You are on page 1of 12

DEFINISI ETIKA

BISNIS

Nama

: Andree Maulana Yusuf (10213939)


Rifqi Ramadhan (17213684)
Syah Rochman (18213732)
Stanislaus Yoseph T. K. (18213634)
Trias Prasetyo (18213983)

Dosen

: Bani Zamzani, SE., MM.

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala
pertolongan-Nya, akhirnya saya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Definisi Etika Bisnis. Guna memenuhi salah satu tugas untuk
memenuhi mata kuliah Etika Bisnis pada Universitas Gunadarma.
Kami penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,
sulit kiranya bagi saya penulis untuk menyelesaikan makalah. Oleh karena itu,
pada kesempatan yang baik ini, saya penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1.

Bapak Dosen Bani Zamzani selaku guru besar Universitas Gunadarma, yang
telah memberi kesempatan kepada kami penulis untuk menimba ilmu di
Universitas Gunadarma.
Akhirnya saya penulis menyadari dan merasa bahwa makalah ini belum

sempurna, karena itu saya penulis pun terbuka terhadap kritik dan saran yang
membangun. Meskipun demikian saya penulis berharap bahwa makalah ini dapat
pula berguna bagi pihak-pihak lain yang memerlukan.

Bekasi, 14 Oktober 2016

Andree Maulana Yusuf


Rifqi Ramadhan
Syah Rochman
Stanislaus Yoseph T. K
Trias Prasetyo

DEFINISI ETIKA BISNIS


A.

Latar Belakang
Etika

bisnis merupakan

etika

terapan. Etika

bisnis merupakan

aplikasi pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam
institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis.
Pembahasan tentang etika bisnis harus dimulai dengan menyediakan
kerangka prinsip-prinsip dasar pemahaman tentang apa yang dimaksud
dengan istilah baik dan benar, hanya dengan cara itu selanjutnya seseorang
dapat membahas implikasi-implikasi terhadap dunia bisnis.Etika dan
Bisnis, mendeskripsikan etika bisnis secara umum dan menjelaskan
orientasi

umum

terhadap

bisnis,

dan

mendeskripsikan

beberapa

pendekatan khusus terhadap etika bisnis, yang secara bersama-sama


menyediakan dasar untuk menganalisis masalah-masalah etis dalam
bisnis.
Perbincangan tentang "etika bisnis" di sebagian besar paradigma
pemikiran pebisnis terasa kontradiksi interminis (bertentangan dalam
dirinya sendiri), mana mungkin ada bisnis yang bersih, bukankah setiap
orang yang berani memasuki wilayah bisnis berarti ia harus berani (paling
tidak) "bertangan kotor".
Apalagi ada satu pandangan bahwa masalah etika bisnis seringkali
muncul berkaitan dengan hidup matinya bisnis tertentu, yang apabila
"beretika" maka bisnisnya terancam pailit. Disebagian masyarakat yang nir
normative dan hedonistik materialistk, pandangan ini tampkanya bukan
merupakan rahasia lagi karena dalam banyak hal ada konotasi yang
melekat bahwa dunia bisnis dengan berbagai lingkupnya dipenuhi dengan
praktik-praktik yang tidak sejalan dengan etika itu sendiri.
Namun kalau bisnis punya etika,maka pertanyaan yang segera timbul
adalah manakah norma-norma atau prinsip etika yang berlaku dalam
kegiatan bisnis. Apakah prinsip-prinsip itu berlaku universal, terutama

mengingat kenyataan mengenai bisnis global yang tidak mengenal batasbatas negara dewasa ini? Demikian pula, bagaimana caranya agar prinsipprinsip tersebut bisa operasional dalam kegiatan bisnis? Inilah beberapa
pertanyaan yang ingin kami jawab dalam bab ini. Pada akhir bab ini kami
akan singgung secara sekilas apa yang dikenal sebagai stakeholder, yang
dengan itu memperlihatkan relevansi sekaligus juga operasionalisasi etika
bisnis, khususunya prinsip-prinsip etika bisnis, dalam kegiatan bisnis suatu
perusahaan.

B.

Definisi Etika dan Bisnis


Pertama adalah kata etika, Menurut bahasa Yunani, kata etika
berawal dari kata ethos yang memiliki arti sikap, perasaan, akhlak,
kebiasaan, watak. Sedangkan Magnis Suseno berpendapat bahwa etika
merupakan bukan suatu ajaran melainkan suatu ilmu.
Kata kedua adalah bisnis, yang diartikan sebagai suatu usaha. Jika
kedua kata tersebut dipadukan, yaitu etika bisnis maka dapat didefinisikan
sebagai suatu tata cara yang dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan
kegiatan berbisnis. Dimana dalam tata cara tersebut mencakup segala
macam aspek, baik dari individu, institusi, kebijakan, serta perilaku
berbisnis.
Pengertian Etika Bisnis dan Cara Penyusunannya. Untuk menyusun
etika bisnis yang bagus, maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini,
yaitu tentang pengendalian diri, pertanggungjawaban sosial, menjadikan
persaingan secara sehat, penerapan konsep yang berkelanjutan, dapat
mempertahankan keyakinannya, konsisten dengan sebuah aturan yang
sudah disepakati bersama, penumbuhan kesadaran serta rasa memiliki
dengan apa yang sudah disepakati, menciptakan suatu sikap untuk saling
percaya pada antar golongan pengusaha, serta perlu diadakannya sebagian
dari etika bisnis untuk dimasukkan dalam hukum yang dapat berupa suatu
perundang-undangan.

C.

Etika Bisnis
Etika bisnis adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan cara
melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang masih
berkaitan dengan personal, perusahaan ataupun masyarakat. atau bisa juga
diartikan pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku
secara universal secara ekonomi maupun sosial.

D.

Etika Moral, Hukum dan Agama

D.1

Etika Moral
Etika lebih condong kearah ilmu tentang baik atau buruk. Selain itu
etiak lebih sering asas dan atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk
atau dengan kata lain moralitas merupakan pedoman/ standart yang
dimiliki oleh individu atau kelompok mengenai benar atau salah dan baik
atau buruk.

D.2

Etika Hukum
Hubungan etika dan hukum secara umum, kebanyakan orang
percaya bahwa sifat mematuhi hukum adalah juga sifat yang beretika.
Perbedaan etika dan hukum diuraiakn sebagai berikut:
1. Hukum pada dasarnya tidak hanya mencakupketentuan yang
dirumuskan secara tertulis, tapi juga nilai-nilai konvensi yang telah
menjadi norma di masyarakat.
2. Etika mencakup lebih banyak ketentuan yang tidak tertulis.
3. Pada umumnya kebanyakan orang percaya bahwa dengan perilaku
yang patuh terhadap hukum adalah juga merupakan perilaku yang etis.
4. Banyak sekali standart perilaku yang sudah disepakati oleh
masyarakat yang tidak tercakup dalam hukum, sehingga terdapat
bagian etika yang tercakup dalam hukum dan sebagian juga tidak
tercakup.

5. Norma hukum cepat ketinggalan zaman, hingga bisa menyebabkan


celah hukum.

D.3

Etika Agama
Etika mendukung keberadaan agama, dimana etika sanggup
membantu manusia dalam menggunakan akal pikiran untuk memecahkan
masalah. Pada dasarnya agama memberikan ajaran moral untuk menjadi
pegangan bagi perilaku para penganutnya.

E.

Klasifikasi
Menurut buku yang berjudul Hukum dan Etika Bisnis karangan
Dr. H. Budi Untung, S.H., M.M, etika dapat diklasifikasikan menjadi:
1.

Etika Deskriptif
Etika deskriptif yaitu etika di mana objek yang dinilai adalah sikap
dan perilaku manusia dalam mengejar tujuan hidupnya sebagaimana
adanya. Nilai dan pola perilaku manusia sebagaimana adanya ini
tercemin pada situasi dan kondisi yang telah membudaya di
masyarakat secara turun-temurun.

2.

Etika Normatif
Etika normatif yaitu sikap dan perilaku manusia atau massyarakat
sesuai dengan norma dan moralitas yang ideal. Etika ini secara umum
dinilai memenuhi tuntutan dan perkembangan dinamika serta kondisi
masyarakat. Adanya tuntutan yang menjadi avuan bagi masyarakat
umum atau semua pihak dalam menjalankan kehidupannya.

3.

Etika Deontologi
Etika deontologi yaitu etika yang dilaksanakan dengan dorongan oleh
kewajiban untuk berbuat baik terhadap orang atau pihak lain dari
pelaku kehidupan. Bukan hanya dilihat dari akibat dan tujuan yang
ditimbulakan oleh sesuatu kegiatan atau aktivitas, tetapi dari sesuatu
aktivitas yang dilaksanakan karena ingin berbuat kebaikan terhadap
masyarakat atau pihak lain.

4.

Etika Teleologi
Etika Teleologi adalah etika yang diukur dari apa tujuan yang dicapai
oleh para pelaku kegiatan. Aktivitas akan dinilai baik jika bertujuan
baik. Artinya sesuatu yang dicapai adalah sesuatu yang baik dan
mempunyai akibat yang baik. Baik ditinjau dari kepentingan pihak
yang terkait, maupun dilihat dari kepentingan semua pihak. Dalam
etika ini dikelompollan menjadi dua macam yaitu :
Egoisme

Egoisme yaitu etika yang baik menurut pelaku saja, sedangkan bagi
yang lain mungkin tidak baik.
Utilitariansme

Utilitarianisme adalah etika yang baik bagi semua pihak, artinya


semua pihak baik yang terkait langsung maupun tidak langsung
akan menerima pengaruh yang baik.
5.

Etika Relatifisme
Etika

relatifisme

adalah

etika

yang

dipergunakan

di

mana

mengandung perbedaan kepentingan antara kelompok pasrial dan


kelompok universal atau global. Etika ini hanya berlaku bagi
kelompok passrial, misalnya etika yang sesuai dengan adat istiadat
lokal, regional dan konvensi, sifat dan lain-lain. Dengan demikian
tidak berlaku bagi semua pihak atau masyarakat yang bersifat global.

F.

Konsepsi Etika
Etika adalah suatu cabang filsafat yang membicarakan tentang
perilaku manusia. Atau dengan kata lain, cabang filsafat yang mempelajari
tentang baik dan buruk. Untuk menyebut etika, biasanya ditemukan
banyak istilah lain : moral, norma dan etiket. Seperti halnya dengan
banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah etika pun bersal
dari Yunani kuno. Kata Yunani ethos merupakan bentuk tunggal yang
bisa memiliki banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput,
kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap dan cara berpikir.

Bentuk jamaknya adalah ta etha yang berarti: adat kebiasaan. Dan arti
terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika
dalam filsafat. Dalam sejarahnya, Aristoteles (384-322 SM) sudah
menggunakan istilah ini yang dirujuk kepada filsafat moral.
Istilah lainnya yang memiliki konotasi makna dengan etika adalah
moral. Kata moral dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa Latin
mores yang berarti adat kebiasaan. Kata mores ini mempunyai sinonim;
mos, moris, manner mores, atau manners, morals. Kata moral berarti
akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata
tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam
hidup. Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang
menjadi etika.
Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang
diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Pada
hakikatnya moral menunjuk pada ukuran-ukuran yang telah diterima oleh
suatu komunitas, sementara etika umumnya lebih dikaitkan dengan
prinsip-prinsip yang dikembangkan diberbagai wacana etika.

G.

Contoh Kasus
PT. Perusahaan Listrik Negara Persero (PT. PLN) merupakan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberikan mandat untuk menyediakan
kebutuhan listrik di Indonesia. Seharusnya sudah menjadi kewajiban bagi
PT. PLN untuk memenuhi itu semua, namun pada kenyataannya masih
banyak kasus dimana mereka merugikan masyarakat. PT. Perusahaan
Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak di
bidang pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih
merupakan satu-satunya perusahaan listrik sekaligus pendistribusinya.
Dalam hal ini PT. PLN sudah seharusnya dapat memenuhi kebutuhan
listrik bagi masyarakat, dan mendistribusikannya secara merata. Usaha PT.
PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini ditunjukkan karena
PT. PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik dan

tanpa barang pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk


menerapkan harga berapapun yang mereka kehendaki. Kasus ini menjadi
menarik karena disatu sisi kegiatanmonopoli mereka dimaksudkan
untuk kepentingan

mayoritas

masyarakat

dan

sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat sesuai UUD 1945 Pasal 33, namun disisi lain tindakan
PT. PLN justru belum atau bahkan tidak menunjukkan kinerja yang baik
dalam pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat. Seperti berita yang di
lansirkan dari www.RRI.co .id sebagai berikut:
RRI, Surabaya : Meningkatnya kebutuhan listrik masyarakat setiap
tahunnya mengalami peningkatan antara 5-6 persen, namun kondisi
tersebut mengakibatkan stok listrik kian terbatas. Sudah maksimalnya
beban penggunaan sejumlah Gardu Induk (GI) di wilayah Jawa Timur dan
terkendalanya pembangunan GI menyebabkan kondisi kelistrikan di
wilayah membaut Jatim terancam terjadi pemadaman bergilir.
Sedikitnya, ada 9 kabupaten yang terancam terjadinya pemadaman
bergilir hingga dua tahun kedepan diantaranya Surabaya, Sidoarjo,
Bangkalan, Sampang, Sumenep dan Pamekasan.
Dikatakan Rido Hantoro Wakil Kepala Pusat Studi Energi ITS krisis
listrik tidak saja terjadi di Jatim dan Surabaya namun hampir keseluruhan
pulau Jawa juga mengalami krisis listrik.
"Hal ini dipicu terus menurunnya pasokan listrik yang bisa disuplai
kepada konsumen. Program peningkatan daya sebesar 35.000 Megawatt
jika terealisasi dengan cepat, kemungkinan terjadinya krisis bisa
dihindari," terangnya kepada RRI, Rabu (12/11/2014).
Selain kasus diatas yang terjadi di Sidoarjo adapun kasus krisis
listrik terjadi disejumlah kabupaten diseluruh daerah, kasus ini memuncak
saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) memberlakukan
pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta
dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh
pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu dan Minggu, sekali
sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi bakal

dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN


berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin
parah karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit utama di
sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton
Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga
permasalahan serupa untuk pembangkit berbahan bakar minyak (BBM)
PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara Karang.
Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan
listrik masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri
tidak mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik
masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang
kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman
listrik

secara

sepihak

sebagaimana

contoh

diatas.

Kejadian

ini

menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor


menjadi enggan untuk berinvestasi.

H.

Penyelesaian Kasus
Pada dasarnya kegiatan bisnis tidaklah hanya bertujun untuk
memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan
segala cara melainkan perlu adanya perilaku etis yang diterapkan oleh
semua perusahaan. Etika yang diterapkan oleh sebuah perusahaan
bukanlah salah satu penghambat perusahaan untuk dapat berkompetisi
dengan para pesaingnya melainkan untuk dipandang oleh masyarakat
bahwa perusahaan yang menerapkan etika didalam perusahaan bisnis
adalah sebagai perusahaan yang memiliki perilaku etis dan bermoral.
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) telah melakukan tindakan
monopoli, yang menyebabkan kerugian pada masyarakat. Tindakan PT.
PLN ini telah melanggar Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat secara

adil dan merata, sebaiknya Pemerintah membuka kesempatan bagi investor


untuk mengembangkan usaha di bidang listrik. Akan tetapi Pemerintah
harus tetap mengontrol dan memberikan batasan bagi investor tersebut,
sehingga tidak terjadi penyimpangan yang merugikan masyarakat serta
Pemerintah dapat memperbaiki kinerja PT. PLN saat ini, sehingga menjadi
lebih baik demi tercapainya kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat
banyak sesuai amanat UUD 1945 Pasal 33. Selain daripada itu bukan
hanya pihak pemerintahan yang harus berpartisipati kita sebagai
masyarakat yang cerdas sudah seharusnya berpikir terbuka dan cerdas
untuk masa depan, gunakanlah sumber daya alam yang terdapat di negeri
ini secukupnya agar sumber daya alam kita tetap terjaga sehingga penerus
bangsa nanti bisa merasakan sumber daya alam yang sama. Jangan
memandang karena kita mampu membayar kita bisa menggunakan sumber
daya alam secara berlebihan. Hal tersebut tidak etis dan tidak
menunjukkan sikap masyarakat yang cerdas. Save our energy and love our
earth.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Yofie. Pelanggaran Etika Bisnis.


http://yofie12ek.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2013/05/06/pelanggaran-etikabisnis-dan-norma-hukum/. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2016.
Baron. 2003. Etika Bisnis. Balai Pustaka, Jakarta.
LPP Community. Etika Bisnis: Monopoli Kasus PT. Perusahaan Listrik
Negara
https://lppcommunity.wordpress.com/2009/01/08/etika-bisnismonopoli-kasus-pt-perusahaan-listrik-negara/. Diakses pada tanggal 14
Oktober 2016.
Quickstart Indonesia. Etika Bisnis.
http://quickstart-indonesia.com/etika-bisnis/. Diakses pada tanggal 14
Oktober 2016.
Pusatmakalah. Makalah Etika Bisnis.
http://www.pusatmakalah.com/2014/12/makalah-etika-bisnis.html.
Diakses pada tanggal 14 Oktober 2016.
Sulistyani, Danisa Pujiati. Prinsip Etika Dalam Bisnis Serta Etika dan
Lingkungan. http://danisapujiati94.blogspot.co.id/2015/10/prinsip-etikadalam-bisnis-serta-etika.html. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2016.

You might also like