You are on page 1of 80

Universitas Kristen Krida Wacana

Hubungan Konsumsi Makanan Tinggi Yodium dan Faktor-faktor Lainnya


dengan Tinggi Badan Murid Sekolah Dasar Negeri 02 Kelurahan Wijaya
Kusuma di Kecamatan Grogol Petamburan periode Februari 2016

Oleh :
Daniel Hosea
Eunike Dian Secapramana
Maria Mustika Dewanti

Tugas Akhir Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, Februari 2016

Universitas Kristen Krida Wacana

Hubungan Konsumsi Makanan Tinggi Yodium dan Faktor-faktor Lainnya


dengan Tinggi Badan Murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma
di Kecamatan Grogol Petamburan periode Februari 2016

Oleh :
Daniel Hosea

11 2014 327

Eunike Dian Secapramana

112014 233

Maria Mustika Dewanti

11 2014 242

Tugas Akhir Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, Februari 2016

Hubungan Konsumsi Makanan Tinggi Yodium dan Faktor-faktor Lainnya


dengan Tinggi Badan Murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma
di Kecamatan Grogol Petamburan periode Februari 2016

Lembar Persetujuan
Jakarta, Februari 2016

Dosen Pembimbing

(Dr. dr. A. Aris Susanto, MS, Sp.Ok).

Dosen Penguji I

(dr. Djap Hadi Susanto, Mkes.)

Dosen Penguji II

(dr. Ester Suryawati, MKM.)

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini kami laksanakan dalam
rangka menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana, yang berlokasi di SD Negeti 02 Pagi Wijaya Kusuma
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara konsumsi makanan tinggi yodium dan faktor-faktor lainnya dengan tinggi
badan murid SD Negeri Wijaya Kusuma di Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat
pada periode 22 - 24 Februari 2016. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bimbingan yang telah diberikan dalam penyelesaian penelitian
ini kepada:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Dr. dr. A. Aris Susanto, MS, Sp.Ok.


dr. E. Irwandy Tirtawidjaja.
dr. Djap Hadi Susanto, Mkes.
dr. Diana L. Tumilisar, MKes
dr. Melda Suryana, M.Epid.
dr. Ernawaty Tamba, MKM.
dr. Ester Suryawati, MKM.
Kepala Sekolah SD Negeri 02 Pagi Wijaya Kusuma
Seluruh responden serta semua pihak yang ikut memberikan dukungan dan bantuan
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, oleh karena

itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga di masa mendatang dapat
ditingkatkan lebih baik lagi.

Jakarta, Februari 2016

Penyusun
Hubungan Konsumsi Makanan Tinggi Yodium dan Faktor-faktor Lainnya dengan Tinggi
Badan Murid Sekolah Dasar Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma
di Kecamatan Grogol Petamburan periode Februari 2016

Daniel Hosea, Eunike Dian Secapramana, Maria Mustika Dewi


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Abstrak

Tinggi badan anak yang pendek masih merupakan suatu masalah global. Berdasarkan data WHO 2010
diperkirakan sekitar 171 juta anak mengalami stunting (pendek). Berdasarkan data Riskesdas 2013
secara nasional prevalensi pendek pada anak umur 5-12 tahun adalah 30,7 % (12,3% sangat pendek
dan 18,4% pendek). Prevalensi sangat pendek terendah di Daerah Istimewa Yogyakarta (14,9%) dan
tertinggi di Papua (34,5 %). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi makanan
tinggi yodium dan faktor-faktor lainnya dengan tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya
Kusuma di Kecamatan Grogol Petamburan periode Februari 2016. Penelitian ini menggunakan desain
deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional pada tanggal 22024 Februari 2016. Subjek
penelitian sebanyak 100 murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma. Teknik sampling
menggunakan menggunakan metode probability sampling dengan cara multistage random sampling di
Puskesmas Wijaya Kusuma. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan mikrotoise. Variabel
terikat berupa tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat. Analisis yang digunakan adalah Chi Square dengan taraf signifikansi 5%
dengan tingkat kepercayaan 95% menggunakan program SPSS v16. Uji statistic menunjukkan adanya
hubungan bermakna antara konsumsi makanan tinggi yodium dengan tinggi badan murid SD
(p=0.000), antara tinggi badan ayah dengan tinggi badan murid SD (p=0.009), antara konsumsi
makanan bergizi seimbang dengan tinggi badan murid SD (p=0.024).

Kata kunci: Tinggi badan, yodium, murid SD, pendek

High Consumption Iodine in Food and Other Factors Associated with Elementary Students
Height at SD Negeri 02 Wijaya Kusuma, Grogol Petamburan District,
West Jakarta February 2016

Daniel Hosea, Eunike Dian Secapramana, Maria Mustika Dewanti


Faculty of Medicine, Christian Krida Wacana University

Abstract
Short stature children is a global problem. Based on the data from the WHO in 2010 estimated
around 171 million children were stunted (short). Based on the data from the Riskesdas 2013 the
short prevalence in children aged 5-12 years was 30.7% (12.3% short and 18.4% very short). The
lowest prevalence of stunted is at Yogyakarta (14.9%) and highest at Papua (34.5%). This study aims
to determine the high consumption iodine in food and other factors associated with elementary
students height at SD Negeri 02 Wijaya Kusuma, Grogol Petamburan District, West Jakarta,
February 2016. This study used a descriptive-analytic design with cross sectional approach on 22 th24th February 2016. The research subjects were 100 students. The technique used a probability
sampling method with multistage random sampling. The instrument used were questionnaire dan
microtoise. The dependent variable is height in elementary student at SD Negeri 02 Wijaya Kusuma,
Grogol Petamburan district, West Jakarta. The analysis was used Chi-Square test with significance
level of 5% with confidence level of 95% using SPSS v16. Statistical test showed a statistically
significant association between the high consumption iodine in food with height in elementary
students height (p = 0.000), between father's height with elementary students height (p = 0.009),
between balanced consumption with elementary students height (p = 0024).

Keywords: Height, iodine, elementary student, stunted

Daftar Isi
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Kata Pengantar

i
ii
iii

Abstrak
Daftar Isi
Daftar Tabel
Bab I. Pendahuluan

iv
vi

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Hipotesis
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
1.4.2 Tujuan Khusus
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat bagi Peneliti
1.5.2 Manfaat bagi Perguruan Tinggi
1.5.3 Manfaat bagi Puskesmas
1.5.4 Manfaat bagi Sekolah
1.6 Sasaran Penelitian

1
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5

Bab II. Tinjauan Pustaka

2.1 Tinggi Badan berdasarkan Umur

2.2 Konsumsi Makanan Tinggi Yodium

2.3 Selenium

2.4 Tinggi Badan Ayah

2.5 Tinggi Badan Ibu

2.6 Jenis Kelamin

10

2.7 Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang

10

2.8 Mineral

11

2.9 Aktivitas Fisik

12

2.10 Makanan yang Mengandung Zat Goitrogenik

12

2.11 Pendapatan Orang Tua

14

2.12 Pengetahuan Ibu

14

2.13 Kerangka Teori

16

2.14 Kerangka Konsep

17

Bab III. Metode Penelitian

18

3.1 Desain Penelitian

18

3.2 Tenpat dan Waktu Penelitian

18

3.3 Populasi

18

3.3.1 Populasi Target

18

3.3.2 Populasi Terjangkau

18

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

18

3.4.1 Kriteria Inklusi


3.5 Sampel

18
19

3.5.1 Besar Sampel

19

3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel

20

3.6 Metode Pengumpulan Data

21

3.6.1 Sumber Data

21

3.6.2 Instrumen Penelitian

21

3.7 Identifikasi Variabel

21

3.8 Cara Kerja

22

3.9 Manajemen dan Analisis Data

22

3.9.1 Pengolahan Data

22

3.9.2 Penyajian Data

22

3.9.3 Analisis Data

22

3.9.4 Interpretasi Data

23

3.9.5 Pelaporan Data

23

3.10 Definisi Operasional

23

3.10.1 Subjek Penelitian

23

3.10.2 Responden Penelitian

23

3.10.3 Tinggi Badan berdasarkan Umur

23

3.10.4 Konsumsi Makanan Tinggi Yodium

24

3.10.5 Tinggi Badan Ayah

24

3.10.6 Tinggi Badan Ibu

25

3.10.7 Jenis Kelamin

25

3.10.8 Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang

26

3.10.9 Pendapatan Orang Tua

26

3.10.10 Pendidikan Ibu

27

3.11 Etika Penelitian

27

3.12 Sarana Penelitian

28

3.12.1 Tenaga

28

3.12.2 Fasilitas

28

Bab IV. Hasil Penelitian

29

Bab V. Pembahasan

32

Bab VI. Penutup

37

6.1 Kesimpulan

37

6.2 Saran

38

6.2.1 Bagi Kepala Sekolah .. 38


6.2.2 Bagi Orang Tua... 38
Daftar Pustaka .. 39
Lampiran... 42

Daftar Tabel
Tabel 2.1

Makanan Mengandung Yodium

Tabel 3.1

Perhitungan Sampling untuk Beberapa Variabel

19

Tabel 3.2

Penetapan Jumlah Sampel per Kelas

Tabel 4.1

Analisis Univariat Sebaran Tinggi Badan Berdasarkan Umur Murid

21

SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol


Petamburan, Jakarta Barat, Februari 2016
Tabel 4.2

29

Analisis Univariat Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan


Tinggi Badan Berdasarkan Umur Murid SD Negeri 02 Kelurahan
Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat,
Februari 2016

Tabel 4.3

30

Analisis Bivariat dari Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan


Tinggi Badan Berdasarkan Umur Murid SD Negeri 02 Kelurahan
Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat,
Februari 2016

31

Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Penilaian pertumbuhan merupakan komponen pengawasan kesehatan anak yang
sangat penting. Penyimpangan pola pertumbuhan dapat bersifat non-spesifik atau dapat
merupakan indikator penting adanya kelainan kronis dan serius, sehingga pengukuran tinggi

badan dan berat badan harus dilakukan setiap kali berkunjung. Pengukuran harus diukur dan
dibandingkan dengan menggunakan kurva pertumbuhan, serta mengikuti pola pertumbuhan
anak dapat dilihat bahwa pertumbuhan anak masih dalam batas normal atau perlu evaluasi
lebih lanjut.1
Berdasarkan data dari WHO, penelitian yang dilakukan untuk menghitung prevalensi
dan kecenderungan terjadinya stunting pada anak yang baru lahir sampai usia 60 bulan, baik
laki-laki maupun perempuan yang menggunakan standar pertumbuhan WHO. Pada tahun
2010, diperkirakan sekitar 171 juta anak mengalami stunting (pendek). Secara global, anak
yang pendek menurun dari 39,7 % pada tahun 1990 menjadi 26,7% pada tahun 2010. Dengan
melihat keadaan ini maka diharapkan pada tahun 2020 nanti akan menurun menjadi 21,8%
atau sekitar 142 juta penduduk. Sementara itu kependekan pada anak yang terjadi di Afrika
mengalami stagnansi sejak tahun 1990 yaitu sekitar 40%, sedangkan di Asia menunjukkan
penurunan yang drastic dari 49% pada tahun 1990 menjadi 28% pada tahun 2010, hampir
mengurangi separuh dari jumlah anak yang mengalami kependekan dari 190 juta menjadi 100
juta anak. Kecenderungan seperti ini diharapkan akan berlanjut dan pada tahun 2020 di Asia
maupun Afrika akan memiliki jumlah yang sama pada anak yang mengalami kependekan
(masing-masing 68 juta dan 64 juta). Kisaran lebih rendah di Amerika Selatan yaitu 14% atau
7 juta anak. Meskipun terjadi rata-rata penurunan pada negara berkembang, stunting masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. 2
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013 secara keseluruhan, prevalensi
pendek (tinggi badan berdasarkan umur) pada anak umur 5-18 tahun menurut jenis kelamin
pada anak laki-laki, prevalensi pendek tertinggi di umur 13 tahun (40,2 %), sedangkan pada
anak perempuan di umur 11 tahun (35,8%). Selain itu secara nasional prevalensi pendek pada
anak umur 5-12 tahun adalah 30,7 % (12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek). Prevalensi
sangat pendek terendah di Daerah Istimewa Yogyakarta (14,9%) dan tertinggi di Papua (34,5
%).3
Kekurangan yodium dapat menyebabkan berbagai gangguan yang biasa disebut
dengan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Gangguan ini meliputi keguguran
pada wanita hamil, kretinism, gondok, dan keterbelakangan mental. Diperkirakan 241 juta
anak usia sekolah di seluruh dunia memiliki asupan yodium yang tidak mencukupi bahkan
terjadi sampai terjadi defisiensi yodium ringan-sedang yang telah terbukti menyebabkan
kelainan pada perkembangan psikomotor dan intelektual anak-anak.4
Sekitar 2 juta individu di dunia tinggal diarea yang kekurangan yodium dan
konsekuensi yang menyertainya sudah meluas. Yodium merupakan salah satu elemen yang
essensial yang memungkinkan kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid yang sangat

vital untuk pertumbuhan dan perkembangan otak dan sistem saraf pusat. Hormon tiroid
mempunyai peranan penting dalam regulasi proses metabolisme dalam tubuh. Kekurangan
yodium terutama disebabkan oleh kandungan yodium yang rendah dalam makanan, air dan
tanah. 4
Menurut Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, kementerian kesehatan dari
data per 20 Februari 2015 diketahui proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam
beryodium pada tahun 2014 adalah sebesar 90%. Secara nasional cakupan rumah tangga
dengan konsumsi garam beryodium telah mencapai target yaitu 91%, namun masih terdapat 6
provinsi yang belum mencapai target yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat, Maluku, Nusa
Tenggara Timur, Aceh, Bali dan Banten, dengan cakupan terendah di provinsi Nusa Tenggara
Barat yaitu hanya sebesar 54,7%.5
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 didapatkan bahwa kadar yodium
dalam garam ditentukan sebesar 30-80 ppm. Kadar yodium dalam garam rumah tangga
diukur dengan metode titrasi dan hasilnya didapatkan nilai rata-rata 34,1 ppm. Diketahui
bahwa 50,8% atau separuh dari garam rumah tangga yang beredar di Indonesia mempunyai
kadar yodium yang kurang, 43,2% punya kadar yodium yang cukup, 5% berlebih dan 1%
yang tidak beryodium. Jadi meskipun cakupan rumah tangga dengan konsumsi garam
beryodium cukup tinggi namun kurang dari setengahnya yang kadar garamnya memenuhi
standar.5

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Gagal tumbuh pada anak-anak masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang
paling banyak terjadi pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia, salah
satu faktor yang menyebabkannya ialah kurangnya asupan yodium pada anak.
1.2.2 Pada tahun 2010, diperkirakan sekitar 171 juta anak mengalami stunting (pendek).
pada anak yang baru lahir sampai usia 60 bulan yang diukur menggunakan standar
pertumbuhan WHO.
1.2.3 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, secara nasional prevalensi
pendek pada anak umur 5-12 tahun adalah 30,7 % (12,3% sangat pendek dan
18,4% pendek).
1.2.4 Secara nasional cakupan rumah tangga dengan konsumsi garam beryodium tahun
2014 telah mencapai target yaitu 91%, namun masih terdapat 6 provinsi yang

belum mencapai target yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat, Maluku, Nusa
Tenggara Timur, Aceh, Bali dan Banten.
1.2.5 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 meskipun cakupan rumah
tangga dengan konsumsi garam beryodium cukup tinggi namun kurang dari
setengahnya yang kadar garamnya memenuhi standar.
1.2.6 Belum ada data mengenai hubungan konsumsi makanan tinggi yodium dengan
tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma di Kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat.
1.3 Hipotesis
Ada hubungan konsumsi makanan tinggi yodium dan faktor-faktor lainnya
dengan tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma di Kecamatan
Grogol Petamburan periode Februari 2016.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan konsumsi makanan tinggi yodium dan faktor-faktor lain
dengan tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma di Kecamatan
Grogol Petamburan periode Februari 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus


1.4.2.1 Diketahuinya sebaran tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya
Kusuma periode Februari 2016.
1.4.2.2 Diketahuinya sebaran konsumsi makanan tinggi yodium, tinggi badan ayah,
tinggi badan ibu, jenis kelamin, konsumsi makanan bergizi seimbang,
pendapatan orang tua dan pendidikan ibu pada murid SD Negeri 02 Kelurahan
Wijaya Kusuma periode Februari 2016.
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan konsumsi makanan tinggi yodium, tinggi badan ayah,
tinggi badan ibu, jenis kelamin, konsumsi makanan bergizi seimbang,
pendapatan orang tua dan pendidikan ibu dengan tinggi badan murid SD
Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma periode Februari 2016.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
1.5.1.1 Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam penelitian.
1.5.1.2 Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan
membandingkannya dengan keadaan yang sebenarnya dalam masyarakat.

1.5.1.2

Mengembangkan daya nalar, minat, dan semangat, serta pengalaman


penelitian.

1.5.2

Bagi Perguruan Tinggi

1.5.2.1 Mengamalkan Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau


tugas Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian bagi masyarakat.
1.5.2.2 Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang kesehatan.
1.5.2.3 Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antara mahasiswa dan staf
pengajar.

1.5.3 Bagi Puskesmas


1.5.3.2 Sebagai salah satu masukan sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan
khususnya dokter puskesmas.
1.5.3.3 Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, khususnya di Puskesmas Wijaya Kusuma
Kecamaan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
1.5.3.4 Hasil penelitian ini merupakan dasar bagi penelitian selanjutnya di Puskesmas.
1.5.4 Bagi Sekolah
1.5.4.2 Meningkatkan pengetahuan orang tua murid dan guru mengenai pentingnya
konsumsi

makanan

tinggi

yodium

dan

faktor-faktor

lainnya

yang

mempengaruhi tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma


di Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat
1.5.4.3 Sebagai sumber informasi bagi orang tua murid dan guru untuk meningkatkan
derajat kesehatan pada anak.
1.6

Sasaran Penelitian
Murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma,di Kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat periode Februari 2016.

Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Tinggi Badan berdasarkan Usia
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan
akan nampak dalam waktu yang relatif lama. 3 Stunting adalah keadaan yang tinggi badan
berdasarkan umur tergolong rendah, yaitu keadaan tinggi tubuh anak lebih pendek ketimbang
anak anak lain seusianya.6
Berdasarkan baku antropometri World Health Organization (WHO) untuk anak umur
5-18 tahun, status gizi ditentukan berdasarkan nilai Z-score TB/U. Selanjutnya berdasarkan
nilai Z-score ini status gizi anak dikategorikan sebagai berikut:3
1. Kategori Sangat Pendek, jika Z-score < -3,0
2. Kategori Pendek, jika Z-score -3,0 s/d Z-score < -2,0
3. Kategori Normal, jika Z-score -2,0
Berdasarkan hasil penelitian Chairunnisa mengenai distribusi responden berdasarkan
tinggi badan menurut umur diketahui bahwa jumlah balita dengan status gizi normal
berdasarkan tinggi badan menurut umur adalah sebesar 49 % sedangkan yang berstatus gizi
pendek berdasarkan tinggi badan menurut umur adalah sebesar 51 %.7
2.2. Konsumsi Makanan Tinggi Yodium
Yodium adalah sejenis mineral dengan nomor atom 53 yang banyak terkandung dalam
air laut dan terkonsentrasi pada beragam biota laut.7 Sumber makanan yang mengandung
tinggi yodium, yaitu: rumput laut, kerang, ikan cod, udang, telur, ikan sardine, ikan salmon,
ikan tuna, dan susu baik susu formula maupun ASI. 8 ASI kandungan yodium rata-rata adalah
155 mcg / L. Alternatif lain yang tersedia yaitu garam beryodium. Garam beryodium adalah
bentuk fortifikasi dari garam meja yang telah diproses mengandung sejumlah besar yodium.
Satu per empat sendok teh akan cenderung mengandung setidaknya 67 75 mcg yodium dan
merupakan dari asupan yodium harian yang direkomendasikan. Recommended Dietary

Allowance (RDA) unuk yodium pada usia 4 8 tahun yaitu 90 mcg dan usia 9 13 tahun
yaitu 120 mcg. Toleransi batas asupan yodium pada usia 4 8 tahun yaitu 300 mcg dan usia 9
13 tahun yaitu 600 mcg. 9 Penggunaan Garam beryodium yang benar antara lain; garam
dimasukkan di akhir pada proses pengolahan makanan, jangan memasukkan garam pada saat
masakan sedang mendidih, karena hal ini akan mengakibatkan hilangnya yodium yang ada
pada garam tersebut, dan jangan memasukkan garam pada saat menghaluskan bumbu
masakan atau sambal dengan cara diulek ataupun menggunakan blender, karena hal ini juga
akan menghilangkan kandungan yodium yang ada pada garam.10
Tabel 2.1. Makanan Mengandung Yodium.
Makanan Mengandung Yodium
Makanan

Ukuran Penyajian

Jumlah (mcg)

Rumput laut

1 sendok makan

14,18 gram

750.00

Kerang

8 sendok makan

113 gram

135.00

Ikan Cod

8 sendok makan

113 gram

132.00

Udang

8 sendok makan

113 gram

46.00

Susu Sapi

8 sendok makan

113 gram

28.06

Telur
Garam Beryodium

1 butir

27.00

sendok teh

3,75 gram

71.00

Ikan Sardine

6,4sendok makan

91 gram

36.00

Ikan Salmon

8 sendok makan

113 gram

32.00

Ikan Tuna

8 sendok makan

113 gram

23.00

cup

7,5 gram

14.00

Jagung

Sumber : National Institute of Health. Iodine. U.S. Department of Health and Human Services.June
24, 2011. Diunduh dari : https://ods.od.nih.gov/factsheets/Iodine-HealthProfessional/ , tanggal 16
Februari 2016.

Berdasarkan penelitian Chairunnisa tentang penggunaan garam beryodium

dapat

diketahui bahwa keluarga yang menggunakan garam beryodium di Kecamatan Amuntai


Tengah adalah sebesar 73.5 %, ini dikarenakan bahwa sebagian besar masyarakat sudah
mengetahui akan pentingnya penggunaan garam beryodium.7
Pengaruh penggunaan garam beryodium terhadap status gizi stunted maka
penggunaan garam beryodium pada keluarga responden berpengaruh terhadap status gizi
balita stunted berdasarkan tinggi badan menurut umur didapatkan sebanyak 21.4 % keluarga

tidak menggunakan garam beryodium dan dikarenakan adanya kesalahan dalam


penyimpanan garam di tingkat rumah tangga ataupun kesalahan dalam pembelian garam.8
2.3 Selenium
Selenium adalah salah satu dari banyak mineral makanan penting, dan membutuhkan
sejumlah kecil selenium dalam makanan sehari-hari. Selenium yang tergabung dalam sebuah
kelompok kecil protein penting, yang masing-masing memainkan peran penting dalam
kesehatan. Bilangan atom selenium adalah 34 dan bobot atomnya adalah 78.11
Selenium adalah penting untuk biosintesis dan fungsi deiodinasi iodothyronine yang
mengontrol konversi T4 ke T3. Selain itu, selenium dependent glutathione peroxidase (GPx)
yang terlibat dalam perlindungan terhadap kerusakan oksidatif kelenjar tiroid. Kekurangan
selenium akan menurunkan konversi T4 ke T3, dan meningkatkan stres oksidatif pada
kelenjar tiroid sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas GPx. Intake yang memadai baik
yodium dan selenium yang diperlukan untuk fungsi tiroid optimal. Yodium merupakan
komponen penting dari hormon tiroid tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3), dan defisiensi
akan mengganggu sintesis hormon ini.12 Selenium dan bekerja yodium bekerjasama untuk
menjaga fungsi tiroid dalam keadaan normal. Kekurangan dari kedua selenium dan yodium
dapat membuat gangguan tiroid lebih parah dari kekurangan yodium saja. Para peneliti
meneliti bahwa asupan rendah selenium dapat meningkatkan gangguan pada kelenjar
tiroid.11Asupan selenium untuk anak usia 9 13 tahun yaitu 40 mcg / hari. 13 Kelebihan
asupan selenium dapat menyebabkan masalah, oleh karena itu The United States National
Academy of Sciences Panel menetapkan batas atas ditoleransi untuk selenium yaitu 400
g/hari. Batas ini juga direkomendasikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) /
WHO dan England Expert Group on Vitamin and Mineral. Makanan yang mengandung
selenium adalah ikan tuna, udang, ikan sardine, ikan salmon, ayam kalkun, ikan cod, ayam,
domba, kerang, dan daging.11
Berdasarkan penelitian Christine tentang selenium dan suplemen yodium, pengaruh
pada fungsi tiroid pada orang tua di New Zealand diketahui bahwa tambahan asupan
selenium meningkatkan aktivitas GPx tetapi tidak status hormon tiroid.12
Berdasarkan penelitian asupan rendah selenium dengan penyakit tiroid, diketahui
bahwa risiko penyakit tiroid adalah 69% lebih tinggi bagi orang yang tinggal di daerah
rendah selenium daripada bagi mereka di daerahyang cukup selenium. Lebih dari 30% dari
subyek di daerah rendah selenium memiliki penyakit tiroid dibandingkan dengan 18% dari
orang-orang di daerah yang cukup selenium.14

2.4 Tinggi Badan Ayah


Tinggi badan merupakan produk atau hasil interaksi faktor genetik (gen) dan faktor
lingkungan. Menurut hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, tinggi badan bersifat turun
temurun atau diturunkan secara kontinyu dari generasi ke generasi berikutnya. Sifat
pewarisan genetik tinggi badan itu tidak berkelanjutan atau penuh dengan ketidakpastian
disebabkan pengaruh dari berbagai perubahan atau keragaman lingkungan.15
Berdasarkan ASEAN Average height tahun 2014, tinggi badan rata-rata orang
Indonesia pada laki-laki dewasa yaitu 158 cm. Berdasarkan hasil penelitian Ria tentang
hubungan pola konsumsi makanan dan konsumsi susu dengan tinggi badan anak usia 6-12
tahun di SDN 173538 Balige diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
tinggi badan ayah dengan tinggi badan anak.16,17
Tidak dipungkiri bahwa tinggi badan seseorang diturunkan (heredited) dari orang
tuanya, walaupun itu hanya dapat digunakan sebagai pedoman kasar; nyatanya kecukupan
gizi lebih berperan.6 Rumus untuk perhitungan tinggi midparental adalah:1
Tinggi midparentallakilaki=

Tinggi Ayah ( cm ) +Tinggi Ibu ( cm )


+6,4 cm
2

2.5 Tinggi Badan Ibu


Berdasarkan ASEAN Average height tahun 2014, tinggi badan rata-rata orang
Indonesia pada perempuan dewasa yaitu 148 cm. Berdasarkan hasil penelitian Ria tentang
hubungan pola konsumsi makanan dan konsumsi susu dengan tinggi badan anak usia 6-12
tahun di SDN 173538 Balige diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara tinggi badan ibu dengan tinggi badan anak.16,17
Tidak dipungkiri bahwa tinggi badan seseorang diturunkan (heredited) dari orang
tuanya, walaupun itu hanya dapat digunakan sebagai pedoman kasar; nyatanya kecukupan
gizi lebih berperan.6 Rumus untuk perhitungan tinggi midparental adalah:1
Tinggi midparental perempuan=

Tinggi Ayah ( cm ) +Tinggi Ibu( cm)


6,4 cm
2

2.6 Jenis Kelamin


Menurut Hungu jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki
secara biologis sejak seseorang lahir.18

Menurut hasil penelitian Riskesdas 2010, pada anak laki-laki, prevalensi pendek
tertinggi di umur 13 tahun (28,2%), sedangkan pada anak perempuan di umur 11 tahun
(20%).3
2.7 Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang
Gizi seimbang merupakan suatu pola yang perlu dilengkapi dengan kriteria makanan sehat
berimbang meliputi:
1. Cukup kuantitas : Banyaknya makanan bergantung kepada kebutuhan setiap orang
sesuai dengan jenis dan lama aktivitas, berat badan, jenis kelamin dan usia.
2. Proporsional : Jumlah makan yang dikonsumsi sesuai dengan proporsi makan sehat
berimbang, yakni karbohidrat 60%, lemak 25% dan protein 15%, cukup vitamin,
mineral dan air.
3. Cukup kualitas : Makanan tidak sekedar membuat perut kenyang, tetapi juga
berpengaruh pada sistem-sistem dalam tubuh. Untuk itu, perlu dipertimbangkan
kandungan zat gizi meliputi karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air.19
Masing-masing contoh jenis pangan dari berbagai kelompok pangan adalah sebagai berikut:
1. Makanan pokok adalah pangan mengandung karbohidrat yang sering dikonsumsi atau
telah menjadi bagian dari budaya makanberbagai etnik di Indonesia sejak lama.
Contoh pangan karbohidratadalah beras, jagung, singkong, ubi, talas, sagu dan produk
olahannya.
2. Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan pangan sumber protein
nabati.
Kelompok pangan lauk pauk sumber protein hewani meliputi daging
ruminansia (daging sapi, daging kambing, daging rusa dll), daging unggas
(daging ayam, daging bebek dll), ikan termasuk seafood, telur dan susu serta

hasil olahnya.20
Kelompok pangan lauk pauk sumber protein nabati meliputi kacang-kacangan
dan hasil olahnya seperti kedele, tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah,

kacang merah, kacang hitam dan lain-lain.


3. Sayuran adalah sayuran hijau dan sayuran berwarna lainnya. Contoh sayuran adalah
ketimun, selada, lobak, bayam, kangkung, kembang kol, terong, sawi, tauge, wortel
dan lain-lain.
4. Buah-buahan adalah buah yang berwarna. Contoh buah-buahan adalah pisang, apel,
jeruk, mangga, nanas, jambu dan lain-lain.
5. Susu merupakan bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh manusia.20

Pada penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa frekuensi distribusi pola makan
keluarga ternyata sekitar 65% dari responden dengan status gizi baik atau sedang sudah
mempunyai pola konsumsi gizi seimbang meskipun belum lengkap, sedangkan sekitar 55%
pada responden dengan status gizi kurang atau buruk masih belum seimbang, karena sayur
yang banyak mengandung vitamin dan mineral jarang dikonsumsi. Namun demikian, dari
data pola konsumsi makanan keluarga, pada umumnya kedua kelompok tersebut sebagian
besar mengkonsumsi bahan makanan nabati, di mana pada anak dengan status gizi baik atau
sedang kuantitasnya lebih banyak, sedangkan sumber protein hewani jarang dikonsumsi oleh
kedua kelompok.21
2.8 Mineral
Mineral yang diperlukan lebih dari 100 mg/ hari merupakan mineral utama yang
terdiri dari kalsium yang penting untuk komponen tulang dan biasanya ditemukan pada susu,
produk susu, telur dan sayuran hijau. Tembaga, fosfor, kalium, natrium dan klorida. Mineral
yang diperlukan kurang dari 100 mg/ hari merupakan mineral minor yang terdiri dari
kromium, magnesium yang berguna untuk membantu pertumbuhan tulang dan biasanya
ditemukan pada apel, anggur, lemon, biji, kacang-kacangan, jagung kuning, sayuran hijau
gelap; yodium; besi berguna untuk membantu pertumbuhan dan sumbernya didapatkan dari
hati, daging, kuning telur dan kerang, mangan berguna untuk membantu dalam pembentukan
tulang dan tulang rawan, didapatkan pada gandum, kuning telur, sayuran hijau; selenium dan
zink berperan penting dalam sintesis DNA dan RNA dan produksi protein yang membantu
dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan alkohol, berperan dalam pertumbuhan
dan didapatkan pada susu, yogurt, daging, beberapa macam seafood, ragi, biji buah labu.22
Dari penelitian suplemen kalsium pada anak-anak yang sehat tidak mempengaruhi
kenaikan berat badan, tinggi badan, atau komposisi tubuh, didapatkan memang tidak ada
bukti untuk mendukung penggunaan suplemen kalsium dengan berat badan, atau tinggi
badan.23
2.9 Aktivitas Fisik
Menurut World Health Organization (WHO), aktivitas fisik didefinisikan sebagai
gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Dalam
rangka meningkatkan kardiorespirasi dan kebugaran otot, kesehatan tulang, dan
kardiovaskular dan biomarker kesehatan metabolik, anak-anak dan remaja berusia 5-17 tahun
harus mengumpulkan setidaknya 60 menit, dilakukan setidaknya 3 kali per minggu dari
aktivitas fisik sedang sampai yang membutuhkan banyak tenaga sehari-hari. Sebagian besar

aktivitas fisik sehari-hari harus aerobik. Contoh olahraga aerobik, yaitu: jogging, senam,
berenang, bersepeda.24
2.10 Makanan yang Mengandung Zat Goitrogenik
Makanan yang mengandung zat goitrogenik adalah zat atau bahan yang dapat
mengganggu pembentukan hormon tiroid.25 Tiroid perlu yodium untuk menghasilkan hormon
tiroid yang baik. Ketika tiroid gagal untuk membuat cukup hormon, yang kelenjar hipofisis di
otak mengirimkan pesan ke tiroid untuk meningkatkan ukuran dan membuat lebih banyak
hormon tiroid.26 Terdapat 2 jenis goitrogen yaitu: goitrogen alami dan sintetis. Goitrogen
alami yang paling penting adalah singkong dan kubis.25 Zat penghambat penyerapan yodium
atau disebut juga zat goitrogenik adalah faktor penyebab lain dari gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY) selain faktor penyebab utamanya yaitu konsumsi yodium yang
kurang. Makanan yang mengandung zat goitrogenik adalah brokoli, kubis, bunga kol, lobak,
bayam, sawi, kacang tanah, kedelai, dan buah pir.25
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di daerah yang dilakukan di daerah endemic
gondok di Kabupaten Jember untuk melihat kandungan zat goitrogenik pada bahan makanan
menunjukkan hasil kadar zat goitrogenik yang terkandung pada sayuran berkisar 0,010-0,4
ppm dalam keadaan segar, tertinggi pada singkong dan terendah pada gambas dan kubis.
Kadar zat goitrogeniknya menjadi 018-0,0001 ppm setelah beberapa cara pengolahan yang
biasa dilakukan oleh masyarakat Jember. Kadar zat goitrgenik terendah pada kangkung dan
selada air setelah proses pengolahan kulub dan kadar zat goitrogenik tertinggi setelah proses
pengolahan kukus pada singkong.27
Kemudian didapatkan juga sayuran setelah proses pengolahan dengan cara rebus
berkuah, kadarnya berkisar antara 0,0002 0,0052 ppm. Setelah itu pada selada air, kecipir,
bawang putih dan bawang merah adalah bahan makanan sumber goitrogenik yang sering
dikonsumsi masyarakat Jember dengan cara ditumis. Kadar zat goitrogenik bahan makanan
setelah ditumis berkisar antara 0,00020,0042 ppm, tertinggi pada kecipir dengan sisa sianida
sebesar 7,5% dan terendah pada bawang putih. Kulub adalah cara yang paling banyak dipilih
oleh masyarakat Jember dalam pengolahan jenis sayuran, kisaran kadar zat goitrogenik
setelah cara pengolahan kulub adalah 0,00010,127 ppm, terendah pada kangkung dan selada
air dan tertinggi pada sawi pahit. Sedangkan pada bahan makanan yang biasanya diolah
dengan cara digoreng, kadar zat goitrogenik terendah adalah terong ungu, dan tertinggi pada
tempe sebesar 0,0033 ppm.27
Berdasarkan hasil penelitian Yulia mengenai konsumsi makanan goitrogenik pada
anak sekolah di kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah tahun 2013

diketahui bahwa suplementasi yodium gagal dalam mengatasi kejadian gangguan akibat
kurang yodium di kecamatan Ngargoyoso. Setelah 6 bulan dilakukan pemberian suplementasi
yodium tingkat kejadiannya masih lebih dari 30%.Oleh karena gangguan akibat kurang
yodium disebabkan oleh multi faktorial, salah satunya ialah factor makanan goitrogenik yang
sering dikonsumsi oleh anak sekolah yang area penelitian diantaranya kacang kedelai
(80,9%), tofu (79,8%), bawang (72,2%), tomat (64,2%), daun singkong (60,1%), cabe
(59,1%) dan brokoli (44,0%).28
2.11 Pendapatan Orang Tua
Kehidupan sosial ekonomi adalah suatu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan sebagai tolak ukur.29 Upah
minimun provinsi sudah ditetapkan oleh gubernur DKI Jakarta tahun 2015, dengan upaya
untuk keberlangsungan usaha dan kesejahteraan pekerja. Upah minimum provinsi tahun 2016
untuk wilayah DKI Jakarta sebesar Rp. 3.100.000,-.30
Berdasarkan hasil penelitian Picauly dan Toy, menunjukkan bahwa keluarga dengan
tingkat pendapatan rendah memiliki peluang anaknya mengalami stunting sebesar 62.128 kali
lebih besar dibandingkan keluarga dengan tingkat pendapatan tinggi. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Riyadi et al, Zottareli et al, Salimar dan Aditianti yang menyatakan bahwa
tingkat ekonomi berpengaruh signifikan terhadap stunting pada balita. Atau, status sosial
ekonomi dapat mendeterminasi kejadian stunting pada anak.31
Prevalensi tertinggi (45,6 %) terlihat pada keadaan ekonomi rumah tangga yang
terendah dan prevalensi terendah (21,7 %) pada keadaan ekonomi rumah tangga yang
tinggi.32
Status ekonomi keluarga akan mempengaruhi kemampuan pemenuhan gizi keluarga
maupun kemampuan mendapatkan layanan kesehatan. Anak pada keluarga dengan tingkat
ekonomi rendah lebih berisiko mengalami stunting karena kemampuan pemenuhan gizi yang
rendah, meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi.33
Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya: kemiskinan, perilaku hidup sehat
dan pola asuh / pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang
mengakibatkan anak menjadi pendek.31
2.12 Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu dikatakan rendah bila tidak bersekolah atau hanya sampai tamat SMP
serta tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Dikatakan pendidikan ibu sedang
bila ibu tamat SMA. Dikatakan pendidikan ibu tinggi apabila menyelesaikan pendidikan di
perguruan tinggi.

Berdasarkan penelitian Picauly dan Toy, menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat
pendidikan rendah memiliki peluang anaknya mengalami stunting sebesar 0.049 kali lebih
besar dibandingkan ibu dengan pendidikan tinggi. Hal ini berarti bahwa jika pendidikan ibu
tinggi maka akan diikuti dengan penurunan kejadian stunting sebesar 3.022. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal ibu sangat berpengaruh pada peluang
terjadinya stunting.31

Kerangka Teori
Makanan Tinggi
Yodium

Selenium

Tinggi Badan Ayah

Tinggi Badan Ibu

Jenis Kelamin

Konsumsi Makanan
Bergizi Seimbang

Tinggi Badan Murid SD


Negeri

Mineral

Aktivitas Fisik
Makanan yang
Mengandung Zat
Goitrogenik

Pendapatan Orang Tua

Pendidikan Ibu

Kerangka Konsep
Makanan Tinggi
Yodium

Tinggi Badan Ayah

Tinggi Badan Ibu


Tinggi Badan Murid SD
Negeri
Jenis Kelamin

Konsumsi Makanan
Bergizi Seimbang

Pendapatan Orang Tua

Pendidikan Ibu

Bab III
Metode Penelitian

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional mengenai hubungan konsumsi makanan tinggi yodium dan
faktor-faktor lainnya dengan tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya
Kusuma di Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Februari 2016.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma di
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Februari 2016.
3.3 Populasi
3.3.1 Populasi target: Murid SD Negeri Kelurahan Wijaya Kusuma.
3.3.2 Populasi terjangkau: Murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma di
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Februari 2016.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.4.1 Kriteria Inklusi
3.4.1.1 Murid yang hadir pada saat penelitian di SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya
Kusuma di Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
3.4.1.2 Murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma di Kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat yang telah terpilih dan tinggal bersama orang
tua.
3.4.1.3 Orang tua murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma di Kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat yang dapat membaca dan menulis serta
memahami Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3.4.1.4 Orang tua murid yang bersedia untuk ikut serta dalam penelitian.

3.5 Sampel
3.5.1 Besar Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Penelitian dilakukan
terhadap murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma mengenai hubungan
konsumsi makanan tinggi yodium dengan tinggi badan murid SD Negeri 02
Kelurahan Wijaya Kusuma di Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Tabel 3.1. Perhitungan Sampling untuk Beberapa Variabel
Variabel

Peneliti

Tahun dan

Proporsi

Minimal

tempat

sampling

penelitian

setelah
pembuatan

Tinggi Badan

Riskesdas 2013

2013 Jakarta

30,7%

90

Garam

Ditjen Bina Gizi

2015 Jakarta

90%

38

Beryodium

dan KIA

Jenis Kelamin

Riskesdas 2010

2010 Jakarta

28,2%

78

terhadap Umur

Pendapatan

Riskesdas 2010

2010 Jakarta

45,6%

105

Orang Tua

Besar sampel ditentukan melalui rumus seperti di bawah maka, didapatkan


besar sampel penelitian sebagai berikut:

N1 =

( Z ) p . q
L

N2 = N1 + (10%.N1)
N1 = jumlah sampel minimal
N2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen subjek
penelitian yang mungkin keluar atau drop out)
Z = nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai = 5% didapatkan Z
pada kurva normal = 1,96
p = Proporsi variabel yang ingin diteliti, yaitu proporsi anak dengan tinggi badan
yang pendek menurut RISKESDAS 2013 adalah 30,7%. Sehingga p = 30,7% =
0,307
q = 100% - p = 100% - 30,7% = 69,3%= 0,693
L = Derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%
Berdasarkan rumus diatas, didapatkan angka :
N1 = (1,96)2 x 0,307x 0,693
( 0,1)2
N1 = 81,7
Untuk menjaga adanya kemungkinan responden yang drop out,
maka dihitung :
N2 = 81,7 + (10% x 81,7)

N2 = 89,9 dibulatkan menjadi 90 orang


Jadi, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 90 orang.
3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan metode probability
sampling dengan cara melakukan Multistage Random Sampling. Dari enam SD
Negeri di Kelurahan Wijaya Kusuma secara Simple Random Sampling didapatkan
SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma dengan jumlah murid sebanyak 176
orang.
Murid yang menjadi subjek penelitian ditentukan dengan Proportional
stratified random sampling di SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma di
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.

Tabel. 3.1 Tabel Penetapan Jumlah Sampel per Kelas.


Kelas
I
II
III
IV
V
VI
Total

Jumlah Murid
16
14
29
11
14
16
100

Laki-laki
6
7
14
5
7
7
46

Perempuan
10
7
15
6
7
9
54

3.6 Metode Pengumpulan Data


3.6.1 Sumber Data
Sumber data ini terdiri dari data primer yang didapatkan melalui
pemeriksaan tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma serta
kuesioner yang diisi oleh orang tua murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya
Kusuma mengenai konsumsi makanan tinggi yodium dan faktor-faktor lainnya di
SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma di Kecamatan Grogol Petamburan,
Jakarta Barat.

3.6.2 Instrumen Penelitian


Alat dan bahan yang diperlukan:
a) Kuesioner.
b) Mikrotoise untuk mengukur tinggi badan.
3.7 Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini digunakan variabel dependen (terikat) dan variabel
independen (tidak terikat).
3.7.1 Variabel dependen berupa tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya
Kusuma di Kecamatan Grogol Petamburan periode Februari 2016.
3.7.2 Variabel independen berupa konsumsi makanan tinggi yodium, tinggi badan ayah,
tinggi badan ibu, jenis kelamin, konsumsi makanan bergizi seimbang, pendapatan
orang tua dan pendidikan ibu.
3.8 Cara Kerja
3.8.1 Mengumpulkan bahan ilmiah dan merencanakan desain penelitian.
3.8.2 Menghubungi Kepala Sekolah SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma di
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat yang menjadi daerah penelitian
3.8.3

untuk melaporkan tujuan diadakannya penelitian tersebut.


Menentukan jumlah sampel minimal 90 orang murid SD Negeri 02 Kelurahan

3.8.4

Wijaya Kusuma di Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.


Melakukan pengumpulan data primer melalui pengukuran tinggi badan murid SD
Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma dan pengisian kuesioner yang dilakukan

3.8.5

oleh orang tua murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma.


Melakukan editing, verifikasi, koding, tabulasi terhadap data primer yang sudah

3.8.6

dikumpulkan.
Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data dengan program Computer

3.8.7
3.8.8

Statistical Package for Social Science version 16.


Penulisan laporan penelitian.
Pelaporan penelitian.

3.9 Manajemen dan Analisis Data


3.9.1
Pengolahan Data
Terhadap data-data yang sudah dikumpulkan dilakukan pengolahan berupa
3.9.2.
3.9.3

proses editing, verifikasi, koding dan tabulasi.


Penyajian Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tekstular dan tabuler.
Analisis Data

3.9.4

Data yang telah diolah, disajikan, dianalisis program SPSS v.16.


Interpretasi Data
Data dinterpretasikan secara deskriptif analitik antar variabel-variabel yang

3.9.5

telah ditentukan.
Pelaporan Data
Data disusun dalam bentuk laporan penelitian. Selanjutnya akan dipresentasikan
di hadapan staf pengajar Departemen Kedokteran Komunitas, Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana dalam forum pendidikan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UKRIDA.

3.10 Definisi Operasional


3.10.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya
Kusuma yang memenuhi kriteria inklusi.
3.10.2 Responden Penelitian
Responden penelitian adalah orang tua murid SD Negeri 02 Kelurahan
Wijaya Kusuma yang memenuhi kriteria inklusi.
3.10.3 Tinggi Badan berdasarkan Umur
Definisi

: Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan


keadaan pertumbuhan skeletal yang digambarkan dengan
menggunakan satuan sentimeter (cm) dengan ketelitian 0,1 cm.
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur.
Umur merupakan lama waktu hidup tanggal / bulan / tahun
mulai dari dilahirkan sampai dengan tanggal / bulan / tahun
waktu yang dilakukannya pengambilan data penelitian dari
responden.

Alat Ukur

: Mikrotoise

Skala Ukur : Nominal


Hasil Ukur : Tabel WHO Height for Age 5-19 tahun
Jika Z-score < -2,0
: Pendek
Jika Z-score -2,0
: Normal
Koding
: Kode 1. Pendek

Kode 2. Normal

3.10.4 Makanan Tinggi Yodium


Definisi

: Makanan tinggi yodium adalah makanan yang mengandung zat


tinggi yodium. Kebutuhan yodium pada murid SD dari usia 7
sampai 13 tahun yaitu 90-120 mcg. Biasanya dapat dijumpai
pada garam beryodium, rumput laut, ikan sardine, ikan salmon,
ikan tuna, kerang, udang, susu sapi, telur, jagung.

Alat Ukur

: Kuesioner

Skala Ukur

: Nominal

Hasil Ukur

Bila mengkonsumsi makanan dengan kandungan

: Iya

yodium lebih dari atau sama dengan 90 mcg

Bila mengkonsumsi makanan dengan kandungan

: Tidak

yodium kurang dari 90 mcg


Koding

: Kode 1. Tidak
Kode 2. Iya

3.10.5 Tinggi Badan Ayah


Definisi

: Tinggi badan ayah adalah salah satu antropometri yang


menggambarkan postur tubuh ayah kandung dari seorang anak.
Berdasarkan ASEAN Average height tahun 2014, tinggi badan
rata-rata orang Indonesia pada laki-laki dewasa yaitu 158 cm.

Alat Ukur

: Kuesioner

Skala Ukur

: Nominal

Hasil Ukur

Tinggi badan ayah < 158 cm


Tinggi badan ayah 158 cm

Koding

: Pendek
: Ya

: Kode 1. Pendek
Kode 2. Normal

3.10.6 Tinggi Badan Ibu


Definisi

: Tinggi badan ibu adalah salah satu antropometri yang


menggambarkan postur tubuh ibu kandung dari seorang anak.
Berdasarkan ASEAN Average height tahun 2014, tinggi badan
rata-rata orang Indonesia pada perempuan dewasa yaitu 158 cm.

Alat Ukur

: Kuesioner

Skala Ukur

: Nominal

Hasil Ukur

Tinggi badan ibu < 158 cm


Tinggi badan ibu 158 cm

Koding

: Pendek
: Ya

: Kode 1. Pendek
Kode 2. Normal

3.10.7 Jenis Kelamin


Definisi

: Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan lakilaki secara biologis sejak seseorang lahir.

Alat Ukur

: Kartu pelajar

Skala Ukur

: Nominal

Hasil Ukur

: Kode 1. Laki-laki
Kode 2. Perempuan

3.10.8 Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang


Definisi

: Konsumsi makanan bergizi seimbang adalah makanan yang


dikonsumsi setiap hari yang terdiri dari satu porsi nasi atau

penukarnya, satu potong lauk pauk, satu mangkuk sayuran,


buah-buahan, dan segelas susu.
Alat Ukur

: Kuesioner

Skala Ukur

: Ordinal

Hasil Ukur

Kurang Seimbang : bila anak tidak

mengkonsumsi satu porsi nasi atau

penukarnya, satu potong lauk pauk, satu mangkuk


sayuran, dan buah-buahan secara lengkap
Cukup Seimbang

: bila anak sudah mengkonsumsi secara lengkap, namun


tidak mengkonsumsi segelas susu.

Seimbang

bila anak sudah mengkonsumsi secara lengkap dan


segelas susu.

Koding

: Kode 1. Kurang Seimbang


Kode 2. Cukup Seimbang
Kode 3. Seimbang

3.10.9 Pendapatan Orang Tua


Definisi

: Pendapatan merupakan semua hasil yang diterima dari ayah


dan ibu sebagai tanda balas jasanya dalam proses produksi.
Pendapatan dinilai dengan satuan rupiah per bulan (Rp/bulan)
dibandingkan dengan upah minimum propinsi (UMP) DKI
Jakarta tahun 2015 yang ditetapkan oleh Gubernur, yaitu
sebesar Rp. 3.100.000,-/bulan

Alat Ukur

: Kuesioner

Skala Ukur

: Nominal

Hasil Ukur

Pendapatan < Rp 3.100.000,-/bulan


Pendapatan Rp. 3.100.000,-/bulan

: Kurang
: Cukup

Koding

: Kode 1. Kurang
Kode 2. Cukup

3.10.10 Pendidikan Ibu


Definisi

: Pendidikan ialah proses belajar formal yang berlangsung secara


teratur, bertingkat dan berdasarkan syarat-syarat tertentu secara
ketat, serta pendidikan ini berlangsung di sekolah.

Alat Ukur

: Kuesioner

Skala Ukur

: Ordinal

Hasil Ukur

Pendidikan orang tua rendah


Pendidikan orang sedang
Pendidikan orang tua tinggi

Koding

: Tidak Sekolah, Tamat SD, tamat SMP


: Tamat SMA/SMK
: Perguruan Tinggi

: Kode 1. Rendah
Kode 2. Sedang
Kode 3. Tinggi

3.11

Etika Penelitian
1. Izin diajukan kepada Kepala Sekolah SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma di
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
2. Data akan dijamin kerahasiaannya.

3.12 Sarana Penelitian


3.12.1 Tenaga
Penelitian dilakukan oleh 3 orang mahasiswa kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas dengan dibantu oleh 1 orang pembimbing yaitu dosen Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
3.12.2 Fasilitas

Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, lembar


kuesioner, computer beserta printer, program SPSS v.16.0, internet dan alat
tulis.

Bab IV
Hasil Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan di SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma di
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada tanggal 22 Februari sampai dengan 24
Februari 2016, didapatkan sampel sebanyak 100 orang murid SD Negeri 02 Kelurahan
Wijaya Kusuma. Hasil penelitian ini kami sajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Analisis Univariat dari Sebaran Tinggi Badan Berdasarkan Umur pada
Murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol Petamburan,
Jakarta Barat, Februari 2016.

Variabel

Frekuensi

Persentase (%)

(n=100)
Tinggi Badan/Usia
Pendek
Normal

18
82

18.0
82.0

Tabel 4.2 Analisis Univariat dari Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan Tinggi
Badan Berdasarkan Usia pada Murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Februari 2016.

Variabel

Frekuensi

Persentase (%)

(n=100)
Makanan Tinggi Yodium
Tidak
Ya

29
71

29.0
71.0

Tinggi Badan Ayah


Pendek
Normal

9
91

9.0
91.0

Tinggi Badan Ibu


Pendek
Normal

8
92

8.0
92.0

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

46
54

46.0
54.0

Gizi Seimbang
Kurang Seimbang
Cukup Seimbang
Seimbang

25
31
44

25.0
31.0
44.0

Pendapatan Orang Tua


Kurang
Cukup

50
50

50.0
50.0

Pendidikan Ibu
Rendah
Sedang
Tinggi

41
42
17

41.0
42.0
17.0

Tabel 4.3 Analisis Bivariat dari Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan Tinggi
Badan Berdasarkan Umur pada Murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Februari 2016.

Variabel

Tinggi Badan/Umur
Pendek

Normal

13
5

16
66

Total

Uji

Nilai p

H0

29
71

Chi
Square

0.000

Ditolak

Makanan Tinggi
Yodium
Tidak
Iya

Tinggi Badan Ayah


Pendek
Normal

5
13

4
78

9
91

Fisher

0.009

Ditolak

1
17

7
75

8
92

Fisher

1.000

Gagal
Ditolak

7
11

39
43

46
54

Chi
Square

0.684

Gagal
Ditolak

8
7
3

17
24
41

25
31
44

Chi
Square

0.024

Ditolak

12
6

38
44

50
50

Chi
Square

0.193

Gagal
ditolak

10
5
3

31
37
14

41
42
17

Chi
Square

0.334

Gagal
Ditolak

Tinggi Badan Ibu


Pendek
Normal
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Gizi Seimbang
Kurang
Cukup
Seimbang
Pendapatan Orang
Tua
Kurang
Cukup
Pendidikan Ibu
Rendah
Sedang
Tinggi

Bab V
Pembahasan
5.1 Sebaran Tinggi Badan Berdasarkan Usia pada Murid SD Negeri 02 Kelurahan
Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Februari 2016.
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa sebaran tinggi badan per usia pada murid SD
Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma yang memiliki tinggi badan yang pendek ialah
sebanyak 18 dari 100 murid (18%) dan yang memiliki tinggi badan yang normal ialah
sebanyak 84 dari 100 orang (84%). Di SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma jumlah
murid SD yang normal lebih banyak daripada murid SD yang pendek. Hasil penelitian ini
didapatkan angka persentase anak SD yang pendek adalah sebesar 18 % dimana angka

tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kepustakaan yang didapat dari Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013 persentase anak usia sekolah dasar yang pendek adalah 30,7 %.3
5.2 Analisis Bivariat antara Konsumsi Makanan Tinggi Yodium dengan Tinggi Badan
Murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol Petamburan,
Jakarta Barat, Februari 2016
Sebaran konsumsi makanan tinggi yodium di SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya
Kusuma periode Februari dikategorikan menjadi dua, yaitu murid yang mengkonsumsi
makanan tinggi yodium dan murid yang tidak mengkonsumsi makanan tinggi yodium.
Didapatkan murid yang mengkonsumsi makanan tinggi yodium sebanyak 71 orang (71%)
dan murid yang tidak mengkonsumsi makanan tinggi yodium sebanyak 29 orang (29%).
Hubungan antara konsumsi makanan tinggi yodium dengan tinggi badan murid SD
Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma berdasarkan tabel, digabung, yang diuji menggunakan
uji Chi Square dengan Continuity Correction didapatkan nilai p= 0.000, dengan nilai p<0.05,
H0 ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara konsumsi
makanan tinggi yodium dengan tinggi badan murid SD. Hal ini sesuai dengan penelitian
Yanti yang mengatakan terdapat pengaruh penggunaan garam beryodium terhadap status gizi
anak yang stunted berdasarkan tinggi badan menurut umur, diakibatkan oleh karena keluarga
tidak menggunakan garam yang beryodium dan adanya kesalahan dalam penyimpanan garam
di tingkat rumah tangga ataupun kesalahan dalam pembelian garam.10
5.3 Analisis Bivariat antara Tinggi Badan Ayah dengan Tinggi Badan Murid SD Negeri
02 Kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat,
Februari 2016
Berdasarkan tabulasi silang pada tabel bivariat, didapatkan bahwa persentase tinggi
badan ayah yang normal sebanyak 91 orang (91%) dan tinggi badan ayah yang pendek
sebanyak 9 orang (9%).
Hubungan antara tinggi badan ayah dengan tinggi badan anak berdasarkan tabel,
digabung, melalui uji Fisher didapatkan nilai p= 0.009, dengan nilai p<0.05, H0 ditolak, yang
berarti ada hubungan yang bermakna secara statisitik antara tinggi badan ayah dengan tinggi
badan anak. Berdasarkan hasil penelitian Ria tentang hubungan pola konsumsi makanan dan
konsumsi susu dengan tinggi badan anak usia 6-12 tahun di SDN 173538 Balige diketahui
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tinggi badan ayah dengan tinggi badan
anak.17 Hasil penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ria di
Balige, karena berdasarkan tinjauan pustaka dikatakan tinggi badan merupakan produk atau

hasil interaksi faktor genetik yang bersifat turun temurun atau diturunkan secara kontinyu
dari generasi ke generasi berikutnya. 15
5.4 Analisis Bivariat antara Tinggi Badan Ibu dengan Tinggi Badan Murid SD Negeri
02 Kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat,
Februari 2016
Berdasarkan tabulasi silang tabel bivariat, didapatkan bahwa persentase tinggi badan
ibu yang normal sebanyak 92 orang (92%) dan tinggi badan ibu yang pendek sebanyak 8
orang (8%).
Hubungan antara tinggi badan ibu dengan tinggi badan anak berdasarkan tabel,
digabung melalui uji Fisher didapatkan nilai p= 1.000, dengan nilai p>0.05, H0 gagal ditolak,
yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara tinggi badan ibu
dengan tinggi badan anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ria tentang hubungan pola
konsumsi makanan dan konsumsi susu dengan tinggi badan anak usia 6-12 tahun di SDN
173538 Balige yang diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tinggi
badan ibu dengan tinggi badan anak.
5.5 Analisis Bivariat antara Jenis Kelamin dengan Tinggi Badan Murid SD Negeri 02
Kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Februari
2016.
Sebaran jenis kelamin pada murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma periode
Februari dikategorikan menjadi dua yaitu murid laki-laki dan murid perempuan. Didapatkan
jumlah murid laki-laki sebanyak 46 orang (46%) dan murid perempuan sebanyak 54 orang
(54%).
Hubungan antara jenis kelamin murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma periode
Februari dengan tinggi badan murid SD berdasarkan tabel, digabung, yang diuji dengan Chi
Square dengan Continuity Correction didapatkan nilai p=0.684, dengan nilai p< 0.05, H0
gagal ditolak, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara jenis
kelamin dengan tinggi badan murid SD . Menurut hasil penelitian Riskesdas tahun 2010,
pada anak laki-laki, prevalensi pendek tertinggi di umur 13 tahun (40,2 %), sedangkan pada
anak perempuan di umur 11 tahun (35,8%).3 Namun untuk studi yang mengatakan bahwa
laki-laki lebih banyak daripada perempuan tidak terbukti. Pada penelitian kami tidak
ditemukan adanya hubungan jenis kelamin dengan tinggi badan murid SD.

5.6 Analisis Bivariat Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang dengan Tinggi Badan
Murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol Petamburan,
Jakarta Barat, Februari 2016
Sebaran gizi seimbang pada murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma periode
Februari dikategorikan menjadi tiga yaitu gizi kurang seimbang, gizi cukup seimbang dan
gizi seimbang. Didapatkan jumlah anak dengan gizi seimbang sebanyak 44 orang (44%),
anak dengan gizi cukup seimbang sebanyak 31 orang (31%) dan gizi kurang seimbang
sebanyak 25 orang (25%).
Hubungan antara gizi seimbang dengan tinggi badan anak berdasarkan tabel,
digabung, melalui Uji Chi Square dengan didapatkan p= 0.024, dengan nilai p<0.05, H0
ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara gizi seimbang dan
tinggi badan murid SD. Pada penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa frekuensi
distribusi pola makan keluarga ternyata sekitar 65% dari responden dengan status gizi baik
atau sedang sudah mempunyai pola konsumsi gizi seimbang meskipun belum lengkap,
sedangkan sekitar 55% pada responden dengan status gizi kurang atau buruk masih belum
seimbang, karena sayur yang banyak mengandung vitamin dan mineral jarang dikonsumsi.
Namun demikian, dari data pola konsumsi makanan keluarga, pada umumnya kedua
kelompok tersebut sebagian besar mengkonsumsi bahan makanan nabati, di mana pada anak
dengan status gizi baik atau sedang kuantitasnya lebih banyak, sedangkan sumber protein
hewani jarang dikonsumsi oleh kedua kelompok.20
5.7 Analisis Bivariat antara Pendapatan Orang Tua dengan Tinggi Badan Murid SD
Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat,
Februari 2016
Sebaran pendapatan orang tua pada murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma
periode Februari, didapatkan bahwa pendapatan orang tua yang cukup sebanyak 50 orang
(50%) dan pendapatan orang tua yang kurang sebanyak 50 orang (50%).
Hubungan antara pendapatan orang tua dengan tinggi badan anak berdasarkan tabel,
digabung melalui uji Chi Square dengan Continuity Correction didapatkan p= 0.193, dengan
nilai p>0.05, H0 gagal ditolak, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna secara
statistik antara pendapatan orang tua dan tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya
Kusuma. Menurut hasil penelitian Riskesdas tahun 2010, prevalensi kependekan terlihat
semakin menurun dengan meningkatnya status ekonomi rumah tangga. Prevalensi tertinggi
(45,6 persen) terlihat pada keadaan ekonomi rumah tangga yang terendah dan prevalensi
terendah (21,7 persen) pada keadaan ekonomi rumah tangga yang tinggi.30

Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya karena
disebabkan oleh tinggi badan anak lebih dipengaruhi oleh asupan gizi yang seimbang,
sehingga pendapatan orang tua yang cukup belum tentu orang tua tersebut mengetahui cara
yang tepat untuk dapat memberikan asupan gizi yang seimbang.
5.8 Analisis Bivariat antara Pendidikan Ibu dengan Tinggi Badan Murid SD Negeri 02
Kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Februari
2016
Berdasarkan tabulasi silang pada tabel bivariat, didapatkan bahwa persentase
pendidikan ibu yang tinggi sebanyak 17 orang (17%), pendidikan menengah sebanyak 42
orang (42%), pendidikan yang rendah 41 orang (41%).
Hubungan antara pendidikan ibu dengan tinggi badan murid SD berdasarkan tabel,
digabung, yang diuji menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p= 0.334, dengan nilai
p<0.05, H0 gagal ditolak, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik
antara pendidikan ibu dengan tinggi badan anak. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
Picauly dan Toy, menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki
peluang anaknya mengalami stunting sebesar 0.049 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan
pendidikan tinggi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu
berpengaruh terhadap terjadinya stunting.31 Hasil penelitian yang berbeda ini dimungkinkan
oleh karena penelitian ini dilakukan diperkotaan yang tingkat pendidikannya lebih tinggi.

Bab VI
Penutup
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai konsumsi makanan tinggi yodium dan faktorfaktor lainnya dengan tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma
Kecamatan Grogol Petamburan periode Februari 2016.
6.1.1 Sebaran tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan
Grogol Petamburan Periode Februari 2016 terdiri atas tinggi badan murid SD
6.1.2

yang pendek (18%) dan tinggi badan murid SD yang normal (82%).
Sebaran konsumsi makanan tinggi yodium murid SD Negeri 02 Kelurahan
Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol Petamburan Periode Februari 2016, terdiri
atas yang tidak mengkonsumsi makanan tinggi yodium (29%) dan yang

6.1.3

mengkonsumsi makanan tinggi yodium (71%).


Sebaran faktor-faktor lainnya murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma
Kecamatan Grogol Petamburan Periode Februari 2016, terdiri atas tinggi badan
ayah yang pendek (9%), tinggi badan ibu yang pendek (8%), jenis kelamin
perempuan (54%), konsumsi gizi kurang seimbang (44%), pendapatan orang tua

6.1.4

yang kurang (50%) dan pendidikan ibu yang rendah (41%).


Terdapat hubungan antara konsumsi makanan tinggi yodium dengan tinggi badan
murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol Petamburan

6.1.5

Periode 2016.
Terdapat hubungan antara tinggi badan ayah dan konsumsi makanan bergizi
seimbang dengan tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma

6.1.6

Kecamatan Grogol Petamburan Periode 2016.


Tidak terdapat hubungan antara tinggi badan ibu, jenis kelamin, pendapatan orang
tua dan pendidikan ibu dengan tinggi badan murid SD Negeri 02 Kelurahan
Wijaya Kusuma Kecamatan Grogol Petamburan Periode 2016.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan beberapa hal
antara lain:
6.2.1

Bagi Kepala Sekolah SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan

Grogol Petamburan Jakarta Barat


Kepada guru SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma supaya mengedukasikan
kepada murid-muridnya mengenai pola makan yang benar, makanan tinggi

yodium dan makanan yang bergizi seimbang.


Kepada guru SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma mengadakan kegiatan
penyuluhan terhadap orang tua murid mengenai pentingnya konsumsi makanan
tinggi yodium dan makanan yang bergizi seimbang pada anak-anak SD supaya

tercapainya pertumbuhan yang maksimal.


Kepada pengurus kantin SD Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma supaya
menyediakan makanan tinggi yodium dan makanan bergizi seimbang di kantin
sekolah.

6.2.2 Bagi Orang Tua Murid SD Negeri 02 Pagi Wijaya Kusuma Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat

Diharapkan orang tua murid SD Negeri 02 Pagi Wijaya Kusuma mengetahui

garam yang digunakan dirumah harus mengandung zat yodium.


Diharapkan orang tua murid SD Negeri 02 Pagi Wijaya Kusuma dapat
menyajikan jenis-jenis makanan tinggi yodium dan bergizi seimbang.

Daftar Pustaka

1. Levine DA. Pertumbuhan dan Perkembangan. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Ed6. Jakarta: Saunders Elsevier. 2014. H 11.
2. Onis M, Blosner M, Borghi E. Prevalence and trends of stunting among pre-school
children, 19902020. Public Health Nutrition 2011 july 14: 15(1), 142148.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.2013.
4. Zimmermann MB. The role iodine in human growth and development. Seminars in Cell
& Developmental Biology 2011;22: 645652.
5. Situasi dan analisis penyakit tiroid. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
2015.
6. Rasyid MTA. Cebol atau Stunting. MPA 322. Juli 2013.H 46-7.
7. Chairunnisa. Pengaruh Penggunaan Garam Beryodium Terhadap Status Gizi Balita
Pendek di Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2010.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo Banjarbaru. 2011. H 18-20.
8. Mateljan G. Iodine. the World's Healthiest Foods The George Mateljan Foundation.
Diunduh dari :
http://www.whfoods.com/genpage.php?tname=nutrient&dbid=69#foodchart , tanggal 16
Februari 2016.
9. National Institute of Health. Iodine. U.S. Department od Health and Human Services.
June 24, 2011.Diunduh dari : https://ods.od.nih.gov/factsheets/Iodine-HealthProfessional/
, tanggal 16 Februari 2016.
10. Yanti F. Perilaku Memasak Ibu Yang Baik Dan Benar Kunci Menghasilkan Balita Yang
Sehat. Kulon Progo. 2013.
11. Mateljan G. Selenium. the World's Healthiest Foods The George Mateljan Foundation.
Diunduh dari :http://www.whfoods.com/genpage.php?dbid=95&tname=nutrient, tanggal
16 Februari 2016.
12. Thomson CD, Campbell JM, Miller J, Skeaff SA, Livingstone V. Selenium and iodine
supplementation: effect on thyroid function of older New Zealanders. American Society
for

Nutrition.

July

28,

2009.

Diunduh

dari

http://ajcn.nutrition.org/content/90/4/1038.full , 19 Februari 2016.


13. Vitamins and Supplements Lifestyle Guide. Selenium. WebMD. Diunduh dari :
http://www.webmd.com/vitamins-and-supplements/lifestyle-guide-11/supplement-guideselenium , tanggal 16 Februari 2016.
14. Macht H. Study Links Low Selenium Diet with Thyroid Disease. EndocrineWeb. 14
September

2015.

Diunduh

dari

http://www.endocrineweb.com/news/thyroid-

diseases/17120-study-links-low-selenium-diet-thyroid-disease, tanggal 18 Februari 2016.


15. Sinaga JP. Tinggi Badan Anak dari Segi Faktor Genetik dan Lingkungan (Suku
Antropologi Ragawi pada Suku Batak Toba). Medikora. Vol IV. No 2. Oktober 2008. H
111-2.

16. Average

Height

Male

and

Female

Height

by

Country.

Diunduh

dari

www.averageheight.co/ , tanggal 24 Februari 2016.


17. Nainggoal RS, Aritonang EY, Ardiani F. Hubungan Pola Konsumsi Makanan dan
Konsumsi Susu dengan Tinggi Badan Anak Usia 6-12 Tahun di SDN 173538 Balige.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2014.
18. Hungu. Pengertian Jenis Kelamin. 2007. Diunduh dari : www.repository.usu.ac.id,
tanggal 18 Januari 2016.
19. Ginting SU. Pola Makanan dan Minuman Menuju Budaya Hidup Sehat. Jurnal Ilmu
Keolahragaan. Vol 9. No 2. Juli Desember 2011. Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Medan. 2011.
20. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.41 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Gizi Seimbang. Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
21. Setijowati N. Hubungan Kadar Seng Serum dengan Tinggi Badan Anak Sekolah Dasar
Penderita GAKY. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol XXI. No 1. Malang. April 2005.
22. Salma. Jenis-jenis mineral yang wajib diketahui. Majalah Kesehatan. 10 Juli 2011.
Diunduh dari http://majalahkesehatan.com/jenis-jenis-mineral-yang-wajib-anda-ketahui/ ,
tanggal 18 februari 2016.
23. Prentice A, Dibba B, Sawo Y, Cole TJ. The effect of prepubertal calcium carbonate
supplementation on the age of peak height velocity in Gambian adolescents. American
Society

for

Nutrition.

July

19,

2012.

Diunduh

dari

http://ajcn.nutrition.org/content/96/5/1042.full, tanggal 20 Feburari 2016.


24. Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health. Physical activity and young
people.

World

Health

Organization.

2016.

Diunduh

http://www.who.int/dietphysicalactivity/factsheet_young_people/en/

dari

tanggal

17

Februari 2016.
25. Ningtyas FW, Asdie AH, Julia M, Prabandari YS. Eksplorasi Kearifan Lokal Masyarakat
dalam Mengkonsumsi Pangan Zat Goitrogenik Terhadap Gangguan Akibat Kekurangan
Yoidum. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UNEJ. September 2012 April
2013.
26. Mateljan G. An Up-to-Date Look at Goitrogenic Substances in Food. the World's
Healthiest

Foods

The

George

Mateljan

Foundation.Diunduh

dari

http://www.whfoods.com/genpage.php?tname=george&dbid=250 , tanggal 19 Februari


2016.
27. Ningtyas FW, Asdie AH, Julia M, Prabandari YS. Makananmentah, goitrogenik,
dangangguanakibatkekuranganyodium.

DepartemenGiziKesehatanMasyarakat

UNEJ. Vol 18. No 2. Januari 2015.H.105-110

FKM

28. Dewi YL. Goitrogenic foods consumed by schoolchildren in Ngargoyoso subdistrict,


Karanganyar regency, Central Java, Indonesia.Journal of Natural Science Research.
2013; 3 (2): 51-6
29. Basrowi , Juariyah S. Analisis kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat
desa srigading, kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Jurnal
Ekonomi & Pendidikan. 2010; 7(1): 61-2.
30. Picauly I, Toy SM. Analisis determinan dan pengaruh stunting terhadap prestasi belajar
anak sekolah di kupang dan sumba timur, NTT. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013;
8(1):55-62.
31. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 230 Tahun 2015
Tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2016. Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Jakarta. 2015.
32. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar 2010. Jakarta. 2010.
33. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun (Studi di Kecamatan
Semarang Timur). Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Eprint Undip. 2013.

Lampiran

Lembar Kuisioner
Hubungan Konsumsi Makanan Tinggi Yodium dan Faktor-faktor lainnya
dengan Tinggi Badan Murid Sekolah Dasar Negeri 02 Kelurahan Wijaya Kusuma,
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Februari 2016
Petunjuk pengisian :
-

Berilah tanda () pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai.


Isi (_____) sesuai dengan pendapat Anda.
Kuesioner ini diisi oleh orang tuaatau responden
Setiap pernyataan hanya membutuhkan 1 (satu) jawaban.
Setelah diisi mohon Anda berikan kepada yang menyerahkan kuisioner ini pertama kali.
Isilah data berikut dengan benar.

Hari / Tanggal pengisian kuisioner : _______, __ -__-2016

Identitas Responden
-

Nama Anak
Umur Anak
TanggalLahir
JenisKelamin
Kelas : ___
Alamat

: __________________________________________________
: ___ tahun
Bulan
: ____________ (hari / bulan / tahun)
: ( ) Laki-laki
( ) Perempuan
: __________________________________________________

Identitas Orang Tua Responden


-

Nama Ayah : ________________________________________________________


Tinggi Badan Ayah : _____________________________________________________
Nama Ibu
: __________________________________________________
Tinggi Badan Ibu
: __________________________________________________

SosialEkonomi
Pendidikan terakhir Ayah:
( ) tidak sekolah ( ) tamatSD

( )tamat SMP

)tamat SMA/SMK

( )tamat SMP

( )tamat SMA/SMK

( ) Perguruan Tinggi
-

Pekerjaan Ayah
( ) tidak bekerja

:
( ) Bekerja

Pendidikan terakhir Ibu


( ) tidak sekolah

( ) tamatSD

( ) Perguruan Tinggi
-

Pekerjaan Ibu

( ) tidak bekerja ( ) Bekerja


-

Pendapatan Orang Tua:

) < Rp. 3.100.000,-

) Rp. 3.100.000,-

Yodium
Berikan tanda pada makanan yang dimakan anak anda 2 hari sebelum tanggal 22 Februari
2016.
Jenis makanan dapat dipilih lebih dari satu.
Tanggal / Hari : Sabtu / 20 Februari 2016
Jenis Makanan

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Rumput Laut
Kerang
Udang
Ikan Cod
Susu sapi
Telur
Garam beryodium *
Ikan Sardine
Ikan Salmon
Ikan Tuna
Jagung
*Ada tulisan garam beryodium pada kemasasan.

Tanggal / Hari : Minggu / 21 Februari 2016


Jenis Makanan
Rumput Laut
Kerang
Udang
Ikan Cod
Susu sapi
Telur
Garam beryodium *
Ikan Sardine
Ikan Salmon
Ikan Tuna
Jagung
*Ada tulisan garam beryodium pada kemasasan.

Gizi Seimbang
Berikan tanda pada makanan yang dimakan anak anda 2 hari sebelum tanggal 22 Februari
2016

Tanggal / Hari : Sabtu / 20 Februari 2016


Makanan
1 Piring nasi atau penukarnya
1 potong ikan atau penukarnya
1 potong tempe atau penukarnya
1 mangkuk sayur-sayuran
Buah-buahan
1 gelas susu

Pagi

Siang

Malam

Pagi

Siang

Malam

Tanggal / Hari : Minggu / 21 Februari 2016


Makanan
1 Piring nasi atau penukarnya
1 potong ikan atau penukarnya
1 potong tempe atau penukarnya
1 mangkuk sayur-sayuran
Buah-buahan
1 gelas susu

1. Data Sampel

N
o
.

2
3

Na
ma

AKA

AF

L/
P

Usia

7
tahun
3
bulan

P
P

8
tahun
0
bulan
7

TB
(c
m)

11
8

11
0
11

TB/U

KELAS 1
Pe
Pen nd
d.
.
Aya
Ib
h
u

norm
al

perg
urua
n
tingg
i

ta
ma
t
SM
A

pend
ek
norm

tama
t
SMP
tama

ta
ma
t
SD
ta

Pe
nd
ap
ata
n
<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<

Y
o
di
u
m

Gi
zi

iy
a

ku
ra
n
g

ti
d
ak
ti

ku
ra
n
g
se

TB
Ay
ah
(c
m)

TB
Ibu
(c
m)

Alamat

167

160

Jl. Utama
Sakti III RT
3 RW 7 No.
17

157
160

145
145

Kp Baru RT
13 RW 05
Jl. P.

1
0

1
1

1
2

AFR

tahun
5
bulan

ERP

8
tahun
1
bulan

7
tahun
10
bulan

7
tahun
11
bulan

7
tahun
11
bulan

7
tahun
9
bulan

7
tahun
11
bulan

7
tahun
7
bulan

7
tahun
4
bulan

8
tahun
0
bulan

GA
DP

KA
D

LCA

MPI

MA

MR
R

MR

MA
P

12
0

13
1

12
0

12
2

12
2

13
0

12
0

11
5

12
7

t SD

ma
t
SM
A

tama
t SD

ta
ma
t
SM
P

tama
t
SMA

ta
ma
t
SM
A

tama
t
SMP

ta
ma
t
SM
A

tama
t
SMA

ta
ma
t
SM
A

tama
t SD

ta
ma
t
SM
A

tama
t
SMP

ta
ma
t
SM
P

norm
al

tama
t
SMP

ta
ma
t
SM
A

norm
al

tama
t
SMA

ta
ma
t
SD

tama
t
SMA

ta
ma
t
SM
A

al

norm
al

norm
al

norm
al

norm
al

norm
al

norm
al

norm
al

Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,-

d
ak

ti
d
ak

iy
a

iy
a

iy
a

iy
a

i
m
ba
n
g

Tubagus
Angke

cu
ku
p

150

Jl.
Jelambar
Utama VII
RT 02 RW
11 No. 15

159

Kp Gusti
RT 01 RW
05 No. 11

162

160

Jelambar
Ilir RT 010
RW 005

170

150

Kp Baru RT
13 RW 05

145

Jl.
Jelambar
Baru

ku
ra
n
g
se
i
m
ba
n
g

cu
ku
p
se
i
m
ba
n
g

165

173

170

iy
a

cu
ku
p

178

158

Jl.
Jelambar
Utama III
RT 01 RW
08 No. 8

iy
a

cu
ku
p

165

146

Kp Baru RT
13 RW 05

160

Jl. Tubagus
Angke RT
08 RW 05
No. 14

157

Jl. Utama
Sakti VI RT
001 RW
007 No. 32

iy
a

ti
d
ak

cu
ku
p
se
i
m
ba
n
g

165

169

1
3

1
4

1
5

1
6

N
o
.

4
5

RS

RW

SR

ZJP
A

Na
ma

AP

ER

FK

ILP
MA
M

7
tahun
3
bulan

7
tahun
10
bulan

7
tahun
5
bulan

7
tahun
5
bulan

L/
P

Usia

8
tahun
11
bulan

8
tahun
3
bulan

8
tahun
2
bulan

P
L

8
tahun
11
bulan
8
tahun

12
4

10
9

11
0

11
9

TB
(c
m)

11
9

12
6

11
9

12
4
12
6

tama
t SD

ta
ma
t
SD

tama
t
SMP

ta
ma
t
SM
P

tama
t SD

ta
ma
t
SM
A

norm
al

tama
t
SMA

ta
ma
t
SM
A

TB/U

KELAS 2
Pe
Pen nd
d.
.
Aya
Ib
h
u

norm
al

pend
ek

pend
ek

pend
ek

tama
t
SMA

ta
ma
t
SM
P

norm
al

perg
urua
n
tingg
i

ta
ma
t
SM
A

tama
t
SMP

ta
ma
t
SM
P

tama
t
SMA
tama
t

ta
ma
t
SM
A
ta
ma

norm
al

norm
al
norm
al

<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,-

Pe
nd
ap
ata
n
<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.

iy
a

ti
d
ak

iy
a

ti
d
ak

Y
o
di
u
m

ku
ra
n
g
ku
ra
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g

Gi
zi

iy
a

ku
ra
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g

ti
d
ak
iy
a

ku
ra
n
g
cu
ku

ti
d
ak

iy
a

170

160

Jl. Utama
Sakti I RT
008 RW 07

170

152

Kp Gusti

157

155

165

155

Jl. Kebon
Pisang RT
005 RW
007 No. 26
Jl.
Jelambar
Utama
Sakti Raya
RT 006 RW
07 No.106

TB
Ay
ah
(c
m)

TB
Ibu
(c
m)

Alamat

165

Kp Gusti
gang
Karyawan I
RT 002 RW
05 No. 7

160

Jl. P.
Tubagus
Angke No.
5A

157

Kp Gusti
RT 001 RW
05

172

182

165

170
160

157
154

Jl.
Jelambar
barat II RT
003 RW
011 No. 36
Jl.
Jelambar

2
bulan

1
0

1
1

1
2

1
3

1
4

NF

RA

LP

RT

SR

AM

PA

NK
A

8
tahun
3
bulan

8
tahun
8
bulan

8
tahun
3
bulan

8
tahun
8
bulan

8
tahun
10
bulan

8
tahun
10
bulan

8
tahun
3
bulan

8
tahun
8
bulan

8
tahun
10
bulan

12
5

12
0

12
7

12
2

12
7

12
1

12
2

12
3

13
4

norm
al

SMA

t
SM
P

tama
t
SMP

ta
ma
t
SM
P

norm
al

tama
t
SMA

norm
al

perg
urua
n
tingg
i

ta
ma
t
SM
A
pe
rg
ur
ua
n
tin
ggi

tama
t
SMA

ta
ma
t
SM
P

tama
t SD

ta
ma
t
SD

tama
t
SMA

ta
ma
t
SM
A

tama
t
SMA

ta
ma
t
SM
A

tama
t
SMP

ta
ma
t
SM
P

tama
t
SMP

ta
ma
t
SD

norm
al

norm
al

norm
al

norm
al

norm
al

norm
al

3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,-

barat No.
5

iy
a

ku
ra
n
g

ti
d
ak

ku
ra
n
g

iy
a

ku
ra
n
g

iy
a

cu
ku
p

iy
a

ku
ra
n
g

iy
a

ku
ra
n
g
se
i
m
ba
n
g

ti
d
ak

cu
ku
p

ti
d
ak

iy
a

cu
ku
p

160

170

167

156

165

172

162

170

160

158

Jl.
Latumeten

150

Jl. Merpati
1 RT 06
RW 006
No. 23

160

Jl. Utama
Sakti VI RT
001 RW 07
No. 9

150

Kp Gusti
Kb Pala RT
06 RW 014

155

Jl. Suka
Jaya IV RT
05 RW 01

165

Jl. Utama
Sakti 1 RT
008 RW 07
No. 17 A

154

Jl. Seni
Budaya
Raya No.
10 B
Jelambar

167

Jl.
Indraloka I
RT 008 RW
010 No.90

155

Pesing
Garden
Blok V RT
01 RW 08
No. 57

N
o
.

8
9

Na
ma

AC
B

AN

AH
A

AN
S

DR

DG

EP

EI
GE
G

L/
P

Usia

9
Tahun
9
Bulan

9
Tahun
4
Bulan

9
Tahun
10
Bulan

9
Tahun
5
Bulan

9
Tahun
1
Bulan

8
Tahun
11
Bulan

9
Tahun
0
Bulan

L
P

9
Tahun
7
Bulan
9
Tahun

TB
(c
m)

13
3

13
1

13
4

13
1

13
3

12
7

13
5

12
1
13
0

TB/U

KELAS 3
Pe
Pen nd
d.
.
Aya
Ib
h
u

Tama
t
SMA

Ta
ma
t
SM
P

Tama
t
SMP

Ta
ma
t
SM
A

norm
al

Tama
t
SMP

Ta
ma
t
SM
P

norm
al

Perg
urua
n
Ting
gi

Ta
ma
t
SM
A

norm
al

Tama
t
SMA

Ta
ma
t
SD

norm
al

Perg
urua
n
Ting
gi

Ta
ma
t
SM
A

norm
al

Tama
t SD

Ta
ma
t
SM
P

pend
ek
norm
al

Tama
t
SMP
Tama
t

Ta
ma
t
SD
Ta
ma

norm
al

norm
al

Pe
nd
ap
ata
n
>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.

Y
o
di
u
m

iy
a

iy
a

Gi
zi
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g

iy
a

ku
ra
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g

ti
d
ak

cu
ku
p

ti
d
ak
iy
a

ku
ra
n
g
se
i

iy
a

iy
a

iy
a

TB
Ay
ah
(c
m)

165

165

170

157

166

160

170

157
170

TB
Ibu
(c
m)

Alamat

150

Jl.
Kampung
gusti RT
6/RW 5

147

Jl.
Jelambar
baru III RT
14/RW 7
No 22

160

Jl.
Kampung
gusti RT
2/RW 5 No
22

156

Jl.
Jelambar
Utama
Sakti 6

166

Jl.
Jelambar
Utama
Sakti IV

165

Jl.
Jelambar
Baru RT

165

Jl. Utama
Sakti I RT
11/ RW 7

150
165

Jl.
Kampung
gusti RT
2/RW 5
Jl.
Latumeten

SMA

t
SM
P

Tama
t
SMA

Ta
ma
t
SM
A

Tama
t
SMP

Ta
ma
t
SM
P

Tama
t
SMA

Ta
ma
t
SM
A

Tama
t
SMP

Ta
ma
t
SM
P

norm
al

Tama
t
SMA

Ta
ma
t
SM
P

norm
al

Tama
t
SMP

Ta
ma
t
SD

Tama
t
SMA

Ta
ma
t
SM
P

Tama
t SD

Ta
ma
t
SD

Tama
t
SMA

Ta
ma
t
SM
A

7
Bulan

1
0

1
1

1
2

1
3

1
4

1
5

1
6

1
7

1
8

IR

KA
A

MA
B

MA

MN

MN
S

ND

NSL

9
Tahun
7
Bulan

9
Tahun
1
Bulan

9
Tahun
4
Bulan

9
Tahun
4
Bulan

9
Tahun
6
Bulan

9
Tahun
5
Bulan

9
Tahun
9
Bulan

9
Tahun
4
Bulan

9
Tahun
5
Bulan

13
4

12
7

13
3

12
2

12
7

12
9

13
4

12
6

13
6

norm
al

norm
al

norm
al

pend
ek

norm
al

norm
al

norm
al

3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,-

iy
a

m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g

iy
a

ku
ra
n
g

iy
a

iy
a

iy
a

iy
a

iy
a

iy
a

iy
a

II no 11D

155

Jl.
Kampung
gusti RT
2/RW 5

163

Jl.
Indraloka I
No 64 RT
10/RW 10

152

Jl.
Jelambar
Barat No 7

163

158

Jl. Utama
Sakti I RT
7/RW 7

167

160

Jl. Perdana
raya no 46

160

Jl.
Kampung
Gusti RT 2/
RW 5

165

Jl.
Jelambar
Utama
Sakti I RT
11/RW 7

160

Jl.
Kampung
Gusti RT
2/RW 5

158

Jl. Kebun
Pisang RT
12/RW 7
No 39

168

170

170

170

170

165

170

1
9

2
0

2
1

2
2

2
3

2
4

2
5

2
6

2
7
2
8

NKT

RR
M

RD

RAK

RAS

RN
C

RAS

TS

TLT
P
TKP

9
Tahun
1
Bulan

9
Tahun
5
Bulan

9
Tahun
1
Bulan

9
Tahun
2
Bulan

9
Tahun
5
Bulan

9
Tahun
6
Bulan

9
Tahun
8
Bulan

9
Tahun
1
Bulan

P
P

8
Tahun
9
Bulan
8
Tahun
10
Bulan

13
1

13
8

13
6

14
0

13
8

13
2

13
1

13
2

12
7
12
3

norm
al

Perg
urua
n
Ting
gi

Ta
ma
t
SM
A

norm
al

Perg
urua
n
Ting
gi

norm
al

Perg
urua
n
Ting
gi

norm
al

Perg
urua
n
Ting
gi

Ta
ma
t
SM
A
Per
gu
ru
an
Tin
ggi
Per
gu
ru
an
Tin
ggi

Tama
t
SMA

Ta
ma
t
SM
A

norm
al

Tama
t SD

Ta
ma
t
SD

norm
al

Tama
t
SMA

Ta
ma
t
SD

Tama
t
SMP

Ta
ma
t
SM
P

Tama
t
SMP
Perg
urua
n
Ting
gi

Ta
ma
t
SM
P
Per
gu
ru
an
Tin

norm
al

norm
al

norm
al
norm
al

>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000

iy
a

iy
a

cu
ku
p
se
i
m
ba
n
g

iy
a

cu
ku
p
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g

iy
a

cu
ku
p

iy
a

iy
a

iy
a

iy
a

iy
a
iy
a

ku
ra
n
g
se
i
m
ba
n
g

cu
ku
p
cu
ku
p

170

167

170

160

170

165

165

163

170
170

160

Jl. Utama
Sakti I RT
10/RW 7
No 69C

156

Jl.
Jelambar
Utama IX
No 1

168

Jl. Kav BNI


46 Blok
ppt/2

165

Jl.
Latumeten
I No 15

160

Jl.
Jelambar
Barat 2B
RT 5/RW
11 No 60

155

Jl.
Jelambar
Utama III

165

Jl.
Kampung
Gusti RT
1/RW 5

163

Jl.
Kampung
Gusti RT
1/RW 5

150
165

Jl.
Latumeten
II No 6
Jl.
Jelambar
Utama IV
No 39

ggi

2
9

WN

9
Tahun
5
Bulan

11
2

pend
ek

Tama
t
SMP

Ta
ma
t
SM
P

,<
Rp.
3.1
00.
000
,-

ti
d
ak

cu
ku
p

175

165

Jl.
Jelambar
Utama VII
No 14

Gi
zi

TB
Ay
ah
(c
m)

TB
Ibu
(c
m)

Alamat

142

Komplek
Taman
Duta Mas
Blok B3/35

160

Jl. Komplek
BNI Pesing
No.72
Jakarta
Barat

KELAS 4
N
o
.

Na
ma

AZ

BTS

BC
PH

FAR

FC
M

MF
A

L/
P

Usia

9
tahun
11
bulan

10
tahun
2
bulan

10
tahun
5
bulan

10
tahun
4
bulan

10
tahun
6
bulan

9
tahun
9
bulan

TB
(c
m)

13
5

14
1

12
7

14
2

12
4

12
1

TB/U

Pen
d.
Aya
h

Pe
nd.
Ibu

norm
al

tam
at
SMP

tam
at
SM
P

norm
al

perg
urua
n
ting
gi

per
gur
uan
ting
gi

pend
ek

perg
urua
n
ting
gi

per
gur
uan
ting
gi

tam
at
SMA

tam
at
SM
A

pend
ek

tam
at
SMP

tam
at
SM
P

pend
ek

tam
at
SMP

tam
at
SM
P

norm
al

Pe
nd
ap
ata
n
<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,-

Y
o
di
u
m

iy
a

iy
a

ku
ra
n
g
se
i
m
ba
n
g

170

170

ti
d
ak

cu
ku
p

170

150

iy
a

se
i
m
ba
n
g

172

161

Jl. Gaharu
Raya No
101 Grogol
Petambura
n
Jl. Komplek
Polri
Kedang
Kaliangke
RT
008/002
No. 67

ti
d
ak

ku
ra
n
g

155

Jl.
Jelambar
Utama 7
RT
002/011

iy
a

cu
ku
p

160

Jelambar
Kebon
Pisang

157

170

1
0

1
1

NS
N

RD
A

RPA

SR
SW

WN
N

10
tahun
3
bulan

9
tahun
10
bulan

9
tahun
11
bulan

10
tahun
4
bulan

10
tahun
5
bulan

14
5

12
4

13
7

12
9

12
3

perg
urua
n
ting
gi

tam
at
SM
A

tam
at
SMA

per
gur
uan
ting
gi

norm
al

tam
at
SMA

tam
at
SM
A

norm
al

tam
at
SMA

tam
at
SM
A

tam
at
SMP

per
gur
uan
ting
gi

norm
al

norm
al

pend
ek

<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,-

ti
d
ak

se
i
m
ba
n
g

iy
a

ku
ra
n
g

iy
a

ti
d
ak

iy
a

cu
ku
p
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g

168

170

170

165

165

168

Jl.
Jelambar
Barat II B
RT 05/011
No. 64

147

Jelambar
Selatan II
Gg. 19 RT
003/03 No.
48

150

Jl.
Jelambar
Utama
Raya I No.
12 A

160

Jl. Damai
Kp. Bali RT
008/05 No.
6

150

Slipi RT
007/004
Kemanggis
an Jakarta
Barat

KELAS 5
N
o
.

1
2

Na
ma

ATA
AN

L/
P

Usia

P
L

10
tahun
10
bulan
11

TB
(c
m)

TB
/U

Pen
d.
Aya
h

139
140

no
rm
al
no

tama
t
SMA
perg

Pe
nd.
Ibu
ta
ma
t
SM
A
per

Pend
apat
an
> Rp.
3.100
.000,> Rp.

Yo
diu
m

Gi
zi

iya
iya

sei
m
ba
ng
cu

TB
Ay
ah
(c
m)

TB
Ib
u
(c
m)

Alamat

170
165

15
6
15

Jelambar
Selatan
II
Jelambar

1
0
1
1

1
2

1
3
1

urua
n
tingg
i
perg
urua
n
tingg
i

tahun
4
bulan

rm
al

DAF

10
tahun
5
bulan

141

no
rm
al

11
tahun
4
bulan

138

no
rm
al

11
tahun
1
bulan

148

no
rm
al

11
tahun
0
bulan

152

no
rm
al

11
tahun
6
bulan

145

no
rm
al

10
tahun
8
bulan

136

no
rm
al

10
tahun
10
bulan

132

pe
nd
ek

144

no
rm
al

tama
t
SMA
perg
urua
n
tingg
i

152

no
rm
al

tama
t
SMP

151

no
rm
al

133
131

no
rm
al
pe

tama
t
SMA
perg
urua
n
tingg
i
tama

HA
N

KN
KH

MA
F

MF
A

MF
C

NPS

NZ
W

SSA
FD

MR
ZP
ZRS

10
tahun
10
bulan
11
tahun
4
bulan

10
tahun
11
bulan

L
P

10
tahun
6
bulan
11

tama
t
SMA
perg
urua
n
tingg
i
perg
urua
n
tingg
i
tama
t
SMA
perg
urua
n
tingg
i

gur
uan
ting
gi
per
gur
uan
ting
gi
ta
ma
t
SM
A
per
gur
uan
ting
gi
per
gur
uan
ting
gi
ta
ma
t
SM
A
per
gur
uan
ting
gi
ta
ma
t
SM
A
ta
ma
t
SM
A
ta
ma
t
SD
ta
ma
t
SM
A
per
gur
uan
ting
gi
ta

3.100
.000,-

ku
p

Barat II
No.
21/23

> Rp.
3.100
.000,-

iya

cu
ku
p

176

15
9

Jl.
Latumen
ten 2

> Rp.
3.100
.000,-

tida
k

cu
ku
p

156

15
0

Jl. Utama
Raya

iya

cu
ku
p

165

17
0

Jelambar
Barat II
RT 005

iya

cu
ku
p

16
3

Jelambar
Barat III
B RT 001
RW 006

iya

kur
an
g

15
2

Jl. Kebon
Pisang
RT
010/07

> Rp.
3.100
.000,-

iya

sei
m
ba
ng

172

16
5

< Rp.
3.100
.000,-

tida
k

cu
ku
p

160

16
0

> Rp.
3.100
.000,-

iya

cu
ku
p

156

15
5

< Rp.
3.100
.000,-

tida
k

kur
an
g

173

15
5

iya

sei
m
ba
ng

173

15
8

Jl.
Jelambar
Jaya IV
Jelambar
Barat II
RT 0012
RW 011
No. 20 C

iya
tida

sei
m
ba
ng
kur

170
160

15
5
16

Jelambar
Baru
Jl. Anyar

> Rp.
3.100
.000,> Rp.
3.100
.000,> Rp.
3.100
.000,-

> Rp.
3.100
.000,> Rp.
3.100
.000,< Rp.

166

165

Jl.
Jelambar
Utama
Raya
Jl.
Merpati
1 RT 06
RW 006
No. 23
Jelambar
Barat II
C RT 007
RW 04
No. 43

N
o
.

6
7

tahun
4
bulan

Na
ma

AW

AD
F

AR

BV

EVI

LAP
MD
F

L/
P

Usia

12
tahun
6
bulan

11
tahun
11
bulan

12
tahun
3
bulan

11
tahun
8
bulan

12
tahun
4
bulan

P
L

12
tahun
3
bulan
12
tahun
2
bulan

nd
ek

TB
(c
m)

15
1

13
3

15
5

15
0

15
5

14
3
15
2

t SD

ma
t
SD

3.100
.000,-

TB/U

KELAS 6
Pe
Pen nd
d.
.
Aya
Ib
h
u

norm
al

perg
urua
n
tingg
i

ta
ma
t
SM
P

pend
ek

tama
t
SMA

ta
ma
t
SM
A

norm
al

perg
urua
n
tingg
i

ta
ma
t
SM
A

norm
al

tama
t
SMP

ta
ma
t
SM
P

norm
al

perg
urua
n
tingg
i

ta
ma
t
SM
A

tidak
sekol
ah
tama
t
SMA

ta
ma
t
SM
A
ta
ma
t
SM
A

norm
al
norm
al

Pe
nd
ap
ata
n
>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000

an
g

Y
o
di
u
m

iy
a

Gi
zi
se
i
m
ba
n
g

ti
d
ak

ku
ra
n
g

ti
d
ak

iy
a

ti
d
ak

iy
a
iy
a

cu
ku
p
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n
g
se
i
m
ba
n

TB
Ay
ah
(c
m)

170

165

160

170

170

165
170

No. 22

TB
Ibu
(c
m)

Alamat

160

Jl.
Latumente
n

155

Jl.
Jelambar
Jaya IV RT
009/09 No.
46

165

Jl. Q RT
004/02
No.30
Jelambar
Baru

156

Jl. Kebon
Pisang RT
010/02

165

Jl. PT. B.
Angke
RT014/011
No.101

155
160

Jl.
Jelambar
Jaya 3
No.38
Jl.
Jelambar
Barat 2B
RT
005/011

1
0

1
1

1
2

1
3

1
4

1
5

1
6

MR
M

NP

NH

RN

RD

REP

SNS
BP

SF

SAP

12
tahun
2
bulan

11
tahun
9
bulan

12
tahun
1
bulan

11
tahun
8
bulan

12
tahun
1
bulan

11
tahun
10
bulan

12
tahun
3
bulan

12
tahun
0
bulan

11
tahun
11
bulan

14
1

14
3

13
6

13
0

15
3

12
8

14
9

14
5

12
1

norm
al

tama
t
SMA

pe
rg
ur
ua
n
tin
ggi

norm
al

tama
t
SMP

ta
ma
t
SD

pend
ek

tama
t
SMA

ta
ma
t
SD

pend
ek

perg
urua
n
tingg
i

ta
ma
t
SM
A

tama
t
SMP

ta
ma
t
SM
P

tama
t
SMA

ta
ma
t
SM
A

norm
al

pend
ek

norm
al

tama
t
SMA

norm
al

perg
urua
n
tingg
i

pend
ek

perg
urua
n
tingg
i

ta
ma
t
SM
A
pe
rg
ur
ua
n
tin
ggi
pe
rg
ur
ua
n
tin
ggi

,-

No.92

>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,>
Rp.
3.1
00.
000
,-

ti
d
ak

se
i
m
ba
n
g

170

155

Jl.
Jelambar
Utama
Raya No.
53

iy
a

cu
ku
p

160

158

Kaping
Gusti

160

Jl.
Jelambar
Utara Sakti
Kaya No.
27

155

Jl. Kepa
duri Timur
RT007.08
Duri Kepa

160

Jl. Utama
Raya RT
06/07 No.
105

150

Jl. Empang
Bahagia
GG 2 No.
13

160

Kb, Pisang
GG Jawa
RT
010/002
No. 72

155

Jl.
Latumente
n 2 GG
No.18 RT
008/011

158

Jl.
Latumente
n 2 / 21 RT
02/ RW 05
Jelambar

>
Rp.
3.1
00.
000
,<
Rp.
3.1
00.
000
,-

ti
d
ak

cu
ku
p

ti
d
ak

cu
ku
p
se
i
m
ba
n
g

iy
a

iy
a

ku
ra
n
g
se
i
m
ba
n
g

iy
a

ku
ra
n
g

iy
a

ti
d
ak

cu
ku
p

165

156

165

179

165

167

173

2. Coding

N
o.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

J
K
2
2
2
1
2
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
1
1
2

TB_U
sia
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2

Yodi
um
2
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2

Gi
zi
1
1
3
2
1
3
2
3
2
2
2
3
1
1
3
3
1
3
3
1
2
1
1
1
2
1
1
3
2
2
3
3
1
3
3
3
2
1
3

CODING
Pendap TB_ay
atan
ah
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2

TB_i
bu
2
1
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2

didik_a
yah
3
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
1
2
3
2
1
2
2
1
1
2
1
1
3
2
3
1
1
2

didik_i
bu
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
1
1
2
3
1
1
2
2
1
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1

40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83

1
2
2
1
1
1
1
2
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
2
1
2
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
2
2
2
2
1

2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
2
1
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
1
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
1
2
3
2
3
3
2
1
3
2
2
2
1
3
2
3
1
2
3
1
2
3
3
3
2
2
2
2
2
1
3
2
2
1
3
3

1
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

2
1
2
1
2
1
2
1
2
3
3
3
3
2
1
2
1
3
1
1
1
3
3
2
1
1
3
2
2
2
1
2
3
3
2
3
3
2
3
2
3
1
2
3

2
1
2
1
1
1
1
1
2
2
2
3
3
2
1
1
1
3
1
1
1
3
3
2
1
1
2
3
2
2
3
2
3
3
2
3
3
2
3
2
2
1
2
3

84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
10
0

2
2
2
1
1
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
2

1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
2

1
2
1
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2

1
3
1
2
3
3
3
3
3
2
2
2
3
1
3
1

2
1
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
2
2
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

1
3
2
3
1
3
1
2
2
1
2
3
1
2
2
3

1
1
2
2
1
2
2
2
3
1
1
2
1
2
2
3

3. AnalisisUnivariat
Statistics
Pendap
TinggiBa
TinggiBadan MakananTinggiY
/Usia
N Valid
Missi
ng

odium

dan

Pendidi
TinggiBada JenisKela

Ayah

nIbu

min

atan

kan

Pendidika

Ayah

nIbu

Orang GiziSeimb
Tua

ang

100

100

100

100

100

100

100

100

100

Frequency Table

TinggiBadan/Usia
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Pendek

18

18.0

18.0

18.0

Normal

82

82.0

82.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

MakananTinggiYodium
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak

29

29.0

29.0

29.0

Iya

71

71.0

71.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

TinggiBadan Ayah
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Pendek

9.0

9.0

9.0

Normal

91

91.0

91.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

TinggiBadanIbu
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Pendek

8.0

8.0

8.0

Normal

92

92.0

92.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

JenisKelamin
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Laki-laki

46

46.0

46.0

46.0

Perempuan

54

54.0

54.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

Pendidikan Ayah
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Rendah

37

37.0

37.0

37.0

Sedang

37

37.0

37.0

74.0

Tinggi

26

26.0

26.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

PendidikanIbu
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Rendah

41

41.0

41.0

41.0

Sedang

42

42.0

42.0

83.0

Tinggi

17

17.0

17.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

Pendapatan Orang Tua


Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Kurang

50

50.0

50.0

50.0

Cukup

50

50.0

50.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

GiziSeimbang
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

KurangSeimbang

25

25.0

25.0

25.0

CukupSeimbang

31

31.0

31.0

56.0

Seimbang

44

44.0

44.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

4. Pie Diagram

5. Analisis Bivariat
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
MakananTinggiYodium *
TinggiBadan/Usia
TinggiBadan Ayah *
TinggiBadan/Usia
TinggiBadanIbu *
TinggiBadan/Usia
JenisKelamin *
TinggiBadan/Usia
Pendidikan Ayah *
TinggiBadan/Usia
PendidikanIbu *
TinggiBadan/Usia
Pendapatan Orang Tua *
TinggiBadan/Usia
GiziSeimbang *
TinggiBadan/Usia

Missing

Percent

Total

Percent

Percent

100

100.0%

.0%

100

100.0%

100

100.0%

.0%

100

100.0%

100

100.0%

.0%

100

100.0%

100

100.0%

.0%

100

100.0%

100

100.0%

.0%

100

100.0%

100

100.0%

.0%

100

100.0%

100

100.0%

.0%

100

100.0%

100

100.0%

.0%

100

100.0%

MakananTinggiYodium * TinggiBadan/Usia
Crosstab
TinggiBadan/Usia
Pendek
MakananTinggiYodium

Tidak

Iya

Total

Count

13

16

29

Expected Count

5.2

23.8

29.0

66

71

12.8

58.2

71.0

18

82

100

18.0

82.0

100.0

Count
Expected Count

Total

Normal

Count
Expected Count

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

Pearson Chi-Square

19.917a

.000

Continuity Correctionb

17.439

.000

Likelihood Ratio

18.215

.000

Fisher's Exact Test

.000

Linear-by-Linear Association
N of Valid Casesb

19.717

.000

.000

100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.22.
b. Computed only for a 2x2 table

TinggiBadan Ayah * TinggiBadan/Usia


Crosstab
TinggiBadan/Usia
Pendek
TinggiBadan Ayah

Pendek

Normal

Count

Total

Expected Count

1.6

7.4

9.0

Count

13

78

91

16.4

74.6

91.0

18

82

100

18.0

82.0

100.0

Expected Count
Total

Normal

Count
Expected Count

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

Pearson Chi-Square

9.451a

.002

Continuity Correctionb

6.861

.009

Likelihood Ratio

7.272

.007

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
N of Valid Casesb

.009
9.356

.002

100

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.62.
b. Computed only for a 2x2 table

.009

TinggiBadanIbu * TinggiBadan/Usia
Crosstab
TinggiBadan/Usia
Pendek
TinggiBadanIbu

Pendek

Normal

Count

Total

Expected Count

1.4

6.6

8.0

Count

17

75

92

16.6

75.4

92.0

18

82

100

18.0

82.0

100.0

Expected Count
Total

Normal

Count
Expected Count

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

Pearson Chi-Square

.178a

.673

Continuity Correctionb

.000

1.000

Likelihood Ratio

.194

.660

Fisher's Exact Test

1.000

Linear-by-Linear Association

.176

N of Valid Casesb

100

.674

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.44.
b. Computed only for a 2x2 table

JenisKelamin * TinggiBadan/Usia

.559

Crosstab
TinggiBadan/Usia
Pendek
JenisKelamin

Laki-laki

Count

Total

Total

39

46

8.3

37.7

46.0

11

43

54

Expected Count

9.7

44.3

54.0

Count

18

82

100

18.0

82.0

100.0

Expected Count
Perempuan

Normal

Count

Expected Count

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

Pearson Chi-Square

.447a

.504

Continuity Correctionb

.166

.684

Likelihood Ratio

.451

.502

Fisher's Exact Test

.605

Linear-by-Linear Association

.442

N of Valid Casesb

100

.506

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.28.
b. Computed only for a 2x2 table

Pendidikan Ayah * TinggiBadan/Usia

.344

Crosstab
TinggiBadan/Usia
Pendek
Pendidikan Ayah

Rendah

Sedang

10

27

37

Expected Count

6.7

30.3

37.0

32

37

6.7

30.3

37.0

23

26

Expected Count

4.7

21.3

26.0

Count

18

82

100

18.0

82.0

100.0

Count

Count

Total

Expected Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value

df

sided)

3.283a

.194

Likelihood Ratio

3.195

.202

Linear-by-Linear Association

2.736

.098

Pearson Chi-Square

N of Valid Cases

Total

Count

Expected Count
Tinggi

Normal

100

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 4.68.

PendidikanIbu * TinggiBadan/Usia

Crosstab
TinggiBadan/Usia
Pendek
PendidikanIbu

Rendah

Sedang

10

31

41

Expected Count

7.4

33.6

41.0

37

42

7.6

34.4

42.0

14

17

Expected Count

3.1

13.9

17.0

Count

18

82

100

18.0

82.0

100.0

Expected Count
Count

Total

Total

Count

Count

Tinggi

Normal

Expected Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value

Df

sided)

2.193a

.334

2.219

.330

Linear-by-Linear Association

.922

.337

N of Valid Cases

100

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 3.06.

Pendapatan Orang Tua * TinggiBadan/Usia


Crosstab
TinggiBadan/Usia
Pendek
Pendapatan Orang Tua

Kurang

Cukup

Total

Normal

Total

Count

12

38

50

Expected Count

9.0

41.0

50.0

44

50

Expected Count

9.0

41.0

50.0

Count

18

82

100

18.0

82.0

100.0

Count

Expected Count

Chi-Square Tests

Value

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df

Pearson Chi-Square

2.439a

.118

Continuity Correctionb

1.694

.193

Likelihood Ratio

2.478

.115

Fisher's Exact Test

.192

Linear-by-Linear Association

2.415

N of Valid Casesb

.096

.120

100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table

GiziSeimbang * TinggiBadan/Usia
Crosstab
TinggiBadan/Usia
Pendek
GiziSeimbang

KurangSeimbang

Count

17

25

4.5

20.5

25.0

24

31

5.6

25.4

31.0

41

44

Expected Count

7.9

36.1

44.0

Count

18

82

100

18.0

82.0

100.0

Count
Expected Count

Seimbang

Count

Total

Expected Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value

df

sided)

7.488a

.024

Likelihood Ratio

7.913

.019

Linear-by-Linear Association

7.272

.007

Pearson Chi-Square

N of Valid Cases

100

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 4.50.

Total

Expected Count
CukupSeimbang

Normal

You might also like