya fungsi permintaan marjinal maka kita dapat


menghitung elastisitas permintaan parisialnya. Elastisitas permintaan dibagi
menjadi 2 macam yaitu :
1. Elastisitas harga permintaan, yaitu elastisitas yang mengukur kepekaan
perubahan permintaan suatu barang berkenaan dengan harga barang itu
sendiri
2. Elastisitas silang permintaan, yaitu yaitu elastisitas yang mengukur
kepekaan perubahan permintaan suatu barang berkenaan dengan harga
barang lain

Keterangan :
da dan db

ab

ab <0

da=

Qda E Q da Q da Pa
=
=
.
Pd
E Pa Pa Qda

db=

Qdb E Q db Qdb Pb
=
=
.
Pb
E Pb P b Qdb

ab=

Qda E Q da Q da Pb
=
=
.
Pb
E Pb P b Qda

merupakan elastistas harga permintaan

dan ba merupakan elastisitas silang permintaan


dan ba <0

untuk

Pa dan

Pb tertentu maka hubungan A

dan B adalah komplementer atau saling melengkapi


ab <0 dan ba <0 untuk Pa dan Pb tertentu maka hubungan A
dan B adalah kompetitif/subtitutif atau saling menggantikan

Kasus 57
Fungsi permintaan akan barang A dan barang B masing-masang
2
3
3
ditunjukkan oleh Qda . Pa . Pb 1=0 dan Qdb . Pa . P b1=0 .
Berapa elastisitas permintaan masing-masing barang dan bagaimana
hubungan Antara kedua barang tersebut?
Penyelesaian

Qda . Pa . Pb 1=0 Q da=


Q db . Pa3 . P b1=0 Q db=
2

1
2
3
=P a . Pb
3
Pa . P b
2

1
=Pa3 . P b1
P a . Pb
3

Qda ( Pa . P b )
=
=2 Pa3 . P b3
Pa
Pa
Q da ( Pa2 . P b3 )
2
4
=
3 Pa . Pb
Pb
Pb
Qdb ( Pa3 . P b1)
=
=Pa3 . Pb2
Pb
Pb
Q db ( Pa3 . P b1)
4
3
=
=3 P a . Pb
Pa
Pa
da=

Qda Pa
P
.
=2 Pa3 . Pb3 . 2 a 3 =2
Pb Qda
Pa . Pb

db=

Qdb Pb
Pb
3
2
.
=P a . Pb . 3 1 =1
Pb Q db
P a . Pb

ab=

Qdb Pb
P
.
=3 Pa2 . Pb4 . 2 b 3 =3
Pb Q da
Pa . Pb

ba=

Qdb Pb
Pb
4
3
.
=3 Pa . P b . 3 1 =3
Pa Q db
P a . Pb

Barang A adalah barang elastis karena

da >1

. sedangkan B adalah

barang unitary-elastic karena

db=1

. Sedabgkan hubungan antara A dan B

adalah komplementer karena

ab <0

dan

ba <0

2. Perusahaan dengan Dua Macam Produk dan Biaya Produksi


Gabungan
Apabila sebuah perusahaan menghasilkan dua macam output dan, biaya
yang dikeluarkannya untuk memproduksi kedua macam produk itu merupakan
biaya produksi gabungan (joint production cost), maka penghitungan
keuntungan maksimum yang diperolehnya dapat diselesaikan dengan
pendekatan diferensial parsial.

Andaikan sebuah perusahaan memproduksi dua macam barang, A dan B,


Qa
Qb
dimana fungsi permintaannya
dan
, serta biaya produksi
C=f ( Qa , Qb )

, maka

Penerimaan dari memproduksi A :

Ra=Q a . Pa=f (Qa )

Penerimaan dari memproduksi B :

Rb=Q b . Pb=f ( Qb )

Penerimaan total :

R=R a+R b=f ( Qa ) + f (Qb )

Dengan biaya total C=f ( Qa ,Qb ) , fungsi keuntungannya :


=RC=f ( Qa ) + f ( Qb ) f ( Qa , Qb )=g ( Qa , Qb )
'

maksimum bila =0

1.

Q a=

2.

Q b=

=0
Qa

=0
Qb

Dari (1) dan (2) nilai

Qa

dan

Qb

dapat diperoleh. Selanjutnya nilai

maksimum bisa dihitung.


Kasus 58
Biaya total yang dikeluarkan sebuah perusahaan yang memproduksi dua
2
2
macam barang, A dan B, ditunjukkan oleh C=Qa +3 Qb + Qa . Qb . Harga
jual masing-masing barang per unit adalah

Pa=7

sedangkan

Pb=20

hitunglah berapa unit masing-masong barang harus diproduksi agar


keuntunganmya maksimum dan besarnya keuntungan maksimum tersebut
Penyelesaian
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan dua cara
Cara 1
Ra=Q a . Pa=7 Q a
R=R a+ R b=7 Qa
+
Rb=Q b . Pb=20 Qb
20 Qb
=RC=7 Qa + 20 QbQ a2 +3 Qb2 +Qa .Q b
Agar

'

maksimum, =0

Q a=

1.

Q b=

2.

=0 72 Q a Qb=0
Qa

=0 206 Q b Q a=0
Qb

Dari 1 dan 2 diperoleh

Qa=2

dan

Qb=3

2
2
maksimum 7 Qa + 20 QbQ a +3 Qb +Qa . Qb
2

7(2)+ 20(3) ( 2 ) +3 ( 3 ) +(2)(3)


14+60$ +27+6

37
Cara 2
Melalui nilai-nilai marjinal, yaitu dengan memformulasikan penerimaan
marginal masing-masing barang sama dengan biaya marjinal barang yang
bersangkutan, MR=MC .
Berkenaan dengan soal tadi, n maksimum akan diperoleh bila :
MRa =MC a
MRb =MC b
dan
R=7 Qa
2

20 Qb
2

C=Qa +3 Qb + Qa . Qb
MRa =7
MRb =20
MC a=C a=2 Qa +Qb
MC b=C b=6 Qb +Q a
MRa =MC a 7=2Qa +Q b 72 Qa +Qb .. (1)
MRb =MC b 20=6 Qb +Qa 206 Qb +Qa .. (2)
Dari (1) dan (2),

Qa=2

dan

Qb=3

. Selanjutnya diperoleh =37

Jadi, agar keuntungan maksimum, peusahaan harus memproduksi 2 unit


barang A dan 3 unit arang B dengan keuntungan sebesar 37.

3. Utilitas Marjinal Parsial dan Keseimbangan Konsumsi


Dalam kenyataan sehari-hari, seorang konsumen tidak hanya
mengkonsumsi satu macam barang tetapi berbagai macam. Jika kepuasan
U
konsumen dilambangkan dengan
dan barang-barang yang
q ;( i=1,2, ,n) , maka fungsi

dikonsumsinya dilambangkan dengan


utilitas dapat dituliskan dengan notasi

U=f ( q 1 , q 2 , q3 , , qn ) .

Seandainya untuk penyederhanaan dianggap bahwa seorang konsumen


hanya mengkonsumsi dua macam barang, katakanlah X dan Y , maka
fungsi utilitasnya adalah

U=f (x , y)

Derivativ pertama dari U merupakan utilitas marjinal parsialnya.


U
X .
x adalah utilitas marjinal berkenaan dengan barang
U
y

adalah utilitas marjinal berkenaan dengan barang Y .

Untuk

U=

konstanta tertentu, fungsi utilitas

U=f (x , y)

merupakan suatu persamaan kurva indiferensi (indifference curve), yaitu


kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi barang X dan
Y yang memberikan tingkat-tingkat kepuasan yang sama.
Keseimbangan Konsumsi. Keseimbangan konsumsi maksudnya
adalah suatu keadaan atau tingkat kombinasi konsumsi beberapa macam
barang yang memberikan kepuasan optimum. Secara geometri,
keseimbangan konsumsi terjadi pada persinggungan kurva indiferensi
dengan garis anggaran konsumen (budget line). Garis anggaran adalah
garis yang mencerminkan kemampuan konsumen membeli berbagai
macam barang berkenaan dengan harganya masing-masing dan
pendapatan konsumen. Jika pendapatan konsumen berjumlah M serta
harga barang

dan barang

masing-masing

Px

dan

Py

per

unit, persamaan budget line-nya dapat dituliskan dengan notasi


M =x . P x + y . P y .
Tingkat kombinasi konsumsi yang memberikan kepuasan optimum
atau keseimbangan konsumsi dapat dicari dengan Metoda Lagrange.
Dalam hal ini, fungsi utilitas U=f (x , y) dimaksimumkan terhadap
fungsi anggaran

M =x . P x + y . P y

. Analog dengan penyelesaian

keseimbangan produksi sebagaimana diuraikan pada seksi sesudah ini,


diperoleh fungsi baru Lagrange:
F ( x , y )=f ( x , y ) + ( x . Px + y . P y M )
Agar F maksimum:
F x ( x , y )=0 f x ( x , y ) + P x =0
(1)
F y ( x , y )=0 f y ( x , y )+ P y =0
(2)
Selanjutnya perhatikan:
Utilitas total : U=f ( x , y)
Utilitas marjinal :

MU =U ' =f ( x , y )

(i)

Utilitas marjinal barang

M U x =f x ( x , y )=

u
x

(ii)

Utilitas marjinal barang Y

M U y =f y ( x , y ) =

u
y

Menurut (1) : f x ( x , y )+ P x =0 =

f x (x, y)
Px

Menurut (2) : f y ( x , y ) + P y =0 =

f y (x, y)
Py

Dari (1) dan (2),


f x( x , y) f y( x , y)
=
Px
Py

M Ux MU y
=
Px
Py
Jadi dalam rumusan lain dapat pula dinyatakan, bahwa keseimbangan
konsumsi akan tercapai apabila hasil bagi utilitas marjinal masing-masing
barang terhadap harganya bernilai sama.
Kasus 59
Kepuasan seorang konsumen dari mengkonsumsi barang X dan
Y

dicerminkan oleh fungsi utilitas

konsumen 1.000 rupiah, harga

U=x 2 y 3 . Jumlah pendapatan

dan harga

per unit masing-

masing 25 rupiah dan 50 rupiah.


a) Bentuklah fungsi utilitas marjinal untuk masing-masing barang.

b) Berapa utilitas marjinal tersebut jika konsumen mengkonsumsi 14 unit


X dan 13 unit Y ?
X

c) Jelaskan apakah dengan mengkonsumsi 14 unit

dan 13 unit Y

kepuasan konsumen optimum ataukah tidak.


a)

Penyelesaian:
U=x 2 y 3

b) Jika

M U x =U x =

U
3
=2 x y
x

M U y =U y =

U
=3 x 2 y 2
y

x=14

dan

y=13,
3

M U x =2 ( 14 ) ( 13 ) =61.516

M U y =3 ( 14 )2 (13 )2=99.372
M U x 61.516
=
=2.460,64
Px
25
M U y 99.372
=
=1.987,44
Py
50
c) Karena
Y

M Ux MU y

Px
Py
tidak

, maka kombinasi 14 unit

memberikan

kepuasan

optimum,

dan 13 unit

tidak

terjadi

keseimbangan konsumsi.
Kasus 60
Kepuasan seorang konsumen dari mengkonsumsi barang
Y

dicerminkan oleh fungsi utilitas

konsumen 1.000 rupiah, harga

masing 25 rupiah dan 50 rupiah.


a) Hitunglah kombinasi konsumsi

U=x y

dan

dan

. Jumlah pendapatan
Y

dan harga

per unit masingyang memberikan

kepuasan optimum, serta besarnya nilai kepuasan optimum.

b) Buktikan bahwa tingkat kepuasan optimum tersebut

M Ux MU y
=
Px
Py

Penyelesaian:
2y
F ( x , y )=x 2 y3 + (25 x +50 y1000 )
U=x
x 2 y 3 +25 x+ 50 y 1000
25 x +50 y1000=0

a)

Agar

F maksimum:

F x =2 x y 3 +25 =0 =

2 x y3
25

(1)
3 x2 y2
2 2
F y =3 x y + 25 =0 =

50
(2)
Berdasarkan (1) dan (2),
2 x y3 3 x2 y2
3
=
100 x y 3=75 x 2 y 2 , y = x
25
50
4
25 x+5 y 1000=0

25 x+50

( 34 x)=1000 x=16

3
y= x=2
4
U=x 2 y 3=( 16 )2 ( 12 )3=442368
Kombinasi konsumsi yang memberikan kepuasan optimum adalah 16
unit X dan 12 unit Y , dengan nilai kepuasan U = 442368.
b) Untuk x=16 dan y=12,
3

M U x =2 x y =2 ( 16 ) ( 12 ) =55296
2

M U y =3 x y =3 ( 16 ) ( 12 ) =110592

M U x 55296
=
=2211,84
Px
25
M U y 110592
=
=2211,84
Py
50

Jadi terbukti bahwa

M Ux MU y
=
Px
Py

4. Produk Marjinal Parsial dan Keseimbangan Produksi


Untuk mengetahui sesuatu barang pada dasarnya diperlukan beberapa
macam factor produksi seperti tanah, modal, tenaga kerja, bahan baku,
mesin-mesin dan sebagainya. Jika jumlah keluaranyang dihasilkan
dilambangkan dengan P dan masukan yang digunakan dilambangkan
dengan xj . (i = 1, 2,.., n), maka fungsi produksinya dapat dituliskan
dengan notasi P=f ( x 1 , x 2 , . , x n) .
Sebagian dari masukan yang digunakan sudah barang tentu
merupakan masukan tetap, sementara sebagian lainnya adalah masukan
variable. Selanjutnya jika untuk memproduksi suatu barang dianggap
hanya ada dua macam masukkan variable (katakanlah K dan L), maka
fungsi produksinya secara pasti dapat dinyatakan dengan.
P=f (k , l )
Derivatif pertama dari P merupakan produk marjinal parsialnya.
P
k adalah produk marjinal berkenaan dengan masukan K
P
l

adaah produk marjinal berkenaan dengan masukan L

Untuk P = konstanta tertentu, fungsi produksi

P=f (k , l)

merupakan suatu persamaan isoquant, yaitu kurva yang menunjukkan


berbagai kombinasi penggunaan masukan K dan L yang menghasilkan
keluaran dalam jumlah sama.
Keseimbangan Produksi. Keseimbangan produksi maksudnya ialah
suatu keadaan atau tingkay penggunaan kombinasi factor-faktor produksi
secara optimum, yakni suatu tingkat pencapaian produksi dengan
kombinasi biaya terendah (least cost combination). Secara geometri,
keseimbangan produksi terjadi pada persinggungan isocost dengan
isoquant . Isocost adalah kurva yang mencerminkan kemampuan produsen
membeli berbagai macam masukan berkenaan dengan harga masingmasing masukan dan jumlah dana yang dimilikinya. Jika jumlah dana
yang dianggarkan untuk membeli masukkan K dan masukkan L adalah
sebesar M. serta harga masukkan K dan masukkan L masing-masing P k
dan Pl, persamaan isocostnya dapat dituliskan dengan notasi
M =k . Pk +1. Pl .
Tingkat kombinasi penggunaan masukan yang optimum atau least
cost combination dapat dicari dengan metode Lagrange. Dalam hal ini

P=f (k , l)

fungsi produksi
M =k . Pk +l. Pl

dimaksimumkan terhadap fungsi isocost

Fungsi tujuan yang hendak dioptimumkan

P=f (k , l)

Fungsi kendala yang dihadapi

M =k . Pk +l. Pl
k . P k + l. PlM

0
Fungsi baru Lagrange
k . P k +l . PlM
F ( k , l )=f ( k ,l ) +

Syarat yang diperlukan agar F (k, n) maksimum:


F k ( k , l )=0 f k ( k , l ) + Pk =0
.....................................................................................................................................
(1)
Fl ( k , l )=0 f l ( k , l )+ Pl=0
.....................................................................................................................................
(2)
Dari (1) dan (2) nilai k dan nilai l dapat diperoleh. Selanjutnya nilai p
maksimum bias dihitung.
Sekarang perhatikan:
Produksi Total: P=f (k , l )
(i)

Produksi marjinal masukkan K:

M P K =f k ( k , l )=

(ii)

Produksi marjinal masukkan L:

M P L =f l ( k , l )=

P
k

P
l

Pengembangan lebih lanjut persamaan (1) dan (2) di atas tadi akan
menghasilkan:
f k (k , l)
(1) f k ( k , l ) + Pk =0 f k ( k ,l )= P k, = Pk

(2)

f l ( k , l ) + Pl=0 f l ( k , l )= Pl , =

f l (k , l)
Pl

Dengan demikian, syarat keseimbangan produksi dapat juga


dirumuskan:
f k (k ,l ) f l (k , l)
=
Pk
Pl

M PK M P L
=
Pk
Pl

Jadi dalam rumusan lain dapat pula dinyatakan, bahwa produksi


optimum dengan kombinasi biaya terendah akan tercapai apabila hasil
bagi produk marjinal masing-masing masukkan terhadap harganya
bernilai sama.
Kasus 61
2 1

Fungsi produksi suatu barang dinyatakan dengan

6 k 3 l3

bentuklah fungsi produk marjinal untuk masing-masing factor produksi.


Berapa produk marjinal tersebut jika digunakan 8 unik K dan 27 unit L?
Penyelesaian:
2 1

P=6 k 3 l 3
1 1

P
4 l3
M P K =P k =
=4 k 3 l 3 = 1
k
k3
Jika k = 8 dan l = 27,
1

27 3

4
M P K =
2

83

2
M P L =
Kasus 62
Seorang produsen mencadangkan 96 rupiah untuk membeli
masukkan K dan masukkan L. Harga per unit masukkan K adalah 4
rupiah dan masukkan L adalah 3 rupiah. Fungsi produksinya P = 12 kl.
Berapa unit masing-masing masukkan seharusnya ia gunakan agar
produksinya optimum, dan berapa unit keluaran yang dihasilkannya dari
kombinasi tersebut?
Penyelesaian:
Fungsi produksi yang hendak dioptimumkan : P=f ( k ,l ) =12 kl
Fungsi isocost yang menjadi kendala

M =k . Pk +l. Pl
96=4 k +3 l
964 k3 l=0

Fungsi Lagrange:
F ( k , l )=12 kl + (964 k3 l)
F ( k ,l )=12 kl+ 96 4 k3 l
Agar F maksimum, Fk = 0 dan F1 = 0,
F k ( k , l )=12 l4 =0 =3 l
Fl ( k , l )=12 k3 =0 =4 k
96=4 k +3 l

96=4 k +4 k96=8 k k =12


4
l= ( 12 )=16
3
P=12 kl=12 ( 12 ) (16 )=2304
Jadi agar produksinya optimum seharusnya digunakan kombinasi 12
unit K dan 16 unit L, dengan hasil produksi 2304 unit.

Kasus 63
Buktikan bahwa, dengan menggunakan data pada soal kasus 60 di
atas, untuk mencari tingkat produksi optimum berlaku ketentuan
M Pk M Pl
=
Pk
Pl .
Penyelesaian:
P=12 klM PK =

P
P
=12l dan M P L=
=12 k
k
l

Untuk Pk = 4, P1 = 3, k = 12, dan l = 16:


M PK M PL
12 l 12k 12 ( 16 ) 12 ( 12 )
=

=
(Terbukti)
Pk
Pl
4
3
4
3

You might also like