You are on page 1of 8

KOMUNIKASI EFEKTIF: METODE SBAR DALAM PENINGKATKAN

KESELAMATAN PASIEN

Primiadriaza Prorenata
22020115410061

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


F A K U L TA S K E D O K T E R A N
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

Komunikasi interprofesi dan kerja sama tim merupakan elemen penting untuk menjamin
kualitas perawatan dan keselamatan pasien. Kejadian Yang Tidak Diinginkan (KTD)
merupakan hasil yang sangat umum dari kegagalan komunikasi. Pada tahun 2004, Joint
Commission International (JCI) menganalisis 2.455 kejadian sentinel dari rumah sakit di
seluruh Amerika Serikat dan dilaporkan melalui Root Cause Analysis (RCA) penyebab lebih
dari 70% kejadian tersebut adalah karena kegagalan komunikasi, dan sekitar 75% dari pasien
tersebut meninggal (Leonard et al., dalam Beckett, 2009). Pada tahun 2006, National Patient
Safety Goals menyatakan organisasi menerapkan pendekatan standar untuk komunikasi alih
informasi, termasuk kesempatan untuk bertanya dan menanggapi pertanyaan

(Joint

Commission International, 2006). Hasil penelitian Beckett dan Kipnis (2009) menunjukan
bahwa ada peningkatan yang signifikan keselamatan pasien antara sebelum dilakukan
intervensi dengan setelah dilakukan intervensi komunikasi SBAR (Situation, Background,
Assessment, Recommendation) antara perawat dengan dokter maupun antar perawat.

Komunikasi efektif adalah unsur utama dari sasaran keselamatan pasien karena komunikasi
adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety). Komunikasi yang
efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima mengurangi
kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Maka dalam komunikasi efektif harus
dibangun aspek kejelasan, ketepatan, sesuai dengan konteks baik bahasa dan informasi, alur
yang sistematis, dan budaya. Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko
kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pelaporan
pasien kepada dokter akan menyebabkan kesalahan dalam penanganan pasien selanjutnya.

Mencegah terjadinya risiko kesalahan pemberian asuhan keperawatan maka perawat harus
melaksanakan sasaran keselamatan pasien komunikasi efektif di Instalasi Rawat Inap.
Komunikasi efektif dapat dilakukan antar teman sejawat (dokter dengan dokter / perawat
dengan perawat) dan antar profesi (perawat dengan dokter).

Meningkatkan komunikasi yang efektif merupakan kunci bagi petugas kesehatan untuk
mencapai keselamatan pasien berdasarkan standar keselamatan pasien di rumah sakit.
Komunikasi yang tidak efektif adalah hal yang paling sering disebutkan sebagai penyebab
dalam kasus-kasus sentinel . Komunikasi harus tepat pada waktunya, akurat, komplit, tidak
rancu dan dimengerti oleh penerima. Penelitian menunjukan bahwa penundaan dalam
menanggapi hasil yang penting mempengaruhi secara negatif hasil akhir pasien (JCI, 2007)

Menerapkan sebuah proses / prosedur berupa perintah yang disampaikan melalui telepon
(lisan), atau penyampaian hasil uji klinis sangat penting, sehingga harus diverifikasi dengan
mengulang selengkapnya perintah atau pun hasil uji klinis yang diterima, serta harus
dilakukan oleh orang yang menerima informasi tersebut. Rumah Sakit harus mengembangkan
dan mensosialisasikan sebuah sistem dimana semua perintah maupun hasil uji yang diterima
harus diverifikasi atau dibacakan ulang kepada pihak yang memberi perintah atau hasil
uji klinis tersebut. Hal ini termasuk pula proses dokumentasi dan penandatanganan sebagai
bentuk konfirmasi atas perintah / hasil uji yang diterima.

Mengidentifikasi pasien dengan benar dengan meningkatkan komunikasi secara efektif,


meningkatkan keamanan dari high alert medications, memastikan benar tempat, benar
prosedur, dan benar pembedahan pasien, mengurangi resiko infeksi dari pekerja kesehatan,
mengurangi resiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk.

The Joint Commision World (2007) telah menyampaikan bahwa komunikasi SBAR harus
selalu disosialisasikan kepada staf di seluruh ruang perawatan. Ruang Medikal Bedah dalam
melayani pasien melibatkan banyak SDM (medis, keperawatan, non keperawatan, teknisi,
analis, dan tenaga administrasi) juga menggunakan banyak peralatan dan obat-obatan. Hal ini
dapat memicu tingginya kemungkinan terjadi error dalam pelaksanaannya (Permenkes RI,
2011).

Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang dilaksanakan secara face to face dan terdiri
dari 4 komponen yaitu: S (Situation) Merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada
pasien misalnya mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar, nyatakan masalah
secara singkat: apa, kapan dimulai, dan tingkat keparahan. B (Background) merupakan
informasi penting tentang apa yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini. terkait
dengan hal tersebut sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi, meliputi:
daftar pasien, nomor medical record, membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan, daftar
obat terkini, alergi dan hasil laboratorium, hasil terbaru tanda-tanda vital pasien, hasil
laboratorium, dengan tanggal dan waktu pengambilan serta hasil dari tes laboratorium
sebagai pembanding dan informasi klinik lainnya. Selanjutnya, A (Assessment) merupakan
suatu pengkajian terhadap suatu masalah, misalnya apa temuan klinis, apa analisis dan
pertimbangan perawat, dan apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan. R
(Recommendation) merupakan suatu tindakan dimana meminta saran untuk tindakan yang
benar yang seharusnya dilakukan untuk masalah tersebut, misalnya: apakah yang perawat
inginkan terjadi dan kapan, solusi apakah yang bisa perawat tawarkan dokter, tindakan /
rekomendasi apakah yang diperlukan untuk memperbaiki masalah, apakah yang perawat

butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien, kapan waktu yang perawat harapkan
tindakan ini terjadi.

WHO pada tahun 2007 merekomendasikan anggotanya untuk memperbaiki pola komunikasi
menggunakan suatu standard yang strategis dengan mengaplikasikan teknik komunikasi
SBAR (WHO & Join Commission International, 2007).

Dengan berkomunikasi secara efektif melalui SBAR dapat menjalin saling pengertian dengan
teman sejawat perawat atau perawat dengan dokter karena komunikasi memiliki manfaat,
antara lain adalah tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas
sesuai dengan yang dimaksudkan, adanya saling kesepahaman dalam suatu permasalahan,
sehingga terhindar dari salah persepsi, memberikan sesuatu pesan kepada pihak tertentu,
dengan maksud agar pihak yang diberi informasi dapat memahaminya. Adapun keuntungan
dari komunikasi dengan menggunakan metode SBAR adalah kekuatan perawat
berkomunikasi secara efektif, dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan
perawat paham akan kondisi pasien dan memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki
keamanan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Muhammad. 2013. III.2.PKE (Peningkatan Komunikasi yang Efektif). Diakses pada
tanggal 27 Februari 2016 dari http://akreditasi.web.id/20 Cahyono. 2008. Membangun
budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran.Yogyakarta. Kanisius
Beckett, C. D., & Kipnis, G. (2009). Collaborative communication: integrating SBAR to
improve quality/patient safety outcomes. Journal for Healthcare Quality: Official
Publication of the National Association for Healthcare Quality, 31(5), 1928.
http://doi.org/10.1002/14651858.CD000072
Cahyono. 2008. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran.
Yogyakarta: Kanisius
De Meester, K., Verspuy, M., Monsieurs, K. G., & Van Bogaert, P. 2013. SBAR improves
nurse-physician communication and reduces unexpected death: A pre and post
intervention
study.
Resuscitation,
84(9),
11921196.
http://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2013.03.016
Joint Commission Accreditation of Health Organization. 2010. National patient safety goals.
KARS. 2006. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Instrumen Penilaian Akreditasi RS.
Pelayanan Intensif Bandung.
Martono, Y.D. 2012. International Patient Safety Goals (IPSG) Sasaran Internasional.
Diakses pada tanggal 27 Februari dari http://lamongankab.go.id/instansi/rsudsoegiri/akreditasi/bab-i/
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1691/MENKES/PER/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Riesenberg, A, L., Leitzsch, J., & Cunningham, M. 2010. Nursing handoffs: A systematic
review of the literature: surprisingly little is known about what constitutes best
practice. American journal of Nursing.
Robiah, Siti. 2015. Efektivitas pelatihan SBAR terhadap kualitas timbang terima saat
transfer pasien antar ruang di RS ISA Semarang. Tesis: Magister Keperawatan
Universitas Keperawatan Diponegoro.
Supinganto, dkk. 2015. Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background,
Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram.
Widjaja. 2009. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. PT Rineka Cipta: Jakarta Capital

KOMUNIKASI EFEKTIF : METODE SBAR DALAM PENINGKATKAN


KESELAMATAN PASIEN
Primiandrianza Prorenata1, Anggorowati2
1

Mahasiswa Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang


Email : primiandrianza@gmail.com
2
Dosen Departemen Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Email : anggorowati@fk.undip.ac.id

Abstrak
Latar belakang : Meningkatkan komunikasi yang efektif merupakan kunci bagi petugas kesehatan
untuk mencapai keselamatan pasien berdasarkan standar keselamatan pasien di rumah sakit. Pada
tahun 2004, Joint Commission International (JCI) menganalisis 2.455 kejadian sentinel dari rumah
sakit di seluruh Amerika Serikat dan dilaporkan melalui Root Cause Analysis (RCA) penyebab lebih
dari 70% kejadian tersebut adalah karena kegagalan komunikasi, dan sekitar 75% dari pasien tersebut
meninggal. Komunikasi harus tepat pada waktunya, akurat, komplit, tidak rancu dan dimengerti oleh
penerima. Hasil penelitian Beckett dan Kipnis menunjukan bahwa ada peningkatan yang signifikan
keselamatan pasien antara sebelum dilakukan intervensi dengan setelah dilakukan intervensi
komunikasi SBAR antara perawat dengan dokter maupun antar perawat. Komunikasi SBAR
merupakan komunikasi yang dilaksanakan secara face to face dan terdiri dari 4 komponen yaitu : S
(Situation), B (Background), A (Assessment), R (Recommendation). WHO pada tahun 2007
merekomendasikan anggotanya untuk memperbaiki pola komunikasi menggunakan suatu standard
yang strategis dengan mengaplikasikan teknik komunikasi SBAR. Adapun keuntungan dari
komunikasi dengan menggunakan metode SBAR adalah kekuatan perawat berkomunikasi secara
efektif, dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan kondisi pasien
dan memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
Tujuan : literature review ini untuk mengetahui apakah komunikasi efektif dengan metode SBAR
dapat meningkatkan keamanan pasien (patient safety).
Metode : literature review ini dibuat melalui penelusuran artikel publikasi pada EBSCO, Google
Scholar, PubMed, siencedirect.com dengan kata kunci yang dipilih yaitu SBAR, communication,
effective communication, patient safety, interprofessional communication. Penelusuran dilakukan
dengan membatasi terbitan tahun 2010 2015.
Hasil : dari penelusuran literature review bahwa komunikasi dengan metode SBAR dapat
meningkatkan keselamatan pasien.

Kata kunci : SBAR, communication, effective communication, patient safety, interprofessional


communication

LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa

: Ns. Primiandrianza Prorenata, S.Kep

NIM

: 22020115410061

Mata Kuliah

: Manajemen Sumber Daya Keperawatan

Dosen Pembimbing

: Dr. Anggorowati, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat

No.

Hari
Tanggal

Saran / Hasil Bimbingan

TTD

You might also like