You are on page 1of 13

MATEMATIKA EKONOMI

PENERAPAN FUNGSI LINEAR DALAM ILMU EKONOMI

Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

RATNA AYU DEWANI PUTRI


DEWI LESTARI
ERRY HARIYANTO
ACHMAD NUR HIDAYAT
FENDI AGUSTIN

1211508621
1211508589
1211508551
1211508578
1211508594

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
TAHUN 2015

APLIKASI FUNGSI LINEAR DALAM ILMU EKONOMI


1. Fungsi Permintaan, Fungsi Penawaran dan Keseimbangan Pasar
a. Fungsi Permintaan
Fungsi permintaan menghubungkan antara variabel harga dan variabel jumlah
barang/jasa yang diminta. Bentuk umum fungsi permintaan antara lain :
P
Q = a bP
Atau
P=

a
b

a
b

a
Dalam persamaan diatas terlihat bahwa variabel P (price/harga)
mempunyai tanda
yang berlawanan dengan variabel Q (quantity/jumlah). Gerakan harga berlawanan
arah dengan gerakan jumlah menyebabkan kurva permintaan berlereng negatif.
Hukum Permintaan :
Apabila harga naik maka jumlah yang diminta akan berkurang.
Apabila harga turun maka jumlah yang diminta akan bertambah.
Contoh Soal 1 :
10 buah barang A terjual jika harganya Rp. 80,-/buah. Sedangkan jika harga barang A
Rp. 60,-/buah, terjual 20 buah. Tentukan persamaan dan kurva permintaannya!
Penyeleseian :
Q1 = 10
P1 = 80
Q2 = 20
P2 = 60
Menggunakan rumus persamaan garis melalui dua titik :
P P1

P2 P1
Q Q1
Q2 Q1

(0,100)

60 80
Q 10
20 10
P 80 2Q 20
P 80

P 2Q 100
2Q 100 P

(50,0)

Jika P = 0

2Q = 100 0

Jika Q = 0

2(0) = 100 P

Q = 50
P = 100

A (50,0)
B (0,100)

b. Fungsi Penawaran
Fungsi penawaran menghubungkan antara variabel harga dan variabel jumlah
barang/jasa yang ditawarkan. Bentuk umum fungsi penawaran antara lain :
P
Q = - a + bP
Atau

P=

a
b

a
Q
b
Dalam persamaan diatas terlihat bahwa variabel P (price/harga) mempunyai tanda
a
yang sama dengan variabel Q (quantity/jumlah), yaitu sama-sama positif. Gerakan
harga searah dengan gerakan jumlah menyebabkan kurva penawaran berlereng
positif.
Hukum Penawaran :
Apabila harga naik jumlah yang ditawarkan akan bertambah.
Apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan berkurang.
Contoh Soal 2 :
Apabila harga barang A Rp. 75,- barang yang tersedia di pasar 100 buah. Apabila
harga barang A Rp. 50,- maka barang yang tersedia di pasar hanya 50 buah.
Penyeleseian :
Q1 = 100
P1 = 75
Q2 = 50
P2 = 50
Menggunakan rumus persamaan garis melalui dua titik :
P P1

P2 P1
Q Q1
Q2 Q1

50 75
Q 100
50 100
1
P 75 Q 50
2
(-50,0)
1
1

P Q 25 P Q 25 x 2 2 P Q 50
2
2

Q 50 2 P
P 75

Jika P = 0

Q = - 50 + 2(0)

Jika Q = 0

0 = - 50 + 2P

Q = - 50
2P = 50

(0,25)

A (- 50,0)
P = 25

B (0,25)

c. Keseimbangan Pasar
Keseimbangan pasar (equilibrium) terjadi jika jumlah barang yang diminta di pasar
sama dengan jumlah barang yang ditawarkan. Persamaan kesimbangan pasar secara
matematik :
Qd=Qs
Qd
: jumlah permintaan
Qs
: jumlah penawaran
E
: titik keseimbangan
Pe
: harga keseimbangan
Qe
: jumlah keseimbangan

Pe
0

Excess Supply
E
Excess Demand
Qe

Qs

Qd

Berdasarkan grafik diatas keseimbangan ditunjukkan pada perpotongan kurva


permintaan dengan kurva penawaran sehingga tercipta harga keseimbangan
(equilibrium price) dan jumlah keseimbangan (equilibrium quantity).
Pada umumnya, agar titik keseimbangan mempunyai arti, nilai dari Q dan P harus
positif atau nol, artinya kurva permintaan dan kurva penawaran harus berpotongan
di kuadran pertama.
Dalam grafik di atas juga terdapat Excess Demand dan Excess Supply dari suatu
pasar.
a) Excess Demand adalah kelebihan jumlah permintaan akibat penurunan harga
(demand>supply). Hal ini terjadi manakala pemerintah menetapkan kebijakan
harga maksimum. Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi konsumen berdaya
beli rendah.
b) Excess Supply adalah kelebihan jumlah penawaran akibat kenaikan harga
(supply>demand). Kondisi ini terjadi jika pemerintah menetapkan harga
minimum, tujuannya adalah melindungi produsen dari kerugian.
Misal :
Diketahui jumlah permintaan dan penawaran terhadap barang C pada berbagai
tingkat harga sebagai berikut :
Harga (P)
400
500
600

Jumlah Permintaan (Qd)


60
50
30

Jumlah Penawaran (Qs)


20
50
60

Harga barang C di pasar terjadi pada harga Rp 500,00 dengan jumlah penawaran dan
permintaan masing-masing 50 unit dan membentuk keseimbangan pasar.
Ketika kebijakan harga maksimum diberlakukan, harga turun menjadi Rp 400,00
sehingga menyebabkan naiknya permintaan menjadi 60 unit. Di sisi lain
mengakibatkan turunnya jumlah penawaran menjadi 20 unit. Sehingga jumlah
permintaan lebih besar daripada penawaran sebesar :
60 20 unit = 40 unit (Excess demand).

Ketika kebijakan harga minimum diberlakukan, harga naik menjadi Rp 600,00


sehingga menyebabkan turunnya permintaan menjadi 30 unit. Hal ini meningkatkan
jumlah penawaran menjadi 60 unit. Maka terjadilah kelebihan penawaran atas
permintaan sebesar :
60 30 unit = 30 unit (Excess supply).
Grafik :

Contoh Soal 3 :
Tentukan titik keseimbangan dari persamaan permintaan P = 12 2Q dan persamaan
penawaran P = 3/2Q + 2!
Penyeleseian :
Permintaan : P = 12 2Q
Penawaran : P = 3/2Q + 2
Qd QS

Qd = 6 1/2P
Qs = 2/3P 4/3

P
(0,12)

6 12 P 23 P 43

P = 3/2Q + 2

43
18 4
P
6
3
22 6
P

3 7
44
2
P
6
7
7
1 44 42 22 20
6
Q 6

2
2 7
7
7
7

Jadi, titik keseimbangannya ( 2

6
7

E (2

(0,2)

,6

2(- 4/3,0)
7 )

6
7

P = 12 2Q
0

2. Pengaruh Pajak Spesifik terhadap Keseimbangan Pasar

(6,0)

Pengaruh pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang menyebabkan harga jual
barang tersebut naik. Sebab setelah dikenakan pajak (t), produsen akan berusaha
mengalihkan sebagian beban pajak tersebut kepada konsumen, yaitu dengan jalan
menawarkan harga jual yang lebih tinggi daripada harga keseimbangan sebelum pajak.
Jika sebelum pajak persamaan penawarannya P = a + bQ maka sesudah pajak akan

menjadi P = a + bQ + t = ( a + t ) + bQ atau Q =

a
b

1
b

(P t).

Contoh Soal 4 :
Fungsi permintaan akan suatu barang Q + P = 5 sedangkan penawarannya 2Q P = 5,5.
Terhadap barang tersebut dikenakan pajak 3 per unit. Berapa harga keseimbangan dan
jumlah keseimbangan sebelum pajak, dan berapa pula harga keseimbangan dan jumlah
keseimbangan sesudah pajak?
Penyeleseian :
Sebelum Pajak :
Permintaan : Q + P = 5
Penawaran
: 2Q P = 5,5

Q=5P
Q = 2,75 + 0,5P

Keseimbangan Pasar :
Qd = Qs
5 P = 2,75 + 0,5P
1,5P = 2,25
P = 1,5

Q=5P
Q = 5 1,5
Q = 3,5

Jadi, sebelum pajak : Pe = 1,5 dan Qe = 3,5


Sesudah Pajak :
Permintaan : Q + P = 5
Penawaran
: 2Q P = 5,5

E(3

1
2

,1

1
2

Q=5P
(persamaan permintaannya tetap)
P = 2Q 5,5
P = 2Q 5,5 + 3
P = 2Q 2,5
Q = 0,5P + 1,25

Keseimbangan Pasar :
Qd = Qs
5 P = 0,5P + 1,25
1,5P = 3,75
P = 2,5

Q = 5 2,5
Q = 2,5

1
2 ,2

Titik keseimbangan E ( 2

Q=5P
Jadi, sesudah pajak : Pe = 2,5 dan Qe = 2,5

E ( 2

1
2

,2

1
2

1
2

Qs

Qs

Catatan :
-

Pengenaan pajak sebesar t atas


setiap unit barang yang dijual
menyebabkan kurva penawaran
bergeser ke atas dengan penggal
yang lebih besar/lebih tinggi pada
sumbu harga.

Dengan kurva penawaran yang


lebih tinggi, dan ceteris paribus,
titik keseimbangan pun akan
bergeser menjadi lebih tinggi

(0,5)
E (2

E (3

(2
(0,- 2 0
1
2 5)
(0,-

1
2

3
4 ,

(5,0)
(2

3
4

,
1
2 ,
Q

Qd
1
Karena produsen mengalihkan sebagian beban pajak kepada konsumen melalui harga
2 )
jual yang lebih tinggi, akhirnya beban pajak ditanggung bersama oleh produsen maupun
konsumen. Adapun besarnya bagian beban pajak untuk konsumen dan produsen, serta
jumlah pajak yang diterima pemerintah dapat diketahui melalui persamaan berikut ini :
Pajak Konsumen

Ket :
tk = pajak konsumen
Pajak Produsen
:
Pe = harga keseimbangan sesudah
tp = t tk
pajak
Pajak Diterima Pemerintah :
Pe = harga keseimbangan sebelum
T = Qe x t
pajak
tp = pajak produsen
Contoh Soal 5 :
t = pajak per unit barang
Berdasarkan contoh soal 4, tentukan masing-masing nilai pajak konsumen, pajak
T = pajak yang diterima pemerintah
produsen, dan jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah!
Penyeleseian :
Pajak Konsumen
: tk = 2,5 1,5 = 1/ unit
Pajak Produsen
: tp = 3 1 = 2/ unit
Pajak Diterima Pemerintah : T = 2,5 x 3 = 7,5
tk = Pe Pe

3. Pengaruh Pajak Proporsional terhadap Keseimbangan Pasar


Pajak proporsional ialah pajak yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase tertentu
dari harga jual, bukan ditetapkan secara spesifik per unit barang. Meskipun pengaruhnya
serupa dengan pengaruh pajak spesifik, menaikkan harga keseimbangan dan mengurangi
jumlah keseimbangan, namun analisisnya sedikit berbeda.
Berikut persamaan penawaran yang baru jika dikenakan pajak proporsional :
Atau
a
b
P = a + bQ + tP
a (1t)
P=
+
Q
Q=
+
P
(1t) ( 1t)
b
b

4. Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar


Subsidi merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen dan konsumen,
sehingga subsidi selalu mengurangi harga barang yang ditawarkan (Pd) atau hanya
mempengaruhi fungsi penawaran, sedang fungsi permintaannya tetap.
Bila fungsi harga penawaran Ps = f(Q) dengan adanya subsidi (s) membuat harga
penawaran baru yaitu:
Ps = a + bQ s
Sedangkan bila fungsi jumlah penawaran ialah Qs = f(P), dengan adanya subsidi (s),
maka jumlah penawaran yang baru adalah:
Qs = a + b (P + s)
Sehingga keseimbangan pasar yang baru terjadi ketika:
Pd = Ps atau Qd = Qs
dimana:
Ps : harga penawaran setelah subsidi
Qs: jumlah penawaran setelah subsidi
s : subsidi dari pemerintah
Besarnya subsidi yang diberikan pemerintah serta subsidi diterima oleh konsumen dan
produsen dapat dihitung melalui rumus berikut ini:
Subsidi untuk Konsumen
:
Per unit
:
sk = Pe Pe
Secara Keseluruhan :
sk = (Pe Pe) x Qe
Subsidi untuk Produsen:
sp = s sk
Subsidi yang diberikan Pemerintah :

Ket :
sk = pajak konsumen
Pe = harga keseimbangan sesudah
pajak
Pe = harga keseimbangan sebelum
pajak
sp = pajak produsen
S = Qe x s
s = pajak per unit barang
Contoh Soal 6 :
S = pajak subsidi
yang diterima
Berdasarkan persamaan pada Contoh Soal 4, pemerintah memberikan
sebesarpemerintah
1,5
Qe = jumlah keseimbangan setelah
per unit. Hitunglah :
1) Keseimbangan pasar setelah subsidi.
3) Subsidi yang diberikan pemerintah.
4) Subsidi untuk konsumen.
5) Subsidi untuk produsen.
Penyelesaian :
1) Diketahui keseimbangan pasar sebelum subsidi =
1
1
Pe = 1,5 dan Qe = 3,5
E(3 2 ,1 2 )
Keseimbangan pasar setelah subsidi
Fungsi penawaran baru setelah subsidi adalah :
Permintaan : Q + P = 5
Q=5P
(persamaan permintaannya tetap)
Penawaran : 2Q P = 5,5
P = 2Q 5,5

P = 2Q 5,5 1,5
P = 2Q 7

Q = 0,5P + 3,5

Keseimbangan Pasar :
Qd = Qs
5 P = 0,5P + 3,5
1,5P = 1,5
P=1

Q=5P
Q=51
Q=4
Titik keseimbangan E ( 4 , 1 )

Jadi, sesudah subsidi : Pe = 1 dan Qe = 4


P

Qs

E ( 4 , 1 )
Catatan :
- Pemberian subsidi spesifik sebesar s,
kurva penawaran bergeser sejajar ke
bawah dengan penggal yang lebih
kecil (lebih rendah) pada sumbu
harga.

Qs

(0,5)

(2

1
E (3 E
2 ( ,4,1 )
3
(3
(5,0)
4
1
2 ,

Q
Qd

Dengan kurva penawaran yang lebih


rendah, dan ceteris paribus, titik
keseimbangan pun akan bergeser
menjadi lebih rendah.

(0,- 5
1
(0,- 7)
2 )

2) Subsidi yg diberikan pemerintah:


S = s x Qe
S = 1,5 x 4
S=6
4) Subsidi untuk produsen :
sp = S sk
sp = 6 2

Pengaruh subsidi yang diberikan atas


produksi / penjualan suatu barang
menyebabkan harga jual barang
tersebut menjadi lebih rendah.
Dengan subsidi, ongkos produksi
menjadi lebih kecil sehingga
3) Subsidi
untuk konsumen
:
produsen
bersedia menjual
lebih
sk = (Pe Pe) x Qe
sk =murah.
(1,5 1) x 4
Akibatnya
sk = 0,5 x 4 harga keseimbangan di
lebih rendah daripada harga
sk =pasar
2
keseimbangan sebelum subsidi dan
jumlah keseimbangannya menjadi
sp = 4
lebih banyak.

5. Fungsi Biaya dan Fungsi Penerimaan


Fungsi biaya merupakan hubungan antara biaya dengan jumlah produksi yang
dihasilkan. Fungsi biaya dapat digambarkan ke dalam kurva dan kurva biaya
menggambarkan titik-titik kemungkinan besarnya biaya di berbagai tingkat produksi.
Terdiri atas tiga jenis, yaitu :
1) Fixed cost atau fungsi biaya tetap (FC) merupakan fungsi yang tidak bergantung
pada jumlah produk yang diproduksi. Jadi fungsi biaya tetap adalah fungsi
konstanta.

FC = k dengan k : konstanta positif

2) Variabel cost atau biaya variabel (VC) adalah fungsi biaya yang berubah-ubah yang
besarnya bergantung dari jumlah barang yang diproduksi. Jadi : VC = f(Q)
merupakan hasil kali antara biaya produksi per unit dengan jumlah barang yang
diproduksi.
VC = f ( Q ) = vQ dengan v : lereng kurva VC dan kurva C
3) Total Cost, dilambangkan dengan C (Cost) atau TC (Total Cost) merupakan
penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel.
TC = FC + VC = k + vQ
Contoh Soal 6 :
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan sebesar Rp. 1.000.000,-.
Sedangkan biaya variabelnya ditunjukkan oleh persamaan VC = 500Q. Tunjukkan
persamaan dan kurva biaya totalnya! Berapa biaya total yang dikeluarkan jika
perusahaan tersebut memproduksi 9.000 unit barang?
Penyeleseian :
FC = 1.000.000
TC = FC + VC = 1.000.000 + 500Q
VC = 500QTC
Jika Q = 9.000, TC = 1.000.000 + 500 (9.000) = 5.500.000
= 500 (9.000) = 4.500.000
TC =1.000.000 + 500Q
5.500.000

VC = 500Q

4.500.000

FC
9.000
Q
Catatan0 :
1.000.000
- Kurva biaya tetap (FC) berupa sebuah garis lurus sejajar sumbu jumlah
- Kurva biaya variabel (VC) berupa sebuah garis lurus berlereng positif dan bermula
dari titik pangkal
Fungsi Penerimaan disebut juga fungsi pendapatan atau fungsi hasil penjualan,
dilambangkan dengan R (Revenue) atau TR (Total Revenue). Fungsi Penerimaan
merupakan fungsi dari output :
Fungsi penerimaan
hasil kali
harga
jual per
unit
dengan
jumlah barang
TR= merupakan
R = f (Q) dengan
Q :antara
jumlah
produk
yang
laku
terjual
yang diproduksi dan laku dijual.
Fungsi penerimaan bukan saja melambangkan
TR = Q x Pjumlah
= f (Q)barang yang dihasilkan, tetapi juga
melambangkan jumlah barang yang terjual dengan asumsi bahwa perusahaan selalu
berhasil menjual setiap barang yang dihasilkan.

Contoh Soal 7 :
Berdasarkan Contoh Soal 6, tunjukkan persamaan dan kurva penerimaan total
perusahaan, serta besarnya penerimaan jika harga jual barang dari perusahaan Rp. 1000,per unit!
Penyeleseian :
TR = Q x P
TR = Q x 1000

Jika Q = 9.000, TR = 1.000 x 9.000 = 9.000.000

TR = 1000QTR
TR = 1000Q
9.000.000

4.500.000

4.500
Catatan : 0
- Kurva fungsi penerimaan berupa garis lurus berlereng positif dan bermula dari titik
pangkal
6. Analisis Pulang Pokok/Break Event Point (Titik Impas) 9.000
Setelah diketahui nilai TR

dan TC dapat dianalisa

apakah perusahaan mendapat

keuntungan ataukah mengalami kerugian. BEP (Break Even Point) atau titik impas
adalah suatu titik atau keadaan dimana suatu perusahaan tidak memperoleh keuntungan
dan juga tidak mengalami kerugian. Dengan kata lain, keuntungan atau kerugiannya
bernilai nol. Jumlah unit yang dihasilkan dalam keadaan BEP dapat ditentukan melalui
rumus :

BEP Q

Biaya Tetap
Harga Jual Per Unit - Biaya Variabel Per Unit

Persamaan BEP ditentukan dengan rumus :

Contoh Soal 8 :

= 0 , TR = TC

Berdasarkan Contoh Soal 6 dan 7, pada tingkat produksi berapa unit perusahaan tersebut
berada dalam posisi pulang-pokok (BEP)? Apa yang terjadi jika perusahaan berproduksi
sebanyak 9000 unit?

Penyeleseian :

= TR TC

BEP :

= 0, TR TC = 0

TR = TC
1000Q = 1.000.000 + 500Q
500Q = 1.000.000

= 2.000

Jika Q = 9.000, maka :


TR

= 1000 (9000) = 9.000.000

TC

= 1.000.000 + 500 (9000)


= 5.500.000

Keuntungan :

= TR TC = 3.500.000

TC, TR,

TR = 1000Q

9.000.000

5.500.000

TC =1.000.000 + 500Q
>0

VC = 500Q

4.500.000
2.000.000
1.000.000

BEP

FC = 1.000.000

<0

2.000

9.000

Posisi BEP pada grafik di atas ditunjukkan pada tingkat produksi 2.000 unit dengan TR
dan TC sama-sama sebesar Rp. 2.000.000,-. Pada tingkat produksi 9.000 unit perusahaan
memperoleh keuntungan sebesar Rp. 3.500.000,-.
Catatan :
-

Keuntungan (profit positif,

> 0) jika TR > TC dan secara grafik kurva TR di atas

kurva TC (terlihat pada grafik di atas).


-

Kerugian (profit negatif,

< 0) jika TR < TC dan secara grafik kurva TR di bawah

kurva TC (terlihat pada grafik di atas).


-

Keadaan tidak untung maupun tidak rugi (keadaan pulang pokok,

= 0) jika TR =

TC dan secara grafik ditunjukkan oleh perpotongan kurva TR dan kurva TC (terlihat
pada grafik di atas).

You might also like