Professional Documents
Culture Documents
LINTASAN MELENGKUNG
Flain
x
y1
s
w = mg
y2
w=
mg
0
(a)
(b)
Kerja yang dilakukan oleh gaya gravitasi sama seolah benda telah
mengalami perpindahan vertikal y, tanpa perpindahan horizontal. Hal ini
berlaku sama untuk setiap bagian, sehingga kerja total yang dilakukan oleh
gaya gravitasi adalah perkalian antara mg dengan perpindahan total
vertikal (y2 y1).
Persamaan ini sama dengan persamaan (1) dan (3), dengan asumsi
pergerakan benda hanya terjadi sepanjang lintasan vertikal saja, sehingga
meskipun lintasan benda yang diikuti antara dua titik adalah sebuah
kurva/lengkungan, kerja total yang dilakukan oleh gaya gravitasi hanya
bergantung pada perbedaan ketinggian antara dua titik lintasan. Kerja ini
tidak dipengaruhi oleh gerak horizontal yang muncul. Jadi dapat digunakan
pernyataan yang sama untuk energi potensial gravitasi, baik untuk lintasan
benda yang melengkung atau garis lurus.
Contoh Soal 3. : Energi pada gerak peluru. Seorang pemukul bola memukul
dua buah bola identik dengan laju awal yang sama tetapi dengan sudut awal
yang berbeda. Buktikan bahwa pada ketinggian h, kedua bola memiliki laju
yang sama jika hambatan udara diabaikan.
Penyelesaian :
Jika tidak terdapat hambatan udara, maka hanya gaya berat yang bekerja
pada kedua bola setelah bola dipukul, sehingga energi mekanik total untuk
setiap bola konstan. Gambar 5 menunjukkan lintasan kedua bola yang
dipukul pada ketinggian yang sama dan laju yang sama karena itu energi
mekanik totalnya sama, tetapi memiliki sudut awal yang berbeda. Setiap titik
dengan ketinggian yang sama akan menghasilkan energi potensial yang
sama, sehingga akibatnya energi kinetik pada ketinggian ini pasti sama
untuk kedua bola, dan laju kedua bola akan sama juga.
y
h
E
K
U
Nol
Pada y = h
E
x
Pada y = 0
Gambar 5. Untuk laju dan ketinggian awal yang sama, laju peluru saat
ketinggian h akan selalu sama, hambatan udara diabaikan.
(a)
x=0
m
0
x
x2
(b)
x1
Wel
<0
m
0
Fpegas
x
x1
(c)
x2
Wel >
0
m
0
Fpegas
x
(d)
xz
x2
Wel > 0
m
Fpegas
x
Gambar 6. (a) Sebuah balok dikaitkan pada sebuah pegas dalam keadaan
setimbang (x = 0) pada permukaan horizontal, tidak tertekan atau teregang.
(b) Ketika balok bergerak dari x1 positif ke x2 positif, x2 > x1, pegas
melakukan kerja negatif saat ditarik. (c) Ketika balok bergerak dari x 1 positif
ke x2 positif, x2 < x1, pegas akan mengendur dan melakukan kerja positif. (d)
Ketika balok bergerak dari x 1 negatif ke x2 yang kurang negatif, pegas yang
tertekan menjadi mengendur dan kembali melakukan kerja positif.
Kerja yang harus dilakukan pada pegas untuk memindahkan satu ujung yang
dari perpanjangan x1 ke perpanjangan lain x2 adalah :
U
=
kx2
(energi
(9)
potensial
elastis
x
x<0
(ditekan)
x>0
(diregang)
Gambar 7 merupakan grafik dari persamaan (9), satuan U adalah Joule (J),
satuan ini digunakan untuk semua besaran energy dan kerja, perlu diingat
dalam persamaan (9) bahwa satuan k adalah N/m dan 1 N.m = 1 J.
Persamaan (9) dapat digunakan untuk menyatakan kerja W el yang dilakukan
pada balok oleh gaya elastis dalam bentuk perubahan energi potensial :
Wel
=
kx12
kx22
(10)
U1
U2
Jika pegas yang telah diregang, diregang lebih jauh, seperti gambar 6 (b),
maka Wel bernilai negatif dan U akan bertambah, sejumlah energi potensial
elastis disimpan dalam pegas. Pada saat pegas yang teregang kembali
menuju normal, seperti gambar 6 (c), nilai x berkurang, W el bernilai positif
dan U berkurang, pegas kehilangan energi potensial elastis. Akan tetapi dari
gambar 7 menunjukkan nilai U positif untuk x yang bernilai positif dan
negatif, dan persamaan (9) dan (10) berlaku untuk kedua kasus x, karena itu
ketika pegas yang tertekan kemudian ditekan lebih lanjut, maka W el < 0 dan
U bertambah besar, ketika pegas kembali dilepas seperti gambar 6 (d), W el >
0 dan U berkurang. Energi potensial elastis sebuah pegas akan semakin
meningkat ketika pegas semakin tertekan atau teregang.
Atensi : Perbedaan penting antara energy potensial gravitasi U = mgy dan
energi potensial elastic U = kx 2 adalah tidak bebas untuk memilih x = 0
yang diinginkan. Agar konsisten dengan persamaan (9), dengan x = 0 harus
berada pada saat posisi pegas dalam keadaan tidak tertekan atau teregang.
Pada posisi tersebut energi potensial elastis dan gaya yang diberikannya
keduanya nol.
Teorema kerja-energi menyatakan bahwa Wtot = K2 K1, dengan tidak
memperhatikan gaya-gaya apa saja yang bekerja pada benda. Jika gaya
elastis merupakan satu-satunya gaya yang bekerja pada benda, maka :
Wtot = Wel = U1 U2
K1 + U1 = K2 + U2
. (11)
mv12 + kx12 = mv22 + kx22 (jika hanya gaya elastis saja yang
bekerja)
(12)
Jika gaya-gaya lain selain gaya elastis juga bekerja pada suatu benda, kerja
tersebut dapat dinamakan dengan Wlain seperti sebelumnya, sehingga Wtot =
Wel + Wlain dan dari teorema kerja-energi menghasilkan :
Wel + Wlain = K2 K1
Kerja yang dilakukan oleh pegas tetap Wel = U1 U2, sehingga sekali lagi :
(13)
dan
gaya
elastis
juga
(14)
bekerja)
Persamaan ini menunjukkan bahwa kerja yang dilakukan oleh semua gaya
selain gaya elastis sama dengan perubahan energi mekanik total E = K + U
dari suatu sistem, dengan U adalah energi dari gaya elastis pegas. Sistem
yang dimaksud terdiri dari massa benda m, dan konstanta pegas k. Ketika
Wlain positif, E meningkat, sedangkan ketika Wlain negatif, E menurun. Coba
bandingkan persamaan (14) dengan persamaan (8) yang menggambarkan
keadaan dimana terdapat energi potensial gravitasi tetapi tanpa energi
potensial elastis.
SISTEM
DARI
BENDA
YANG
MELIBATKAN
POTENSIAL GRAVITASI DAN ELASTIS
ENERGI
Persamaan (11), (12), (13, dan (14) berlaku hanya pada saat energi potensial
suatu sistem hanya terdiri dari energi potensial elastis. Jika kedua gaya
gravitasi dan elastis bekerja, misal pada balok yang diikatkan pada ujung
bawah pegas dengan posisi vertikal. Persamaan (13) masih dapat digunakan,
tetapi sekarang U1 dan U2 merupakan nilai awal dan akhir dari energi
potensial total, yaitu U = Ugrav + Uel. Pernyataan umum gabungan antara
energi kinetik, energi potensial dan kerja yang dilakukan oleh gaya-gaya lain
adalah :
(15)
Jadi, kerja yang dilakukan oleh semua gaya selain dari gaya gravitasi
atau elastis sama dengan perubahan energi mekanik total E = K + U
dari suatu sistem, dengan U merupakan penjumlahan energi
potensial gravitasi dan energi potensial elastis. Jika hanya gaya
gravitasi dan gaya elastis yang melakukan kerja pada benda, maka W lain = 0
dan energi mekanik total (termasuk energi potensial gravitasi dan elastis)
akan kekal. Lompat galah merupakan salah satu contoh dari transformasi
antara energi kinetik, energi potensial elastis dan energi potensial gravitasi.
Energi kinetik awal seorang atlet sebagian akan disimpan sebagai energi
potensial elastis pada galahnya. Sebagian besar dari energi potensial elastis
ini kemudian digunakan untuk membantu menambah energi potensial
gravitasi yang diperlukan untuk melompati palang.
Contoh Soal 4. : Gerak dengan energi potensial elastis. Dalam gambar 8 (a)
sebuah glider dengan massa m = 0,200 kg yang berada di atas lintasan rel
udara horizontal tanpa gesekan, dan dihubungkan dengan pegas yang
memiliki konstanta pegas k = 5,00 N/m. Glider tersebut ditarik sehingga
pegas akan memanjang sejauh 0,100 m, dan kemudian dilepaskan tanpa
kecepatan awal, pada gambar 8 (b). Glider akan mulai bergerak maju
mundur di sekitar posisi kesetimbangannya (x = 0). Berapakah kecepatan v
nya saat x = 0,080 m ?
Penyelesaian :
(a)
pegas
Nol
E
(b)
Nol
Nol
x=0
m = 0,200 kg
0,100 m
Nol
ditarik tangan
pegas
titik 1
0,080 m
v=0
(c)
v2
pegas
titik 2
m
Gambar 8. (a) Glider pada rel udara dikaitkan pada pegas. (b) Energi
potensial elastis ditambahkan ke dalam sistem dengan menarik pegas. (c)
Energi potensial elastis diubah menjadi energi kinetik saat glider bergerak
maju mundur di sekitar titik kesetimbangan.
Gaya pegas berubah sesuai posisinya, jadi soal ini tidak dapat diselesaikan
dengan menggunakan persamaan gerak dengan percepatan tetap,
sebaliknya dengan metode energi, dengan cara yang sederhana . Pada saat
glider mulai bergerak, energi potensial elastis diubah menjadi energi kinetik,
sehingga energi potensial gravitasi bukan salah satu faktor. Gaya pegas
merupakan satu-satunya gaya yang melakukan kerja pada glider, sehingga
Wlain = 0, dan dapat digunakan persamaan (11). Titik 1 diambil pada saat
glider dilepaskan (gambar 8 b) dan titik 2 diambil pada x = 0,080 m (gambar
8 c). Besaran energinya adalah :
K2 = mv22
2 (0,0090 J)
0,200 kg
Dipilih akar negatif karena glider bergerak dalam arah x negatif, jawaban
yang diinginkan adalah v2 = 0,30 m/s.
Contoh Soal 5. : Gerak dengan energi potensial elastis dan kerja yang
dilakukan gaya-gaya lain. Untuk sistem pada contoh soal 4, misalkan
keadaan awal glider diam pada x = 0, dan pegas tidak dalam keadaan
teregang. Kemudian gaya F diberikan ke arah x positif dengan besar 0,610 N
pada glider. Berapakah laju glider pada saat telah bergerak x = 0,100 m ?
Penyelesaian :
Gaya pegas berubah sesuai dengan posisinya. Energi mekanik total tidak
kekal karena kerja yang dilakukan oleh gaya F, tetapi masih dapat digunakan
hubungan energi yang dinyatakan dalam persamaan (13). Titik 1 diambil
pada x = 0 dan titik 2 pada x = 0,100 m (titik ini berbeda dengan keterangan
titik-titik pada gambar 8). Besaran energi dapat dinyatakan sebagai berikut :
K1 = 0 J,
U1 = 0 J
K2 = mv22,
K1 + U1 + Wlain = K2 + U2
2K2
2 (0,0360 J)
0,200 kg
Sebuah gaya yang mampu menghasilkan perubahan dua arah antara energi
kinetik dan energi potensial dinamakan gaya konservatif (conservative
force), contohnya gaya gravitasi dan gaya pegas. Ciri penting dari gaya
konservatif adalah kerja yang dihasilkannya selalu reversible (dapat diubah
kembali ke asalnya). Aspek penting lain dari gaya konservatif adalah bahwa
sebuah benda dapat berpindah dari titik 1 ke titik 2 dengan berbagai
lintasan, tetapi kerja yang dilakukan oleh gaya konervatif akan tetap sama
untuk setiap lintasan. Jadi bila sebuah benda tetap berada dekat dengan
permukaan bumi, gaya gravitasi mg tidak tergantung pada ketinggian, dan
kerja yang dilakukan oleh gaya ini hanya tergantung pada perubahan tinggi.
Jika benda bergerak dalam lintasan tertutup, titik awal dan titik akhir berada
pada titik yang sama, maka kerja total yang dilakukan oleh gaya gravitasi
akan selalu bernilai nol.
Kerja yang dilakukan oleh gaya konservatif selalu memiliki sifat-sifat sebagi
berikut :
1. Dapat selalu dinyatakan sebagai perbedaan antara nilai awal dengan
nilai akhir dari fungsi energy potensial.
2. Bersifat reversible (bisa bolak balik).
3. Tidak tergatung pada lintasan benda dan hanya tergantung pada titik
awal dan titik akhir lintasan.
4. Ketika titik awal dan akhir sama, kerja total yang dihasilkan sama
dengan nol.
besar, karena reaksi kimia antara serbuk kimia dengan oksigen. Gaya yang
dihasilkan oleh reaksi kimia ini nonkonservatif karena prosesnya tidak
reversible. Bayangkan bila hasil ledakan bom secara spontan menyusun diri
menjadi sebuah bom kembali !
Penyelesaian :
kursi
titil 1
meja kopi
2,00
m
2,50 m
titik 2
1,50 m
Gambar 9. Tampilan tampak atas perabotan yang akan dipindahkan.
Titik awal dan akhir ditunjukkan pada gambar 9. Kursi dalam keadaan diam
di titik 1 dan 2, maka K 1 = K2 = 0, energi potensial gravitasi tidak berubah
karena kursi dipindahkan dalam arah horizontal, secara khusus dinyatakan
U1 = U2 = 0. Dari persamaan (7) diperoleh W lain = 0. Kerja lain yang dilakukan
pada kursi merupakan penjumlahan kerja positif yang dilakukan saudara W sdr
dan kerja negatif Wgesek yang dilakukan oleh gaya gesek kinetik. Oleh karena
penjumlahan kedua kerja tersebut sama dengan nol, maka :
Wsdr = Wgesek
Lantai horizontal, gaya normal dari kursi sama dengan berat kursi tersebut,
w = mg, dan besar besar gaya gesek f k = k = kw = kmg, sehingga kerja
yang harus saudara lakukan sepanjang lintasan adalah :
Jadi kerja tambahan yang harus saudara lakukan adalah = 274 J 196 J = 78
J.
Kerja yang dilakukan oleh gesekan adalah W gesek = Wsdr = 196 J untuk
lintasan garis lurus, dan Wgesek = Wsdr = 274 J untuk lintasan siku-siku.
Jadi gaya gesek merupakan gaya nonkonservatif, sehingga kerja yang
dilakukan oleh gesekan tergantung pada lintasan yang diambil.
Udalam = Wlain
Jika
disubstitusikan
ke
K1 + U1 Udalam = K2 + U2
K
+
U
+
Udalam
(16)
(hukum
kekalan
energi)
ke atas dan pada saat jatuh energi potensial gravitasi diubah menjadi energi
kinetik. Jika terdapat hambatan udara, sebagian energi bola digunakan untuk
memanaskan udara dan bola serta menaikkan energi dalam, energi ini
diubah kembali menjadi energi kinetik pada saat bola jatuh. Jika bola
ditangkap dengan tangan, energi yang dikandungnya tidak hilang tetapi
kembali menjadi energi dalam, bola dan tangan akan terasa lebih hangat
dibandingkan saat awal bola dilempar). Bagaimana perubahan energi yang
terjadi di PLTA ?
W = U
Untuk perpindahan yang kecil x, kerja yang dilakukan oleh gaya F x(x)
selama perpindahan ini mendekati Fx(x) x, dikatakan mendekati karena
terdapat kemungkinan Fx(x) berubah sedikit pada interval x, tetapi
pendekatan ini dianggap benar, sehingga :
Ambil limit x 0, dalam limit ini perubahan Fx dapat diabaikan dan dapat
diperoleh hubungan eksak :
Fx(x) = dU(x)/dx
.. (17)
(gaya
dari
energi
potensial
satu
dimensi)
Hasil ini masuk akal, untuk daerah U(x) berubah secara cepat dengan x
(yaitu nilai dU/dx yang besar), sejumlah besar kerja dilakukan selama
perpindahan yang dilakukan dan hal ini berhubungan dengan besaran gaya
yang besar. Ketika Fx(x) terjadi pada arah x positif, U(x) akan menurun saat x
naik. Jadi Fx(x) dan U(x)/dx memiliki tanda yang saling berlawanan. Arti
fisika dari persamaan (17) yaitu gaya konservatif selalu mendorong sistem
menuju energi potensial yang lebih kecil.
U
U
U = mgy
U = kx
x
0
0
Fy
Fy
Fx = kx
0
0
Fy = mg
(a)
(b)
Hal ini sesuai dengan persamaan untuk gaya yang dihasilkan oleh pegas
ideal.
Penyelesaian :
Fungsi energi potensial U(x), sehingga dapat digunakan persamaan (17).
Turunan dari fungsi 1/x terhadap x adalah 1/x 2, sehingga gaya pada muatan
yang bergerak untuk x > 0 adalah :
dU(x)
Fx(x) = ------------- = C 1/x2 = C/x2
dx
bergerak ke arah x positif yang lebih besar dengan nilai energi potensial
yang lebih kecil. Oleh karena perubahan gaya, karena perubahan gaya yang
terjadi sebanding dengan 1/x2, maka gaya bernilai kecil untuk partikel yang
terpisah jauh (nilai x yang besar), tetapi bernilai besar untuk partikel yang
didekatkan (nilai x yang kecil). Hal ini adalah contoh dari Hukum Coulomb
untuk interaksi antar muatan listrik (Fisika Dasar II).
U
Fx = ---------x
U
Fy = ----------,
y
U
Fz = ---------z
turunan parsial. Notasi yang biasa digunakan adalah U/x dan seterusnya,
simbul merupakan modifikasi dari d untuk mengingat tentang sifat dari
operasi ini, sehingga dapat dituliskan :
U
F =
energi
potensial)
. (19)
F
=
VU
(20)
(mgy)
F = VU (mgy) =
(mgy)
(mgy)
F
=
m
dv/dt
=
(1)
d/dt
(mv)
dari
momentum)
F = dp/dt
(3)
Gaya total (jumlah vektor dari semua gaya) yang bekerja pada sebuah
partikel sama dengan laju waktu dari perubahan momentum partikel. Gaya
total ini, bukan F = ma, adalah bentuk pernyataan Newton yang asli
tentang hukum keduanya (dikatakan bahwa momentum adalah besarnya
gerakan). Hal ini hanya berlaku di dalam cakupan kerangka acuan inersia.
Pada persamaan (3) perubahan cepat dalam momentummemerlukan gaya
total yang besar, sedangkan perubahan momentum perlahan-lahan
membutuhkan gaya total yang lebih kecil. (Prinsip ini digunakan dalam
merancang keamanan kendaraan seperti kantung udara, pengemudi pada
kendaraan cepat mempunyai momentum yang lebih besar, jika mobil
berhenti tiba-tiba akibat tumbukan/tabrakan maka momentum pengemudi
menjadi nol, kantung udara menyebabkan pengemudi kehilangan
momentumnya secara bertahap sehingga dapat menghindarkannya dari
tumbukan dengan setir, menghilangkan gaya yang bekerja pada pengemudi,
dan kemungkinan dari cedera parah).
px
=
mvx,
py
=
mvy,
. (4)
pz
mvz
J = F (t2 t1) = F t
(5)
p2 p1
F = -------------t 2 t1
Persamaan di atas dikalikan dengan (t2 t1) akan diperoleh hasil yang
disebut teorema impuls-momentum (impulse-momentum theorem) :
J
=
p2
p1
. (6)
(teorema
impuls-momentum)
t2
p2
F = dp/dt . dt = dp = p2 p1
t1
t1
p1
Integral pada ruas kiri didefinisikan sebagai impuls dari gaya total F selama
selang ini, yaitu :
t2
J
=
F
dt
(definisi
.. (7)
umum
dari
impuls)
t1
Dengan definisi ini, teorema impuls-momentum J = p2 p1 dari persamaan
(6) berlaku walaupun pada saat gaya total F berubah terhadap waktu.
Gaya total rata-rata Frt didefinisikan sedemikian rupa, sehingga kalau F
tidak konstan, maka impuls J diperoleh dari :
J
=
Frt
(t2
.. (8)
t1)
Fx
(Frt)x
t1
t2
t
t2 t1
t2
Jx = Fx dt = (Frt)x (t2 t1) = p2x p1x = mv2x mv1x
t1
t2
Jy = Fy dt = (Frt)y (t2 t1) = p2y p1y = mv2y mv1y
. (9)
t1
t2
Jz = Fz dt = (Frt)z (t2 t1) = p2z p1z = mv2z mv1z
t1
p2 = p1 + J = 0 + J = J
Dengan J = F (t2 t1) adalah impuls yang bekerja pada partikel, Jadi
momentum sebuah partikel sama dengan impuls yang mempercepat partikel
dari keadaan diam sampai suatu laju tertentu; impuls adalah hasil kali dari
gaya total yang mempercepat partikel dan waktu yang diperlukan untuk
percepatan tersebut. Untuk perbandingan, energi kinetik benda pada t 2
adalah K2 = Wtot = Fs, yaitu kerja total yang dilakukan pada partikel untuk
mempercepatnya dari keadaan diam. Kerja total adalah hasil kali gaya total
dan jarak yang dibutuhkan untuk mempercepat partikel.
kanan pada 20 m/s. a) Carilah impuls dari gaya total pada bola selama
tumbukan dengan tembok, b) Jika bola bersentuhan dengan tembok selama
0,010 s, carilah gaya horizontal rata-rata yang diberikan oleh tembok pada
bola selama tumbukan.
Penyelesaian :
v1 = 30 m/s
Arah x positif
v2 = + 20 m/s
a) Dianggap sumbu x dalam arah horizontal dan arah positif ke kanan, maka
komponen x dari momentum bola adalah :
Berdasarkan persamaan (9), ini sebesar komponen x impuls dari gaya total
bola, sehingga Jx = 20 kg.m/s = 20 N.s. Perubahan waktu dari gaya total
horizontal boleh jadi sama dengan salah satu kurva dalam gambar 2. Gaya
total horizontal adalah nol sebelum tumbukan, naik ke maksimum, dan
berkurang menuju nol ketika bola kehilangan kontak dengan dinding. Jika
bola relative keras seperti bola baseball atau bola golf, tumbukan terjadi
pada waktu yang singkat dan gaya maksimumnya besar, seperti pada kurva
(a) dalam gambar 2. Jika bola lunak , seperti bola tenis, waktu tumbukannya
lebih panjang dan gaya maksimumnya lebih kecil, seperti pada kurva (b)
dalam gambar 2. Dalam setiap kasus daerah di bawah kurva menunjukkan
impuls.
Fx
(a)
(b)
t
Gambar 2. Kurva tumbukan keras (a) dan lunak (b)
Jx
Jx = (Frt)x t,
20 N.s
0,010 s
Gaya rata-rata ini digambarkan oleh garis horizontal (F rt)x dalam gambar 1.
Gaya horizontal diberikan pada bola oleh dinding itu sendiri. Gaya horizontal
KEKEKALAN MOMENTUM
Konsep momentum sangat penting dalam situasi dua atau lebih benda yang
berinteraksi. Terminologi pertama : Dalam sebuah sistem yang terdiri dari
dua benda yang saling berinteraksi satu sama lain tetapi tidak berinteraksi
dengan benda-benda lainnya, sebagai contoh dua astronot (dianggap
sebagai partikel) yang bersentuhan satu dengan yang lain ketika melayang
bebas dalam lingkungan bergravitasi nol (di luar angkasa), setiap partikel
memberikan gaya pada yang lain, berdasarkan hukum ketiga Newton kedua
gaya selalu sama besarnya dan berlawanan arah. Oleh karena itu impuls
yang terjadi pada kedua partikel akan sama besar dan berlawanan arah, dan
perubahan momentum pada kedua partikel akan sama besar dan berlawana
arah. Terminologi kedua : Untuk semua sistem, gaya-gaya yang
dikerahkan sistem partikel satu sama lain disebut dengan gaya dalam
(internal force). Gaya-gaya bagian-bagian dari sistem oleh obyek di luarnya
disebut dengan gaya luar (external force). Untuk sistem yang telah dibahas
di atas, gaya dalamnya adalah FB pada A diberikan oleh partikel B ke partikel A
dan FA pada B diberikan oleh partikel A ke partikel B, jadi tidak ada gaya luar,
merupakan sistem yang terisolasi (isolated system).
Gaya total pada partikel A adalah FB pada A dan gaya total pada partikel B
adalah FA pada B sehingga dari persamaan (3) laju perubahan momentum dari
kedua partikel adalah :
dpA
dpB
FB
=
--------,
pada
A
. (10)
dt
FA
pada
--------
dt
Momentum dari setiap partikel berubah, tetapi perubahan ini tidak bebas,
berdasarkan hukum ketiga Newton gaya FB pada A dan FA pada B selalu sama
besar dan berlawanan arah, artinya FB pada A = FA pada B sehingga FB pada A + FA
dpA
FB pada A + FA pada B = ---------
dpB
+
--------
(dpA + dpB )
=
-----------------------
(11)
dt
dt
dt
Laju dari perubahan kedua momentum adalah sama besar dan berlawanan
arah, sehingga laju dari perubahan jumlah vektor pA + pB adalah nol.
Definisi momentum total P dari sistem dua partikel sebagai jumlah vektor
dari momentum masing-masing partikel yaitu :
P
=
pA
+
. (12)
pB
dP
FB
+
FA
=
pada
A
pada
B
. (13)
-------
dt
Laju waktu dari perubahan momentum total P adalah nol, momentum total
dai sistem adalah konstan, walaupun momentum masing-masing partikel
yang membentuk sistem dapat berubah.
Jika terdapat gaya luar, gaya-gaya tersebut harus tercakup pada ruas kiri
dari persamaan (13) bersama gaya dalam. Momentum total secara umum
tidak konstan, tetapi jika penjumlahan vektor dari gaya luar adalah nol,
gaya-gaya tersebut tidak berkontribusi pada penjumlahan, dan dP/dt
kembali nol. Hasil umum adalah : Jika penjumlahan vektor dari gayagaya luar pada sebuah sistem adalah nol, momentum total dari
sistem tersebut adalah konstan. Jadi hal itu adalah bentuk paling
sederhana dari prinsip kekekalan momentum. Prinsip ini merupakan
konsekuensi langsung dari hukum ketiga Newton. Prinsip ini sangat berguna
karena prinsip ini tidak tergantung pada detail alamaih dari gaya-gaya dalam
yang bekerja antara bagian-bagian dari sistem. Hukum kedua Newton telah
digunakan untuk menurunkan prinsip ini, sehingga harus berhati-hati dalam
menggunakannya, hanya dalam cakupan kerangka acuan inersia.
Prinsip ini dapat digeneralisasi untuk sebuah system yang terdiri dari
sejumlah partikel A, B, C, yang berinteraksi hanya antara satu dengan
yang lainnya. Momentum total dari sitem semacam itu adalah :
P
=
pA
+
. (14)
pB
m A vA
m B vB
Jadi argumen yang sama dengan sebelumnya, bahwa laju total perubahan
momentum sistem yang diakibatkan setiap pasang aksi-reaksi dari pasangan
gaya dalam adalah nol. Laju total dari perubahan momentum seluruh sistem
adalah nol ketika jumlah vektor dari gaya luar yang bekerja padanya adalah
nol. Gaya dalam dapat mengubah momentum masing-masing partikel
dalam sistem, tetapi tidak mengubah momentum total dari sistem.
Px = pAx + pBx + ,
Py
=
pAy
+
pBy
. (15)
Pz = pAz + pBz + ,
Jika besarnya jumlah vektor gaya luar pada sistem adalah nol, maka P x, Py
dan Pz konstan.