Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai dengan usia empat minggu, biasanya
lahir pada usia kehamilan 38-42 minggu (Wong, 2003). Sebanyak 100.454 neonatus di
Indonesia meninggal setiap bulan, beranrti 275 neonatus meninggal setiap hari atau
kurang lebih 184 bayi berumur kurang dari satu minggu meninggal setiap hari, 1 orang
bayi meninggal dalam 7,5 menit. Lebih dari 1/3 anak-anak meninggal pada bulan-bulan
pertama yang rawan dalam hidupnya. Setiap tahun 4 juta bayi meninggal pada 28 hari
pertamasetelah lahir. Pada tahun 2007 diperoleh AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran
hidup. Angka ini sudah jauh menurun dan melampaui target
Pelayanan neonatal harus dimulai dari sebelum bayi dilahirkan, pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan
penanganan dini terhadap factor-faktor yang memperlemah kondisi ibu seperti gizi rendah
anemia, dekatnya jarak kehamilan, dan buruknya hygiene.
Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi pada
usia neonatal yaitu pada bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru
lahir sehatakan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur
hidup, bahkan kematian. Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis.
Pencegahan asfiksia, menjaga suhu tubuh bayi terutama pada bayi dengan berat badan
lahir rendah, pemberian ASI dalam menurunkan angka kematian (Sarwono, 2006).
Perawat membantu bayi baru lahir dalam menjalani transisi yang aman ke
kehidupan ekstrauterin dan membantu ibu serta orang terdekat lain melalui masa transisi
untuk menjadi orang tua. Perawat melakukan pengkajian awal pada bayi baru lahir,
mengupayakan kondisi lingkungan yang mendukung perubahan dan membantu keadaan
bayi selama fase dini transisi perubahan. Terdapat hal-hal penting yang harus dipahami
oleh perawat terkait dengan fisiologis dan psikologis bayi baru lahir. Adanya perubahan
organ-organ tubuh bayi baru lahir harus diperhatikan oleh perawat sehingga jika ada
permasalahan yang menyangkut organ tersebut dapat diketahui dengan segera. Selain itu
perkembangan psikologis bayi baru lahir juga sangat penting karena akan memudahkan
perawat dalam penanganan psikologis bayi baru lahir sehingga pertumbuhan dan
perkembangan optimal dapat tercapai (Sarwono, 2006).
Melihat kemungkinan risiko yang dialami bayi aka peran tenaga kesehatan
khususnya perawat bertanggangung jawab untuk mampu koordinasi dan standar
pelayanan yang berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk dapat melaksanakan pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan bayi dan keluarga yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar baik fisik
maupun psikososial.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, penyusun selaku mahasiswa keperawatan
menyadari betapa pentingnya bekal ilmu untuk mempersiapkan mental dan fisik dalam
memberikan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir. Sehingga kami menyusun dan
menulis makalah yang berjudul Adaptasi, Pemeriksaan, dan Konsep Asuhan
Keperawatan bayi baru lahir, sebagai dasar untuk pembelajaran. Adapun uraian masalah
secara rinci akan dibahas pada bab selanjutnya.
B. MASALAH
1. Bagaimana adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uteri?
2. Bagaimana pemeriksaan pada bayi baru lahir?
3. Bagaimana asuhan keperawatan bayi baru lahir ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan bayi baru lahir
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahi adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauteri
b. Untuk mengetahui teknik dan hasil pemeriksaan bayi baru lahir
c. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan bayi baru lahir
D. MANFAAT
1. Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai adaptasi bayi baru lahir
terhadap kehidupan ekstrauteri
2. Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai teknik dan hasil pemeriksaan
bayi baru lahir
3. Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar asuhan
keperawatan bayi baru lahir
E. METODE PENULISAN
Makalah ini ditulis dengan teknik deskriptif kualitatif dimana data-data bersifat sekunder.
Makalah ini ditunjang dari dari data-data studi kepustakaan yaitu dari buku-buku literattur
penunjang masalah yang dibahas serta dari media elektronik yaitu internet.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
A. Simpulan
B. Saran
BAB II
PEMBAHASAN
akhirnya dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus
dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonates sebagai individu yang harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin dapat bertahan dengan baik
karena periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Oleh karena itu, penting untuk diketahui oleh para tenaga kesehatan
mengenai adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir, terutama para bidan yang selalu
memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak.
1. Adaptasi Fissiologis Sistem
a. Pengertian Fisiologi Neonatus
Fisiologid neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital
neonatus. Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu
neonatus adalah individu yang sedang bertumbuh.
b. System Pernafasan
Berikut ini adalah table mengenai perkembangan system pulmonal sesuai dengan
usia kehamilan.
Usia kehamilan
24 hari
perkembangan
Bakal paru - paru
26-28 hari
6 minggu
12 minggu
24 minggu
28 minggu
34-36 minggu
terbentuk
Kedua bronkus membesar
Segmen bronkus terbentuk
Lobus terdiferensiasi
Alveolus terbentuk
Surfaktan terbentuk
Struktur paru matang
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan
tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).
Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan,
memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan BBL.
2) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke lingkungan sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah
panas yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh,
konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela atau
membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin.
3) Radiasi
Panas terpamcar dari BBL keluar tubuhnya ke lingkunganyang lebih dingin
(pemindahan panas antara dua objek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh,
membiarkan BBL di ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant warmer),
membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL dalam keadaan
telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat
tembok).
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan
kelembapan udara (perpindahan udara dengan cara mengubah cairan menjadi uap).
Evaporasi ini dipengaruh oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara,
dan aliran udara yang melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar 25 oC,
maka bayi akan kehilangan panasmelalui konveksi, radiasi dan evaporasi yang
besarnya 200kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja. Agar
dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut.
1) Keringkan bayi secara seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan hangat.
3) Tutup bagian kepala bayi.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
5) Jangan segera menimbang dan memandikan bayi baru lahir
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
e. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relative lebih luas dari tubuh orang dewasa, sehingga
metabolisme basal per kg berat badan akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energy dapat diperoleh dari
metabolism karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam kehidupan, energy didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua,
ebergi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu, sekitar di hari keenam
energy diperoleh dari lemak dan karbohidrat yang masing-masing sebesar 60% dan 40%.
contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50mg/kgBB/hari dapat
menimbulkan grey baby sindrom.
j. Keseimbangan Asam Basa
Tingkat keasaman (pH) darah waktu lahir umumnya rendah karena glikolisis anaerobic.
Namun, dalma waktu 24jam, neonatus telah mengompensasi asidosis ini.
2. Pencegahan Infeksi
a. Definisi
Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi
baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena system imunitasnya yang masih
belum sempurna.
b. Kewaspadaan Pencegahan Infeksi
Sebaiknya ibu atau siapa pun yang kontak dengan bayi harus memiliki kewaspadaan
akan terjadinya penularan infeksi. Kewaspadaan tersebut akan dibangujn melalui hal-hal
berikut.
1) Anggaplah semua yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan infeksi.
2) Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alcohol sebelum dan
sesudah merawat bayi.
3) Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan.
4) Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila diperkirakan
akan terjadi kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
5) Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan serta barang yang digunakan
sebelum daur ulang.
6) Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin.
7) Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya bayi
dengan diare yang terinfeksi di dalam ruangan khusus.
c. Cara Pencegahan Infeksi
Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi.
1) Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan pembersih tangan berbasis
alcohol, pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung
tangan, dan sesudah memegang instrument atauj barang yang kotor.
2) Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci tangan sebelum dan
setelah memegang bayi.
3) Basahi kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan
air mengalir, setelah itu biarkan tangan kering di udara atau keringkan dengan tissue
atau handuk kering.
4) Gunakan alat-alat pelindung pribadi
5) Bila memungkinkan gunakanlah sepatu tertutup, jangan bertelanjang kaki.
6) Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan berikut.
a) Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet, jaringan di bawah kulit, atau
darah (gunakan sarung tangan steril atau sarung tangan DTT).
b) Memegang atau kontak dengan membrane mukosa atau cairan tubuh (gunakan
sarung tangan bersih)
c) Memegang atau kontak dengan barang yang terkontaminasi serta akan
membersihkan dan membuang kotoran (gunakan sarung tangan tebal atau lateks)
7) Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dapat juga dipakai ulang.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a) Dekontaminasi dengan merendamdidalam larutan klorin 0,5% selama 10menit.
b) Cuci dan bilas
c) Sterilkan dengan autoclave atau DTT lalu direbus atau dikukus.
d) Sarung tangan tidak boleh di pakai ulang lebih dari 3 kali.
e) Jangan menggunakan sarung tangan yang robek, terkelupas atau berlubang.
d. Teknik Aseptik untuk Melakukan Tindakan
Cuci tangan selama 3-5 menit dengan menggunakan sikat yang lembut dan
sabun antiseptic. Kenakan sarung tangan steril. Siapkan bayi untuk dilakukan tindakan
dengan mencuci menggunakan cairan antiseptic dengan gerakan melingkar dari sentral
ke luar seperti membentuk spiral. Bila ragu-ragu apakah peralatannya terkontaminasi
atau tidak, anggaplah sudah terkontaminasi.
3. Perawatan Umum
a. Gunakan sarung tangan dan celemek sewaktu memegang BBL sampai dengan
memandikan bayi minimal 6 jam, tidak perlu memakai masker atau gaun penutup
dalam perawatan BBL.
b. Bersihkan darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air
hangat kemudian keringkan.
c. Bersihkan bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok atau setiap
diperlukan dengan menggunakan kapas yang direndam air hangat atau air sabun lalu
keringkan dengan hati-hati.
d. Gunakan sarung tangan sewaktu merawat tali pusat
4. Rawat Gabung
a. Definisi
Rawat gabung adalah suatu cara yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu
ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama sama dan tidak dipisahkan selama 24
jam penuh dalam seharinya.
b. Tujuan
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas
kesehatan.
2) Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih
sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, dimana bayi
mendapat
nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan timbul
refleks oksitosin yang dapat membantu proses fisiologis inovasi rahim.
3) Psikologis
Dari segi psikologis akan segera terjalin proses lekat akibat sentuhan badan antara ibu
dan bayi. Hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan psikologis bayi.
Selain itu kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan
oleh bayi
4) Edukatif
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta
merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di RS ibu akan melihat,
belajar, dan mendapat bimbingan mengenai cara menyusui secara benar, cara
merawat payudara, tali pusar, memandikan bayi dan sebagainya. Keterampilan ini
diharapkan dapat menjadi modal modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri setelah pulang dari RS.
5) Ekonomi
Pemberian ASI dapat diberikan sedini mungkin. Bagi Rumah Sakit, terutama RS
pemerintah, hal tersebut merupakan suatu penghematan terhadap anggaran
pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot, serta peralatan lainya
yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar
dalam merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan lain.
6) Medis
Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat terjadinya infeksi nasokomial pada
bayi, serta menurunkan angka morbiditas ibu maupun bayinya.
e. Faktor factor yang Mempengaruhi Keberhasila Rawat Gabung
1) Peranan social budaya
Kemajuan teknologi, perkembangan industry, urbanisasi dan pengaruh kebudayaan
barat menyebabkan penggeseran nilai social budaya masyarakat. Memberikan susu
formula dianggap modern karena dapat menyamakan kedudukan seorang ibu
golongan bawah dengan ibu ibu golongan atas. Ketakutan akan mengendurnya
payudara menyebabkan ibu enggan menyusui bayinya. Bagi ibu yang sibuk dengan
urusan diluar rumah, hal ini dapat menghambat usaha peningkatan penggunaan ASI
2) Ekonomi
Beberapa wanita memilih bekerja diluar rumah. Hal ini dilakukan bukan karena
tuntutan ekonomi, melainkan karena status prestise atau memang dirinya dibutuhkan.
3) Peranan tata laksana RS / RB
Peranan tata laksana yang menyangkut kebijakan RS / RB sangat penting mengingat
saat ini banyak ibu menginginkan untuk bersalin di pelayanan kesehatan yang lebih
4)
a)
b)
c)
d)
e)
5)
baik.
Dalam diri ibu sendiri
Keadaan gizi ibu
Pengalaman/sikap ibu terhadap menyusui
Keadaan emosi
Keadaan payudara
Peran masyarakat dan pemerintah
Kebijakan pemerintah RI
a) Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu ekslusif sejak dilahirkanselama 6
bulan kecuali atas indikasi medis ( Pasal 128 ayat 1 UU No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan )
b) Selama pemberian ASI, baik pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu
dan fasilitas khusus ( Pasal 128 ayat 2 UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan )
c) Pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia
( SDM ). Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi
dalam kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu ( ASI ) sejak usia dini
( GBHN 1999 2004 dan Program Pembangunan Nasional Propenas ).
d) Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan
pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun.
e) Melaksanakan rawat gabung ditempat persalinan milik pemerintah maupun
swasta
f) Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal Peningkatan Pemberian
ASI ( PP ASI ) sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanakan
penyuluhan pada masyarakat luas.
g) Perencanaan peningkatan penggunaan ASI secara nasional pada peringatan hari
ibu ke-62 ( tahun 1990 )
h) Upaya penerapan sepuluh langkah untuk berhasilnya program menyusui di semua
RS, RB dan puskesmas dengan tempat tidur.
membantu. Kemudian tanggalkan pakaian bayi ketika pemeriksaan dilakukan dan dengan
demikian, rangsangan serta gerakan yang dapat membangunkan bayi dari tidurnya terjadi
secara bertahap. Jika bayi menjadi rewel, gunakan dot atau botol susu (jika tidak disusu
sendiri) dan biarkan bayi mengisap jari tangan anda (yang mengenakan sarung tangan). Atau
jarinya sendiri. Anda dapat pula membedung bayi kembali untuk membuatnya diam dalam
waktu lama sehingga anda dapat menyelesaikan pemeriksaan yang memerlukan ketenangan
bayi (Bickley, 2009)
Kesimpulan untuk pemeriksaan neonatus
a. Lakukan pemeriksaan pada neonatus di hadapan orang tuanya.
b. Bedung dahulu bayi tersebut dan ketika pemeriksaan dilakuakan, tanggalkan
pakaiannya
c. Redupkan lampu penerangan dan buai bayi dengan gerakan mengayun untuk
membuat matanya terbuka
d. Amati pemberian susunya jika mungkin (terutama pemberian ASI)
e. Perlihatkan maneuver yang memberikan ketenangan bagi orang tua bayi (cara
membedung, menggendong bayi, menggunakan dot)
f. Amati peralihan ketika bayi bangun dari tidurnya, dan ajarkan kepada orang tua
tentang peralihan ini.
g. Rangkaian yang khas dalam pemeriksaan neonatus (agar gangguan yang ditimbulkan
dapat sedikit mungkin):
1) Pemeriksaan keadaan umum secara cermat
2) Pemeriksaan kepala, leher, jantung, paru, abdomen, sistem urogenital
3) Pemeriksaan ekstremitas bawah, punggung
4) Pemeriksaan telinga, mulut
5) Pemeriksaan mata, kapanpun ketika kedua matanya membuka spontal
6) Pemeriksaan kulit pada saat melakukan pemeriksaan sistem yang lain
7) Pemeriksaan sistem saraf
8) Pemeriksaan sendi pangkal paha.
2. Pemeriksaan Neonatus
a. Pemeriksaan Segera Setelah Lahir
1) Adaptasi Terhadap Kehidupan Ekstrauteri
Pemeriksaan neonatus yang dilakukan segera setelah kelahirannya
merupakan tindakan yang penting untuk menentukan keadaan umum, status
tumbuh kembang, kelainan pada perkembangan gestasionalnya, dan keberadaan
1
<100
Jantung
Upaya bernapas
Tidak ada
Lambat
Tonus otot
Flasid
irregular
Fleksi pada lengan Gerakan aktif
Refleks*
dan tungkai
Menyeringai
Warna
Biru, pucat
Badan
2
>100
dan
Baik;kuat
Menangis
kuat,
merah
biru
muda.
* Reaksi terhadap pengisapan lendir lewat lubang hidung dengan alat pengisap
lendir (syringe bulb)
Skor Apgar 1 menit
Skor Apgar 5 menit
0-4 : Depresi berat,memerlukan 0-7 : Berisiko
resusitasi segera
terjadinya
tinggi
disfungsi
untuk
untuk
5-7
8-10
:
:
Persentil
<ke-10
kehamilan)
Appropriate for Gestational Age (sesuai usia AGA
Ke-10-90
kehamilan)
Large for Gestational Age (besar menurut usia LGA
>ke-90
kehamilan)
Misal, ketiga bayi dilahirkan pada usia kehamilan 32 minggu dan setelah
ditimbang berat badan setiap bayi : 600 gram (SGA), 1400 gram (AGA), 2750
gram (LGA). Setiap kategori memiliki angka mortalitas yang berbeda yaitu angka
yang tertinggi pada bayi premature SGA serta AGA, dan angka terendah pada bayi
aterm AGA.
b. Pemeriksaan Beberapa Jam Sesudah Lahir
Selama hari pertama kehidupan dan optimalnya dalam waktu 8 jam sesudah lahir,
neonatus harus menjalani pemeriksaan yang konprekhensif. Tunggu 1 atau 2 jam
sesudah bayi selesai menyusu pada saat ia berada dalam keadaan yang paling
responsive, dan minta agar orang tua tetap berada dalam keadaan yang paling
responsive, dan minta agar orang tua tetap berada di dalam kamar periksa.
Lakukan observasi terhadap bayi, pertama-tama ketika bayi berada dalam keadaan
berbaring tanpa diganggu, kemudian setelah jika bayi tenang hampir semua
pakaiannya ditanggalkan . Amati warna kulit, bayi, ukuran, proporsi tubuh, status gizi,
dan postur tubuhnya selain juga respirasi, gerakan kepala serta ekstremitasnya.
Sebagian besar neonatus yang aterm dan normal akan berbaring dalam posisi yang
simetris dengan kedua ekstremitasnnya berada dalam keadaan semifleksi dan kedua
tungkainya dalam keadaan abduksi parsial pada sendi pangkal paha.
Normalnya akan terdapatt aktivitas motorik yang spontan dengan gerakan fleksi
dan ekstensi yang silih berganti antar lengan dan tungkai. Biasanya jari-jari tangan
dalam keadaan fleksi dan genggaman tangan yang kuat, tetapi dapat melakukan
ekstensi dengan gerakan yanag lambat seperti atetosis. Tremot yang singkat pada
lengan, tungkai, dan badan sering terlihat dalam waktu yang pendek sesudah bayi
dilahirkan; tremor ini dapat dijumpai ketika bayi menangis dengan kuat dan bahkan
dalam keadaan istirahat.
Sekama pemeriksaan, khususnya pada saat auskultasi dan palpasi, bayi harus tetap
tenang sehingga pemeriksaan dapat dilakukan secara optimal. Letakkan ujung jari
tangan yang sudah menggunakan sarung tangan ke dalam mulut bayi yang menangis
untuk membuat bayi tersebut tenang dalam waktu yang cukup lama sampai bagian
pemeriksaan ini selesai dikerjakan. Ururtan pemeriksaan tidak penting.
Sejumlah penelitian memperlihatkan kemampuan yang dapat dilakuakn oleh
neonatus. Dimana selama pemeriksaan komprehensif beberapa kemampuan
diperlihatkan oleh neonatus.
manusia
dan
akan
5. Keterikatan (Attachment)
6. Penyesuaian keadaan
mengasuhnya.
Mampu mengatur
terhadap
berbagai
tingkat
derajat
responnya
stimulasi
diri)
Mampu memperhatikan berbagai wajah
orang, mengalihkan pandangannya pada
berbagai suara manusia, berdiam diri
ketika mendengarkan nyanyian mengikuti
gerakan benda-benda yang berwarna,
6) Bayi baru lahir dapat memiliki lebih dari satu masalah. Sambil melakukan
pemeriksaan, berikan hanya penanganan khusus yang tercantum dalam tabel berikut
( yaitu setelah pernyataan BERTINDAK SEKARANG). Tunggu samapai seluruh
pemeriksaan selesai sebelum memulai pentalaksanaan khusus terhadap masalah bayi,
dengan menangani masalah yang dianggap prioritas pertama.
TABEL 1 Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Lihat
Periksa
FREKUENSI PERNAFASAN
1. Frekuensi
yang
secara
konsisten oksigen
dengan
kecepatan
pada
saat
dinding
dada
ekspirasi
3. Tarikan
kedalam
menggosok
punggung
bayi
kantung
dan
masker
Frekuensi pernafasan normal pada bayi baru lahir adalah 30 sampai 60 kali permenit tanpa
tarikan dinding dada kedalam atau grunting pada saat ekspirasi akan tetapi, bayi kecil ( kurang
dari 2,5 kg pada saat lahir atau lahir sebelum usia gestasi 37 minggu) dapat mengalami tarikan
dinding dada kedalam yang ringan, dan bukan keadaan abnormal bagi bayi yang mengalami
henti nafas secara periodic selam beberapa detik. Ketika menentukan frekuensi pernafasan,
hitung jumlah nafas yang dilakukan selama 1 menit penuh karena bayi dapat bernafas secara
tidak teratur ( samapai 80 kali per menit) selama periode waktu yang singkat. Jika tidak yakin
dengan frekuensi pernafasan , ulangi penghitungan.
WARNA
1. Pucat
2. Ikterus ( kuning)
bibir
biru;
yang
sangat
masalah
yang
serius)
Bayi baru lahir cukup bulan tampak lebih pucat daripada bayi premature karena kulit mereka
lebih tebal
FREKUENSI
JANTUNG
pemeriksaan,
menggunakan stetoskop)
masalah
dengan
lain
menyebabkan
jantung
perdarahan,
cermat
yang
dapat
frekuensi
abnormal
kesulitan
bernafas)
Frekuensi jantung normal pada bayi baru lahir adalah 100 sampai 160 kali permenit , tetapi
bukan hal yang luar biasa jika frekuensi jantung lebih dari 160 kali permenit selama periode
waktu yang singkat selama beberapa hari pertama kehidupan , khususnya jika bayi mengalami
kegawatan. Jika tidak yakin dengan frekuensi jantung, ulangi penghitungan
SUHU TUBUH
1. Opistotonus
Selama
pemeriksaan,
dengan
cermat
mengetahui
adanya
dapat
menyebabkan
ensefalopati
bilirubin ( kernikterus)
tonjolan
pada
spasme
sentak memiliki
Jika
tonjolan
bayi
pada
Penatalaksanaan
tambahan
3. Gerakan
oleh
keras
dapat
atau
memfleksikan
ekstremitas )
Postur istirahat normal pada bayi baru lahir cukup bulan meliputi genggaman tangan yang
kendur dan fleksi lengan, pangkal paha, dan lutut. Ekstremitas dapat diekstensikan pada bayi
kecil ( kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau lahir sebelum usia gestasi 37 minggu). Bayi yang
berada dalam posisi presentasi bokong dapat mengalami fleksi pangkal paha dan lutut komplet,
dan kaki dapat dekat dengan mulut ; selain itu, tungkai dan kaki mungkin berada disamping
tubuh bayi
TONUS
OTOT
DAN
TINGKAT KEWASPADAAN
1. Letargi
hanya
dibangunkan
dengan
diangkat
saat
dan
dilepaskan)
3. Iritabilitas ( sensitive
terhadap
untuk
upaya keras
jatuh
pemeriksaan
rangsangan
lambat
berespon)
5. Penurunan aktivitas
6. Tidak
sadar
Jika
tidak
tidur disebabkan
sadar
bukan
oleh
syok,
besar
berespon
menimbulkan
nyeri
Bayi baru lahir yang normal berkisar dari tenang sampaai terjaga dan dapat ditenangkan saat
marah . Bayi dapat dibangunkan saat tenang atau tidur
EKSTREMITAS
mengevaluasi
lebih
tungkai
bayi
bergeser
dari
posisi
normalnya
EKSTREMITAS
dari
bentuk
atau
posisinya;
tambahan
1. Kemerahan atau pembengkakan
1. Iuti
prinsip-prinsip
(perubahan
warna
Jika
mamar
terlihat
6.
perdarahan
Jika
memar
akibat
berwarna
dan
merah,
mengeluarkan
atau
bengkak
3. Perdarahan
DAN
salah
satu
atau dan
bahwa
masalah
akan
kedua mata)
teratasi secara spontan
1. Hidrosefalus (kepala besar Rujuk ke RS Tersier bila ada
dengan fontanel menonjol indikasi pembedahan
dan pelebaran sutura)
2. Fontanel anterior menonjol
Atur pemindahan
Jika bayi memiliki tonjolan
pada fontanel anterior, segera
3. Fontanel cekung
mukosa kering
4. Pembengkakan kulit kepala
yang tidak terbatas area di
atas fontanel
5. Tidak mampu menggerutkan
dahi atau menutup mata
pada satu sisi; sudut mulut
tertarik ke satu sisi (paralisis
wajah)
6. Tidak mampu
menyusu
tanda
tambahan,
kehilangan
seperti
elastisitas
DAN
1. Distensi abdomen
2. Gastrokisis/omfalokel (defek
pada dinding abdomen atau
umbilicus tempat penonjolan
usus atau organ abdomen
lainnya.
3. Spina
bifida
kulit,
/mielomeningokel
(defek
pada
tempat
punggung
penonjolan
BERAT BADAN
meninges
dan
pemeriksaan,
perhatikan
untuk
dengan
cermat
mengetahui
adanya
kebutuhan
mencegah
glukosa
dan
darah
untuk
mengatasi
rendah
dan
anus
menentukan
normal
apakah
dicurigai
malformasis
untuk
bayi
mengalami
atau
obstruksi
gastrointestinal
Defekasi feses cair enam sampai delapan kali per hari merupakan keadaan normal bagi bayi.
Perdarahan vagina dan bayi baru lahir perempuan dapat terjadi selama beberapa hari selama
buruk
atau
berhenti
makan
2. Bayi tidak makan dengan baik
sejak lahir
3. Bayi tidak bertambah berat badan
(terbukti atau dicurigai)
4. Ibu tidak mampu menyusui
dengan berhasil
5. Bayi
mengalami
kesulitan
metode
pemberian
makan,
atau
b) Panjang badan : 44 55 cm
c) Turgor kulit elastic ( bervariasi sesuai usia gestasi )
4) Neurosensori
a) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas
b) Sadar dan aktif, mendemonstrasikan reflek menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran ( periode pertama reaktifitas ).
c) Penampiln asimetris ( moding, edema, hematoma).
d) Menangis kuat, sehat, nada sedang ( nada menangis tinggi menunjukan
abnormalitas genetic, hipoglikemia, atau efek narkotik yang memanjang ).
5) Pernafasan
a) Skor apgar : 1 menit dan 5 menit. Skor optimal harus antara 7 10
b) Rentang dari 30 60 / menit ; pola periodic dapat terihat.
c) Bunyi nafas bilateral, kadang kadang crakels umum pada awalnya.
d) Silindrik thoraks ; kartilago xifoid umumnya terjadi.
6) Keamanan
a) Suhu terentang dari 36,5 o c 37,50 c
b) Pada verniks ( jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
c) Kulit : lembut, fleksibel ; pengelupasan kaki atau tangan dapat terlihat ; warna
merah muda atau kemerahan ; mungkn belang belang menunjukan memar
minor misalnya, kelahiran dengan forsep ), atau perubahan warna harlequin ;
pteki pada kepala atau wajah ( dapat menunjukan peningkatan tekanan
berkenaan dengan kelahiran atau korda nukhal ) : bercak port-wine nevi
telangiektasis ( kelopak mata, antara ais mata, pada oksipital), atau bercak
Mongolia ( terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat.
d) Abrasi kulit mungkin ada (penempatan elektroda eksternal).
Pemeriksaan Diagnostik
a. pH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukan status praasidosis; tingkat
rendah menunjukan asfiksia bermakna.
b. Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
c. Tes coombs langsung pada darah tali pusat : menentukan adanya kompleks
antigen-antibody pada membrane sel darah merah, menunjukan kondisi hemolitik.
b. Diagnosis Keperawatan
1) Risiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas pertukaran gas berhubungan
dengan stressor pranatal atau intrapartum, produksi mukus berlebihan, dan stres
akibat dingin
2) Risiko tinggi terhadap peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan usia ekstrem
(ketidakmampuan untuk menggigil, permukaan tubuh luas dalam hubungannya
dengan massa, jumlah lemak subkutan terbatas, sumber yang tidak dapat
diperbaharui dari lemak coklat dan beberapa simpanan lemak putih, epidermis
tipis dengan penyatuan dekat dari pembuluh darah ke kulit).
3) Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua berhubungan dengan dukungan emosi
terhadap
anak,
menunjukkan
harapan
yang
realistic
terhadap
anak,
mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan peran menjadi orang tua, keraguraguan orangtua untuk menggendong / berinteraksi dengan bayi,pengungkapan
masalah.
4) Resiko cedera berhubungan dengan anomali congenital tidak terdeteksi atau tidak
teratasi, pemajanan pada agen- agen infeksius.
c. Perencanaan Keperawatan
1) Perencanaan 1
a) Diagnosis Keperawatan
Risiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas pertukaran gas berhubungan
dengan stressor pranatal atau intrapartum, produksi mukus berlebihan, dan stres
akibat dingin
b) Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama xjam tidak terjadi tanda-tanda
kerusakan pertukaran gas.
Kriteria Hasil: mempertahankan jalan napas paten dengan frekuensi pernapasan
dan jantung dalam batas normal (DBN); secara umum tidak ada sianosis, dam
bebas tanda distress pernapasan
c) Intervensi dan Rasional
Tindakan/ Intervensi
Mandiri
1. Ukur skor Apgar pada menit ke-1 dan
ke-5 setelah kelahiran
2. Perhatikan komplikasi prenatal yang
mempengaruhi status plasenta dan/ atau
janin (misa kelainan jantung atau ginjal,
hipertensi karena kehamilan, atau
diabetes.
3. Tinjau ulang status janin intrapartum,
termasuk denyut jantung janin (DJJ)
Rasional
1. Membantu menentukan kebutuhan
terhadap intervensi segera (misal,
penghisapan, oksigen)
2. Kompikasi ini dapat mengakibatkan
hipoksia kronis dan asidosis,
meningkatkan risiko kerusakan system
saraf pusat dan memerlukan perbaikan
setelah kelahiran.
3. Seperti komplikasi prenatal, kejadian
cairan amniotic.
pada ibu.
110 ml cairan.
5. Obat-obatan dapat menekan upaya
pernapasan bayi dan mengurangi
kemampuan bayi baru lahir untuk
adekuat.
8. Bersihkan jalan napas ; hisap nasofaring 7. Tanda-tanda ini normal dan sementara
dengan perlahan dengan menggunakan
penghisapan.
Kolaborasi
1. Berikan oksigen hangat melalui masker
pada 4-7 L/menit bila diindikasikan.
resusitatif.
14. Akrosianosis, menunjukan lambatnya
sirkulasi perifer, terjadi normalnya pada
85% bayi baru lahir selama jam pertama;
namun sianosis umum dan flaksiditas
2) Perencanaan 2
a) Diagnosis keperawatan
Risiko tinggi terhadap peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan usia ekstrem
(ketidakmampuan untuk menggigil, permukaan tubuh luas dalam hubungannya
dengan massa, jumlah lemak subkutan terbatas, sumber yang tidak dapat
diperbaharui dari lemak coklat dan beberapa simpanan lemak putih, epidermis
tipis dengan penyatuan dekat dari pembuluh darah ke kulit).
lebih dingin.
3. Mencegah kehilangan panas melalui
bayi.
4. Penurunan dalam suhu lingkungan 2C
cukup untuk menggandakan konsumsi
Kolaborasi
1. Berikan dukungan metabolic (glukosa
atau buffer), sesuai indikasi.
penurunan pernapasan.
2. Memungkinkan observasi ketat dan
penggunan metode- metode perawatan
agresif pada kasus stress berat pada
kasus stress dingin hebat pada neonatus
dengan gejala- gejala sekunder.
3) Perencanaan 3
a) Diagnosis Keperawatan
Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua berhubungan dengan dukungan
emosi terhadap anak, menunjukkan harapan yang realistic terhadap anak,
mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan peran menjadi orang tua,
Rasional
diberikan.
Tindakan/ Intervensi
Mandiri
1. Lakukan pengkajian fisik rutin terhadap bayi
Rasional
1. Membantu mendeteksi
Kolaborasi
1. Klem tali pusat umbiikus bayi baru lahir kira-
1. Menggendong bayi di
polisitemia dan
hiperbilirubinemia pada
masa neonatus.
2. Membantu mencegah
d. Implementasi
Implementasi sesuai denggan intervensi
e. Evaluasi Keperawatan
1) Tidak terjadi tanda-tanda kerusakan pertukaran gas.
2) Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
3) Hubungan peran orang tua dapat dipertahankan.
4) Bayi bebas dari cedera dan komplikasi
b) Sutura kanial yang bertumpang tindih dapat terlihat; sedikit olbliterasi fontanel
anterior (lebar 2-3 cm) dan fontanel posterior (lebar 0,5-1,0 cm)
c) Mata dan kelopak mata mungkin edema; hemoragi subkonjungtiva atau
hemoragi retina mungkin terlihat; konjungtivis kimia dalam 1-2 hari mungkin
terjadi setelah penetesan obat tetes oftalmik terapeutik.
d) Strabismus dan fenomena mata boneka sering ada
e) Bagian telinga atas sejajar dengan bagian dalam dan luar kantus mata (telinga
yang tersusun rendah menunjukkan abnormalitas ginjal atau gentik)
f) Pemeriksaan neurologis : adanya refleks Moro, plantar, genggaman palmar,
dan Babinskis. Refleks Moro Unilateral menunjukkan farktur klavikula atau
cedera fleksus brakialis) gerakan mengulang sementara mungkin terlihat.
g) Tidak adanya kegugupan, letargi, hipotonia, dan parase.
6) Perrnafasan
a) Takipnea sementara dapat terlihat; khususnya setelah kelahiran sasaria dan
plasenta bokong
b) Pola pernafasan : diafrgamatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari
dada dan abdomen (inspirasi yang lanmat atau perubahan gerakan dada dan
abdomen menunjukkan distress pernafasan); Pernafasan dangkal atau cuping
hidung ringan kadang-kadang dapat terlihat; pernafasa cuping hidung nyata,
ekspirasi sulit atau retraksi interkostal, substeernal atau otot subkostal nyata
menandakan distress pernafasam; krekels inspirasi dapat menetap selama
beberapa jam pertama setelah kelahiran (ronkhi pada inspirasi atau ekpirasi
dapat menandakan aspirasi).
7) Keamanan
a) Warna kulit : akrosiantosis mungkin ada untuk beberapa hari selama periode
transisi (kebiruan yang luas dapat menandakan polisetemia); kemerahan pada
area ekomotik dapat tampak di atas pipi atau dirahang bawah atau area parietal
sebagai akibat dari penggunaan forsep pada kelahiran.
b) Sefalohematoma dapat tampak sehari setelah kelahiran, peningkatan ukuran
pada usia 2-3 hari, kemuudian direabsorpsi perlahan lebih dari 1-6 bulan.
c) Ekstremitas: gerakan rentang sendi normal ke segala arah, gerakan menunduk
ringan atau rotai medial dari ekstremitas bawah, tonus otot baik.
8) Seksualitas
a) Genetalia Wanita : labia vagin agak kemerahan atau edema, tanda vagina/
hymen dapat terlihat; rabas mukosa putih (smegma) atau rabas berdarah
sedikit (pseudomenstruasi) mungkin ada.
b) Genetalia pria
Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah sel darah putih : 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai 23000-24000/mm3
hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
b. Hemoglobin (Hb) 15-20 g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan
c. Hematokrit (Ht) : 43-61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan
polisitemia; penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi prenatal/perinatal).
d. Essai Inhibisi Guthrie
: Tes untuk adanya metabolit fenilalanin, menandakan
fenilketonuria (PKU).
e. Bilirubin total
: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12
mg/dl pada 3-5 hari
f. Detroksik : Tetes glukosa pertama selama 4-6 jam setelah kelahiran rata-rata 40-50
mg/dl, meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
b. Diagnosis Keperwatan
1) Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan pemajanan suhu
lingkungan yang ekstrem, usia ekstrem, ketidakmampuan menggigil, permukaan
tubuh luas dalam hubungannya dengan massa keterbatasan jumlah lemak subkutan,
sumber lemak coklat yang tidak dapat diperbaharui dan simpanan lemak putih sedikit,
epidermis tiipis dengan pembuluh darah dekat pada kulit.
2) Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan stressor
pranatal/intrapartum tubuh
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan laju metabolic, kebutuhan kalori tinggi, kelelahan , simpanan nutrisi
minimal
4) Risiko Cedera berhubungan dengan trauma lahir, aspirasi, anomaly congenital.
5) Risiko Infeksi berhubungan dengan perubahan integritas kulit, jaringan trauma,
pemajanan lingkungan, ketidakadekuatan imunitas yang didapat
6) Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d pemberian makan yang lambat,
keterbatasan masukan oral, regurgitas berlebihan, peningkatan kehilangan air tidak
kasat mata.
7) Konstipasi b.d ketidakadekuatan masukan cairan, obstruksi intestinal.
8) Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya pemajanan, kesalahan interpretasi, tidak
mengenal sumber informasi ditandai dengan pengungkapan masalah, ketidakakuratan
mengikuti perintah, dan ketidakakuratan performa uji.
c. Perencanaan Keperawatan
1) Perencanaan I
a) Diagnosis
Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan pemajanan suhu
lingkungan yang ekstrem, usia ekstrem, ketidakmampuan menggigil, permukaan
tubuh luas dalam hubungannya dengan massa keterbatasan jumlah lemak subkutan,
sumber lemak coklat yang tidak dapat diperbaharui dan simpanan lemak putih sedikit,
epidermis tiipis dengan pembuluh darah dekat pada kulit.
b) Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x jam diharapkan suhu tubuh
normal dapat diperahankan dan bebas dari tanda-tanda dingin atau hipotermia.
Kriteria Hasil
c) Intervensi dan Rasional
No
Intervensi
Rasional
.
Mandiri
1
suhu
atau
suhu
atau
aktivitas
meningkatkan
motorik.
Karenanya
glukosa)
dan
kebutuhan
oksigen
mereka
Stabilisasi suhu mungkin tidak
(indicator
dari
pertukaran
Bayi
menjadi
takipnea
respons
60/menit).
kebutuhan
oksigen
yang
dihubungkan
dengan
distress
terhadap
dalam
peningkatan
karbondioksida
untuk
suhu
tubuh
Mengurangi
dan
konveksi;
kemungkinan
membantu
menghemat energy.
augmentasi
pendingin
dengan
yang
peningkatan
menyebabkan
kehilangan
air
evaporates, iskemia
8
selanjutnya
memperberat
status dehidrasi.
Kolaborasi
9
suhu
tetap
rendah
tanpa
10
11
secara
langsung
pada
serebrum
untuk
menenangkan
Intervensi
Rasional
Mandiri
1
Observasi bunyi napas dan catat Bunyi napas harus sama secara bilateral.
kesaman
Perhatikan
dan
adanya
ronkhi
dan cairan
paru
setelah
beberapa
jam
Ronki
terdengar
pada
oleh
dapat
sekresi
atau
menandakan
pernapasan
ini
menunjukkan
cuping
hidung,
takipnea)
3
perifer
(akrosianosis)
dengan
ketidakstabilan
oksigen
minimal
bila
dan
hipertermia
oksigen,
menyebabkan
hipoksia
yang
memperburuk
sirkulasi janin.
6
ulang
sebagai
respon
Observasi
frekuensi
pernapasan.
dan
Bedakan
periodic
yang
tidak
Asimetris
pneumothoraks
dapat
menunjukan
berkenaan
dengan
Perkirakan
usia
gestasi
(komponen
dari
ini
memperberat
bayi
jalan
untuk
napas
dari
10
warna,
jumlah,
Posisikan
bayi
miring
berwarna
dihentikan
hipoksia
metabolic
meningkatkan
keadaan
mengakibatkan
asidosis
sekunder
sampai
metabolisme anaerob.
14
Catat penggunaan dan hasil dari Penggunaan terapi oksigen yang tidak
pengawasan dan dukungan
dimonitor
dapat
mengakibatkan
membantu
mencegah
Pantau kadar Hb dan Ht. Perhatikan Bayi yang kadar Hb nya lebih rendah
hasil tes Betke-Kleihauer. Pantau dari
ggas-gas darah arteri.
normal
kapasitas
mengalami
pembawa
penurunan
oksigen
dan
kemungkinan
berdampak
neonates,
pada
seperti
stressor
simpanan
diabetes,
karena kehamilan(HKK), atau gangguan uterus, menjadi ; SGA atau LGA, atau
jantung atau ginjal. Perhatikan hasil tes secara
akut
sakit.
Bayi
tersebut
karena
peningkatan
lemak
coklat
yang
tidak
dapat
suhu
meningkatkan
sekitar
diatas
TNZ
laju
metabolic
dan
Timbang
berat
badan
memenerima diruang
bayi
setelah itu setiap hari. Perhatikan adanya dasar, yang secara normal menurun
sindrom postmaturitas atau wasting
masukan
oral
kelebihan
dan
cairan
sering
sesuai
dengan
diindikasikan untuk bayi simptomatik atau ini, konsumsi oksigen dapat melebihi
risiko tinggi
masukan
dan
produksi,
intrauterus
pascakelahiran
meningkatkan
Observasi
bayi
terhadap
atau
atau
risiko
stress
hipoksia
hipoglikemia
secara nyata
tremor, Menandakan hipoglikemia berkenaan
consumer
glukosa
mencetuskan
bayi
dekstrosa dan air, sesuai protocol RS, kelahiran. Sedangkan, air mungkin
berlanjut pada formula untuk bayi yang diberikan diruang perawatan bayi
makan melalui botol
untuk
mengkaji
keefektifan
laju
metabolismenya
balik hipoglikemia
oral
dengan
cepat
masalah
ini
dapat
obstruksi
usus,
distensi
abnormal,
kista,
atau
fistula
feses trakeoesofageal.
glukosa
darah
serum
Tindak lanjut pemberian glukosa dengan Meningkatkan
dextrostix setiap 30 menit 2 jam, memudahkan
temuan
tindakan
serta
terhadap
hipoglikemia
biasa
terjadi
bolus
atau
infuse
bolus
pemberian
makan
per
terhadap bayi distress, atau bayi dengan potensial menurunkan sirkulasi dan
polisitemia dan hiperviskositas, atau bayi ketersediaan oksigen dalam struktur
dengan anomali gastrointestinal (GI) . pencernaan , sehingga pengenalan
lakukan
terapi
I.V
D10W
simpanan
glikogen.
4) Perencanaan IV
a) Diagnosis Keperawatan
Risiko Infeksi berhubungan dengan perubahan integritas kulit, jaringan
trauma, pemajanan lingkungan, ketidakadekuatan imunitas yang didapat
b) Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x jam diharapkan tidak
terjadi infeksi
Kriteria Hasil:
(1) Hasil yang diharapkan neonatal akan: Bebas dari tanda- tanda infeksi
(2) Menunjukan pemulihan tepat waktu pada puntung tali pusat dan sisi
sirkumsisi , bebas dari drainase atau eritema
c) Intervensi dan Rasional
TINDAKAN / INTERVENSI
Mandiri
RASIONAL
Tinjau ulang faktor- faktor risiko pada Demam maternal selama seminggu
ibu yang membuat bayi cenderung sebelum kelahiran, ketuban pecah
terkena
infeksi,
yang
virus
grup
TORCH
Pemindahan
immunoglobulin
imunitas
pasif
pada
streptokokus,
dan
meningokokus),
tetanus).
Namun, bayi baru lahir secara normal
kekurangan
immunoglobulin
memberikan
secret
dari
saluran
pernafasan,
perkemihan,
dan
gastrointestinal
Sikat dan cuci tangan dan lengan Mencuci tangan yang benar adalah
dengan
preparat
iodofor
memasuki ruang perawatan bayi, setelah dalam melindungi bayi baru lahir dari
kontak dengan material terkontaminasi, infeksi . Preparat iodofor efektif dalam
dan setelah memegang setiap bayi. melawan baik organisme gram positif
Ajarkan teknik pencucian tangan yang dan gram negatif
tepat sebelum memegang bayi kepada
orang tua dan sibling
Pantau petugas, orang tua, pengunjung Membantu
mencegah
penyebaran
mencegah
kontaminasi
kulit
terhadap
adalah
barier
imunitas
Gunakan cream Eucerin pada area kulit Membantu mencegah kulit robek dan
yang
kering
pergelangan
,
kaki
khususnya
dan
tangan
lama
pada
fototerapi
atau
pemancar panas
Anjurkan menyusui dini bila tepat
Kolostrum
dan
ASI
mengandung
pengeringan
meningkatkan
pengelupasan
dan
nekrosis
normal,
dan
putih
yang
dan
tidak
yang
dapat
cenderung
lidah. Bedakan antara bercak putih dari berdrah bila disentuh disebabkan oleh
sariawan dan dadih susu
atau
payudara
yang
terkontaminasi.
Perhatikan adanya letargi, penambahan Tanda
tanda
ini
menunjukan
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan laboratorium,
sesuai indikasi;
a. Jumlah SDP.
a. Bayi
cenderung
terkena
infeksi, terutama pada minggu
ke-4 s/d ke-6. Jumlah SDP
normal 18.000/mm3 tidak
meningkat pada BBL sebagai
respon terhadap infeksi, dan
ini sering menurun selama
sepsis.
b. Mengidentifikasi kemungkinan
patogen.
c. Mendiagnosis
adanya
bakterimia atau sepsis serta
mengidentifikasi
agen
penyebab.
5) Perencanaan V
a) Diagnosis Keperawatan
Risiko Cedera berhubungan dengan trauma lahir, aspirasi, anomaly congenital.
b) Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama xjam, diharapkan risiko
cedera dapat dicegah.
Kriteria Hasil
(1) Bebas dari cedera atau aspirasi
(2) Menunjukkan kadar bilirubin di bawah 18 mg/dl
(3) Mengidentifikasi risiko-risiko individual
(4) Menunjukkan perilaku untuk melindungi bayi bari lahir dari cedera
lingkungan.
Intervensi
Rasional
Mandiri
Lakukan
temuan
abnormal
melalui
pengkajian BBL. Perhatikan krepitasi,
gangguan klavikula, atau tidak adanya
gerakan ekstrimitas.
Mengidentifikasi
kondisi
memerlukan intervensi segera.
yang
Peningkatan
ikterik
dapat
menandakan inkompabilitas Rh atau
ABO atau ikterik karena ASI.
Kolaborasi
Berikan vitamin K (AquaMEPHYTON) Karena saluran usus bayi baru lahir
secara intramuskular.
steril pada saat lahir, dan karena
pemberian makan mungkin ditunda,
bayi tidak mempunyai flora usus yang
diperlukan
untuk
meningkatkan
koagulasi melalui aktivasi factorfaktor II, VII, IX, X.
6) Perencanaan VI
a) Diagnosis Keperawatan
Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d pemberian makan yang lambat,
keterbatasan masukan oral, regurgitas berlebihan, peningkatan kehilangan air
tidak kasat mata.
b) Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x...jam diharapkan tidak
terjadi
kekurangan volume cairan
Kriteria hasil :
(1) Berkemih 2 sampai 6 kali dengan haluaran15-60 ml/kg/hari dari hari kedua
kehidupan.
(2) Menghasilkan urin bebas kristal asam urat dan urat.
c) Intervensi dan Rasional.
Intervensi
Mandiri
Catat berkemih
selanjutnya.
pertama
Rasional
dan
Kolaborasi
Bantu dengan aspirasi kandung
kemih suprapubis bila diindikasikan
7) Perencanaan VII
a) Diagnosisn Keperawatan
Konstipasi b.d ketidakadekuatan masukan cairan, obstruksi intestinal.
b) Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x...jam diharapkan tidak
terjadi konstipasi.
Kriteria hasil: Mengeluarkan feses mekonium dalam 48 jam setelah kelahiran
c) Intervensi dan Rasional
Intervensi
Rasional
Mandiri
Tinjau ulang catatan terhadap indikasiindikasi pasase mekonium
Catat
komplikasi
maternal
mempengaruhi pasase mekonium
yang
Mekonium
kental
seperti
dempul
menunjukkan
kemungkinan
fibrosis
Krista; feses sedikitseperti dempul
menandakan stenosis usus,feses hijau
dapat
menandakan
infeksi
/
gastroenteritis.
Kolaborasi
Bantu dengan pemeriksaan diagnostic
(missal : sinar-x abdomen, pemeriksaan
kontras dan seri enema dan barium GI).
Pindahkan bayi ke lingkungan perawatan
akut (NICU) bila diindikasikan.
8) Perencanaan VIII
a) Diagnosis Keperawatan
Defisiensi pengetahuan orang tua dan keluarga b.d kurangnya pemajanan,
kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan
pengungkapan
masalah,
ketidakakuratan
mengikuti
selama
perintah,
...x...jam
dan
diharapkan
Rasional
Mengidentifikasi
area
masalah/
kebutuhan yang memerlukan informasi
tambahan dan atau demontrasi aktivitas
perawatan.meningkatkan
dini
terhadap
Menurunkan
resiko
kemungkinan
komplikasi
berkenaan
dengan
hipotermia dan hipertermia.
muntahan,
Instruksikan
orangtua
mengenai
perawatan khusus terhadap popok,
pengenalan ruam, dan tindakan yang
tepat.
d. Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi
e. Evaluasi
1. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
2. Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas
3. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi secara adekuat
4. Tidak terjadi cedera
5. Tanda-tanda infeksi dapat dicegah
6. Tidak terjadi kekurangan volume cairan
7. Tidak terjadi konstipasi
8. Kebutuhan belajar orang tua dan keluarga terpenuhi
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Neonatus
adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu neonatus
adalah individu yang sedang bertumbuh.
Masa bayi atau usia satu tahun pertama dibagi menjadi periode neonatus (usia 28 hari
yang pertama) dan periode pascaneonatus (usia 29 hari hingga satu tahun). Seringkali
pemeriksaan pediatric yang pertama yang dikerjakan selain di ruang melahirkan juga
dilakukan di rumah sakit dalam waktu 24 jam sesudah bayi dilahirkan.
Jika mungkin, lakukan pemeriksaan fisik bayi didepan orang tuanya agar meraka dapat
berinteraksi dengan anda dan mengajukan pertanyaan. Seringkali orang tua mempunyai
pertanyaan spesifik tentang penampilan bayi mereka sehingga penjelasan anda atas bayinya
itu normal, dapat cukup mengurangi rasa khawatir meraka. Saat pemeriksaan juga merupakan
waktu yang sangat baik untuk mengamati ikatan orang tua dengan bayi yang baru dilahirkan
dan juga memeriksa apakan saat menyisui bayi mengisap dengan benar. Untuk menemukan
permasalahannya secara dini, dapat dilihat ketika ibu menyusui bayi. Sejumlah penelitian
memperlihatkan kemampuan yang dapat dilakuakn oleh neonatus. Dimana selama
pemeriksaan komprehensif beberapa kemampuan diperlihatkan oleh neonatus.
B. SARAN
Mahasiswa keperawatan yang nantinya akan berperan langsung dalam pemberian asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan hendaknya senantiasa memahami
konsep asuhan keperawatan bayi baru lahir terutama adaptasi bayi terhadap kehidupan
ekstrauteri mengingat angka kejadian penyakit/kelainan pada bayi baru memiliki angka
kejadiannya yang terbilang tinggi. Hal ini akan sangat bermanfaat dalam mencapai nilai
terapeutik yang maksimal dalam pencapaian kesembuhan klien.