You are on page 1of 34

ENERGI POTENSIAL GRAVITASI UNTUK GERAK SEPANJANG

LINTASAN MELENGKUNG
Flain
x
y1

s
w = mg

y2

w=

mg
0
(a)

(b)

Gambar 4. (a) Perpindahan sepanjang lintasan melengkung, (b) Kerja yang


dilakukan oleh gaya gravitasi w = mg hanya bergantung pada komponen
perpindahan vertical y (dalam gambar ini y negatif).
Pada benda bekerja gaya gravitasi w = mg dan mungkin gaya-gaya lain yang
resultantenya disebut Flain. Untuk mencari besar kerja yang dikerjakan oleh
gaya gravitasi selama perpindahan, lintasan dibagi menjadi bagian-bagian
kecil s, seperti pada gambar 4 (b). Kerja yang dilakukan oleh gaya gravitasi
pada bagian ini merupakan hasil kali skalar antara gaya dan jarak
(perpindahan). Dalam satuan bentuk vektor, gaya adalah w = mg = - mgj
dan perpindahan adalah s = xi + yj, sehingga kerja yang dilakukan oleh
gaya gravitasi adalah :

w s = mgj (xi + yj) = mgy

Kerja yang dilakukan oleh gaya gravitasi sama seolah benda telah
mengalami perpindahan vertikal y, tanpa perpindahan horizontal. Hal ini
berlaku sama untuk setiap bagian, sehingga kerja total yang dilakukan oleh
gaya gravitasi adalah perkalian antara mg dengan perpindahan total
vertikal (y2 y1).

Wgrav = mg(y2 y1) = mgy1 mgy2 = U1 U2

Persamaan ini sama dengan persamaan (1) dan (3), dengan asumsi
pergerakan benda hanya terjadi sepanjang lintasan vertikal saja, sehingga
meskipun lintasan benda yang diikuti antara dua titik adalah sebuah
kurva/lengkungan, kerja total yang dilakukan oleh gaya gravitasi hanya
bergantung pada perbedaan ketinggian antara dua titik lintasan. Kerja ini
tidak dipengaruhi oleh gerak horizontal yang muncul. Jadi dapat digunakan
pernyataan yang sama untuk energi potensial gravitasi, baik untuk lintasan
benda yang melengkung atau garis lurus.

Contoh Soal 3. : Energi pada gerak peluru. Seorang pemukul bola memukul
dua buah bola identik dengan laju awal yang sama tetapi dengan sudut awal
yang berbeda. Buktikan bahwa pada ketinggian h, kedua bola memiliki laju
yang sama jika hambatan udara diabaikan.
Penyelesaian :
Jika tidak terdapat hambatan udara, maka hanya gaya berat yang bekerja
pada kedua bola setelah bola dipukul, sehingga energi mekanik total untuk
setiap bola konstan. Gambar 5 menunjukkan lintasan kedua bola yang
dipukul pada ketinggian yang sama dan laju yang sama karena itu energi
mekanik totalnya sama, tetapi memiliki sudut awal yang berbeda. Setiap titik
dengan ketinggian yang sama akan menghasilkan energi potensial yang
sama, sehingga akibatnya energi kinetik pada ketinggian ini pasti sama
untuk kedua bola, dan laju kedua bola akan sama juga.
y

h
E
K

U
Nol

Pada y = h
E

x
Pada y = 0
Gambar 5. Untuk laju dan ketinggian awal yang sama, laju peluru saat
ketinggian h akan selalu sama, hambatan udara diabaikan.

ENERGI POTENSIAL ELASTIS


Pada saat karet ketapel ditarik akan meregang dan kemudian dilepas dari
tangan karet ketapel bergerak menjauh dengan laju yang sama dan arah
berlawanan (ini juga terjadi pada pegas, mesin pemancang). Selama
interaksi dengan karet ketapel, energi kinetik tangan telah diubah dan
disimpan dalam bentuk deformasi elastik karet. Kerja yang dilakukan karet
oleh gaya yang meregangkannya dan kerja tersebut akan disimpan dalam
karet sampai tangan melepaskan. Dan ketika karet ketapel dilepaskan, maka
karet ketapel akan memberikan energi kinetik pada batu (peluru). Akan
digambarkan proses proses penyimpanan energy ke dalam benda yang
terdeformasi seperti pegas dan karet dalam hal energi potensial elastis.
Sebuah benda dikatakan elastis jika setelah terdeformasi benda tersebut
akan kembali ke bentuk dan ukurannya semula.
Untuk mempertahankan pegas ideal yang ditarik sejauh x dibutuhkan gaya
sebesar F = kx, dengan k adalah konstanta gaya pegas. Pegas ideal
merupakan idealisasi yang berguna, karena banyak benda elastis lain
menunjukkan kesetaraan yang sama antara gaya F dan perpindahan (jarak)
x, berlaku untuk x yang cukup kecil. Kerja yang dilakukan oleh gaya elastis
(pegas) dan kemudian menggabungkannya dengan teorema kerja-energi.
Perbedaannya adalah energi potensial gravitasi merupakan sifat bersama
antara benda dan bumi, sedangkan energi potensial elastis hanya disimpan
di dalam pegas atau benda lain yang dapat terdeformasi.

(a)

x=0
m
0

x
x2
(b)

x1

Wel

<0
m
0

Fpegas

x
x1

(c)

x2

Wel >

0
m
0

Fpegas

x
(d)

xz
x2

Wel > 0
m
Fpegas

x
Gambar 6. (a) Sebuah balok dikaitkan pada sebuah pegas dalam keadaan
setimbang (x = 0) pada permukaan horizontal, tidak tertekan atau teregang.
(b) Ketika balok bergerak dari x1 positif ke x2 positif, x2 > x1, pegas
melakukan kerja negatif saat ditarik. (c) Ketika balok bergerak dari x 1 positif
ke x2 positif, x2 < x1, pegas akan mengendur dan melakukan kerja positif. (d)
Ketika balok bergerak dari x 1 negatif ke x2 yang kurang negatif, pegas yang
tertekan menjadi mengendur dan kembali melakukan kerja positif.
Kerja yang harus dilakukan pada pegas untuk memindahkan satu ujung yang
dari perpanjangan x1 ke perpanjangan lain x2 adalah :

W = kx22 kx12 (kerja yang dilakukan pada pegas)

k merupakan konstanta pegas. Jika sebuah pegas diregangkan lebih jauh


berarti telah melakukan kerja positif pada pegas, sedangkan jika pegas
dilepaskan setelah pegas diregangkan dengan mempertahankan salah satu
ujungnya agar tetap pada posisinya, maka yang telah dilakukan adalah kerja
negatif. Dapat dilihat persamaan untuk kerja di atas masih berlaku jika pegas
dalam keadaan ditekan, sehingga x1 atau x2 atau kedua-duanya negatif. Dari
hukum ketiga Newton kedua besaran kerja akan negatif satu sama lain.
Dengan mengubah tanda pada persamaan di atas, maka ditemukan bahwa
dalam perpindahan dari x1 ke x2, pegas melakukan sejumlah kerja Wel yang
besarnya :

Wel = kx12 kx22 (kerja yang dilakukan oleh pegas)

Subskrip el menandakan arti elastis. Pada gambar 6 (b), ketika x 1 dan x2


bernilai positif dan x2 > x1, pegas melakukan kerja negative pada balok,
sehingga balok akan bergerak dalam arah x positif, sedangkan pegas akan
menariknya ke arah x negatif. Ketika pegas diregang lebih jauh gerak balok
akan semakin lambat. Pada gambar 6 (c), bila x 1 dan x2 keduanya bernilai
positif dan x2 < x1, pegas melakukan kerja positif pada saat kembali ke arah
normal dan gerak balok akan semakin cepat. Jika balok dapat ditekan sebaik
saat diregang, x1 dan x2 atau keduanya mungkin bernilai negatif, meskipun
demikian persamaan untuk Wel tetap berlaku. Pada gambar 6 (d), kedua nilai
x1 dan x2 negatif, tetapi x2 lebih besar dari x1, akibatnya pegas yang ditekan
melakukan kerja positif saat mengendur dan gerak balok akan semakin
cepat.
Seperti halnya pada kerja gravitasi, maka kerja yang dilakukan oleh pegas
dalam bentuk besaran yang diberikan dalam sebagai fungsi perpindahan
awal dan akhir. Besaran ini adalah kx 2, dan didefinisikan sebagai energi
potensial elastis (elastic potential energy) :

U
=

kx2
(energi
(9)

potensial

elastis

x
x<0
(ditekan)

x>0
(diregang)

Gambar 7. Grafik energi potensial elastis untuk pegas ideal, berbentuk


parabola. U = kx2, dengan x jarak penekanan/peregangan pegas. Untuk
penekanan/peregangan x akan positif. Untuk penekanan (ketika
memungkinkan), x negatif. Akan tetapi energi potensial elastis U tak pernah
negatif.

Gambar 7 merupakan grafik dari persamaan (9), satuan U adalah Joule (J),
satuan ini digunakan untuk semua besaran energy dan kerja, perlu diingat
dalam persamaan (9) bahwa satuan k adalah N/m dan 1 N.m = 1 J.
Persamaan (9) dapat digunakan untuk menyatakan kerja W el yang dilakukan
pada balok oleh gaya elastis dalam bentuk perubahan energi potensial :

Wel
=

kx12

kx22
(10)

U1

U2

Jika pegas yang telah diregang, diregang lebih jauh, seperti gambar 6 (b),
maka Wel bernilai negatif dan U akan bertambah, sejumlah energi potensial
elastis disimpan dalam pegas. Pada saat pegas yang teregang kembali
menuju normal, seperti gambar 6 (c), nilai x berkurang, W el bernilai positif
dan U berkurang, pegas kehilangan energi potensial elastis. Akan tetapi dari
gambar 7 menunjukkan nilai U positif untuk x yang bernilai positif dan
negatif, dan persamaan (9) dan (10) berlaku untuk kedua kasus x, karena itu
ketika pegas yang tertekan kemudian ditekan lebih lanjut, maka W el < 0 dan
U bertambah besar, ketika pegas kembali dilepas seperti gambar 6 (d), W el >
0 dan U berkurang. Energi potensial elastis sebuah pegas akan semakin
meningkat ketika pegas semakin tertekan atau teregang.
Atensi : Perbedaan penting antara energy potensial gravitasi U = mgy dan
energi potensial elastic U = kx 2 adalah tidak bebas untuk memilih x = 0
yang diinginkan. Agar konsisten dengan persamaan (9), dengan x = 0 harus
berada pada saat posisi pegas dalam keadaan tidak tertekan atau teregang.
Pada posisi tersebut energi potensial elastis dan gaya yang diberikannya
keduanya nol.
Teorema kerja-energi menyatakan bahwa Wtot = K2 K1, dengan tidak
memperhatikan gaya-gaya apa saja yang bekerja pada benda. Jika gaya
elastis merupakan satu-satunya gaya yang bekerja pada benda, maka :

Wtot = Wel = U1 U2

Teorema kerja-energi Wtot = K2 K1 akan memberikan :

K1 + U1 = K2 + U2
. (11)

(jika hanya gaya elastis yang bekerja)

Disini U diperoleh dari persamaan (9), maka :

mv12 + kx12 = mv22 + kx22 (jika hanya gaya elastis saja yang
bekerja)
(12)

Pada kasus ini energi mekanik total E = K + U (penjumlahan energy kinetic


dan energi potensial elastis) akan kekal. Sebagai contohnya gerak balok
pada gambar 6, diberikan permukaan horizontal yang licin, jadi tidak ada
gaya yang bekerja pada balok tersebut selain gaya yang diberikan oleh
pegas.
Agar persamaan (12) berlaku dengan benar, maka pegas ideal yang telah
dibicarakan harus tidak bermassa. Jika pegas tersebut memiliki massa, maka
pegas juga akan memiliki energi kinetik pada saat bergerak maju dan
mundur. Jika massa pegas lebih kecil dari massa benda (m) yang diikatkan
pada pegas maka massa pegas dapat diabaikan. Misal sebuah mobil
bermassa 1200 kg atau lebih, pegas pada sistem suspensinya mempunyai
massa hanya beberapa kilogram, sehingga massa pegas dapat diabaikan jika
akan mempelajari bagaimana sistem suspensi dari gerakan kerangka mobil
tersebut.

Jika gaya-gaya lain selain gaya elastis juga bekerja pada suatu benda, kerja
tersebut dapat dinamakan dengan Wlain seperti sebelumnya, sehingga Wtot =
Wel + Wlain dan dari teorema kerja-energi menghasilkan :

Wel + Wlain = K2 K1

Kerja yang dilakukan oleh pegas tetap Wel = U1 U2, sehingga sekali lagi :

K1 + U1 + Wlain = K2 + U2 (jika gaya-gaya lain selain gaya elastis juga


bekerja)

(13)

dan

mv12 + kx12 + Wlain = mv22 + kx22

(jika gaya-gaya lain selain

gaya
elastis
juga
(14)

bekerja)

Persamaan ini menunjukkan bahwa kerja yang dilakukan oleh semua gaya
selain gaya elastis sama dengan perubahan energi mekanik total E = K + U
dari suatu sistem, dengan U adalah energi dari gaya elastis pegas. Sistem
yang dimaksud terdiri dari massa benda m, dan konstanta pegas k. Ketika
Wlain positif, E meningkat, sedangkan ketika Wlain negatif, E menurun. Coba
bandingkan persamaan (14) dengan persamaan (8) yang menggambarkan
keadaan dimana terdapat energi potensial gravitasi tetapi tanpa energi
potensial elastis.

SISTEM
DARI
BENDA
YANG
MELIBATKAN
POTENSIAL GRAVITASI DAN ELASTIS

ENERGI

Persamaan (11), (12), (13, dan (14) berlaku hanya pada saat energi potensial
suatu sistem hanya terdiri dari energi potensial elastis. Jika kedua gaya
gravitasi dan elastis bekerja, misal pada balok yang diikatkan pada ujung
bawah pegas dengan posisi vertikal. Persamaan (13) masih dapat digunakan,
tetapi sekarang U1 dan U2 merupakan nilai awal dan akhir dari energi
potensial total, yaitu U = Ugrav + Uel. Pernyataan umum gabungan antara
energi kinetik, energi potensial dan kerja yang dilakukan oleh gaya-gaya lain
adalah :

K1 + Ugrav, 1 + Uel, 1 + Wlain = K2 + Ugrav,2 + Uel,2 (berlaku secara umum)


..

(15)

Jadi, kerja yang dilakukan oleh semua gaya selain dari gaya gravitasi
atau elastis sama dengan perubahan energi mekanik total E = K + U
dari suatu sistem, dengan U merupakan penjumlahan energi
potensial gravitasi dan energi potensial elastis. Jika hanya gaya
gravitasi dan gaya elastis yang melakukan kerja pada benda, maka W lain = 0
dan energi mekanik total (termasuk energi potensial gravitasi dan elastis)
akan kekal. Lompat galah merupakan salah satu contoh dari transformasi
antara energi kinetik, energi potensial elastis dan energi potensial gravitasi.
Energi kinetik awal seorang atlet sebagian akan disimpan sebagai energi
potensial elastis pada galahnya. Sebagian besar dari energi potensial elastis
ini kemudian digunakan untuk membantu menambah energi potensial
gravitasi yang diperlukan untuk melompati palang.

Strategi yang digunakan pada subbab energi potensial gravitasi akan


berguna untuk menyelesaikan soal-soal yang melibatkan gaya gravitasi
seperti halnya energi potensial elastis. Yang merupakan gagasan baru adalah
energi potensial U, sekarang melibatkan energi potensial elastic U el = kx2,
dengan x menyatakan perpindahan pegas dari panjang tanpa tarikan (posisi
setimbang). Kerja yang dilakukan oleh gaya gravitasi dan gaya elastis
dihitung untuk energi potensial dan kerja yang dilakukan gaya-gaya lain W lain
dilibatkan secara terpisah.

Contoh Soal 4. : Gerak dengan energi potensial elastis. Dalam gambar 8 (a)
sebuah glider dengan massa m = 0,200 kg yang berada di atas lintasan rel
udara horizontal tanpa gesekan, dan dihubungkan dengan pegas yang
memiliki konstanta pegas k = 5,00 N/m. Glider tersebut ditarik sehingga
pegas akan memanjang sejauh 0,100 m, dan kemudian dilepaskan tanpa
kecepatan awal, pada gambar 8 (b). Glider akan mulai bergerak maju
mundur di sekitar posisi kesetimbangannya (x = 0). Berapakah kecepatan v
nya saat x = 0,080 m ?

Penyelesaian :
(a)

pegas
Nol
E

(b)

Nol

Nol

x=0
m = 0,200 kg

0,100 m

Nol
ditarik tangan

pegas

titik 1

0,080 m

v=0

(c)
v2
pegas

titik 2
m

Gambar 8. (a) Glider pada rel udara dikaitkan pada pegas. (b) Energi
potensial elastis ditambahkan ke dalam sistem dengan menarik pegas. (c)
Energi potensial elastis diubah menjadi energi kinetik saat glider bergerak
maju mundur di sekitar titik kesetimbangan.

Gaya pegas berubah sesuai posisinya, jadi soal ini tidak dapat diselesaikan
dengan menggunakan persamaan gerak dengan percepatan tetap,
sebaliknya dengan metode energi, dengan cara yang sederhana . Pada saat
glider mulai bergerak, energi potensial elastis diubah menjadi energi kinetik,
sehingga energi potensial gravitasi bukan salah satu faktor. Gaya pegas
merupakan satu-satunya gaya yang melakukan kerja pada glider, sehingga
Wlain = 0, dan dapat digunakan persamaan (11). Titik 1 diambil pada saat
glider dilepaskan (gambar 8 b) dan titik 2 diambil pada x = 0,080 m (gambar
8 c). Besaran energinya adalah :

K1 = mv12 = (0,200 kg)(0 m/s)2 = 0 J

U1 = kx12 = (5,00 N/m)(0,100 m)2 = 0,0250 J

K2 = mv22

U2 = kx22 = (5,00 N/m)(0,080 m)2 = 0,0160 J

Dengan persamaan (11), K1 + U1 = K2 + U2, maka :

K2 = K1 + U1 U2 = 0 J + 0,0250 J 0,0160 J = 0,0090 J


2K2

2 (0,0090 J)

v2 = ------------- = --------------------- = 0,30 m/s


m

0,200 kg

Dipilih akar negatif karena glider bergerak dalam arah x negatif, jawaban
yang diinginkan adalah v2 = 0,30 m/s.

Contoh Soal 5. : Gerak dengan energi potensial elastis dan kerja yang
dilakukan gaya-gaya lain. Untuk sistem pada contoh soal 4, misalkan
keadaan awal glider diam pada x = 0, dan pegas tidak dalam keadaan
teregang. Kemudian gaya F diberikan ke arah x positif dengan besar 0,610 N
pada glider. Berapakah laju glider pada saat telah bergerak x = 0,100 m ?

Penyelesaian :
Gaya pegas berubah sesuai dengan posisinya. Energi mekanik total tidak
kekal karena kerja yang dilakukan oleh gaya F, tetapi masih dapat digunakan
hubungan energi yang dinyatakan dalam persamaan (13). Titik 1 diambil
pada x = 0 dan titik 2 pada x = 0,100 m (titik ini berbeda dengan keterangan
titik-titik pada gambar 8). Besaran energi dapat dinyatakan sebagai berikut :

K1 = 0 J,

U1 = 0 J

K2 = mv22,

U2 =1/2 kx2 = (5,00 N/m)(0,100 m)2 = 0,0250 J

Wlain = Fx = (0,610 N)(0,100 m) = 0,0610 J

Untuk menghitung Wlain yaitu mengalikan besar gaya dengan perpindahan,


karena keduanya berada pada arah x positif. Pada saat awal energi mekanik
total sama dengan nol, kerja yang dilakukan oleh gaya F menambah energi
mekanik total sampai 0,0610 J, dengan 0,0250 J merupakan energi potensial
elastis. Dari persamaan (13) diperoleh :

K1 + U1 + Wlain = K2 + U2

K2 = K1 + U1 + Wlain U2 = 0 J + O J + 0,0610 J 0,0250 J = 0,0360 J

2K2

2 (0,0360 J)

v2 = --------------- = ---------------------- = 0,60 m/s


m

0,200 kg

GAYA KONSERVATIF DAN GAYA NONKONSERVATIF


Jika sebuah glider bergerak horizontal pada jalur tanpa gesekan, menuju
peredam pegas di ujung jalur, pegas akan tertekan dan akhirnya gilder akan
berhenti. akan tetapi glider terpantul balik, dan jika tidak terdapat gesekan
maka glider tersebut memiliki laju dan energi kinetik yang sama dengan
yang dimiliki sebelumnya bertabrakan dengan pegas. Jadi terjadi perubahan
dua arah dari energi kinetik menjadi energi potensial atau sebaliknya. Dari
contoh tersebut dapat didefinisikan fungsi sebuah energi potensial sehingga
energi mekanik total, yaitu energi kinetik ditambah energi potensial akan
konstan atau kekal selama pergerakan.

Sebuah gaya yang mampu menghasilkan perubahan dua arah antara energi
kinetik dan energi potensial dinamakan gaya konservatif (conservative
force), contohnya gaya gravitasi dan gaya pegas. Ciri penting dari gaya
konservatif adalah kerja yang dihasilkannya selalu reversible (dapat diubah
kembali ke asalnya). Aspek penting lain dari gaya konservatif adalah bahwa
sebuah benda dapat berpindah dari titik 1 ke titik 2 dengan berbagai
lintasan, tetapi kerja yang dilakukan oleh gaya konervatif akan tetap sama
untuk setiap lintasan. Jadi bila sebuah benda tetap berada dekat dengan
permukaan bumi, gaya gravitasi mg tidak tergantung pada ketinggian, dan
kerja yang dilakukan oleh gaya ini hanya tergantung pada perubahan tinggi.

Jika benda bergerak dalam lintasan tertutup, titik awal dan titik akhir berada
pada titik yang sama, maka kerja total yang dilakukan oleh gaya gravitasi
akan selalu bernilai nol.

Kerja yang dilakukan oleh gaya konservatif selalu memiliki sifat-sifat sebagi
berikut :
1. Dapat selalu dinyatakan sebagai perbedaan antara nilai awal dengan
nilai akhir dari fungsi energy potensial.
2. Bersifat reversible (bisa bolak balik).
3. Tidak tergatung pada lintasan benda dan hanya tergantung pada titik
awal dan titik akhir lintasan.
4. Ketika titik awal dan akhir sama, kerja total yang dihasilkan sama
dengan nol.

Jika satu-satunya gaya yang melakukan kerja merupakan gaya konservatif,


maka energy mekanik total E = K + U akan konstan.
Tidak semua gaya merupakan gaya konservatif. Gaya gesekan yang terjadi
saat peti kayu meluncur pada ramp, ketika benda bergerak naik dan kembali
turun menuju titik awal, kerja total yang yang dilakukan padanya oleh gaya
gesek tidak sama dengan nol. Jika arah gerakan dibalik, begitu juga gaya
gesekan, dan hambatan melakukan kerja negatif pada kedua arah. Demikian
juga saat sebuah mobil dengan rem terkunci tergelincir memotong trotoar
dengan laju yang menurun (dan penurunan energi kinetik), energi kinetik
yang hilang tidak dapat dikembalikan dengan membalik arah gerakan atau
dengan cara lain, dan energi mekanik tidak kekal. Jadi tidak terdapat
fungsi energi potensial untuk gaya gesek. Dengan cara yang sama,
gaya hambatan pada fluida juga tidak konservatif, bola yang dilempar ke
atas di udara, hambatan udara untuk melakukan kerja negative pada bola
tersebut baik pada saat naik maupun turun, bola akan kembali ke tangan
dengan laju dan energi kinetik yang lebih kecil, dan tidak ada cara untuk
mengembalikan energi mekanik yang hilang.

Sebuah gaya yang tidak konservatif dinamakan gaya nonkonservatif


(nonconservative force). Kerja yang dilakukan gaya nonkonservatif tidak
dapat dinyatakan dalam fungsi energi potensial. Bermacam gaya
nonkonservatif,
seperti
gesekan
kinetik,
atau
hambatan
udara,
menyebabkan energi mekanik menjadi hilang atau berkurang; gaya jenis ini
dinamakan gaya disipasi (dissipative force). Juga terdapat gaya
nonkonservatif yang menaikkan energi mekanik, sebagai contoh pecahan
hasil ledakan sebuah bom yang terbang dengan energi mekanik yang sangat

besar, karena reaksi kimia antara serbuk kimia dengan oksigen. Gaya yang
dihasilkan oleh reaksi kimia ini nonkonservatif karena prosesnya tidak
reversible. Bayangkan bila hasil ledakan bom secara spontan menyusun diri
menjadi sebuah bom kembali !

Contoh Soal 6. : Kerja gesekan bergantung pada lintasan. Saudara tengah


menyusun ulang perabotan, akan dipindahkan 40,0 kg kursi sejauh 2,50 m
dalam sebuah ruangan. Akan tetapi lintasan lintasan garis lurus terhalang
oleh meja kopi yang berat dan tidak akan dipindahkan, sehingga saudara
menggeser kursi melalui lintasan yang berbentuk siku-siku, dengan panjang
kedua siku 2,00 m dan 1,50 m. Bandingkan dengan lintasan lurus, berapa
kerja tambahan yang harus saudara lakukan untuk mendorong kursi dalam
lintasan siku-siku ? Koefisien gesek kinetik sebesar 0,200.

Penyelesaian :
kursi
titil 1

meja kopi
2,00
m
2,50 m

titik 2
1,50 m
Gambar 9. Tampilan tampak atas perabotan yang akan dipindahkan.

Titik awal dan akhir ditunjukkan pada gambar 9. Kursi dalam keadaan diam
di titik 1 dan 2, maka K 1 = K2 = 0, energi potensial gravitasi tidak berubah
karena kursi dipindahkan dalam arah horizontal, secara khusus dinyatakan
U1 = U2 = 0. Dari persamaan (7) diperoleh W lain = 0. Kerja lain yang dilakukan
pada kursi merupakan penjumlahan kerja positif yang dilakukan saudara W sdr

dan kerja negatif Wgesek yang dilakukan oleh gaya gesek kinetik. Oleh karena
penjumlahan kedua kerja tersebut sama dengan nol, maka :
Wsdr = Wgesek

Lantai horizontal, gaya normal dari kursi sama dengan berat kursi tersebut,
w = mg, dan besar besar gaya gesek f k = k = kw = kmg, sehingga kerja
yang harus saudara lakukan sepanjang lintasan adalah :

Wsdr = Wgesek = (fks) = + kmgs = (0,200)(40,0 kg)(9,80 m/s2)


(2,50 m)

= 196 J (lintasan garis lurus)

Wsdr = Wgesek = (0,200)(40,0 kg)(9,80 m/s2)(2,00 m + 1,50 m)

= 274 J (lintasan siku-siku)

Jadi kerja tambahan yang harus saudara lakukan adalah = 274 J 196 J = 78
J.
Kerja yang dilakukan oleh gesekan adalah W gesek = Wsdr = 196 J untuk
lintasan garis lurus, dan Wgesek = Wsdr = 274 J untuk lintasan siku-siku.
Jadi gaya gesek merupakan gaya nonkonservatif, sehingga kerja yang
dilakukan oleh gesekan tergantung pada lintasan yang diambil.

HUKUM KEKEKALAN ENERGI


Gaya nonkonservatif tidak dapat dinyatakan dalam persamaan energi
potensial, tetapi dapat digambarkan efek dari gaya tersebut dalam bentuk
energi selain energi kinetik dan potensial. (Pada saat mobil yang bergerak
direm mendadak agar berhenti, ban dan permukaan jalan akan menjadi
panas). Energi yang berkaitan dengan perubahan material ini dinamakan
energi dalam (internal energy). Kenaikan temperatur sebuah benda dapat
menaikkan energi dalam, penurunan suhu benda dapat menyebabkan
penurunan energi dalam.

Pengaruh energi dalam dapat dilihat dengan memperhatikan sebuah balok


yang meluncur di atas permukaan yang kasar. Gesekan melakukan kerja
negatif pada balok saat meluncur, perubahan energi dalam dari balok dan
permukaan (keduanya menjadi panas) adalah positif. Percobaan yang sangat
hati-hati menunjukkan bahwa kenaikan energi dalam tetap sama dengan
nilai absolut dari kerja yang dilakukan oleh gesekan.

Udalam = Wlain

Udalam merupakan perubahan energi dalam.


persamaan (7), (13) atau (15), maka diperoleh :

Jika

disubstitusikan

ke

K1 + U1 Udalam = K2 + U2

Dengan menuliskan K = K2 K1 dan U = U2 U1, persamaan di atas dapat


dinyatakan kembali menjadi :

K
+
U
+
Udalam
(16)

(hukum

kekalan

energi)

Persamaan tersebut merupakan bentuk umum dari hukum kekekalan


energi (law of conservation of energy). Dalam suatu proses, energi
kinetik, energi potensial dan energi dalam suatu sistem dapat berubah
semuanya, tetapi jumlah dari semua perubahan tersebut selalu nol. Jika
terdapat penurunan suatu bentuk energi, maka terjadi peningkatan bentuk
energi yang lain. Pengembangan definisi energi yang melibatkan energi
dalam, persamaan (16) menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan tetapi hanya dapat berubah bentuk.

Dalam persamaan (16) konsep kerja telah dihilangkan, meskipun demikian


persamaan ini menggambarkan perubahan energi dari suatu bentuk ke
bentuk lain. (Ilustrasi : Saat bola baseball dilempar ke atas, energi dalam
molekul-molekul tubuh sebagian diubah menjadi energi kinetik yang dimiliki
bola, lalu diubah menjadi energi potensial gravitasi sehingga bola dapat naik

ke atas dan pada saat jatuh energi potensial gravitasi diubah menjadi energi
kinetik. Jika terdapat hambatan udara, sebagian energi bola digunakan untuk
memanaskan udara dan bola serta menaikkan energi dalam, energi ini
diubah kembali menjadi energi kinetik pada saat bola jatuh. Jika bola
ditangkap dengan tangan, energi yang dikandungnya tidak hilang tetapi
kembali menjadi energi dalam, bola dan tangan akan terasa lebih hangat
dibandingkan saat awal bola dilempar). Bagaimana perubahan energi yang
terjadi di PLTA ?

GAYA DAN ENERGI POTENSIAL


Jenis gaya konservatif (gravitasi dan elastik) telah dipelajari di depan.
Perilaku dari gaya dan penurunan bentuk persamaan untuk energi potensial
dari sebuah benda bermassa m yang berada dalam medan gravitasi
homogen, maka gaya gravitasi dapat dinyatakan dalam bentuk F y = w =
mg. Bentuk energi potensial yang sesuai adalah U (y) = mgy (gambar 10 a).
Untuk menarik gaya pegas ideal sejauh x, gaya yang diberikan sama dengan
+ kx. Berdasarkan hukum ketiga Newton, gaya yang diberikan oleh pegas
ideal pada berlawanan arah (aksi = reaksi), atau sebesar F x = kx. Fungsi
energi potensial yang berkaitan dengan hal ini adalah sebesar U (x) = kx2
(gambar 10 b).
Prosedur tersebut sekarang dibalik, jika diberi persamaan energi potensial
maka dapat menentukan gaya yang sesuai dengan cara menganggap gerak
sepanjang garis lurus dengan koordinat x. Komponen x dari gaya tersebut
ditandai sebagai fungsi x, dengan Fx(x) dan energi potensial sebagai U(x).
(Ingat notasi Fx dan U merupakan fungsi dari x). Kerja W yang dilakukan gaya
konservatif selama perpindahan sama dengan perubahan negatif U dalam
energi potensial :

W = U

Untuk perpindahan yang kecil x, kerja yang dilakukan oleh gaya F x(x)
selama perpindahan ini mendekati Fx(x) x, dikatakan mendekati karena
terdapat kemungkinan Fx(x) berubah sedikit pada interval x, tetapi
pendekatan ini dianggap benar, sehingga :

Fx(x) x = U dan Fx(x) = U/x

Ambil limit x 0, dalam limit ini perubahan Fx dapat diabaikan dan dapat
diperoleh hubungan eksak :

Fx(x) = dU(x)/dx
.. (17)

(gaya

dari

energi

potensial

satu

dimensi)

Hasil ini masuk akal, untuk daerah U(x) berubah secara cepat dengan x
(yaitu nilai dU/dx yang besar), sejumlah besar kerja dilakukan selama
perpindahan yang dilakukan dan hal ini berhubungan dengan besaran gaya
yang besar. Ketika Fx(x) terjadi pada arah x positif, U(x) akan menurun saat x
naik. Jadi Fx(x) dan U(x)/dx memiliki tanda yang saling berlawanan. Arti
fisika dari persamaan (17) yaitu gaya konservatif selalu mendorong sistem
menuju energi potensial yang lebih kecil.
U
U

U = mgy

U = kx

x
0
0

Fy
Fy

Fx = kx
0
0

Fy = mg

(a)

(b)

Untuk membuktikannya, perhatikan fungsi untuk energi potensial elastis,


U(x) = kx2. Dengan mensubstitusikan pada persamaan (11) memberikan :
d
Fx(x) = ------1/2 kx2 = kx
dx

Hal ini sesuai dengan persamaan untuk gaya yang dihasilkan oleh pegas
ideal.

Contoh Soal 7. : Gaya listrik dan energi potensialnya. Sebuah partikel


bermuatan listrik ditahan dalam keadaan diam pada x = 0, dan sebuah
partikel kedua dengan muatan yang sama bebas bergerak sepanjang sumbu
x positif. Energi potensial sistem ini adalah U(x) = C/x, dengan C merupakan
konstanta positif yang bergantung pada besar muatan. Turunkan persamaan
komponen x gaya pada muatan bergerak sebagai fungsi posisinya.

Penyelesaian :
Fungsi energi potensial U(x), sehingga dapat digunakan persamaan (17).
Turunan dari fungsi 1/x terhadap x adalah 1/x 2, sehingga gaya pada muatan
yang bergerak untuk x > 0 adalah :

dU(x)
Fx(x) = ------------- = C 1/x2 = C/x2
dx

Komponen x gaya bernilai positif, sesuai dengan interaksi antara muatan


listrik yang sejenis. Energi potensial akan bernilai besar untuk x yang kecil
dan mendekati nol untuk x yang besar, gaya ini mendorong muatan yang

bergerak ke arah x positif yang lebih besar dengan nilai energi potensial
yang lebih kecil. Oleh karena perubahan gaya, karena perubahan gaya yang
terjadi sebanding dengan 1/x2, maka gaya bernilai kecil untuk partikel yang
terpisah jauh (nilai x yang besar), tetapi bernilai besar untuk partikel yang
didekatkan (nilai x yang kecil). Hal ini adalah contoh dari Hukum Coulomb
untuk interaksi antar muatan listrik (Fisika Dasar II).

GAYA DAN ENERGI POTENSIAL DALAM TIGA DIMENSI


Bila sebuah partikel bergerak pada arah x, y dan z, atau seluruhnya
sekaligus, di bawah pengaruh gaya konservatif yang memiliki komponen Fx,
Fy dan Fz, maka setiap komponen gaya dapat merupakan fungsi dari
koordinat x, y dan z. Fungsi energi potensial U juga merupakan fungsi dari
tiga koordinat ruang. Persamaan (17) digunakan untuk mencari setiap
komponen gaya. Perubahan energi potensial U terjadi ketika partikel
bergerak pada jarak yang kecil x dalam arah x dapat dicari dengan Fx x,
energi ini tidak bergantung pada Fy, dan Fz yang menyatakan komponen
gaya yang tegak lurus perpindahan dan tidak melakukan kerja, sehingga
diperoleh hubungan pendekatan :

U
Fx = ---------x

Komponen y dan z dari gaya ditentukan dengan cara tepat sama :

U
Fy = ----------,
y

U
Fz = ---------z

Untuk membuat persamaan-persamaan di atas eksak, diambil limit x 0,


y 0 dan z 0, sehingga perbandingan di atas menjadi turunan. Oleh
karena U merupakan fungsi dari ketiga koordinat, harus diingat bahwa ketika
menghitung setiap turunannya hanya satu koordinat yang berubah terhadap
waktu. Turunan U dihitung terhadap x dengan berasumsi y dan z konstan,
dan hanya x yang berubah, dan seterusnya, turunan tersebut dinamakan

turunan parsial. Notasi yang biasa digunakan adalah U/x dan seterusnya,
simbul merupakan modifikasi dari d untuk mengingat tentang sifat dari
operasi ini, sehingga dapat dituliskan :

Fx = ------, Fy = ------, Fz = -----potensial) (18)


x

(gaya yang berasal dari energi

Vektor satuan juga dapat digunakan untuk menuliskan bentuk persamaan


vektor tunggal untuk gaya dari F :

U
F =
energi

-------- i + -------- j + ------- k


x

(gaya yang berasal dari

potensial)
. (19)

Suku di dalam kurung menyatakan operasi khusus pada fungsi U, diambil


turunan parsial U terhadap setiap koordinat, dikalikan dengan vektor satuan
yang sesuai, dan dilakukan penjumlahan vektor. Operasi ini dinamakan
gradient U dan sering disingkat VU. Jadi gaya adalah negatif dari gradient
fungsi energi potensial :

F
=

VU
(20)

Untuk memeriksanya, subtitusikan ke dalam persamaan (20) fungsi U = mgy


untuk energi potensial gravitasi :

(mgy)
F = VU (mgy) =

(mgy)

(mgy)

----------- i + ----------- j + ----------- k = ( mg) j


x

Persamaan di atas dikenal untuk gaya gravitasi.

MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN


Pendahuluan
Persoalan-persoalan tumbukan di antara dua buah benda akan memberikan
gaya yang sangat besar satu sama lain pada waktu yang sangat singkat.
(Misal pada kejadian sebuah truk peti kemas bertabrakan dengan mobil
sedan, apakah yang menentukan ke arah mana rongsokan kedua kendaraan
bergerak setelah tabrakan ?, mengapa penumpang mobil sedan mungkin
terluka lebih parah dibandingkan dengan penumpang truk peti kemas ?.)
Persoalan-persoalan tersebut tidak dapat dijawab dengan langsung
menerapkan hukum kedua Newton F = ma, karena adanya gaya-gaya
misterius yang bekerja, misal gaya-gaya yang bekerja antara mobil sedan
dan truk peti kemas.
Pendekatannya adalah dengan penggunaan konsep baru, yaitu momentum
dan impuls, dan hukum kekekalan yang baru yakni kekekalan momentum.
Kekekalan ini sama pentingnya dengan kekekalan energi. Hukum kekekalan
momentum dapat digunakan bahkan pada keadaan saat hukum Newton
tidak berlaku, seperti pada benda yang bergerak dengan laju yang sangat
tinggi (mendekati kecepatan cahaya) atau obyek-obyek dalam ukuran yang
sangat kecil (seperti unsur-unsur pembentuk atom). Dalam daerah

berlakunya hukum mekanika Newton, kekekalan momentum dapat


digunakan untuk menganalisis berbagai keadaan yang sangat sulit dianalisis
dengan menggunakan hukum Newton secara langsung.

Momentum dan Impuls


Hukum kedua Newton untuk sebuah partikel F = ma dalam teorema kerjaenergi dapat menyelesaikan persoalan-persoalan fisika dan telah membawa
kepada hukum kekekalan energi. Untuk menyelesaikan permasalahan dalam
situasi saat massa berubah, karena a = dv/dt, maka hukum kedua Newton
dapat ditulis :

F
=
m
dv/dt
=
(1)

d/dt

(mv)

Massa m dapat dikeluarkan di dalam turunan karena massa konstan. Hukum


kedua Newton mengatakan bahwa gaya total F yang bekerja pada sebuah
partikel sama dengan laju waktu dari perubahan kombinasi mv, hasil kali
massa dan kecepatan partikel. Kombinasi disebut saja momentum atau
momentum linier dari partikel. Dengan menggunakan simbol p untuk
momentum, diperoleh :
p
=
m
v
(definisi
(2)

dari

momentum)

Momentum (jamaknya adalah momenta) adalah besaran vektor yang


mempunyai besar (mv) dan arah (sama dengan vektor kecepatan v).
(Sebagai contoh truk peti kemas yang berjalan 60 km/jam mempunyai
momentum yang lebih besar dibandingkan dengan mobil sedan dengan laju
yang sama, karena truk perti kemas mempunyai massa yang lebih besar).
Satuan dari besar momentum adalah satuam massa dikali satuan laju,
satuan SI untuk memontum adalah kg.m/s. Dengan memasukkan Persamaan
(2) ke persamaan (1) diperoleh :

F = dp/dt
(3)

(hukum kedua Newton dalam bentuk momentum)

Gaya total (jumlah vektor dari semua gaya) yang bekerja pada sebuah
partikel sama dengan laju waktu dari perubahan momentum partikel. Gaya
total ini, bukan F = ma, adalah bentuk pernyataan Newton yang asli
tentang hukum keduanya (dikatakan bahwa momentum adalah besarnya
gerakan). Hal ini hanya berlaku di dalam cakupan kerangka acuan inersia.
Pada persamaan (3) perubahan cepat dalam momentummemerlukan gaya
total yang besar, sedangkan perubahan momentum perlahan-lahan
membutuhkan gaya total yang lebih kecil. (Prinsip ini digunakan dalam
merancang keamanan kendaraan seperti kantung udara, pengemudi pada
kendaraan cepat mempunyai momentum yang lebih besar, jika mobil
berhenti tiba-tiba akibat tumbukan/tabrakan maka momentum pengemudi
menjadi nol, kantung udara menyebabkan pengemudi kehilangan
momentumnya secara bertahap sehingga dapat menghindarkannya dari
tumbukan dengan setir, menghilangkan gaya yang bekerja pada pengemudi,
dan kemungkinan dari cedera parah).

Jika partikel-partikel mempunyai komponen kecepatan v x, vy dan vz, maka


komponen momentumnya px, py dan pz, diperoleh dari :

px
=
mvx,
py
=
mvy,
. (4)

pz

mvz

Ketiga komponen persamaan tersebut ekuivalen dengan persamaan (2).


Momentum sebuah partikel p = mv dan energi kinetiknya K = mv 2,
keduanya tergantung pada massa kecepatan partikel. Perbedaan mendasar
antara kedua besaran ini, secara matematika murni momentum merupakan
sebuah vektor yang besarnya sebanding dengan laju, sedangkan energi
kinetik adalah skalar yang sebanding dengan laju kuadrat. Untuk melihat
perbadaan fisik antara momentum dan energi kinetik, pertama-tama harus
mendefinisikan sebuah besaran yang hubungannya sangat dekat dengan
momentum yang disebut impuls (impulse). Bila sebuah partikel yang
padanya bekerja gaya total yang konstan F selama selang waktu t dari t 1
ke t2, maka impuls dari gaya total, dilambangkan sebagai J, didefinisikan
sebagai hasil kali dari gaya total dengan selang waktu :

J = F (t2 t1) = F t
(5)

(asumsikan gaya total konstan)

Impuls adalah besaran vektor, arahnya sama dengan gaya total F.


Besarnya adalah hasil kali besar gaya total dengan lama waktu yang bekerja.
Satuan SI untuk impuls adalah Newton sekon (N.s), karena 1 N = kg.m/s 2,
maka satuan lain untuk impuls adalah kg.m/s, sama dengan satuan
momentum.
Hukum kedua Newton yang dinyatakan dalam bentuk momentum pada
persamaan (3), jika gaya total F adalah konstan, maka dp/dt juga konstan.
Pada kasus ini, dp/dt sama dengan perubahan total momentum p2 p1,
selama selangwaktu t2 t1, dibagi selang waktu :

p2 p1
F = -------------t 2 t1

Persamaan di atas dikalikan dengan (t2 t1) akan diperoleh hasil yang
disebut teorema impuls-momentum (impulse-momentum theorem) :

J
=
p2

p1
. (6)

(teorema

impuls-momentum)

Perubahan momentum sebuah partikel selama suatu selang waktu


sama dengan impuls dari gaya total yang bekerja pada partikel
tersebut selama selang waktu tersebut. Teorema impuls-momentum
juga berlaku pada saat gaya tidak konstan. Kedua ruas dari hukum kedua
Newton F = dp/dt selaqma selang waktu antara limit t1 dan t2 :
t2

t2

p2

F = dp/dt . dt = dp = p2 p1
t1

t1

p1

Integral pada ruas kiri didefinisikan sebagai impuls dari gaya total F selama
selang ini, yaitu :

t2

J
=

F
dt
(definisi
.. (7)

umum

dari

impuls)

t1
Dengan definisi ini, teorema impuls-momentum J = p2 p1 dari persamaan
(6) berlaku walaupun pada saat gaya total F berubah terhadap waktu.
Gaya total rata-rata Frt didefinisikan sedemikian rupa, sehingga kalau F
tidak konstan, maka impuls J diperoleh dari :

J
=
Frt
(t2

.. (8)

t1)

Jika F konstan, F = Frt dan persamaan (8) berubah ke persamaan (5).

Fx

(Frt)x

t1

t2

t
t2 t1

Gambar 1. Komponen x impuls dari F antara t1 dan t2


Gambar di atas memperlihatkan garfik dari nkomponen x gaya total Fx,
sebagai fungsi waktu selama tumbukan. Grafik ini bisa menggambarkan
gaya pada bola sepak yang sedang bersentuhan dengan kaki pemain dari
waktu t1 ke t2. Komponen x dari impuls selama selang waktu ini digambarkan
oleh daerah arsir di bawah kurva antara t1 dan t2. Daerah ini sama dengan
segi empat yang dibatasi oleh t1, t2 dan (Frt)x, sehingga (Frt)x (t2 t1) adalah
sama dengan impuls dari gaya yang berubah terhadap waktu selama selang
yang sama.

Impuls dan momentum adalah besaran-besaran vektor, dan persamaan (5)


sampai (8) adalah persamaan vektor. Persamaan-persamaan tersebut
penggunaannya akan lebih mudah bila dalam bentuk komponennya :

t2
Jx = Fx dt = (Frt)x (t2 t1) = p2x p1x = mv2x mv1x
t1

t2
Jy = Fy dt = (Frt)y (t2 t1) = p2y p1y = mv2y mv1y
. (9)
t1

t2
Jz = Fz dt = (Frt)z (t2 t1) = p2z p1z = mv2z mv1z
t1

PERBANDINGAN MOMENTUM DAN ENERGI KINETIK


Teorema impuls-momentum J = p2 p1 mengatakan bahwa perubahan
momentum sebuah partikel disebabkan oleh impuls, yang tergantung pada
waktu gaya total bekerja. Sebaliknya, teorema kerja-energi W tot = K2 K1
mengatakan bahwa energi kinetik berubah ketika kerja dilakukan pada
sebuah partikel, kerja total tergantung pada jarak di tempat gaya total
bekerja. Sebuah partikel yang mulai bergerak dari keadaan diam pada t 1
sehingga v1 = 0. Momentum awalnya p1 = mv1 = 0 dan energi kinetik
awalnya K1 = mv12 = 0. Misalkan gaya total konstan sebesar F pada
partikel itu mulai t1 sampai t2, selama selang waktu itu partikel bergerak
sejauh x searah dengan gaya. Dari persamaan (6) momentum partikel pada
waktu t2 adalah :

p2 = p1 + J = 0 + J = J

Dengan J = F (t2 t1) adalah impuls yang bekerja pada partikel, Jadi
momentum sebuah partikel sama dengan impuls yang mempercepat partikel
dari keadaan diam sampai suatu laju tertentu; impuls adalah hasil kali dari
gaya total yang mempercepat partikel dan waktu yang diperlukan untuk
percepatan tersebut. Untuk perbandingan, energi kinetik benda pada t 2
adalah K2 = Wtot = Fs, yaitu kerja total yang dilakukan pada partikel untuk
mempercepatnya dari keadaan diam. Kerja total adalah hasil kali gaya total
dan jarak yang dibutuhkan untuk mempercepat partikel.

Aplikasi perbedaan antara momentum dan energi kinetik, misal pilihan


antara menangkap bola 0,50 kg yang bergerak pada 4,0 m/s atau bola 0,10
kg yang bergerak pada 20 m/s. Yang mudah ditangkap yang mana ?
Keduanya mempunyai besar momentum yang sama, p = mv = (0,50 kg)
(4,0 m/s) = (0,10 kg)(20 m/s) = 2,0 kg.m/s, tetapi kedua bola mempunyai
energi kinetik K = mv2 yang sangat berbeda, bola yang besar dan
bergerak lambat mempunyai K = 4,0 J sedang bola yang kecil dan bergerak
cepat mempunyai K = 20 J. Oleh karena momentum sama untuk kedua bola,
keduanya membutuhkan impuls yang sama untuk membuatnya berhenti.
Untuk menghentikan bola 0,10 kg dengan tangan dibutuhkan kerja lima kali
lebih besar daripada kerja yang dibutuhkan untuk menghentikan bola 0,50
kg, karena bola yang lebih kecil mempunyai energi kinetik lima kali lebih
besar, sehingga untuk mendapatkan gaya yang dikerahkan tangan
dibutuhkan jumlah waktu yang sama (durasi untuk menangkap bola) untuk
menghentikan bola yang kecil maupun yang besar, tetapi tangan dan lengan
didorong balik lima kali lebih jauh jika memilih menangkap bola 0,50 kg yang
mempunyai energi kinetik lebih rendah.

Teorema impuls-momentum dan teorema kerja-energi mempunyai hubungan


antara gaya dan gerak, dan keduanya berdasarkan hukum kedua Newton.
Keduanya memakai prinsip integral yang menghubungkan gerak pada dua
waktu yang berbeda yang dipisahkan oleh selang waktu hingga yang kecil.
Sebaliknya hukum kedua Newton, baik dalam bentuk F = ma atau F =
dp/dt, menggunakan prinsip deferensial yang menghubungkan gaya dengan
laju perubahan dari kecepatan atau momentum pada setiap saat.

Contoh Sola 1. : Bola menumbuk tembok. Bila saudara melempar sebuah


bola dengan massa 0,40 kg menumbuk tembok. Bola menumbuk tembok
saat bergerak horizontal ke kiri pada 30 m/s dan memantul horizontal ke

kanan pada 20 m/s. a) Carilah impuls dari gaya total pada bola selama
tumbukan dengan tembok, b) Jika bola bersentuhan dengan tembok selama
0,010 s, carilah gaya horizontal rata-rata yang diberikan oleh tembok pada
bola selama tumbukan.

Penyelesaian :

v1 = 30 m/s

Arah x positif

v2 = + 20 m/s

a) Dianggap sumbu x dalam arah horizontal dan arah positif ke kanan, maka
komponen x dari momentum bola adalah :

p1 = mv1 = (0,40 kg)( 30 m/s) = 12 kg.m/s

Komponen x akhir dari momentum adalah :

p2 = mv2 = (0,40 kg)(+ 20 m/s) = + 8,0 kg.m/s

Perubahan komponen x dari momentum adalah :

p2 p1 = mv2 mv1 = 8,0 kg.m/s (12 kg.m/s) = 20 kg.m/s

Berdasarkan persamaan (9), ini sebesar komponen x impuls dari gaya total
bola, sehingga Jx = 20 kg.m/s = 20 N.s. Perubahan waktu dari gaya total
horizontal boleh jadi sama dengan salah satu kurva dalam gambar 2. Gaya
total horizontal adalah nol sebelum tumbukan, naik ke maksimum, dan
berkurang menuju nol ketika bola kehilangan kontak dengan dinding. Jika
bola relative keras seperti bola baseball atau bola golf, tumbukan terjadi
pada waktu yang singkat dan gaya maksimumnya besar, seperti pada kurva
(a) dalam gambar 2. Jika bola lunak , seperti bola tenis, waktu tumbukannya
lebih panjang dan gaya maksimumnya lebih kecil, seperti pada kurva (b)
dalam gambar 2. Dalam setiap kasus daerah di bawah kurva menunjukkan
impuls.

Fx
(a)

(b)

t
Gambar 2. Kurva tumbukan keras (a) dan lunak (b)

b) Jika waktu tumbukan adalah t = 0,010 s, maka dari persamaan (9) :

Jx
Jx = (Frt)x t,

20 N.s

(Frt)x = --------- = --------------- = 2.000 N


t

0,010 s

Gaya rata-rata ini digambarkan oleh garis horizontal (F rt)x dalam gambar 1.
Gaya horizontal diberikan pada bola oleh dinding itu sendiri. Gaya horizontal

mempunyai nilai yang sangat besar sehingga menyebabkan perubahan


momentum bola dalam waktu yang singkat. Gaya-gaya lain yang bekerja
pada bola selama tumbukan sangat kecil untuk dibandingkan, misalnya gaya
gravitasi hanya 3,9 N. Jadi selama waktu yang singkat ketika tumbukan
terjadi, dengan mengabaikan seluruh gaya lain pada bola untuk
menghasilkan pendekatan yang sangat baik.

KEKEKALAN MOMENTUM
Konsep momentum sangat penting dalam situasi dua atau lebih benda yang
berinteraksi. Terminologi pertama : Dalam sebuah sistem yang terdiri dari
dua benda yang saling berinteraksi satu sama lain tetapi tidak berinteraksi
dengan benda-benda lainnya, sebagai contoh dua astronot (dianggap
sebagai partikel) yang bersentuhan satu dengan yang lain ketika melayang
bebas dalam lingkungan bergravitasi nol (di luar angkasa), setiap partikel
memberikan gaya pada yang lain, berdasarkan hukum ketiga Newton kedua
gaya selalu sama besarnya dan berlawanan arah. Oleh karena itu impuls
yang terjadi pada kedua partikel akan sama besar dan berlawanan arah, dan
perubahan momentum pada kedua partikel akan sama besar dan berlawana
arah. Terminologi kedua : Untuk semua sistem, gaya-gaya yang
dikerahkan sistem partikel satu sama lain disebut dengan gaya dalam
(internal force). Gaya-gaya bagian-bagian dari sistem oleh obyek di luarnya
disebut dengan gaya luar (external force). Untuk sistem yang telah dibahas
di atas, gaya dalamnya adalah FB pada A diberikan oleh partikel B ke partikel A
dan FA pada B diberikan oleh partikel A ke partikel B, jadi tidak ada gaya luar,
merupakan sistem yang terisolasi (isolated system).

Gaya total pada partikel A adalah FB pada A dan gaya total pada partikel B
adalah FA pada B sehingga dari persamaan (3) laju perubahan momentum dari
kedua partikel adalah :

dpA

dpB

FB
=
--------,
pada
A
. (10)
dt

FA

pada

--------

dt

Momentum dari setiap partikel berubah, tetapi perubahan ini tidak bebas,
berdasarkan hukum ketiga Newton gaya FB pada A dan FA pada B selalu sama
besar dan berlawanan arah, artinya FB pada A = FA pada B sehingga FB pada A + FA

= 0. Dengan menjumlahkan dua persamaan dalam persamaan (10)


diperoleh :
pada B

dpA
FB pada A + FA pada B = ---------

dpB
+

--------

(dpA + dpB )
=

-----------------------

(11)
dt

dt

dt

Laju dari perubahan kedua momentum adalah sama besar dan berlawanan
arah, sehingga laju dari perubahan jumlah vektor pA + pB adalah nol.
Definisi momentum total P dari sistem dua partikel sebagai jumlah vektor
dari momentum masing-masing partikel yaitu :

P
=
pA
+
. (12)

pB

Dan persamaan (11) menjadi :

dP
FB
+
FA
=
pada
A
pada
B
. (13)

-------

dt

Laju waktu dari perubahan momentum total P adalah nol, momentum total
dai sistem adalah konstan, walaupun momentum masing-masing partikel
yang membentuk sistem dapat berubah.

Jika terdapat gaya luar, gaya-gaya tersebut harus tercakup pada ruas kiri
dari persamaan (13) bersama gaya dalam. Momentum total secara umum
tidak konstan, tetapi jika penjumlahan vektor dari gaya luar adalah nol,
gaya-gaya tersebut tidak berkontribusi pada penjumlahan, dan dP/dt
kembali nol. Hasil umum adalah : Jika penjumlahan vektor dari gayagaya luar pada sebuah sistem adalah nol, momentum total dari
sistem tersebut adalah konstan. Jadi hal itu adalah bentuk paling
sederhana dari prinsip kekekalan momentum. Prinsip ini merupakan

konsekuensi langsung dari hukum ketiga Newton. Prinsip ini sangat berguna
karena prinsip ini tidak tergantung pada detail alamaih dari gaya-gaya dalam
yang bekerja antara bagian-bagian dari sistem. Hukum kedua Newton telah
digunakan untuk menurunkan prinsip ini, sehingga harus berhati-hati dalam
menggunakannya, hanya dalam cakupan kerangka acuan inersia.
Prinsip ini dapat digeneralisasi untuk sebuah system yang terdiri dari
sejumlah partikel A, B, C, yang berinteraksi hanya antara satu dengan
yang lainnya. Momentum total dari sitem semacam itu adalah :

P
=
pA
+
. (14)

pB

m A vA

m B vB

(momentum total dari sebuah sistem partikel)

Jadi argumen yang sama dengan sebelumnya, bahwa laju total perubahan
momentum sistem yang diakibatkan setiap pasang aksi-reaksi dari pasangan
gaya dalam adalah nol. Laju total dari perubahan momentum seluruh sistem
adalah nol ketika jumlah vektor dari gaya luar yang bekerja padanya adalah
nol. Gaya dalam dapat mengubah momentum masing-masing partikel
dalam sistem, tetapi tidak mengubah momentum total dari sistem.

Atensi : Jika menerapkan kekekalan momentum pada sebuah sistem, yang


perlu diingat bahwa momentum adalah sebuah besaran vektor. Jadi harus
menggunakan pertambahan vector untuk menghitung momentum total dari
sebuah system. Dengan menggunakan komponen-komponen biasanya
merupakan metode yang paling sederhana. Jika Pax, Pay dan Paz adalah
komponen-komponen dari momentum partikel A dan cara yang sama untuk
partikel yang lain, maka persamaan (14) ekuivalen dengan persamaanpersamaan komponen berikut :

Px = pAx + pBx + ,
Py
=
pAy
+
pBy
. (15)

Pz = pAz + pBz + ,

Jika besarnya jumlah vektor gaya luar pada sistem adalah nol, maka P x, Py
dan Pz konstan.

Dalam banyak hal prinsip kekekalan momentum lebih umum dibandingkan


dengan prinsip kekalan energi mekanik. Energi mekanik hanya kekal jika
gaya dalam kekal, artinya jika gaya memungkinkan konversi dua arah antara
energi kinetik dan energi potensial. Sedangkan kekekalan momentum
berlaku bahkan ketika gaya dalam tidak kekal.

You might also like