You are on page 1of 5

TUGAS

ANALISIS PERMASALAHAN MAKRO


UTANG LUAR NEGERI

Disusun Oleh:
Laksita Nirmalasari (14808141005)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017

Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 4.273 Triliun

BI melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir


triwulan II 2016 tercatat sebesar US$ 323,8 miliar.
Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan Utang
Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan II 2016 tercatat
sebesar US$ 323,8 miliar atau mencapai Rp 4.273 triliun (estimasi
kurs 13.197 per dolar AS). Utang Luar Negeri Indonesia pada akhir
triwulan II 2016 ini naik 6,2 persen jika dibanding dengan periode
yang sama tahun sebelumnya.
Dikutip dari laporan Bank

Indonesia,

Selasa

(23/8/2016),

berdasarkan jangka waktu asal, Utang Luar Negeri jangka panjang


tumbuh 7,7 persen, sementara Utang Luar Negeri jangka pendek
turun 3,1 persen.
Berdasarkan kelompok peminjam, pertumbuhan tahunan Utang
Luar Negeri sektor publik meningkat, sementara pertumbuhan
tahunan Utang Luar Negeri sektor swasta menurun.
Dengan perkembangan tersebut, rasio Utang Luar Negeri terhadap
produk domestik bruto (PDB) pada akhir triwulan II 2016 tercatat
sebesar 36,8 persen, sedikit meningkat jika dibanding akhir trilulan I
2016 yang tercatat 36,6 persen.
Berdasarkan jangka waktu asal, posisi Utang Luar Negeri Indonesia
didominasi oleh Utang Luar Negeri jangka panjang. Posisi Utang
Luar Negeri berjangka panjang pada akhir triwulan II 2016
mencapai US$ 282,3 miliar atau 87,2 persen dari total Utang Luar
Negeri.
Di sisi lain, posisi Utang Luar Negeri berjangka pendek pada akhir
triwulan II 2016 tercatat sebesar US$ 41,5 miliar atau 12,8 persen
dari total Utang Luar Negeri.

Meski secara tahunan menurun, posisi Utang Luar Negeri jangka


pendek pada akhir triwulan II tersebut meningkat dibandingkan
dengan

posisi

pada

akhir

triwulan

sebelumnya.

Dengan

perkembangan tersebut, rasio utang jangka pendek terhadap


cadangan devisa tercatat sebesar 37,8 persen pada triwulan II
2016.
Berdasarkan

kelompok

peminjam,

posisi

Utang

Luar

Negeri

Indonesia sebagian besar terdiri dari Utang Luar Negeri sektor


swasta. Pada akhir triwulan II 2016, posisi Utang Luar Negeri sektor
publik sebesar US$ 158,7 miliar atau 49,0 persen dari total Utang
Luar Negeri. Sementara Utang Luar Negeri sektor swasta mencapai
US$ 165,1 miliar atau 51 persen dari total Utang Luar Negeri.
ULN sektor publik tumbuh meningkat menjadi 17,9 persen pada
triwulan II 2016 dari triwulan sebelumnya sebesar 14 persen.
Sementara Utang Luar Negeri sektor swasta turun 3,1 persen lebih
dalam dibandingkan dengan penurunan pada triwulan sebelumnya
sebesar 0,5 persen.
Bank Indonesia memandang perkembangan Utang Luar Negeri pada
triwulan II 2016 masih cukup sehat, namun terus mewaspadai
risikonya terhadap perekonomian nasional.
Ke depan, BI akan terus memantau perkembanganUtang Luar
Negeri, khususnya Utang Luar Negeri sektor swasta. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa Utang Luar
Negeri dapat

berperan

secara

optimal

dalam

mendukung

pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat


mempengaruhi stabilitas makroekonomi.

Analisis Permasalahan Makro:

Permasalahan makro yang terdapat di artikel di atas adalah


permasalahan mengenai utang luar negeri di Indonesia. Diketahui
bahwa terdapat kenaikan utang sebesar 6,2% dari tahun lalu.
Kenaikan utang luar negeri masih dalam tahap aman namun bila
terjadi kenaikan secara terus-menerus maka akan berpengaruh
terhadap perekonomian Indonesia.
Walaupun hutang ke luar negeri terkesan lebih merugikan bagi Indonesia, namun
Indonesia tetap membutuhkan hal tersebut karena setidaknya ada dua alasan mengapa
pemerintah di negara-negara berkembang tetap membutuhkan utang luar negeri.
Pertama, utang luar negeri dibutuhkan sebagai tambahan modal bagi pembangunan
prasarana fisik. Infrastruktur merupakan investasi yang mahal dalam pembangunan.
Kedua, utang luar negeri dapat digunakan sebagai penyeimbang neraca pembayaran.
Alasan lain mengapa Indonesia membutuhkan hutang ke luar negeri adalah:
1. Defisit Transaksi Berjalan (TB)
TB merupakan perbandingan antara jumlah pembayaran yang diterima
dari luar negeri dan jumlah pembayaran ke luar negeri. Dengan kata lain,
menunjukkan operasi total perdagangan luar negeri, neraca perdagangan, dan
keseimbangan antara ekspor dan impor, pembayaran transfer.
2. Meningkatnya kebutuhan investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang. Hampir setiap tahun Indonesia
menghadapi kekurangan dana investasi.
3. Meningkatnya Inflasi
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor . Laju inflasi mempengaruhi tingkat suku bunga, karena
ekspektasi inflasi merupakan komponen suku bunga nominal. trand inflasi
meningkat menyebabkan Bank Indonesia memangkas suku bunga. Dengan

rendahnya suku bunga maka minat orang untuk berinvestasi rendah, maka
pemerintah untuk memenuhi belanja negaranya melalui pinjaman luar negeri.
4. Struktur perekonomian tidak efisien
Karena tidak efisien dalam penggunaan modal, maka memerlukan
invetasi besar. Hal ini akan mendorong utang luar negeri.

Untuk menanggulangi hutang luar negeri dan menekan kerugian akibat hutang luar
negeri maka diperlukan solusi, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan ekonomi
pedesaan dan pemberian modal usaha kecil seluasnya.
2. Meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang mewah dan impor.
3. Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut dan mengarah pada
satu titik maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional, melepaskan secara
bertahap ketergantungan utang luar negeri.
4. Menggalakan kebanggaan akan produksi dalam negeri, meningkatkan
kemauan dan kemampuan ekspor produk unggulan dan membina jiwa
kewirausahaan masyarakat. Negeri Indonesia ini sebenarnya kaya akan
sumber daya alam unggulan sehingga bila kita manfaatkan secara maksimal
maka akan memberikan devisa negara,
5. Mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan
kesehjateraan yang berkeadilan dan merata.

You might also like